Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22211 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagus Takwin
"Big cities are characterized by their dense population, limited space, and high mobility. Past research has shown that the citizens of DKI Jakarta feel quite unhappy. Therefore it is necessary to improve the happiness (subjective well-being) level of DKI Jakarta?s population. Subjective well-being relates to how an individual self-manages his/her activities. Individuals with good subjective well-being tend to engage in activities of high productive values. This research aims to understand the role of self-management in the subjective well-being of the population of DKI Jakarta. 638 citizens of DKI Jakarta (males = 329, females = 309; mean age = 36) participated in the study. Data was collected through five sets of questionnaires, i.e., the satisfaction with life scale (SWLS), the positive affect and negative affect schedule scale (PANAS), The domains of life satisfaction scale, self-management questionnaire, and the demograhic questionnaire. Analysis of data using multiple regression confirmed that self-management is positively associated with life satisfaction (R = 0.391, p = 0.05) and positive affects (R = 0.108, p = 0.05).

Kota besar ditandai dengan populasinya yang padat, ruang terbatas, dan mobilitas tinggi. Riset terdahulu menunjukkan bahwa warga DKI Jakarta merasa cukup bahagia. Oleh karena itu perlu untuk meningkatkan kebahagiaan (subjective well-being) warga DKI Jakarta. Subjective well-being berkaitan dengan bagaimana individu mengelola dirinya dalam menjalankan berbagai kegiatan. Individu dengan subjective well-being yang baik cenderung untuk terlibat dalam aktivitas bernilai produktif tinggi. Riset ini bertujuan untuk memahami peran manajemen-diri dalam subjective wellbeing warga DKI Jakarta. Sejumlah 638 warga DKI Jakarta (laki-laki = 329, perempuan = 309; usia rata-rata = 36) berpartisipasi dalam studi ini. Data dikumpulkan melalui lima set kuesioner, yaitu skala kepuasan hidup (SWLS), skala afek positif dan negatif skala (PANAS), skala ranah kepuasan, kuesioner manajemen-diri, dan kuesioner demografi. Analisis data menggunakan regresi berganda mengkonfirmasi bahwa manajemen-diri secara positif berhubungan dengan kepuasan hidup (R = 0,391, p = 0,05) dan afek positif (R = 0,108, p = 0,05)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Takwin
"Kota besar ditandai dengan populasinya yang padat, ruang terbatas, dan mobilitas tinggi. Riset terdahulu menunjukkan bahwa warga DKI Jakarta merasa cukup bahagia. Oleh karena itu perlu untuk meningkatkan kebahagiaan (subjective well-being) warga DKI Jakarta. Subjective well-being berkaitan dengan bagaimana individu mengelola dirinya dalam menjalankan berbagai kegiatan. Individu dengan
subjective well-being yang baik cenderung untuk terlibat dalam aktivitas bernilai produktif tinggi. Riset ini bertujuan untuk memahami peran manajemen-diri dalam subjective well-being warga DKI Jakarta. Sejumlah 638 warga DKI Jakarta (laki-laki = 329, perempuan = 309; usia rata-rata = 36) berpartisipasi dalam studi ini. Data dikumpulkan melalui lima set kuesioner, yaitu Skala Kepuasan Hidup (SWLS),
Skala Afek Positif dan Negatif Skala (PANAS), Skala Ranah Kepuasan, Kuesioner Manajemen-Diri, dan Kuesioner Demografi. Analisis data menggunakan regresi berganda mengkonfirmasi bahwa mana
jemen-diri secara positif berhubungan dengan kepuasan hidup (R = 0,391, p = 0,05) dan afek positif (R = 0,108, p = 0,05).

Abstract
Big cities are characterized by their dense population, limited
space, and high mobility. Past research has shown that the
citizens of DKI Jakarta feel quite unhappy. Therefore it is necessary to improve the happiness (subjective well-being)
level of DKI Jakarta?s population. Subjective well-being relates to how an individual self-manages his/her activities.
Individuals with good subjective well-being tend to engage in
activities of high productive values. This research aims to
understand the role of self-management in the subjective we
ll-being of the population of DKI Jakarta. 638 citizens of
DKI Jakarta (males = 329, females = 309; mean age = 36) participated in the study. Data was collected through five sets of questionnaires, i.e., the Satisfaction With Life Scale
(SWLS), the Positive Affect and Negative Affect Schedule Scale
(PANAS), The Domains of Life Satisfaction Scale, Self-Management Questionnaire, and the Demograhic Questionnaire. Analysis of data using multiple regression confirmed that self-management is positively associated with life satisfaction (R = 0.391, p = 0.05) and positive affects (R = 0.108, p = 0.05). "
[Fakultas Psikologi Universitas Indonesia; Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia], 2012
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I. Darma J.
"Keterlambatan studi akibat panjangnya proses penyelesaian skripsi masih kerap ditemukan. Keterlambatan ini mungkin disebabkan rendahnya kemampuan mahasiswa dalam melakukan self-management. Self-management dapat dilakukan dengan mengikuti sebuah payung penelitian untuk mengatasi hambatan yang ditemui bila melakukan skripsi individual. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan antara mereka yang melakukan skripsi secara individual dengan mereka yang melakukan skripsi dalam sebuah payung pada aspek selfmanagement serta pencapaian mereka pada skripsi.
Dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner lapor diri yang mengukur self-mcmagement seorang mahasiswa dalam mengerjakan skripsi, peneliti melakukan analisa perbedaan skor pada kedua kelompok (payung penelitian dan skripsi individual) dengan menggunakan Alann-li'hitney Test pada aplikasi SPSS. Dengan metode yang sama peneliti juga melihat perbedaan pada pencapaian dalam skripsi (melalui nilai, waktu yang dibutuhkan, kepuasan terhadap skripsi, dan kecepatan menyelesaikan) pada kelompok untuk melihat apakah perbedaan dalam self-management dapat menjelaskan perbedaan prestasi dalam skripsi.
Hasil dari penelitian ini gagal menunjukkan adanya perbedaan selfmanagement serta hasil pencapaian dalam penyelesaian skripsi pada dua kelompok. Oleh karena itu keterlambatan dalam penyelesaian skripsi sulit untuk dijelaskan dalam kerangka self-management. Kendati demikian, aplikasi selfmanagement dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan kesempatan pada diri kita untuk mengenali dan menguasai diri lebih baik untuk mencapai tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Anindita
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Arlinkasari
"Pada beberapa fakultas di Universitas Indonesia, salah satu prasyarat penyusunan skripsi adalah dengan telah mengikuti seluruh rangkaian tugas akademik seperti kerja praktik. Pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia ditemukan bahwa kerja praktik dilaksanakan dalam satu semester yang sama dengan waktu untuk memulai penyusunan skripsi bagi mahasiswanya, yakni di semester 8. Penyusunan skripsi dan pelaksanaan kerja praktik dalam satu waktu yang bersaman bukanlah hal mudah untuk dijalani mahasiswa, terlebih jika keduanya harus dikerjakan di luar Pulau Jawa, tempat dimana mereka biasa tinggal dan menjalani aktivitas keseharian. Dalam O'Keefe dan Berger (1999), aspek-aspek dalam selfmanagement seperti afeksi, tingkah laku, dan kognisi diarahkan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Afeksi, tingkah laku, dan kognisi saling berinteraksi dan saling mempengaruhi pada aktivitas kerja praktik dan skripsi yang dijalani oleh mahasiswa. Peneliti menggali lebih dalam bagaimana mahasiswa yang menyusun skripsi sambil kerja praktik di luar Pulau Jawa melakukan self-management agar mereka dapat mencapai tujuannya. Penelitian dilakukan terhadap dua mahasiswa FKM UI melalui pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Pikiran bahwa skripsi dan kerja praktik sebagai dua hal yang penting merupakan pemicu utama yang mempengaruhi perasaan dan perilaku di dalam interaksi ABC sehingga mendorong mahasiswa untuk melakukan self management agar dapat menyelesaikan keduanya dengan baik.

In some faculties of University of Indonesia found one of pre-conditions before writing theses is already have conducting an internship and its report. In Public Health Faculty of Indonesia University, found that time for internship is conducted at the same time for theses writing. Writing theses and conducting an internship at the same time are not easy things to do for students. Moreover if those activities proceed out of Java Island, place where students living and do their daily activities. In O'Keefe and Berger (1999,) aspects of self management like affection, behavior and cognition are directed to reach student's purpose. Affection, behavior and cognition have some interactions and affecting each other on student's activities, both writing theses and internship. By self management students can organize their action priority, time and role in order to manage their activities well. Reseacher were want to know more about student who writing theses and conducting an internship in context of their self management to reach their purposes. This research participated by two undegraduate students of public health faculty of Indonesia University and used qualitative approach with depth interview methode. Cognition about theses and internship as important things affects their affection and behavior in ABC interaction, which drives students to do self management to accomplish both activites as good as they could."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
658.3 ARL s
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sukmah Fitriani
"Penyakit hipertensi merupakan sillent killer sebagian yang meningkat pada usia 60 tahun ke atas. Peningkatan prevalensi hipertensi memerlukan perawatan jangka panjang berupa manajemen diri yang mengacu pada kemampuan lansia untuk mempertahankan perilaku positif secara efektif dan mandiri. Intervensi keperawatan Gerakan Lansia Sadari Hipertensi dengan Manajemen Diri (GESIT MANDIRI) diberikan pada 57 lansia dengan hipertensi. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan, aktifitas fisik, diet, interaksi dengan tenaga kesehatan, monitoring tekanan darah dan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Hasil pre dan post menunjukkan terjadinya peningkatan rata-rata nilai pengetahuan 3.84, sikap 7.78, keterampilan 9.86 (terjadinya peningkatan 2SD), manajemen diri terjadinya peningkatan 5.54 dan terjadinya penurunan tekanan darah sistolik 13 mmHg dan diastolik 8,6 mmHg. Manajemen diri disarankan untuk dilakukan karena memberikan dampak pada peningkatan kesadaran status kesehatan dalam menjalani gaya hidup sehat.

Hypertension as a silent killer has increased on insidence at 60 years old. Hypertension requiries a long term treatment by having self management. It refers to the older ability to maintain daily positive behavior effectively and independently. GESIT MANDIRI a provided to 57 olders with hypertension. As a nursing intervention includes health education, physical activity, diet, interactions with health professionals, blood pressure monitoring and adherence to treatment regimen. The results showed that there was an increased of knowledge, attitude and skill. Scores before and after intervention 3,84; 7,78 and 9,86. Self managements score also increased 5,54. Sistolics and diastolics pressures mean decreased 13 mmHg;8,6 mmHg. Therefore, self management is suggested to be done becase ts impact to awareness of applying healthy life style.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Lidiyawati
"Hipertensi merupakan penyebab penyakit kardiovaskular terbanyak. Kejadian hipertensi di Kota Sukabumi mencapai 750 kasus pada 2013. Penyebab secara umum antara lain usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan, kurangnya motivasi penderita hipertensi untuk datang ke pelayanan kesehatan. Angka kejadian hipertensi tertinggi di Kota Sukabumi terjadi di Puskesmas Sukakarya.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara self-management dengan tingkat kejadian hipertensi pada agregate dewasa di Kota Sukabumi. Metode penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif korelasi dilakukan dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan proporsional random sampling dengan jumlah sampel 102. Analisa data menggunakan uji gamma. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara self-management dengan tingkat kejadian hipertensi.
Penelitian ini merekomendasikan agar deteksi dini hipertensi dan sosialisasi self-management pada hipertensi dilakukan melalui Posbindu PTM. Perawat di komunitas juga dapat meningkatkan kemampuan self-management pada hipertensi melalui proses kelompok di masyarakat.

Hypertension is the most causes of cardiovascular disease. The incidence of hypertension in the city of Sukabumi reached 750 cases in 2013. The causes generally include age, sex, education, and employment, lack of motivation from hypertensive patients to come to the health service. The highest incidence of hypertension in Sukabumi occurred in Sukakarya Health Center.
This research purposes to determine the relationship between self-management and the hypertension incidence level among adults in Sukabumi. A descriptive correlation design applied with cross sectional method. A proportional random sampling applied. There were 102 respondents joined. Data was analyzed by gamma test.
The results showed a significant relationship between self-management and the hypertension incidence level. This study recommends that early detection of hypertension and socialization of self-management for hypertension is done through Posbindu PTM. The community health nurses can also improve self-management of hypertension through the support or self-help groups in society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T45393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusnanto
"ABSTRAK
Pengetahuan sangat penting dalam mengembangkan diabetes self-management untuk mencegah resiko komplikasi jangka panjang dengan diet yang ketat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan diabetes self-management dengan tingkat stress pasien diabetes melitus yang menjalani diet. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Jumlah total sampel didapatkan sebesar 106 responden dengan multistage sampling, Kriteria inklusi meliputi pasien DM <5 tahun dengan rentang usia 35-55 tahun, tidak menggunakan insulin injeksi, Pasien DM masih berkeluarga dan tinggal dengan keluarganya. Data didapatkan dengan kuesioner Knowledge of Diabetic Diet Questionnaire, Self-Management Dietary Behaviors Questionnaire, dan tingkat stress menjalani diet. Kemudian dianalisis dengan uji Spearman test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan (p=0,049; r=-0,192) dan diabetes self-management (p=0,000; r=-0,341) memiliki hubungan terhadap tingkat stress saat menjalani diet. Diabetes self-management memiliki hubungan yang sangat kuat dari pada tingkat pengetahuan terhadap tingkat stress pasien diabetes yang menjalani diet. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan responden dengan wilayah yang lebih luas dan serta mengembangkan intervensi yang lebih baik untuk meningkatkan pengetahuan tentang diet pada pasien diabetes melitus.
ABSTRACT
The correlation between knowledge level and diabetes self-management towards stress level of patients DM with diet. Knowledge is very important in developing diabetes self-management to prevent the risk of long-term complications with a strict diet. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge and diabetes self-management with stress levels of people with diabetes mellitus who went on a diet. This study uses a cross-sectional design. The total samples obtained were 106 respondents with multistage sampling, inclusion criteria included patients with DM <5 years with a range of ages 35-55 years, did not use insulin injection, DM patients were still married and lived with their families. Data are obtained with questionnaire of Knowledge of Diabetic Diet Questionnaire (KDDQ), a Self-Management Dietary Behaviors Questionnaire (SMDBQ), and a stress level on a diet. Data analyzed by the Spearman Rho. The results showed that the level of knowledge (p=0.049; r=-0.192) and diabetes self-management (p=0,000; r=-0,341) had a relationship to stress levels while on a diet. Diabetes self-management has a very strong relationship to the level of knowledge of the stress level of diabetics with diet. Future studies are expected to be able to use respondents with a wider area and develop better interventions to increase knowledge about diets in people with diabetes mellitus."
Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
610 JKI 22:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rizkia
"Hipertensi merupakan komorbid yang dapat menyebabkan perburukan prognosis pasien COVID-19. Pasien hipertensi perlu menerapkan perilaku manajemen diri meliputi integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan, monitoring tekanan darah, dan mematuhi regimen pengobatan. Namun, pasien hipertensi belum menerapkan perilaku manajemen diri secara adekuat yang menyebabkan tidak terontrolnya tekanan darah hingga menyebabkan komplikasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku manajemen diri pasien hipertensi pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini melibatkan 144 responden dengan desain penelitian cross sectional yang diseleksi menggunakan systematic random sampling. Perilaku manajemen diri klien hipertensi diukur menggunakan Hypertension Self-Management Behavior Questionnaire (HSMBQ). Hasil penelitian menunjukkan 65,9% perilaku manajemen diri pasien hipertensi dalam kategori cukup. Sekitar 70,1%, 66%, 63,2%, 74,3%, 85,4% pasien hipertensi memiliki kategori cukup dalam intergrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan, monitoring tekanan darah, dan kepatuhan regimen pengobatan. Pandemi COVID-19 berkontribusi dalam perilaku manajemen diri pasien hipertensi, dimana pasien menyadari perilaku manajemen diri penting sebagai upaya perawatan diri. Peran edukator dan konselor perawat komunitas perlu dimaksimalkan untuk meningkatkan perilaku manajemen diri pasien dengan memanfaatkan berbagai teknologi digital.

Hypertension is a comorbid condition that can worsen the prognosis of COVID-19. Hypertensive patients need to apply self-management behaviors including self-integration, self-regulation, interaction with health workers, monitoring blood pressure, and complying with treatment regimens. However, hypertensive patients have not implemented adequate self-management behavior which causes uncontrolled blood pressure to cause complications. This study was conducted to identify the self-management behavior of hypertensive patients during the COVID-19 pandemic. This study involved 144 respondents with a cross sectional using systematic random sampling. Management behavior of hypertensive clients was measured using Hypertension Self-Management Behavior Questionnaire (HSMBQ). The results showed that 65.9% of the self-management behavior of hypertensive patients was in the sufficient category. Approximately 70.1%, 66%, 63.2%, 74.3%, 85.4% of hypertensive patients had sufficient category in self-integration, self-regulation, interaction with health workers, blood pressure monitoring, and adherence to medication regimens. The COVID-19 pandemic has contributed to the self-management behavior of hypertensive patients, where patients realize that self-management behavior is important as a self-care effort. The role of community nurse educators and counselors needs to be maximized to improve patient self-management behavior by utilizing various digital technologies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Risczka Rosdianty
"Skripsi ini membahas faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen diri penyakit diabetes melitus pada peserta JKN di wilayah Jakarta Selatan tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan studi observasional dengan tipe cross sectional. Hasil penelitian didapatkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dan lama menderita dengan manajemen diri penyakit diabetes melitus.

This study focuses on the factors that related to self management of type 2 diabetes mellitus on JKN patients in South Jakarta in 2019. This research is quantitative research with observational study and cross sectional type. The result of this study is the positive correlation between family supports and duration of patients in suffering from type 2 diabetes mellitus with self management diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>