Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 42623 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindya Jati Andri
"Penelitian ini memuat situasi yang melatarbelakangi ketergantungan seseorang terhadap penggunaan narkoba, sikap
yang ditampilkan setelah terinfeksi HIV/AIDS serta cara partisipan memaknai kondisi diri dan lingkungan/keluarga
terdekatnya serta tindakan-tindakan yang dilakukan ketika menyelesaikan masalah. Teori explanatory style dari
Peterson & Seligman (1987) digunakan berdasarkan dimensi internal-external, stability-unstability/transient dan
global-specific melalui penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Bertujuan untuk melihat pemahaman mereka
terhadap kondisi yang ada hingga cara-cara yang dilakukan untuk memaknai masalah tersebut. Hasil penelitian
didapatkan bahwa sebagian besar dari mereka menggunakan pola eksternal, stability dan global dalam memahami
ketergantungannya pada narkoba, mereka masih mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari ketergantungannya
terhadap narkoba walaupun sadar akan dampak yang ditimbulkan. Kesulitan untuk memahami keadaan diri terinfeksi
HIV/AIDS disebabkan oleh banyak faktor. Seperti dukungan sosial, keadaan partisipan saat ini, adanya stigma di
masyarakat yang membatasi gerak hidup mereka. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan partisipan yang
hanya diambil pada satu buah panti rehabilitasi narkoba. Padahal pemahaman yang muncul dapat berbeda bila diteliti
pada panti rehabilitasi lain, partisipan perempuan ataupun individu yang tidak mengikuti program rehabilitasi.
Selanjutnya ditemukan pula bahwa rasa tanggung jawab pada diri sendiri dapat menjadi kekuatan tersendiri bagi
pengguna narkoba yang terinfeksi HIV/AIDS untuk memahami kebutuhan dirinya sendiri.
This study analyzise the background of people’s situation on drugs dependency, their attitudes emerge after infected by
HIV/AIDS, and ways to give self-meaning to themselves and their surroundings including actions to deal with their life
problems. Style explanatory theory from Peterson & Seligman (1987) which is based on internal-external dimension,
stability-unstability/transient dan global-specific dimentions was used. This study was a in qualitative research with
case study method. The objective is to explore the understanding of drug users with HIV/AIDS. The outcome from this
research shows that most of the subjects were using external, stabilized and global patterns from explanatory theory in
order to understand their dependecies on drugs and how hard for them to release from it eventhough they knew that is
harmful. The drug users who were infected by HIV/AIDS were hard, to understand their situations. This was caused by
many factors such as social support, their physical and psychological conditions, public stigma that limit ways to facing
their life. The constraints in this research were that all subjects were from one rehabilitation centre. Whereas, other
understanding can be different in other rehabilitation centres which is women participant, or people who were not under
any rehabilitation program. Furthermore, the researcher found that a sense of responsibility to oneself can be a moral
support for any subject to understand his/her needs and conditions."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Jati Andri
"Penelitian ini memuat situasi yang melatarbelakangi ketergantungan seseorang terhadap penggunaan narkoba, sikap yang ditampilkan setelah terinfeksi HIV/AIDS serta cara partisipan memaknai kondisi diri dan lingkungan/keluarga terdekatnya serta tindakan-tindakan yang dilakukan ketika menyelesaikan masalah. Teori explanatory style dari Peterson & Seligman (1987) digunakan berdasarkan dimensi internal-external, stability-unstability/transient dan global-specific melalui penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Bertujuan untuk melihat pemahaman mereka terhadap kondisi yang ada hingga cara-cara yang dilakukan untuk memaknai masalah tersebut. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar dari mereka menggunakan pola eksternal, stability dan global dalam memahami ketergantungannya pada narkoba, mereka masih mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari ketergantungannya terhadap narkoba walaupun sadar akan dampak yang ditimbulkan. Kesulitan untuk memahami keadaan diri terinfeksi HIV/AIDS disebabkan oleh banyak faktor. Seperti dukungan sosial, keadaan partisipan saat ini, adanya stigma di masyarakat yang membatasi gerak hidup mereka. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah penggunaan partisipan yang hanya diambil pada satu buah panti rehabilitasi narkoba. Padahal pemahaman yang muncul dapat berbeda bila diteliti pada panti rehabilitasi lain, partisipan perempuan ataupun individu yang tidak mengikuti program rehabilitasi. Selanjutnya ditemukan pula bahwa rasa tanggung jawab pada diri sendiri dapat menjadi kekuatan tersendiri bagi pengguna narkoba yang terinfeksi HIV/AIDS untuk memahami kebutuhan dirinya sendiri.

This study analyzise the background of people?s situation on drugs dependency, their attitudes emerge after infected by HIV/AIDS, and ways to give self-meaning to themselves and their surroundings including actions to deal with their life problems. Style explanatory theory from Peterson & Seligman (1987) which is based on internal-external dimension, stability-unstability/transient dan global-specific dimentions was used. This study was a in qualitative research with case study method. The objective is to explore the understanding of drug users with HIV/AIDS. The outcome from this research shows that most of the subjects were using external, stabilized and global patterns from explanatory theory in order to understand their dependecies on drugs and how hard for them to release from it eventhough they knew that is harmful. The drug users who were infected by HIV/AIDS were hard, to understand their situations. This was caused by many factors such as social support, their physical and psychological conditions, public stigma that limit ways to facing their life. The constraints in this research were that all subjects were from one rehabilitation centre. Whereas, other understanding can be different in other rehabilitation centres which is women participant, or people who were not under any rehabilitation program. Furthermore, the researcher found that a sense of responsibility to oneself can be a moral support for any subject to understand his/her needs and conditions."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Noor Athari
"Pada umumnya mahasiswa menunjukkan optimisme yang tinggi, dimana mereka meyakini bahwa hasil yang baik akan diperoleh setelah menjalani kehidupan perkuliahan yang penuh dinamika. Namun, tak jarang ditemukan mahasiswa yang bermasalah atau bahkan gagal selama masa studi mereka. Dan uniknya, setiap mahasiswa memiliki cara tersendiri dalam menilai penyebab-penyebab dari setiap kejadian yang dialami (explanatory style) yang nantinya dapat mengarahkan usaha terhadap kejadian-kejadian di masa mendatang.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara explanatory style dan optimisme pada mahasiswa Indonesia. Partisipan penelitian ini merupakan 669 mahasiswa Universitas Indonesia yang tersebar dari 13 fakultas. Explanatory style diukur dengan menggunakan Attributional Style Questionnaire yang dikembangkan Peterson, Semmel, von Baeyer, Abramson, Metalsky & Seligman pada tahun 1982. Sedangkan optimisme diukur menggunakan Life Orientation Test-Revised (LOT-R) yang dikembangkan Scheier, Carver, & Bridge pada tahun 1994.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara explanatory style dan optimisme. Hubungan yang signifikan juga ditemukan antara tiga dimensi explanatory style dan optimisme, terkecuali dimensi externality vs internality situasi hipotetikal negatif dan optimisme. Terdapat perbedaan total optimisme antara mahasiswa dari Jabodetabek dan non-Jabodetabek. Sedangkan perbedaan jenis kelamin hanya terlihat pada total skor optimisme. Agama menjadi faktor yang membedakan explanatory style dan optimisme yang dimiliki individu, dimana pemeluk agama Hindu cenderung memiliki optimistic explanatory style dan pemeluk agama Katholik lebih optimis dibandingkan yang lainnya.

Generally, students showed high optimism, which they believe that good results will be obtained after a life full of dynamic lectures. However, it is not rare to find students who are troubled or even fail during their studies. Uniquely, each student has its own way of assessing the causes of any events experienced (explanatory style) that can later be directing efforts towards events in the future.
The purpose of this study was to determine whether there is a relationship between explanatory style and optimism on Indonesian students. Participants of this study is 669 students of the University of Indonesia, which is spread from 13 faculties. Explanatory style is measured using Attributional Style Questionnaire developed by Peterson, Semmel, von Baeyer, Abramson, Metalsky & Seligman in 1982. Meanwhile, optimism was measured using the Life Orientation Test-Revised (LOT-R) developed Scheier, Carver, & Bridge in 1994.
Results of this study indicate that there is a significant correlation between explanatory style and optimism. Significant correlation was also found between the three dimensions of explanatory style and optimism, with the exception of the dimensions externality vs internality of negative hypothetical situation and optimism. Difference of total score has been found for optimism among students from Jabodetabek and non-Jabodetabek. While the difference between the sexes is only visible in the total score of optimism. Religion became a factor that distinguishes explanatory style and optimism of the individual, where Hindus are likely to have optimistic explanatory style and followers of the Catholic religion is more optimistic than others.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Samosir, Fanny Eileen
"Studi ini bertujuan untuk meneliti gambaran attachment style pada mantan pengguna narkoba yang sedang berada dalam pusat rehabilitasi. Attachment style merupakan bentuk kelekatan hubungan orang tua dengan anak. Attachment style dibagi kedalam dua jenis, yaitu secure attachment dan insecure attachment, kemudian insecure attachment dibagi lagi menjadi dua, yaitu ambivalent-insecure attachment, dan avoidant-insecure attachment. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan wawancara. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner attachment style. Responden dari penelitan ini berjumlah 95 responden dengan rentang usia 15-45 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Studi ini dilakukan pada pusat rehabilitasi narkoba yang berada di Sukabumi. Hasil dari studi ini terlihat bahwa sebagian besar responden mempunyai jenis secure attachment yaitu sebanyak 73 responden. Selain itu responden yang mempunyai jenis ambivalent-insecure berjumlah 4 responden, dan avoidant-insecure berjumlah 7 responden. Dalam penelitian ini juga dilihat hubungan attachment style dengan kebahagiaan pada masa kecil, status pernikahan orang tua, dan tempat tinggal pada waktu kecil. Variabel-variabel diatas diperoleh dari data kontrol dalam kuesioner yang kemudian perhitungannya menggunakan chi-square. Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif juga. Pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan wawancara. Responden yang mempunyai jenis secure dan avoidant attachment yang peneliti ambil untuk penelitian kualitatif.

This study is to research the picture of attachment style to ex-drugs user that stay at the rehabilitation centre. Attachment syle is form of how close a relationship between parents and children. Attachment style divided by two types, secure attachment and insecure attachment, and then insecure attachment divided again by two, ambivalentinsecure attachment and avoidant-insecure attachment. The method research that I use is quantitative and qualitative. The data that I get is from questionnaire and interviews. Questionnaire that I use is questionnaire attachment style. The respondent from this research is about 95 respondent around the age 15-45 years old and they all males. This study take place in drugs rehabilitation centre at Sukabumi. The result of this study makes us see that most of the respondent having a secure attachment its about 73 respondent, the rest is ambivalent insecure 4 respondent and ambivalent insecure is 7 respondent. In this research we see that the relationship attachment style and the happiness for the childhood, parents marriage, and place where they live when they were kids. Although variables there I got from the data control from the questionnaire and than counted using chi-square. The method of this research use qualitative too. The qualitative data that I got using interviews. Respondent that has the type of secure and avoidant attachment that the researcher took is for qualitative research."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
155.418 SAM a
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Kusno
"Retorika mengajarkan teknik pemakaian bahasa yang elegan dan persuasif baik lisan maupun tulisan. Retorika modern bertolak dari beberapa prinsip dasar yang salah satunya adalah mengenal dan menguasai bermacam-macam gaya bahasa. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa tausiah Ustaz Yusuf Mansyur yang berjudul Kun Fayakun. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen. Sumber data dokumen yaitu rekaman tausiah Kun Fayakun yang diunggah di Youtube. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan gaya bahasa dalam tausiah tersebut adalah sebagai berikut: Gaya bahasa Betawi, seperti: dateng, iye, elu, dan laper; Gaya bahasa percakapanyang digunakan pada keseluruhan tausiah. Gaya bahasa mulia dan bertenaga (nada suara rendah, ada suara tinggi, dan memanjangkan pelafalan kata); Berbagai gaya bahasa repetisi (epizeuksis, anafora, anadikplosis, mesodiplosis); Gaya bahasa parabola/parabel; Gaya analogi yang panjang; Gaya bahasa pertanyaan retoris; Gaya bahasa hiperbol; Gaya bahasa personifikasi; Penggunaan humor; Gaya bahasa antiklimaks; dan Gaya Bahasa Klimaks."
Banten: Kantor Bahasa Provinsi Banten, 2016
BEBASAN 3:1 (2016 )
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irzam R. Dastriansyah
"Penyakit HIV/AIDS membutuhkan proses pengobatan yang mengakibatkan gangguan-gangguan pada kondisi fisik dan psikologis pada penderitanya. Mereka membutuhkan bantuan dari orang lain yang berperan sebagai caregiver untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Harapan budaya dan sosial menempatkan ibu sebagai caregiver ketika salah satu anggota keluarga membutuhkan perawatan dan pendampingan. Dengan berjalannya waktu, proses caregiving dapat menjadi hal yang menekan dan memunculkan caregiver strain, sehingga dapat mengganggu kualitas perawatan dan pendampingan yang diberikan. Bertujuan untuk melihat hubungan coping dan caregiver strain pada ibu dengan anak yang menderita HIV/AIDS.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain non-eksperimental. Dari hasil olah dan analisis data dapat disimpulkan bahwa coping dan caregiver strain pada ibu dengan anak yang menderita HIV/AIDS berkorelasi negatif namun tidak signifikan. Melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi ibu sebagai caregiver pada penelitian ini, Peneliti menyarankan pentingnya dukungan kelompok dan dukungan dari keluarga bagi mereka.

HIV/AIDS needs a medical process that caused impaired both physical and psychological condition on the patient. They need assistance from other people as the caregiver to do daily activity. Cultural and social expectation has put women into caregiving role for any family member who need care to fulfil their duties. As a mother, women become a figure that will directly act as a caregiver for their disabled offspring, as happen to those who have HIV/AIDS. Over time, caregiving can be stressful and cause caregiver strain, that will affect the quality of service and bad impact to the patient.
This is a quantitative, non-experimental research which has an aim to assess the relationship between coping and caregiver strain on mothers with HIV/AIDS offsprings. From the collected data analysis, the conclusion is that coping and caregiver strain on mothers with HIV/AIDS offsprings are negatively correlated yet insignificant. Seeing the difficulty these mothers having in this study, researcher suggests the importance of group support and family support.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S53575
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafira Arizka Maulidyna
"Tesis ini mengkaji mengenai eksistensi penjelasan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kaitannya dengan status hukum Penjelasan Undang Undang Undang Dasar tersebut sebelum dan setelah perubahan Undang Undang di Indonesia. Adapun beberapa permasalahan yang dibahas dalam penelitian tesis ini meliputi: (i) hubungan keterkaitan antara penjelasan Undang Undang Dasar dengan Pembukaan dan Batang Tubuh; (ii) status hukum penjelasan Undang Undang Dasar setelah diberlakukannya Pasal II Aturan Tambahan dalam naskah perubahan Undang Undang Dasar; dan (iii) status hukum penjelasan Undang Undang Dasar menurut teori dan ilmu perundang-undangan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah penelitian yuridis normatif dengan tipologi penelitian eksplanatoris-evaluatif. Untuk menunjang penelitian ini, metode pendekatan yang dilakukan meliputi pendekatan perunundang-undangan, pendekatan historis, pendekatan perbandingan dan pendekatan konseptual. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penjelasan Undang Undang Dasar memiliki keterkaitan yang erat dengan Pembukaan dan Batang Tubuh dan memiliki hubungan yang bersifat kausal organis yang membentuk sistem konstitusi Indonesia secara utuh. Hal tersebut dikarenakan secara filosofis-historis, bahwa penjelasan mengandung pokok-pokok pikiran pembukaan dan pasal-pasal serta merupakan deskripsi sejarah yang jelas dan terang, serta menggambarkan keseluruhan proses, ide, suasana kebatinan dan latar belakang yang bersifat kronologis terhadap keseluruhan norma dalam konstitusi. Secara yuridis, eksistensi dan fungsi penjelasan sebagai bagian inti konstitusi diperkuat dalam TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 dan secara sosiologis norma penjelasan dilaksanakan bersama-sama norma dalam Batang Tubuh. Adapun status hukum penjelasan Undang Undang Dasar menjadi kabur dan tidak jelas setelah berlakunya Pasal II Aturan Tambahan pada naskah Perubahan Undang Undang Dasar sehingga menyebabkan banyaknya tafsir mengenai status hukum penjelasan Undang Undang dasar dan melahirkan perdebetan antara pihak yang setuju dengan eksistensi penjelasan dan pihak yang menolak eksistensi penjelasan. Padahal secara teoritis, Pasal II Aturan Tambahan tersebut tidaklah menyebabkan hilangnya status keberlakuan Penjelasan jika dihadapkan dengan sistem amandemen dan metode adendum. Maka dari itu, diperlukan adanya rumusan norma yang jelas dan peblisit untuk menghapus keberlakuannya dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Selain itu, eksistensi penjelasan perlu diakui secara tegas sebagai bagian konstitusi Indonesia untuk menghindari perdebatan mengenai eksistensinya di masa yang akan datang.

This thesis examines the existence of the explanation of Indonesia’s Constitution of 1945 and its relation to the legal status of the Explanation of the Constitution before and after the amendment of constitution in Indonesia. Some of the problems discussed in this thesis research include: (i) the relationship between the explanation of the Constitution and the Preamble and the Torso of Constitution; (ii) the legal status of the explanation of the Constitution after the enactment of Article II of the Additional Rules in the amended text of the Constitution; and (iii) the legal status of the explanation of the Constitution according to the theory and science of legislation. The research method used in this thesis research is normative juridical research with a typology of explanatory-evaluative research. To support this research, the approach methods carried out include the statute approach, the historical approach, the comparative approach and the conceptual approach. The results of this study show that the explanation of the Constitution has a close relationship with the Preamble and torso and has an organizational causal relationship that forms the Indonesian constitutional system as a whole. This is because philosophically-historically, that explanation contains the points of the preamble mind and chapters and is a clear and clear description of history, as well as describing the whole process, ideas, atmosphere of spirituality and background that is chronological to the whole norm in the constitution. Juridically, the existence and function of explanation as a core part of the constitution is strengthened in the TAP MPRS No. XX/MPRS/1966 and sociologically the explanatory norms are implemented together with the norms in the Torso. The legal status of the explanation of the Constitution became vague and unclear after the enactment of Article II of the Additional Provision on the text of the Amendment to the Constitution, causing many interpretations of the legal status of the explanation of the Constitution and giving birth to a debit between parties who agree with the existence of explanations and parties who reject the existence of explanations. Whereas theoretically, Article II of the Additional Provision does not cause a loss of the status of the applicability of the Explanation if faced with a system of amendments and an addendum method. Therefore, it is necessary to formulate clear norms and regulations to remove their applicability in the Indonesian constitutional system. In addition, the existence of explanations needs to be expressly recognized as part of the Indonesian constitution to avoid debate about its existence in the future."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Adzhani Awanis Latief
"Meningkatnya jumlah ibu penderita HIV/AIDS di Indonesia membuat perlunya untuk mengetahui dinamika kehidupan mereka, terutama keyakinannya dalam melakukan parenting terhadap anak. Keyakinan dalam melakukan parenting ini disebut sebagai parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 1997). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan parenting self-efficacy dan dukungan sosial pada ibu dengan HIV/AIDS yang memiliki anak usia kanak-kanak madya.
Pengukuran parenting self-efficacy dilakukan melalui alat ukur Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000), sedangkan dukungan sosial diukur melalui dua komponen—yaitu persepsi terhadap jumlah orang yang dapat diandalkan dan kepuasan akan dukungan yang ada—dalam alat ukur Social Support Questionnaire-Short Form (SSQSR) (Sarason, Sarason, Shearin & Pierce, 1987). Partisipan penelitian ini berjumlah 30 ibu yang terinfeksi HIV dan memiliki anak usia lima hingga dua belas tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara parenting self-efficacy dengan persepsi jumlah dukungan sosial (r = 0,386 ; n = 30; p < 0,05, two-tail) dan juga kepuasan akan dukungan sosial (r = 0,409 ; n = 30; p < 0,05, two-tail). Artinya, semakin tinggi parenting self-efficacy ibu, semakin tinggi pula dukungan sosial yang ibu persepsikan; begitu pula sebaliknya. Ditemukan pula bahwa domain parenting self-efficacy tertinggi adalah nurturance sedangkan yang terendah adalah disiplin. Analisis tambahan juga menemukan adanya perbedaan yang signifikan pada parenting self-efficacy ibu dengan HIV/AIDS berdasarkan urutan kelahiran anak mereka yang berusia kanak-kanak madya.

Mothers living with HIV/AIDS are significantly increasing in Indonesia. By then, it's important to know further about their life, including their belief in parenting their children. The mother’s belief in parenting is called parenting self-efficacy (Coleman & Karraker, 1997). This study examined the relationship between parenting self-efficacy and social support among HIV/AIDS mothers with middle childhood children.
Parenting self-efficacy was measured by Self-Efficacy Parenting for Tasks Index (SEPTI) (Coleman & Karraker, 2000), while social support measured through it's two elements (the perception of available others to whom one can turn in times of need and the degree of satisfaction with the available support) in Social Support Questionnaire-Short Form (SSQSR) (Sarason, Sarason, Shearin & Pierce, 1987). The participants in this study were 30 mothers infected HIV with middle childhood children.
The result shows that there is a significant, positive relationship between parenting self-efficacy and both of the elements of social support, which are the perception of social support numbers (r = 0,386 ; n = 30; p < 0,05, two-tail) and the satisfaction of the support (r = 0,409 ; n = 30; p < 0,05, two-tail). Those indicates that the higher mothers parenting self efficacy, the higher they perceive social support, and vice versa. This study also found that the highest domain in parenting self-efficacy is nurturance, while the lowest is discipline. Furthermore, this study found that there is a difference between mothers parenting self-efficacy based on their middle childhood child's ordinal position.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandell, Rolf
London: Academic Press, 1977
401.9 SAN l
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>