Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84896 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rawina Winita
"Infeksi kecacingan yang disebabkan oleh Soil Transmitted Helminths (STH) merupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia. Upaya pemberantasan dan pencegahan penyakit kecacingan di Indonesia secara nasional dimulai tahun 1975 dan prevalensinya tahun 2003 turun sampai 8,9%. Namun dekade terakhir terjadi peningkatan prevalensi termasuk di Jakarta. Salah satu upaya pemberantasan kecacingan adalah dengan memberikan edukasi kecacingan untuk meningkatkan perilaku kebersihan diri sehingga dapat mencegah penyakit kecacingan. Penelitian ini bertujuan mengetahui angka kecacingan siswa SDN Pagi Paseban Jakarta Pusat setelah dilakukan edukasi kecacingan. Penelitian dilakukan secara analitik observasional dari bulan Desember 2010 sampai Juni 2011 terhadap 113 siswa melalui pemeriksaan feses dan kuesioner mengenai data perilaku kebersihan diri. Angka infeksi sebelum edukasi adalah 11,5% dengan spesies Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura serta infeksi campur A. lumbricoides dan Trichuris trichiura. Enam bulan setelah edukasi angka infeksi turun bermakna menjadi 0,9% (p=0,002) dengan jenis infeksi campur A. lumbricoides dan T. trichiura.

Intestinal Worm Eradication Efforts on Primary School Students. Intestinal infection caused by Soil Transmitted Helminths (STH) is a public health problem of Indonesia. Eradication efforts and disease prevention in Indonesia started in 1975 and its coverage can reduce the prevalence to 8.9% in 2003. But in Jakarta, the last decade prevalence of worm infection increased. Factors influence of high worm infection is a clean healthy behaviors. One effort to combat STH infection to do provision to improve personal hygiene behavior which can prevent the infection. This study aims to determine rates of STH worm to 113 students of SDN Paseban Central Jakarta after counseling about Soil Transmitted Helminths infection. The study was conducted from December 2010 to June 2011 by analytic observational through stool examination and questionnaire about personal hygiene. Rate of infection before counseling was 11.5% with species are Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura and mixed infection A. lumbricoides and Trichuris trichiura. Six month later after counseling infection rate decline signifacantly to 0.9% (p = 0.002) with a double infection type A. lumbricoides and T. trichiura."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Magdalena T.
"ABSTRAK
Infeksi cacing usus yang ditularkan melalui tanah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Angka prevalensi nasional untuk cacing gelang (askariasis) 70 - 90 %, cacing cambuk (trikuriasis) 80 - 95 % dan cacing tambang (ankilostomiasis) 30 - 59 %. Program pemberantasan kecacingan di Indonesia terdiri dari pengobatan, pemeriksaan tinja secara reguler dan penyuluhan. Fokus penelitian ini adalah penyuluhan dengan jenis penelitan praeksperimen, dengan kategori static group comparison, yang bertujuan membandingkan dua kelompok.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara penyuluhan yang telah diberikan dan pengetahuan, sikap & praktek tentang kecacingan ibu-ibu murid SD kelas VI. Penyuluhan pemberantasan kecacingan telah diberikan sejak anaknya di kelas III.
Pengumpulan data primer pada bulan Agustus 1996 dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen. Responden penelitian ini adalah kelompok ibu-ibu murid kelas VI dan kelompok ibu-ibu murid kelas I, Daerah penelitian di SDN Cilandak Barat 03 Pagi, SDI Asaadah dan SDI Alhuriah di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Sampel diambil secara purposif.
Sebagai kesimpulan dari penelitian ini, pengetahuan, sikap & praktek ibu ibu murid kelas VI menunjukkan hasil yang berbeda bermakna dengan pengetahuan, sikap dan praktek ibu-ibu murid kelas I.
Daftar Kepustakaan 54 (1974 - 1996)

ABSTRACT
The Relationship Between Health Education on Soil Transmitted Helminth Control Program and Knowledge, Attitude & Practice among Mothers of School age Children at Three Primary School in Cilandak Subdistrict, South Jakarta, 1996.Soil transmitted helminth infection is a public health problem in Indonesia. The National prevalence for Ascariasis is 70 - 90 %, Trichuriasis 80 - 90 % and Ancytostomiasis 30 - 59 %. Soil transmitted helminth control program in Indonesia consist of treatment, regular examination and health education. The focus of this study in on health education and the design was pre-experimental in static group comparison.
The objectives of this study is to know the relationship between health education and knowledge, attitude and practice about soil transmitted helminth among mothers of school age grade VI. Health education was given since their children at grade III.
The primary data was collected in August 1996 by using questioner as instrument. The respondent in this study was a group mothers of school age grade 6 and a group mothers of schoolage grade I. The study area was located in SDN Cilandak Barat 03 Pagi, SDI Asaadah and SDI Alhuriah in Cilandak Subdistrict, South Jakarta. The sampling method was purposively.
The result of this study shown that knowledge, attitude and practice were significantly different between mothers of school age grade VI and mothers of school age grade I.
Bibliography : 54 (1974 - 1996)
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lieska Prasetya S.D
"Infeksi cacing perut (soil transmitted helminthiasis ) merupakan masalah yang endemik di Indonesia. Survey oleh Depkes dan berbagai Fakultas Kedokteran di Indonesia menemukan prevalensi asksriasis 70% -- 90%, t ri khuriesis 80 - 95% dan cacing tambang 30% -59%. Pemeriksaan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1986 di sebuah sekolah di Jakarta Timur menemukan prevalensi 82.5%.
Melihat keadaan tersebut di atas, maka sejak tahun 1987 Forum Koordinasi Program Integrasi Pelayanan Kesehatan Keluarga dan Keluarga Berencana mulai melaksanakan Program Pemberantasan Cacingan di sekolah-sekolah dasar DKI Jakarta. Melalui program ini dilakukan berbagai bentuk penyuluhan kepada murid, guru dan orangtua murid, pemeriksaan laboratorium dua kali setahun dan pengobatan secara selektif.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui ada tidaknya perbedaan perilaku orangtua murid, dalam hal ini menyangkut pengetahuan, sikap, dan praktek antara orangtua murid yang mendapat program dengan yang tidak mendapat program dalam pemberantasan cacingan, di kelurahan Pisangan Baru Jakarta Timur.
Untuk mengetahui hal tersebut, maka responden penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapat program (Perlakuan) di Kelurahan Pisangan Baru dan kelompok yang tidak mendapat program (Kontrol) di Kelurahan Jatinegara Kaum. Mereka adalah orang tua murid kelas VI. Murid kelas VI diambil .karena mereka telah mengikuti program sejak kelas I.
Jenis penelitian ini adalah pra eksperimen, dengan kategori static group comparison, yang bertujuan membandingkan dua kelompok subjek seperti yang telah disebutkan di atas. Sampel diambil secara random sampling.
Sumber data pada penelitian ini adalah data primer, dengan menggunakan instrumen kuesioner. Pengambilan data oleh peneliti dibantu 8 orang mahasiswa Keperawatan Depkes R.I.
Ketiga variabel yang diteliti ( Pengetahuan, Sikap, Praktek) diuji dengan menggunakan uji X2 dan uji-T. Hasilnya memperlihatkan variabel pengetahuan dan variabel praktek menunjukkan perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol dalam pemberantasan cacingan (P{0.05). Artinya ada pengaruh program terhadap pengetahuan dan praktek responder. Responden perlakuan pengetahuannya lebih baik daripada responden kontrol. Sedangkan variabel sikap menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara perlakuan dengan kontrol (p>0.05). Artinya responden perlakuan tidak lebih baik sikapnya daripada responden kontrol.
Pengetahuan dengan sikap dan pengetahuan dengan praktek pada masing-masing kelompok ternyata berhubungan secara bermakna (p<0.05). Akan tetapi antara sikap dengan praktek pada kedua kelompok tereebut tidak mempunyai hubungan yang bermakna ( p>P.05).
Disimpulkan, bahwa secara keseluruhan terbukti ada perbedaan bermakna pada pengetahuan dan praktek responden yang mendapat program dengan yang tidak mendapat program dalam pemberantasan cacingan. Hal tersebut menunjukkan suatu keberhasilan pengelola program. Namun tentang sikap, kedua responden menunjukkan sikap yang sama. Hal ini tampaknya disebabkan oleh instrumen pengukuran sikap yang kurang tajam dan memerlukan penyempurnaan lebih lanjut.
Akhirnya, disarankan agar program pemberantasan cacingan terns diperluas, karena ternyata cukup berhasil dalam meningkatkan pengetahuan dan praktek responden, namun penyelenggara perlu meningkatkan pula beberapa aspek penyelenggaraannya guna lebih menunjang kelancaran penyelenggaraan program tersebut. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antarini B. Antojo
"Di Indonesia, prevalensi penyakit kecacingan perut cukup tinggi, yaitu berkisar antara 80 - 90%. Meskipun tidak langsung menyebabkan kematian, akibat dari penyakit kecacingan perut ini sangat merugikan, terutama apabila terjadi pada anak-anak. Masalah yang timbul didalam menanggulangi penyakit kecacingan perut ini adalah terjadinya reinfeksi sesudah dilakukan pengobatan, yang ternyata cukup tinggi, sehingga selain upaya pengobatan, juga perlu ditekankan pada upaya pendidikan kesehatan dengan maksud untuk meningkatkan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap penyakit kecacingan perut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan yang diberikan terhadap Pengetahuan, Sikap dan Perilaku murid SD tentang penyakit kecacingan perut. Jenis penelitian yang dilakukan adalah quasi eksperiman dengna mengambil sampel dari murid-murid SD yang memperoleh Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan Perut yang dilaksanakan oleh Forum Koordinasi Integrasi Pelayanan Kesehatan Keluarga dan Keluarga Berencana.
Dari hasil analisa diperoleh bahwa pendidikan kesehatan tentang pemberantasan penyakit kecacingan perut berpengaruh dalam meningkatkan Pengetahuan total murid-murid yang meliputi Pengetahuan tingkat I, Pengetahuan tingkat II dan Pengetahuan Tingkat III, yang berarti murid-murid telah mempunyai pengetahuan tentang jenis cacing yang dapat menimbulkan penyakit, tanda-tandanya, akibatnya dan upaya pencegahan serta pengobatannya.
Untuk Sikap total, ternyata tidak ada perbedaan antara Sikap kelompok eksperimen dan kontrol, yang mungkin disebabkan oleh karena pembentukan Sikap memerlukan waktu yang cukup lama, yang belum terlihat dari hasil penelitian ini. Akan tetapi berdasarkan tingkatan Sikap, terlihat adanya perbedaan untuk Sikap tingkat III tidak menunjujjab adanya perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok, yang berarti bahwa Sikap Total ditentukan oleh Sikap tingkat III. Demikian pula perilaku pada kedua kelompok menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna, dan hal ini mungkin disebabkan karena penentuan alat ukur perilaku yang kurang tepat."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meha, Nehru
"Sampah merupakan permasalahan yang dihadapi seluruh wilayah di Indonesia, bahkan menjadi perhatian dan kepedulian dunia internasional. Upaya menjaga kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungan, pengeloalan sampah menjadi komitmen berbagai bangsa. Sebagai konsekuensinya, maka semua aspek pembangunan perlu memperhatian kelestarian lingkungan hidup (Kusumaatmadja, 1996).
Pengelolaan sampah bukan semata menggunakan teknologi canggih, tetapi lebih membutuhkan perubahan perilaku individu dalam mengelola sampah dan melestarikan lingkungan (Bell, etal, 2001). Konsep pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan di beberapa negara sudah diajarkan di sekolah-sekolah sejak dini, bahkan masuk dalam kurikulum pengajaran. Di Indonesia, konsep green curricullum diperkenalkan sejak tahun 1996 dengan peluncuran buku Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup. Pendidikan Lingkungan Hidup dilakukan dengan penyampaian bahan ajar yang diintegrasikan dengan mata pelajaran yang terkait. Realitasnya, penerapan green curriculum masih jauh dari memuaskan. Perilaku membuang sampah dan pengelolaannya dengan benar nampaknya belum sepenuhnya dipahami oleh murid-murid di sekolah.
Program intervensi ini ditujukan bagi murid-murid Sekolah Dasar Pondok Pekayon Indah (PP1) Bekasi untuk meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan perilaku membuang sampah serta mengelola sampah dengan benar. Di lingkungan PPI Bekasi, sebelumnya telah dilaksanakan program intervensi terhadap perilaku ibu-ibu rumah tangga dalam pengelolaan sampah domestik serta program daur ulang terhadap remaja di lingkungan yang sama.
Baseline study dilakukan dengen metode wawacara semi berstruktur dan observasi lapangan. Teori-teori yang mendasari intervensi ini adalah teori psikologi komunitas, dan teori psikologi perkembangan usia 7 - 12 tahun (masa middle chilhood).
Strategi yang digunakan adalah intervensi edukasi melalui pembelajaran dengan metode active learning. Proses pembelajaran metode active learning dilakukan dalam bentuk pelatihan, simulasi, dongeng, dan fieldtrip.
Perubahan secara khusus terjadi adalah murid mempunyai pengetahuan tentang sampah, membuang sampah dengan benar, mengetahui dampak terhadap lingkungan bila membuang sampah sembarangan. Selain itu, telah tersedia fasilitas atau tempat pembuangan sampah (tong-tong sampah) secara terpisah di setiap kelas, juga adanya mekanisme pengelolaan sampah di sekolah. Secara umum adanya peningkatan perilaku, murid-murid membuang sampah pada tempatnya dan terbentulmya tim piket pengawas. Tim pengawas terdiri dari guru dan murid yang mengikuti pelatihan.
Sebagai program intervensi berikutnya, penulis menyarankan pembentukan Tim GPI. Kids (Anak-anak Peduli Lingkungan) sekaligus sebagai kesinambungan dan sinergi dari program GPL ibu-bu dan melaksanakan kegiatan ?Lomba Sekolah Bersih? se-kecamatan Bekasi Selatan secara rutin setiap tahun. Selain itu perlu pula diadakan lomba menggambar dan mengarang bertemakan ?Anak Peduli, Lingkungan Bersih dan Berseri? bagi seluruh anak-anak Sekolah Dasar di kecamatan Bekasi Selatan, dan bila memungkinkan se-kabupaten/kodya Bekasi. Perlu juga dipersiapkan program untuk anak-anak tingkat SLTP sebagai pilot project berupa pelatihan pemanfaatan sampah organik dan anorganik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18742
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlila
"Infeksi cacing yang ditularkan melalui tanah masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia balk di pedesaan maupun di daerah kumuh di perkotaan dengan prevalensi sekitar 60%-80% pada murid-murid SD dan 40%-60% untuk semua umur (Direktorat Jenderal PPM dan PLP, 1998). Walaupun tidak berakibat fatal, penyakit kecacingan berdampak cukup luas pada anak-anak antara lain malnutrisi, anemia, gangguan fungsi kognitif serta menurunkan prestasi belajar dan produktivitas pada pekerja.
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor karakteristik anak, karakteristik ibu dan faktor kondisi sanitasi lingkungan terhadap infeksi kecacingan pada murid SDN RawaBadak Utara 23 dan 24, Jakarta Utara. Penelitian ini merupakan suatu studi epidemiologi " kasus kontrol " dengan jumlah sampel sebanyak 100 kasus dan 100 kontrol. Kasus adalah siswa yang menderita infeksi kecacingan, sedangkan kontrol adalah siswa yang tidak menderita kecacingan. Diagnosis untuk kasus dan kontrol dilakukan dengan cara pemeriksaan telur cacing pada tinja menggunakan metode Kato.
Hipotesis yang diajukan adalah adanya pengaruh faktor karakteristik anak, karakteristik ibu dan kondisi sanitasi lingkungan terhadap infeksi kecacingan.
Dari hasil analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara variabel higiene perorangan, kebiasaan cuci tangan ,kebiasaan main yang kontak dengan tanah, pendidikan ibu, pengetahuan ibu, kondisi ekonomi orang tua dan kepemilikan jamban serta sarana air bersih dengan infeksi kecacingan pada siswa pada tingkat kemaknaan P<0,05. Sedangkan dari hasil analisis multivariat diperoleh faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi infeksi kecacingan pada anak adalah higiene perorangan, kebiasaan cuci tangan, pengetahuan ibu, interaksi kebiasaan cuci tangan dengan higiene perorangan dan interaksi antara kebiasaan cuci tangan dengan pengetahuan ibu.
Mengingat variabel yang mempengaruhi infeksi kecacingan pada anak sangat berhubungan dengan perilaku hidup bersih dan sehat yang berkaitan dengan pengetahuan kesehatan, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan higiene perorangan pada murid dengan cara penyuluhan kesehatan disertai dengan pemeriksaan kebersihan diri murid secara berkala di sekolah. Juga dilakukan upaya peningkatan kebersihan lingkungan dengan cara diadakan kerja bakti secara rutin dan lomba kebersihan antar RT/RW.
Daftar bacaan : 50 (1979-2000)

Factors Which Influence Soil Transmitted Helminth Infection among Primary School Children in North Rawabadak 23 & 24, North Jakarta, 2002Soil transmitted helminths infection is still public health problems in Indonesia especially in rural areas and in slum areas of big cities with prevalence of about 60%-80% among primary school childrens and 40%-60% at all ages (Directorate General of PPM &PLP, 1998). Although harmless, helminth infection could have serious impact to children such as malnutrition, anemia, defect in cognitive function, decreasing of learning achievement and decreasing of productivity of workers.
In general the aimed of this study is to detect the impact of children's characteristic factor, mother's characteristic factor and environment sanitation towards helminth infection among students from state primary school of North RawaBadak 23 & 24, North Jakarta. This research is the case control epidemiologist study with 100 cases and 100 controls. Case is a student who is infected by soil transmitted helminth, and control is a student who is not infected. The diagnose for cases and controls is done by examining worm's eggs in feces using Kato method. The assumed hypothesis is the existence of children's characteristic influence, mother's characteristic influence and environment's sanitation condition to helminth infection.
From bivariat analysis resulting significant relation among personal hygiene variable, hand washing habit, playing habit with soil contact, mother's education level, mother's knowledge, parent's economical condition and possession of latrine and source of clean water with helminth infection among students with level of significant P < 0,05.
While from multivariate analysis resulting factors that altogether influence helminth infection e.i : personal hygiene, hand washing habit, mother's knowledge, interaction between hand washing habit and personal hygiene, and interaction between hand washing habit and mother's knowledge.
Based on the variables that influence helminth infection in children are closely related to clean and healthy life style related with knowledge about health, efforts to increase personal hygiene are necessary through health education and individual cleanliness control at school. Efforts are also done to improve the environment's cleanliness by cleanliness competitions among Rukun Tetangga's or Rukun Warp's.
References : 50 (1979 - 2000)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5159
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhartono
"ABSTRAK
Pembangunan Sumberdaya Manusia merupakan salah satu tujuan utama dari Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PIP II). Kualitas sumberdaya manusia di masa mendatang ikut ditentukan oleh status kesehatan anak Indonesia saat ini. Infeksi Soil Transmitted Helminths (kecacingan), yang berpengaruh negatif terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak, masih tinggi angka kejadiannya, terutama pada anak usia sekolah dasar. Faktor-faktor yang diduga menyebabkan tingginya angka kejadian kecacingan ini adalah kondisi sanitasi lingkungan yang belum memadai, kebersihan diri yang buruk, tingkat pendidikan dan kondisi sosial ekonomi yang rendah, pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat yang belum membudaya, serta kondisi geografis yang sesuai untuk kehidupan dan perkembangbiakan cacing.
Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang prevalensi dan intensitas kecacingan pada murid di 51 SD di Kabupaten Karanganyar serta hubungannya dengan pengetahuan murid, perilaku murid, pendidikan ibu, pengetahuan orangtua, kondisi ekonomi, dan kondisi sanitasi lingkungan.
Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang (cross sectional) dan bersifat deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang merupakan hasil penelitian dalam rangka monitoring dan evaluasi Proyek "Kemitraan Indonesia untuk Perkembangan Anak" di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, tahun 1995. Sampel dari penelitian ini adalah 539 murid di 51 SD di Kabupaten Karanganyar, yang dipilih secara bertahap dengan menggunakan teknik simple random sampling dan systematic random sampling. Pemeriksaan adanya telur cacing di dalam tinja dilakukan dengan metoda Kato-Katz, sedangkan untuk variabel-variabel yang lain pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan/pemeriksaan langsung pada obyek penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kecacingan pada murid di 51 SD di Kabupaten Karanganyar adalah 31,5 persen. Prevalensi pada masing-masing jenis cacing adalah infeksi cacing gelang 8,7 persen, infeksi cacing cambuk 15,6 persen, dan infeksi cacing tambang 17,6 persen. Intensitas infeksi yang terjadi sebagian besar termasuk kategori sangat ringan sampai ringan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa ada tiga variabel yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian kecacingan (semua jenis), yaitu pengetahuan murid, perilaku murid, dan kondisi ekonomi. Dan basil analisis multivariat didapatkan dua variabel yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian infeksi cacing gelang, yaitu pendidikan ibu dan kondisi sanitasi lingkungan. Sedangkan untuk cacing cambuk, hanya didapatkan satu variabel yang berhubungan dengan kejadian infeksi cacing cambuk, yaitu pengetahuan murid. Hasil analisis multivariat dengan regresi logistik multipel (backward elimination) menunjukkan bahwa ada empat variabel yang secara bersama-sama berhubungan dengan kejadian infeksi cacing tambang, yaitu pengetahuan murid, perilaku murid, kondisi ekonomi, dan kondisi sanitasi lingkungan. Dengan analisis multivariat (Manova) didapatkan interaksi antara pendidikan ibu dan kondisi ekonomi berhubungan dengan intensitas infeksi cacing gelang, sedangkan intensitas infeksi cacing cambuk berhubungan dengan interaksi antara pendidikan ibu, kondisi ekonomi dan kondisi sanitasi lingkungan. Dengan uji Manava didapatkan dua variabel batas (yaitu pendidikan ibu dan kondisi sanitasi lingkungan) dan empat interaksi (yaitu pengetahuan murid dan perilaku murid; pendidikan ibu dan kondisi sanitasi lingkungan; kondisi ekonomi dan kondisi sanitasi lingkungan; dan pendidikan ibu, kondisi ekonomi dan kondisi sanitasi lingkungan) yang berhubungan dengan intensitas infeksi cacing tambang.
Dibandingkan dengan hasil penelitian-penelitian lain, pada penelitian ini didapatkan prevalensi cacing tambang yang relatif lebih tinggi. Upaya-upaya yang disarankan untuk mengatasi masalah tersebut antara lain pemberian obat cacing yang adekuat, pendidikan kesehatan bagi ibu maupun murid SD, serta program perbaikan perumahan dan kondisi sanitasi lingkungan.

ABSTRACT
Human resources development is one of the main objectives of the Indonesian second long-term development (PJP II). The quality of human resources in the future is determined by health and nutrition status of the children at the present time. The prevalence of soil-transmitted helminthiasis (worm infection), which have adverse effects on child health and development, is high especially among primary school children. Factors which are associated with the high prevalence of worm infection are poor housing and environmental sanitation, low socio-economic and educational status, inadequate knowledge and practice, and unfavourable geographic condition.
The aim of this study is to get information on the prevalence and intensity of soil-transmitted helminthiasis and their relationship with the children's knowledge and practice, educational level of the mothers, the parents' knowledge and economic status, and housing and environmental sanitation.
The study was conducted in 51 elementary schools in Karanganyar District, Central Java in a cross sectional manner. Secondary data from "Mitra" Project (1995) was used. The total sample was 539 students aged from 8 to 13. The children's stool were examined by the Kato-Katz method. Other data was collected by using structured questionnaires.
The prevalence of all kinds of worm infection was 31,5 percent. The prevalence of ascariasis, trichuriasis, and hookworm was 8,7 percent, 15,6 percent, and I7,6 percent respectively. Most of the infection were at mild intensity. Multivariate analysis with backward elimination logistic multiple regression tests showed that the children's knowledge, children's practice, and the parents' economic status had significant association with worm infection. Mother's educational level and housing and environmental sanitation were significantly associated with ascariasis. Only children's knowledge was significantly associated with trichuriasis, while for hookworm infection children's knowledge, children's practice, parents' economic status, and housing and environmental sanitation were significant determinants. Multivariate analysis with Multi-way analysis of variance (Manova) showed that there was interaction between mother's educational level and parents' economic status which was significantly associated with the intensity of ascariasis. Interaction among mother's educational level, parents' economic status and housing and enviromental sanitation had significant relationship with the intensity of trichuriasis. Two main variables (i.e. mother's educational level and housing and environmental) and four interactions (i.e. children's knowledge and children's practice, mother's educational level and housing and environmental sanitation, parents? economic status and housing and environmental sanitation, and mother's educational level, economic status, and housing and environmental sanitation) were significantly associated with the intensity of hookworm infection.
The study showed that compare to the other studies' results, the prevalence of hookworm infection was relatively high. Adequate deworrning, health education, and improvement of housing and environmental sanitation were suggested to reduce hookworm infection among school children in Karanganyar District, Central Java.
ix + 123 pages: 31 tables, 14 schemas, 4 appendices
Reading: 53 (1983-1996).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Kurniawati
"ABSTRAK
Tanah merupakan media penularan penyakit cacing usus. Kontaminasi tanah
permukiman menjadi indikator pencemaran tanah oleh tinja penderita infeksi
kecacingan dari kelompok soil transmitted helminths (STH). Prevalensi
kecacingan di Kabupaten Pandeglang cukup tinggi sebesar 43,78%. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis hubungan kontaminasi tanah permukiman oleh
telur/larva cacing dengan infeksi kecacingan pada siswa SD. Penelitian ini
dilaksanakan di Kabupaten Pandeglang pada Januari s.d. Juni 2016 dengan desain
kasus kontrol terhadap 56 kasus dan 62 kontrol. Proporsi tanah permukiman yang
terkontaminasi telur/larva cacing sebesar 43,20%. Hasil penelitian tidak
ditemukan hubungan yang signifikan antara kontaminasi tanah permukiman oleh
telur/larva cacing dengan infeksi kecacingan (OR 1,696; 95% CI 0,813 ? 3,535).
Sedangkan variabel yang signifikan berhubungan dengan infeksi kecacingan pada
siswa SD antara lain jamban keluarga (OR 2,423; 95% CI 1,147 ? 5,119),
kebiasaan BAB (OR 3,12; 95% CI 1,312 ? 7,421), dan kebiasaan cuci tangan (OR
4,407; 95% CI 2,034 ? 9,547). Analisis multivariat menunjukkan bahwa
kontaminasi tanah permukiman oleh telur/larva cacing tidak berhubungan secara
signifikan dengan infeksi kecacingan pada siswa SD. Kontaminasi tanah
permukiman oleh telur/larva cacing merupakan salah satu variabel confounding
dalam infeksi kecacingan pada siswa SD dan kebiasaan cuci tangan sebagai
variabel yang paling dominan dan signifikan berhubungan dengan infeksi
kecacingan pada siswa SD; OR = 4,395 (95% CI 1,982 - 9,745). Diperlukan
upaya untuk meningkatkan pendidikan dan promosi kesehatan kepada masyarakat
untuk hidup bersih dan sehat terutama praktik cuci tangan pakai sabun dan
kebiasaan BAB serta akses masyarakat terhadap jamban keluarga yang memenuhi
syarat.

ABSTRACT
Soil is a media transmission of intestinal diseases caused by helminth. The
presence of helminth eggs/larvae in the soil residential as an indicator of soil
contamination by human faeces. The prevalence of helminthiases in Pandeglang
quite high at 43.78%. The aim of this study was to analyze the associations
between residential soil contamination by eggs/larvae of the helminth parasite
and helminthiases on elementary students. This study was conducted in
Pandeglang in January to June 2016 with case control design of the 56 cases and
62 controls. The proportion of residential soil contaminated eggs/larvae was
43.20%. This study found no significant associations between residential soil
contamination by eggs/larvae of the helminth parasite with helminthiases in
school children (OR 1.696; 95% CI 0.813 to 3.535). While significant association
of using of family toilets (OR 2.423; 95% CI 1.147 to 5.119), bowel habits (OR
3.12; 95% CI 1.312 to 7.421), and handwashing (OR 4.407; 95% CI 2.034 to
9.547 ) with the school children. Multivariate analysis showed that soil
contamination settlement by eggs / larvae is not significantly associated with
helminthiases. Contamination of soil residential by eggs / larvae of the helmiths
was one of the confounding variables in helminthiases and hand washing as the
most dominant variable and significantly related to helminthiases on elementary
school students; OR = 4.395 (95% CI 1.982 to 9.745). Efforts were needed to
improve public access to eligible family latrines and health education and
promotion to the community for clean and healthy living especially hand washing
for school children"
2016
T46527
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Rogers
"Penulisan ini bertujuan untuk mengkaji peran ujian sekolah untuk pemetaan mutu sekolah dasar dalam rangka wajib belajar pendidikan dasar. Metode yang digunakan dalam kajian ini yaitu analisis diskriptif pada dokumen penyelenggaraan dan hasil pemantauan pelaksanaan ujian sekolah sedang pengolahan data dilakukan dengan analisis deskriptif. Hasil kajian menunjukkan bahwa: 1) penilaian oleh pendidik dalam rangka proses pembelajaran tidak dapat dijadikan sebagai bahan pemetaan mutu sekolah dasar karena tes yang digunakan pendidik tidak baku serta tidak sama kualitasnya; 2) hasil ujian sekolah dapat dijadikan sebagai bahan pemetaan mutu sekolah dasar karena dalam ujian menggunakan tes baku dan relatif sama antar satuan pendidikan; 3) hasil pemetaan mutu berdasarkan ujian sekolah dapat dijadikan sebagai dasar untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dasar melalui intervensi kebijakan oleh pemangku kepentingan (satuan pendidikan, dinas pendidikan kabupaten/kota, dan provinsi). Kajian ini menyimpulkan pelaksanaan ujian sekolah dapat dijadikan sebagai dasar pemetaan mutu sekolah dasar dan berdasarkan mutu sekolah tersebut dapat dijadikan sebagai dasar untuk pemenuhan kebutuhan/fasilitas sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan dalam rangka pelaksanaan wajar dikdas."
Depok: Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas, 2015
370 JPK 21:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tjetjep Syarif Hidayat
"ABSTRACT
Comparative Study On Extention Education To Combat The Parasites At Five Primary School In District Of Bogor, 1995.The efforts to combat the parasites warming performed by the government and the private sector in some area of Indonesia so far seem to be unsuccessful. By now this infection is still as one of the health problem since the prevalence of infection among some pupils of the primary school in DKI Jakarta is 60 - 90% and in West Java is 70 - 90%.
The aim of this study is to get evidence on the difference between the effort to combat the parasite with and without extention education. The sample taken by purposive which is all the pupils of grade V of SDN Cimanggu II and of SDN Cimanggu III as the treated group I, and those pupils of SDN Kedung Jaya II and SDN Cibuluh III as the treated group II, and those pupils of SDN Cimahpar I as the group of control. The group I given education about parasites warming and given deworming tablet, group II given treatment deworming without any education about parasites. The control group did not get any intervention.
Out of 241 pupils there were 105 pupils who their faecal can be regularly examined and analyzed, i.e. four times during the whole period of the study. The differences of the knowledge, attitude and behavior between the treated groups were analyzed using X2 test. The difference of the prevalence of the parasites between the treated groups was analysis using PQ-test.
The results of the analyzed showed that there was significant relationship between the intervention of deworming and extention education with the increasing of knowledge, attitude and behavior in reducing the prevalence of parasites among the Primary School pupils. There was a significant decreasing of prevalence of parasites among the pupils of the treated group, and there was no re-infection by the end of the study. In fact, this evidence was supported by increasing personal hygiene of the respective pupils. The pupils of the treated group without extention education but deworming suffered from re-infection by the end of the study. The study can be well carried out based on good cooperation and support from the parents of the pupils. The study also proved that extention education can prevent the pupils from re-infection. To combat the problem of parasites among the Primary School pupils it is suggested that deworming should be carried out together with extention education on health and personal hygiene.
The result of the study are expected to be used in planning and execution to combat the problem of parasites among the pupils of Primary School. To achieve the successful of the program to combat the problem of parasites, the participation of the parent and the school teachers is really needed, in such that the program can sustain in near future.

ABSTRAK
Upaya pemberantasan cacingan yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun swasta di berbagai wilayah di Indonesia selama ini kelihatannya belum memberikan basil yang memuaskan. Sampai saat ini penyakit cacingan masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena prevalensi infeksi cacingan di kalangan murid Sekolah Dasar di DKI Jakarta mencapai 60 - 90% dan di Jawa Barat mencapai 70 - 90%.
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji ada tidaknya perbedaan antara upaya penanggulangan cacingan dengan dan tanpa penyuluhan.
Jenis penelitian adalah eksperimen semu dengan menggunakan rancangan ulang non random. Sampel diambil secara dengan sengaja yaitu seluruh murid kelas V di SDN Cimanggu II dan SDN Cimanggu III sebagai kelompok perlakuan I dan SDN Kedung Jaya II dan SDN Cibuluh III sebagai kelompok perlakuan II serta SDN Cimahpar I sebagai kelompok kontrol. Kelompok perlakuan I mendapat perlakuan penyuluhan tentang cacingan dan diberi obat cacing, untuk kelompok perlakuan II mendapat perlakuan pengobatan tanpa mendapat penyuluhan tentang cacingan. Sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat kegiatan pengobatan maupun penyuluhan tentang cacingan. Dari 241 murid yang diteliti ternyata hanya 105 murid yang bisa secara berkesinambungan mengikuti kegiatan penelitian dengan memeriksakan tinjanya selama 4 kali dan sekaligus menjadi sampel yang dianalisis dalam penelitian ini.
Uji-X2 digunakan untuk menguji adanya perbedaan pengetahuan, sikap dan perilaku tentang cacingan antar kelompok perlakuan. Selain itu juga dilakukan uji-PQ untuk mengkaji adanya perbedaan prevalensi cacingan pada murid Sekolah Dasar antar kelompok perlakuan.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang bermakna antara perlakuan pemberian obat casing disertai penyuluhan tentang cacingan dengan peningkatan pengetahuan, sikap, perilaku cacingan dan menurunkan prevalensi cacingan murid SD. Pada kelompok perlakuan yang diberi obat cacing disertai penyuluhan tentang cacingan penurunan prevalensi cacingan terus berlangsung sampai tidak terjadi reinfeksi pada saat penelitian berakhir. Keadaan ini didukung dengan adanya perubahan perilaku kebersihan pribadi murid yang diteliti. Sedangkan pada kelompok perlakuan yang hanya diberi obat cacing tanpa penyuluhan tentang cacingan terjadi reinfeksi pada murid yang diteliti. Penelitian ini dapat dilaksanakan berkat adanya partisipasi guru dan orang tua murid dalam membantu kelancaran pelaksanaan penelitian. Dengan demikian penyuluhan tentang cacingan dapat memperlambat atau mencegah reinfeksi cacingan pada murid Sekolah Dasar. Untuk itu selain pemberian obat cacing, penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang cacingan perlu diberi bobot yang lebih besar dalam upaya pemberantasan penyakit cacingan pada murid Sekolah Dasar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan cara mencegah dan memberantas penyakit cacingan pada murid Sekolah Dasar. Supaya program penanggulangan cacingan berhasil memberantas cacingan pada murid Sekolah Dasar, diperlukan partisipasi orangtua murid dan guru sehingga program dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkesinambungan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>