Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Benny Lubiantara
"Outsourcing akhir akhir ini merupakan salah satu alternatif yang paling populer dalam industri perminyakan. Tuntutan untuk mempertahankan laba akibat adanya penurunan produksi secara alamiah menyebabkan perusahaan minyak memilih strategi outsourcing sebagai sarana untuk menekan biaya (cost reduction). Namun demikian, faktor pendorong utama bagi perusahaan untuk melakukan outsourcing adalah untuk kembali ke core business perusahaan yaitu bagaimana menemukan cadangan minyak baru dan memproduksikannya seefisien mungkin, disamping alasan alasan lain seperti : pengurangan biaya maupun penghematan (cost saving).
Pemilihan strategi outsourcing sangat mungkin dilakukan karena secara tradisional perusahaan minyak melakukan semua aktivitas pendukungnya. Faktor lain yang menguntungkan adalah banyaknya perusahan atau jasa pendukung yang tersedia sehingga mempermudah pemilihan mitra kerja yang dapat melakukan aktivitas pendukung tersebut. Melalui program outsourcing akan dipiih mitra kerja yang paling tepat, dengan demikian aktivitas pendukung akan dijalankan oleh mitra kerja dengan lebih effisien karena aktivitas tersebut adalah core businessnya.
Perusahaan minyak Pegassus melakukan program outsourcing terhadap salah Satu aktivitas pendukungnya yaitu : Electrical Submersible Pump Department (ESPD), ESPD bertanggung jawab terhadap pengadaan, pemiihan, pemasangan serta pencabutan pompa kedalam maupun keluar Sumur minyak. Pompa tersebut dipasang didalam sumur untuk membantu agar minyak dapat diproduksikan sampai ke permukaan, disamping itu dengan dipasangnya pompa, laju produksi dapat dioptimumkan.
Pemilihan ESPD disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : secara teknis penanganan ESP sangat kompleks sehingga memerlukan keahlian khusus, biaya yang dikeluarkan oleh departemen ini besar, perkembangan teknologinya berlangsung cepat, namun yang paling penting adalah kriteria kinerjanya mudah diukur. Kinerja pompa minyak diukur berdasarkan berapa lama pompa tersebut dapat bertahan didalam sumur mulai dari pemasangan sampai saat mengalami kerusakan, makin panjang-umur pompa makin baik kinerjanya.
Apabila terjadi kerusakan pada pompa, karena perusahaan minyak Pegassus beroperasi di lepas pantai (offshore), maka untuk perbaikan pompa yang terdiri dari pencabutan pompa lama dan pemasangan pompa baru memerlukan bantuan barge (fasilitas terapung yang dilengkapi dengan peralatan untuk membantu kegiatan perminyakan). Disamping perusahaan harus menganggung biaya pompa yang baru, perusahaan juga menanggung biaya sewa barge dan personalnya. Kedua biaya tersebut mahal, Selanjutnya apabila kerusakan pompa cukup sering terjadi, maka beberapa sumur harus menunggu giliran untuk diperbaiki karena barge yang disewa jumlahnya terbatas. Dari sini dapat dilihat akan timbul kerugian berikutnya yaitu kehilangan kesempatan produksi karena adanya periode menunggu perbaikan. Besarnya kehilangan kesempatan produksi ini bervariasi sesuai dengan produktivìtas dari masing masing sumur yang pompanya sedang mengalami kerusakan tersebut.
Kerusakan pompa dapat disebabkan oleh kurang dipenuhinya prosedur standar pada waktu pompa dipasang, kurang akurat dalam mendisain tipe/ukuran pompa yang tepat, bisa juga dipengaruhi oleh karakteristik sumur seperti temperatur yang tinggi, viskositas fluida dan sebab sebab lainnya. Karena jumlah sumur di Pegassus mencapai 260 yang semuanya diproduksikan dengan menggunakan pompa, maka kinerja pompa yang buruk (umur pompanya pendek) akan menimbulkan biaya yang besar (biaya perbaikan pompa dan kehilangan kesempatan produksi). Dengan adanya program outsourcing, pekerjaan seperti : disain, pemiihan dan pemasangan pompa diserahkan pada pthak yang lebth ahli yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan pompa.
Tujuan dari program outsourcing ini adalah menghasilkan situasi yang win-win antara pihak Pegassus dengan pihak ketiga yang dipilih, situasi ini dicapai apabila pompa yang dipasang dapat berumur panjang, karena pada situasi ini kedua pihak saling diuntungkan, pihak Pegassus dapat menekan biaya karena frekwensi perbaikan pompa yang sedikit disamping itu karena umur pompanya panjang, maka kontinuitas produksi dapat dipertahankan. Sedangkan mitra kerja yang dipilih melakukan aktivitas ini juga diuntungkan, karena akan memperoleh bonus sesuai kesepakatan sebagai akibat meningkatnya kinerja pompa. Manfaat yang lebih penting bagi perusahaan Pegassus adalah denan adanya program outsourcing ini perusahaan lebih dapat berkonsentrasi pada hal hal lebih strategis seperti berkonsentrasi pada strategi peningkatan produksi dan penemuan cadangan baru.
Perencanaan strategi outsourcing yang baik baru merupakan tahap awal karena tahap berikutnya yang lebih penting adalah bagaimana implementasinya agar sasaran yang telah dibuat dapat dicapai. Salah satu temuan (finding) dalam implementasi program outsourcing adalah masalah pengurangan pegawai dan departemen tersebut. Masalah ini perlu diselesaikan dengan baik karena dapat menghambat rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pihak perusahaan harus melihat bahwa pengorbanan biaya untuk proses pengurangan pegawai tidak signifikan díbandingkan dengan benefit program ini dalarn jangka panjang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramastra Lalean
"perusahaan minyak Lestari Oil adalah suatu perusahaan minyak asing yang bekerja sama dengan Pertamina melalui sistem bagi hasil dengan pembagian keuntungan 85 15 untuk pertamina : Lestari Oil. Perusahaan ini mendapatkan konsesi dan beroperasi di suatu bagian wilayah negara Indonesia sejak tahun 1979. Konsesi ini akan berakhir pada tahun 2000. Sebelum tahun 1979, blok ini telah dieksplorasi oleh perusahaan minyak X selama 10 tahun, tetapi perusahaan minyak X tidak berhasil menemukan lapangan minyak. Dalam waktu 10 tahun pertama, perusahaan minyak Lestari Oil telah berhasil menemukan dan mengembangkan beberapa lapangan minyak, dan sekarang pada tahap 10 tahun terakhir.
Produksi awal perusahaan Lestari Oil adalah 30.000 barel per han (bph) dan lapangan L di lepas pantai. Dan produksi awal kemudian ditemukan dan dikembangkan beberapa lapangan minyak baru seperti M (lepas pantai), K, N, S, dan Lapangan V (pantai). Produksi puncak dari seluruh total lapangan pernah mencapal sekitar 70.000 bph. Dengan terus diproduksikannya minyak dan sumur-sumur di lapangan tersebut, maka produksi minyak mentah Lestari Oil lambat laun mengalami penurunan Saat ini tingkat produksi minyak Lestari Oil berkisar sekitar 35.000 bph (industri minyak adalah industri ýang tidak terbaharui). Dengan kecenderungan tingkat produksi yang semakin turun, bila tidak ada penambahan cadangan baru dengan penemuan-penemuan lapangan baru, maka pada suatu waktu produksi minyak Lestari Oil akan mencapai suatu batas ekonomis tertentu yang tergantung pada besar biaya operasinya.
Saat ini, dinyatakan di daerah konsesi yang dikontrak oleh Lestari Oil, sebagai daerah yang telah jenuh, jadi tidak ada lagi untuk sementara ini program pencarian cadangan cadangan baru maupun program-program pengeboran sumur-sumur baru. Lestari Oil sedang menghadapi tahapan decliningnya. Sebagai layaknya suatu organisasi atau perusahaan, maka tentu saja Lestari Oil dengan kondisinya tersebut menghadapi problematika untuk terus mengoptimalkan aset-asetnya, terus Survive, dan agar terus mampu meraih keuntungan dalam persaingannya dengan perusahaan-perusahaan minyak lainnya, yaitu mempunyal tingkat profitability yang di atas rata-rata perusahaan di dalam industri minyak. Diperlukan kemampuan dalam mengidentiflkasikan faktor-faktot kunci di dalam maupun di luar lingkungan Lestari Oil untuk dianalisa dan dipelajari sebaik-baiknya dan secara mendalam agar Lestari Oil dapat menyusun perencanaan strategis yang tepat dan menyusun formulasi langkah-Iangkah strategis yang dirasa perlu untuk menerapkan pada prioritas utama, efisiensi dan efektifitas usaha dalam memproduksikan inyak bumi pada kondisi yang paling optimum.
Penentuan strategi usaha secara manajerial - yang tepat bagi Lestari Oil di dalam perjalanan usahanya (khususnya dalam kondisi declining seperti sut ini) dan di dalam menghadapi persaingannya, dengan mencoba meninjau dan mempelajari semua aspek dan faktor yang terkait secara komprehensif, mendalam, dan menyeluruh, diharapkan dapat membawa implikasi pada optimalisasi usaha dan optimalisasi aset-aset Lestari Oil, paling tidak sampai batas perjanjian kontrak dengan Pertamina berakhir, yaitu tahun 2000. Analisa dan studi ekonomi, kemungkinan re-strukturisasi bagan organisasi guna menerapkan hubungan dan tatanan kerja yang lebih sesuai, dan analisa manajemen sumberdaya manusia juga disertakan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Augustinus Wibowo Priba
"PT XYZ adalah perusahaan distribusi BBM yang telah berdiri sejak tahun 1968. Perusahaan ini mendistribusikan BBM (Solar, Diesel, Residu, Premium) produksi PERTAMINA kepada pelanggan-pelanggan industry sesuai dengan alokasi yang dimiliki.
Seiring dengan perkembangan jaman, pihak manajemen perlu untuk melakukan beberapa perbaikan sebagai upaya untuk dapat tetap bertahan dan bertumbuh secara berkelanjutan, terutama dalam menghadapi kendala- kendala yang semakin beragam (penyelundupan, pengoplosan BBM) dan persaingan yang semakin ketat (lersaingan biaya dan pelayanan).
Pada mulanya perusahaan menerapkan strategi ganda yaitu strategi low cost dan strategi diferensiasi. Ketidakkonsistenan dalam penerapan strategi ini menyebabkan perusahaan tidak mempunyai arah yang jelas dan tidak memiliki dasar yang pasti dalam pengambilan keputusan-keputusan strategis.
Setelah melalui pengamatan dan survey terhadap pelanggan maka sejak setahun yang lalu PT. XYZ memutuskan menerapkan strategi diferensiasi ini maka PT. XYZ juga melakukan peningkatan kemampuan teknologi informasinya dengan menerapkan system computer terintegrasi.
Selama pelaksanaan strategi ini perusahaan dapat mempertahankan bahkan menambah pelanggannya selain itu dari segi pelayannya pun menunjukkan peningkatan dengan semakin berkurangnya keluhan pelanggan dan semakin cepatnya penyelesaian keluhan pelanggan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T5821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danu Permana
"Outsourcing merupakan salah satu alat manajemerl dalam rangica pelaksanaafl strategi bisnis perusahaan. Outsourcing dilakukan dengan cara melepaskan aktifitas fungsi? fungSi tertentu pacla pihak luar sebagai mitra kerja baik menggunakan fasilitas mereka maupun tidak dimana fungsi tersebut dinilai tidak berkaitan dengan pengembangan kompetensi inti perusahaan sehingga penggunaan sumberdaya internal dapat dilakukan secara efektif. Hal ini akan membawa dampak strategis pada perusahaan dikarenakan terbentukya kompetensi inti agar perusahaan mempunyai keunggulan bersaing (competitive advantage) ditentukan oleli sumber daya internal yang dimiliki (resources-based model).
PTCSE merupakan perusahaan PMA yang berdiri tahun pada 1995 dengan bisnis inti adalah jasa desain dan rekayasa dan konsultansi. Bidang industri yang dilayani adalah sektor industri ekstrasi metal,metal, resin dan kimia dan perlindungan lingkungan. Dalam bisnis ini bidang kerja perusahaan meliputi desain dan rekayasa sistem atau sub sistem dari industri yang dilayani.
Dengan menerapkan strategi outsourcing dan sejak awal berdirinya, PT. CSE juga terjun dalam bisnis peralatan pabrik dengan menghasilkan beberapa produk yang berkaitan dengan bidang industri pada bisnis intl. Serangkaian produk tersebut dinamakan CSE Brand. PT.CSE secara strategis tídak menanamkan investasi pada asset peralatan produksi sebagai fungsi manufaktur guna menghindari tingkat resiko yang besar. PT.CSE Iebih berkonsentrasi pada pernilikan sumber iaya manusia dan teknologi yang mampu menjalankan fungsi engineering yang unggul.
Sebagai pihak yang melakukan outsourcing (outsourcer) PT. CSE menyerahkan fungsi manufaktur pada industri peralatan pabrik (pemesinan) nasional sebagai pihak yang mcejalankan fungsi manufaktur tersebut atau outsourcee. Untuk itu permasalahan dalam tulisan ini dirumuskan sebagai berikut:
  • Fungsi rnanufaktur dalam indusiri peralatan pabrik memegaflg peraflan penting dalam proses penciptaan produk aichir yang nantinya di serahkan pada konsumen. Dengan bersandar pada kondisi industri pemesinan nasional saat ini, apakab pola outsourcing yang dijalankan dapat mencapai basil yang diharapkan. Seiain itu untuk mendapatkan pola outsourcing yang efektif, bagaimana bentuk hubungan outsourcing ini sehanisnya dijalankan terutamanya mengingat paxla standar kualitas produk yang ingin dicapai.
  • Sebagai perusahaan yang sejak awal berdirinya rnelaksanakan pola outsourcing yang bersifat strategis maka membawa implikasi path penentuan kompetensi Intl yang mesti dikembangkafl oleh manajeflien. Dengan model outsourcing ini, perlu diidentifilcasi kompetensi hifi perusahaan agar niendapatkan keunggLilan bersaing yang berkelanjutan.
Masalah spesifik lain bagi PT. CSB adalah bagaimana arah pengembangan strategi di masa depan memanfaatkan model outsourcing dan sumber daya internal yang dimiliki. Pendekatan dalam mengidentifikasi kompetensi inti dalam studi ini melalui pengkajian terhadap operasi produksi dan atribut produk yang diunggulkan oleh perusahaan yaitu diliputi harga produk yang Iebih murah daripada produk ex-impor dan produk telah menerapkan teknologi yang modern dan teruji. Dari kajian didapat kompetensi intl PT. CSE adalah de.cai,s peraki tan pabrik dan rekayasa sistem dan fun gsi procurement. Kompetensi inti merupakan suatu kombinasi dan kapabilitas dalam organisasi berupa:
  • Kualitas desain peralatan
  • Iníegrasi kernampuan desain peralatan ke dalam rekayasa sistem
  • Manajemen Pengetahuan
  • Keefektifan outsourcing
Dengan bantuan skematik routing kemudian dibahas keunggulan bersaing dad perusahaan yang bersumberkan dan kompetensinya. Kompetensi inti yang climiliki selain memberikan keunggulan bersaing pada produk akhir berupa jasa engineering atau rekayasa peralatan pabrik juga memberikan keunggulan bersaing dalam bisnis produk akhir berupa produk peralatan pabrik dengan cara melakukan strategi outsourcing.
Kesempatan meleveraging kompetensi inti dan PT. CSE melalui pola outsourcing diwujudkan dalam bentuk kemampuan menghasílkan produk peralatan pabrik. Eksploitasi dad kompetensi inti yang dimiliki oleh PT. CSE saat ini diintegrasikan dalam strategi dfferentiatiOfl focused dimana perusahaafl mengadakan diferensiasi produk pada suatu pangsa pasar tertentu saja. Lebih jauh lagi dalam meleveraging kompetensi intinya dikemukakan pula pengembangan strategi bersaing untuk mendapatkan tingkat keberlanjutan (sustainability) keunggulan bersaing yang lebih baik. Alternatif strategi bersaing yang dapat dilakukan:
  • Strategi tingkat korporat
    Mengembangkan hubungan dengan perusahaan engineering Jepang dahain suatu aliansi strategis.
  • Strategi tingkat bisnis
    Penataan rantai fluai perusahaan untuk mendapatkan atribut produk dalam menjalankan strategi differentiation.
Tinjauan atas kefektifan pelaksanaan outsourcing dalam mencapai produk yang memuaskan konsumen diukur dengan mecari keluhan-keluhan basil proses outsourcing. Ditentukan adanya hasil fabrikasi dañ mifl kerja yang kurang memuaskan. Untuk itu penelaahan atas tahapan implementasi outsourcing menyimpulkan bahwa kontrol kuatitas terhadap keria dañ mura perlu ditingkatkan dengan memperhatikan hal - hal:
  • Manajemen Kontrol Kualitas
  • Hubungan pola outsourcing dengan mitra kerja
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T5916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ziefa Mahardani
"Pembahasan datam karya akhir ini adalah analisa strategic insourcing yang diimplementasikan oleh PT. X pada departemen billing & collection untuk pengembangan teknologi dan sumber daya manusia yang dimilikinya. Analisa juga dilakukan pada strategi outsourcing yang diterapkan sebelum pembentukan departemen tersebut, lalu dilanjutkan dengan proses pengambil alihan hingga pembahasan kinerja.
Pada awal memulai bisnisnya, PT. X sebagai perusahaan utilitas yang mengambil alih manajemen dan asset perusahaan lama, dihadapkan pada situasi lingkungan bisnis yang tidak kondusif PT. X menghadapi berbagai tekanan baik dari pihak eksternal maupun internal. Kondisi yang ada pada saat itu adalah:
  • PT. X menghadapi tuduhan KKN karena melakukan penandatanganan kontrak pada masa orde baru sehingga menurut masyarakat kontrak itu seharusnya dibatalkan
  • Dari dalam perusahaan, PT. X harus menghadapi resistensi dan karyawan lama yang diambil alih oleh mereka, pada akhirnya karyawan lama sebagian besar bersedia bekerja sama namun bagian billing & collection masih belum mau bergabung.
Dalam menghadapi situasi seperti ini, perusahaan harus dapat mengelola berbagai sumber daya yang dimilikinya dengan seefektif dan seefisien mungkin, selain itu mereka juga harus menunjukan kinerja yang lebih baik dan perusahaan sebelumnya dan indikator yang jelas adalah perbaikan kualitas produk yang dapat dirasakan dalam waktu singkat.
Untuk mencapai hasil dalam waktu yang singkat dan diliputi suasana ketidakpastian yang cukup tinggi, maka manajemen akhirnya memutuskan untuk melakukan Business Process outsourcing pada fungsi billing & collection, dengan rincian analisa faktor-faktor penyebab sebagai berikut.
  1. PT X harus mernpelajari terlebih dahulu budaya perusakìaan sebeLumnya dalani membentuk struktur organisasi dan sistem penagihan pada industri utility yang berlaku di Indonesia,
  2. Manajemen hams memfokuskan dahulu energi,konsentrasi dan waktunya pada segi operasional yang tingkat kepentingannya dianggap lebih tinggi
  3. Tingkat ketidakpastian alcan keberadaan perusahaan yang masih cukup tinggi
  4. Belum menguasai teknologi, baik instrumen, cara keqa, perangkat keras maupun perangkat lunak pada bagian billing and collection yang dipergunakan pada perusahaan lama
Setelah berjalan beberapa waktu, ternyata kinerja Business Process Oustsourcing ini tidak berjalan seperti yang diharapkan dan akhirnya kontrak tersebut tidak diperpanjang kembali karena beberapa faktor berikut:
  1. Permasalahan pelaporan yang tidak tepat waktu dan terpercaya
  2. Adanya usaha untuk mengintegrasikan sistem dan teknologi informasi
  3. Tidak adanya proses alih pengetahuan (transfer of knowledge )
  4. Adanya keluhan dari pelanggan
Setelah menghentikan proses outsourcing tersebut perusahaan memutuskan untuk melakukan proses insourcing dengan model kerja sama yang mengkombinasikan kebaikan dari insourcing dan outsourcing. Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah antara pihak eksternal, dalam hal ini adalah konsultan, dengan pihak internal / karyawan. dalam mengembangkan perangkat lunak aplikasi pada sistem dan teknologi informasi perusahaan. Model kerja sama tersebut dalam kaitannya dengan pengembangan sumber daya manusia sering disebut dengan strategic insourcing, dimana orang-orang konsultan bekerja bersama dalam satu team dengan karyawan perusahaan, saling bertukar pikiran berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan diawal kerja sama.
Proses Insourcing ini telah berhasil menghasilkan kemajuan yang terlihat dari indikator kinerja yang melihat kembali faktor-faktor penyebab perusahaan menghentikan proses outsourcing, yaitu:
  1. Pelaporan menjadi tepat waktu dan terpercaya karena dihasilkan oleh perusahaan sendiri
  2. Sistem dan teknologi informasi telah terintegrasi dan sesuai dengan strategi korporat
  3. Proses penciptaan pengetahuan pada perusahaan beijalan dengan baik
  4. Keluhan dari pelanggan mengenai billing sudah berkurang drastis
Dari strategi sourcing yang telah dilakukan PT. X, terlihat bahwa perusahaan harus melakukan penyesuaian agar model sourcing yang dipìlih tidak berbenturan dan sesuai dengan kondisi lingkungan bisnis, baik internal maupun eksternal. Manajemen harus bisa menganalisa sejak dini kebaikan dan keburukan proses sourcing yang dilakukannya, apakah telah sesuai dengan strategi dan misi perusahaan dan bagaimana dampaknya pada kinerja organisasi saat ini maupun dimasa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T4757
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
IG. Ngurah Askhara Danadiputra
"ABSTRAK
Dengan adanya krisis ekonomi yang terjadi hingga saat ini, yang di mulai dengan
jatuhnya nilai tukar mata uang Rupiah pada pertengahan tahun 1997, menyebabkan
hancumya sebagian besar dunia usaha di Indonesia. Tidak terkecuali dampaknya terhadap
Pertamina sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pengadaan bahan bakar
minyak dalam negeri, hal ini dikarenakan Indonesia masih mengimpor minyak mentah
dari luar negeri khususnya minyak yang berasal dari negara-negara Arab, yang
mempunyai kandungan gas buangan lebih rendah dan minyak yang dihasilkan oleh
Pertamina (Indonesia). Bahkan diprediksikan dalarn 10 tahun mendatang Indonesia akan
menjadi net importir untuk bahan bakar minyak dunia, hal ini disebabkan semakin
tipisnya cadangan sumur minyak yang ada di daerah-daerah.
Hal tersebut di atas mendesak Pertamina mencari alternatif energi lain untuk
menggantikan minyak bumi tersebut, baik untuk kebutuhan energi masyarakat maupun
sebagai penghasil devisa untuk negara. Cadangan gas bumi yang cukup besar di bumi
Indonesia mendorong Pertamina menekan investor asing untuk pendanaan eksplorasi gas
tersebut. Selain itu Pertamina juga harus bekerja sama dengan para kontraktor asing yang
memiliki teknologi eksplorasi yang canggih dan efisien, hal ini penting mengingat gas
yang diambil untuk bisa di jual ke luar negeri hanya efisien secara ekonomis
didistribusikan dengan pipa sepanjang maksimum 4000 kilometer, selebihnya harus
dicairkan melalui proses hidranisasi sehingga dapat diangkut dengan kapal tanker.
Eksplorasi gas ini sebenarnya sudah benlangsung dari awal 1980-an, hanya saja kapasitas
dan biaya yang dibutuhkan serta teknologi yang digunakan tidak sebesar sekarang.
Dalam hal mencari pembiayaan eksplorasi tersebut Pertamina terbentur kepada
beberapa hal terutama menyangkut ketentuan Undang-undang S tahun 1971 yang
mengatur Pertamina sebagai pihak yang bertanggung jawab terhadap pengadaan dan
distribusi BBM di Indonesia. Salah satu diantaranya adalah retensi 5% yang diberikan
oleh Pemerintah untuk setiap hasil penjualan produk dari suatu proyek, hal ¡ni memaksa
Pertamina untuk mencari pembiayaan yang tidak melibatkan asset Pertamina sebagai
jaminan pembiayaan yang Iazimnya berlaku.
Dalam perkembangarinya, pembiayaan yang dipilih adalah pendanaan proyek
yang tidak melibatkan collateral tambahan untuk menjamin pembiayaan proyek.
Pendanaan ini sangat bergantung kepada kekuatan cash flow yang digunakan sebagai
pengembalian pinjaman dan bunga proyek. Penentuan skema pembiayaan juga
mempunvai peranan penting khususnya bagaimana mengatur arus kas yang digunakan
sebagai sumber pelunasan. Skema Trustee Borrowing Scheme sangat membantu
Pertamina sebagai kordinator/manajemen dalam pembiayaan eksplorasi gas Bontang
(Bontang LNG Reability Enhancement-BLRE).
Dari analisa yang dilakukan pada karya akhir ini disimpulkan bahwa proyek
BLRE yang memakan biaya USD 303 juta ini dan melibatkan para lender komersial
dunia, memberikan nilai tambah finansial yang rendah kepada Pertamina sebagai
penanggung jawab proyek BLRE ini. Dengan pendapatan hanya dari retensi Pemenintah
sebesar 5% dari total hasil penjualan gas tersebut maka Pertamina secara keseluruhan
tidak mendapatkan manfaat yang berarti. Hal ini ditambah dengan kenyataan bahwa
proyek ini tidak sepenuhnya full recourse, dalam artian hasil proyek (cash inflow)
membiayai semua kewajiban yang timbul akibat dari produksì proyek. Pertamina sebagai
sponsor harus bertanggung jawab bila terjadi penurunan harga yang dapat menyebabkan
terganggunya cash inflow proyek, di mana terlihat dari reserve account yang harus tetap
dijaga dengan nominal tertentu.
Dari beberapa kenyataan di atas dapat kita lihat bagaimana sebenarnya resiko
(biaya) yang ditanggung oleh Pertamina lebih besar bila dibandingkan dengan
pendapatan (retensi 5%) yang diterima. Sehingga perlu terobosan baru dalam skema
pembiayaan proyek BLRE ini.
Salah satu yang penting adalah bagairnana Pertamina merubah visi bisnis seperti
yang diterapkan saat ini, yang hanya menjadi kordinator dan manajemen proyek, menjadì
pemain yang lebih strategis sehingga mendapat nilai tambah secara nyata. Memposisikan
perusahaan menjadi intermediary antara produsen (PSC) dan pembeli luar negeri dapat
memberikan margin tambahan kepada Pertamina. Hal ini dapat dijelaskan sebagai
berikut, PSC sebagai produsen gas yang mempunyai komposisi bìaya at cost (semua
pendapatan dinyatakan dalam biaya produksì) menjual bahan baku gas tersebut kepada
Pertamina, yang kemudian oleh Pertamina diolah menjadi bahan setengah jadi (LNC3 atau
Petrochemical gas) dan baru dijual kepada pembeli luar negeri, sehingga dalam skema
besar tersebut resiko yang diterima oleh Pertamina seimbang dengan pendapatan yang
diperoleh.
Kelayakan proyek didukung dengan perhitungan serta analisa yang mencakup
kepada economic analysis, financial analysis dan analisa kualitatif yang memberikan
fakta perhitungan bahwa pendanaan proyek BLRE ini layak untuk dibiayai. Hal penting
lainnya adalah price sensitivitas yang dilakukan cukup ekstnim yaitu 40% dibawah harga
pasar, namun dengan perhitungan dengan formula harga yang telah disepakati, cash
inflow tetap dapat menjamin pembayaran kewajiban proyek. Selain itu juga dibahas
interest rate parity, yaitu menjelaskan alasan penggunaan sukubunga USD yang secara
kasar lebih besar dari pembiayaan mata uang kuat lainnya seperti Jepang Yen dan
Pounsterling.
Pada akhirnya tulisan ¡i i diharapkan membuka hal-hal yang dapat meningkatkan
nilai perusahaan Pertamina, terutama dalam hal pemutusan pembiayaan proyek-proyek
besar baik yang dilakukan oleh Pertamina maupun industri migas nasional pada
umumnya, Hal ini juga penting diketahui oleh institusi pembiayaan baik komersial seperti
bank umum, maupun institusi finansial iainnya, agar dapat lebih terbuka melihat
pembiayaan yang dilakukan Pertamina, dimana pengembalian proyek tidak melulu dan
adanya colateral tambahan dari perusahaan itu saja, namun mengetahui bahwa
pembiayaan dengan menggunakan project finance lebih menguntungkan dan cocok untuk
pembiayaan proyek pada saat krisis ini, khususnya dalam pembiayaan proyek energi.
"
2001
T1557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasoit, Novana Utama
"Setelah mengalami krisis moneter yang berat pada tahun 1998, pada tahun 1999 dan 2000 Indonesia mulai menunjukkan gejala pemulihan ekonomi ditandai dengan menguatnya nilai tukar rupiha terhadap dollar Amerika, hal ini membawa perubahan dalam kegiatan usaha sektor rill di Indonesia.
Pemulihan ekonomi ini juga menyebabkan kembali bertumbuh permintaan kendaraan bermotor di Indonesia, terlebih dengan adanya kebijaksanaan pemerintah yang mengurangi bea masuk kendaraan impor dalam bentuk CBU (completely built up) sehingga industri kendaraan bermotor mulai bangkit kembali.
Industri komponen sebagai industri penunjang yang sangat penting bagi industri kendaraan bermotor turut berkembang dengan adanya peningkatan permintaan kendaraan bermotor.
PT. AUP sebagai perusahaan yang bergerak di dalam produksi dan distribusi komponen kendaraan bermotor bermaksud untuk mengantisipasi perubahan pasar yang ada agar dapat mengembangkan bisnis dengan lebih luas.
Dalarn rungka pengembangan bisnis iini, PT. AOP memiliki filosofi dimana teknologi, pemasaran dan keuangan sepenuhnya dikendalikan sendiri tanpa adanya kerja sama dengan pihak asing seperti yang selama ini telah dilakukan. Dalam era sebelumnya, PT AOP banyak sekali tergantung pada mitra asing yang menjadi rekan kerja terutama di bidang teknologi dan cukup banyak pengaruh pada bidang pemasaran dan keuangan.
Untuk mengurangi ketergantungan pada pihak asing dan pada saat yang sama mampu mengembangkan bisnis yang ditunjang oleh kemampuan sendiri, maka PT. AOP berusaha dalam tahap awal bermaksud mengembangkan bisninya pada area yang tidak berteknologi tinggi dan investasi yang tidak terlalu besar serta dapat didukung oleh kompetensi dísiribusi yang telah dimiliki.
Setelah melalui perencanaan portfolio (portfolio planning) pada tingkat korporasi dengan filosoti di atas, ditentukan bahwa industri oil filter merupakan industri yang bisa dimasuki.
Untuk memasuki industri oil filter ini terdapat beberapa pilihan strategi masuk (entry strategy) yang dapat digunakan dengan mempertimbangkan kondisi persaingan, penghalang masuk (entry barrier) yang dibentuk oleh pesaing-pesaing yang sudah ada maupun yang secara nature industri sudah terbentuk serta pertimbangan filosofi perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi masuk (entry strategy) yang cocok agar PT. AOP mampu masuk dan bersaing dengan cepat pada industri oil filter inI khususnya pada pasar aftermarket.
Strategi masuk yang diusulkan adalah melalui akuisisi (acquisition) dengan alasan:
  1. Filosofi perusahaan dalam pengembangan bisnis, yaitu : inandiri teknologi, mandiri keuangan dan mandiri pemasaran.
  2. Persaingan dan evolusi industri
    • Pasar yang terbentuk masih berada dalam sikius sedang bahkan berpotensi besar berubah menjadi sikius cepat.
    • Evolusi industri berada dalam tahap bertumbuh meskipun ada kelebihan kapasitas industri dibandingkan permintaan domestik. Pada tahap pertumbuhan faictor-faktor produksi dan distribusi menjadi kekuatan untuk bersaing.
    • Dalam tahap pertunibuhaii ini segmen-Segmen yang potensial sudah diisi oleh pesaing pesaing yang sudah ada, niche market secara kuantitas belurn memenuhi skala keekonomian.
  3. Penghalang masuk
    • Adanya kebutuhan skala ekonomi (economies of scale) dan kurva pembelajaran (learning curve effect) untuk rneningkatkan efisiensi dan menurunkan harga
    • Adanya penghalang masuk strategis (strategic entry barrier berupa kapasitas produksi yang melebihi permintaan yang dibuat oleh pesaing-pesaing yang sudah ada sehingga penambahan kapasitas yang berlebih malah akan menyebabkan persaingan harga yang semakin tajam yang menyebabkan kesulitan pada perusahaan baru yang akan masuk.
    • Brand loyalty yang sudah terbentuk.
Dengan melakukan akuisisi, PT. AOP dapat mengatasi hambatan dan penghalang masuk yang ada dengan cepat, dimana hal ini tidak bisa dilakukan oleh pembentukan unit usaha baru yang memerlukan waktu lebih lama untuk memperoleh keunggulan kompetitif. Alternatif joint venture, meskipun dapat mengatasi hambatan dan penghalang masuk yang ada, tidak menjadi alternatif strategi masuk karena tidak sejalan dengan filosofi perusahaan yang mempunyai komitmen untuk memegang kendali penuh atas keputusan teknologi, pemasaran dan keuangan.
Dengan potensi perubahan pasar menjadi pasar sikius cepat maka PT. AOP perlu mempertimbangkan target perusahaan akusisi agar perusahaan tersebut mampu berintegrasi dengan teknologi dan corporate culture PT. AOP serta berpotensi untuk mengantisipasi pasar sikius cepat, yaitu kemampuan inovasi, kualitas, kecepatan respon serta kemampuan mengembangkan kemampuan pasar."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2455
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Edison
"Pengembangan manajemen strategi Outsourcing pada industri perminyakan semakin mendapat perhatian dan merupakan salah satu alternatif yang paling populer akhir-akhir ini. Strategi yang dimaksud adalah untuk menyelesaikan beberapa persoalan didalam manajemen industri pengeboran, dan telah berkembang cakupannya dan sekedar menangani masalah resource sharing, ke hal-hal yang lebih kompeks seperti kebutuhan teknologi maju. Penerapan outsourcing oleh perusahaaan-perusahaan minyak dan gas bumi yang dahulu dianggap sebagai kritikal dan strategis serta sangat berisiko bila diserahkan kepada mitra kerja dan luar, sekarang lebih dipermudah dengan banyaknya perusahaan atau jasa pendukung yang tersedia di pasar. Pemilihan mitra kerja outsourcing yang tepat alcan meningkatkan efisiensi dan efektivitas, oleh karena pada dasannya pekerjaan yang dilakukan meningkatkan core business dañ mitra kerja tersebut.
Vico Indonesia adalah perusahaan minyak multinasional yang menghasilkan dan mengelola minyak dan gas bumi yang beroperasi di Kalimantan Timur. Vico adalah salah satu perusahaan Production Sharing Contract (PSC) Pertamina atau perusahaan kontrak kerja bagi hasil dengan produksi utama berupa gas alam yang sampai saat ini berjumlah 1,500 MMCFD (juta kaki kubik per hari). Vico Indonesia juga memproduksi minyak dan kondensat sekitar 70,000 barel per hari sebagai produksi samping dan keempat lapangan.
Perusahaan ingin meningkatkan efisiensi dengan memusatkan perhatian pada kegiatan bisnis intinya, sedangkan aktivitas penunjangnya akan di-outsource kepada pihak ketiga. Aktivitas-aktivitas penunjangnya ini antara lain fungsi-fungsi services Seperti pengeboran sumur (drilling), dan penyelesaian (completion) sumur yang selama ini dilakukan dengan sistem selective outsourcing dengan pihak ke tiga, di mana unit menara pengeboran (rig) disewakan oleh rig contractor. Strategi pengembangan bersama baik bagi perusahaan Vico maupun outsourcer akan memberikan keuntungan bersama, di mana perusahaan yang tidak cukup memiliki sumber internal untuk melakukan kegiatan penunjangnya memanfaatkan kemampuan pihak ketiga untuk mengelola kegiatannya, sedangkan pihak ke tiga yang memiliki kemampuan dan pengetahuan (knowledge) yang lebih baik memberikan kebutuhan tersebut. Lebih lanjut perusahaan ingin melakukan outsourcing terhadap kedua menara pengeboran (rig) yang dimiliki dan yang selama ini dilakukan sendiri untuk kerja ulang sumur.
Dihadapkan pada tekanan dan para pemegang saham untuk mempertahankan laba akibat adanya penurunan produksi secara alamiah, serta kebutuhan akan fleksibilitas yang lebih besar untuk bereaksi pada perubahan karena penurunan produksi pada minyak dan gas bumi yang memiliki siklus produksi yang lebìh cepat (high depletion producing rate), membuat perusahaan ingin melihat lebih dekat apakah beberapa pekerjaan aktivitas penunjang (non-core) lainnya dapat di outsource-kan secara keseluruhan.
Manfaat lain yang tidak kalah pentingnya bagi perusahaan dengan adanya program outsourcing ini adalah pemusatan perhatian ke bisnis inti perusahaan. Menìngkatkan perhatian kepada bisnis inti dalam hal strategi peningkatan produksi melalui peningkatkan kompetensi inti di bidang teknologi industri pengeboran.
Tesis ini akan menganalisis tujuan dan strategi dari outsourcing manajemen pengeboran yang sedang berjalan, dengan lebih memusatkan perhatian kepada selective oursourcing dan insourcing dati sumber daya-sumber daya pada manajernen departernen pengeboran."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T5003
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Sukarni
"Tesis ini membahas anallsa dan perancangan Sistem Informasi Penggajian yang mencakup Sistem Personalia, Sistem Penggajian dan Sistem Penagihan pada PT. KNE. Tekhnik analisa dan perancangan yang dignnakan adalah metode FAST (Framework for the Applicolion of Systems Techniques). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengumpulkan informasi-informasi sebagai bahan penelitian berupa hasil wawancara dengan manajemen dan karyawan PT. KNE dan juga basil dokumentasi data. Hasil . penelitian ini menyarankan agar PT. KNE - Jakarta segera mengimplementasikan Sistem HRD, agar proses bisnis yang ada menjadi Jebih efisien danefektif.

The focus of this study is about Payroll Infonnation System analysis and design. This system including Personeel System, Payroll System and Invoicing System in PT.KNE. Systems analysis technic and·design methods in this thesis is FAST (For the Application of Systems Techniques) methods. This research .is a qualitative research that documenting all informations as a research resources such as direct interview with PT. KNE employee and management and also data documentations. The research shows that PT. KNE have to implemented the Payroll Infonnation Systems in order to gain a more efficient and effective business process."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25606
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Endarwan
"PT. Tri Dharma Wisesa (TDW ) merupakan produsen rem otomotif pertama di Indonesia dengan technical assistance dari Akebono Brake Industry Co. Ltd. Jepang. Dalam perkembangan selanjutnya, Akebono membeli sebagian saham TDW dengan rencana untuk melakukan ekspor produk ke Malaysia, Thailand dan Filipina.
Dalam upaya mempertahankan pangsa pasar domestik dan meningkatkan pangsa pasar ekspor yang memiliki tingkat kompetisi 1tinggi, TDW menghadapi masalah perumusan dan implementasi strategi bersaing yang tepat dalam rangka mempertahankan diri dan mengembangkan keunggulan bersaing berkesinambungan dengan tujuan memperoleh tingkat pengembalian di atas normal.
Untuk memecahkan persoalan tersebut, ruang lingkup pembahasan meliputi analisa terhadap strategi perusahaan, analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan serta analisa alternatif strategi terbaik bagi perusahaan. Metode analisa meliputi teknik Value Chain Analysis, Competitive Profile Matrix, TOWS Matrix, Boston Consulting Group Matrix dan Quantitative Strategic Planning Matrix.
Berdasarkan hasil analisa, strategi keunggulan biaya merupakan alternatif strategi bersaing terbaik bagi TDW untuk mempertahankan keunggulan bersaing dalam pasar domestik dan ekspor. Implementasi strategi keunggulan biaya melalui proses efisiensi dan kompetensi melayani pasar regional ASEAN, akan memberi kontribusi besar terhadap keunggulan bersaing perusahaan yang selama ini sangat tergantung kepada kebijakan proteksi pemerintah terhadap praktek monopoli."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>