Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200961 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Savira Wulansari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang gambaran umum sarana penyelamatan jiwa di area
produksi dan laboratorium quality control terhadap bahaya kebakaran PT. XYZ
tahun 2016. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan studi deksriptif yang
menggunakan dua jenis teknik pengumpulan data, yaitu data primer berupa
wawancara, observasi, dan pengukuran serta data sekunder berupa telaah
dokumen. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat gambaran umum sarana
penyelamatan jiwa di area produksi dan laboratorium quality control PT. XYZ
Tahun 2016 dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
26/PRT/M/2008 tentang persyaratan teknis sistem proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungan, standar SNI 03-1746-2000 tentang Tata Cara
Perencanaan Sarana Jalan Keluar untuk Penyelamatan Terhadap Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Gedung, dan standar NFPA 101 Life safety code. Hasil
dari penelitian ii diharapkan agar dapat meningkatkan kualitas dari sarana
penyelamatan jiwa yang dimiliki serta melihat kesesuaian dengan peraturan dan
standar tersebut.

ABSTRACT
This thesis discusses about description of life safety means againts fire hazard in
production and quality control laboratory of PT. XYZ. This study is a qualitative
study that uses two types of data collection techniques, which area primary data in
the form of interviews, measurement, and observations and secondary data from
the studey dicuments. The purpose of this study is to describe of life safety means
againts fire hazard in production and quality control laboratory of PT. XYZ with
reference to the Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 26/PRT/M/2008, SNI
03-1746-2000, and NFPA 101 life safety code. The result of this study are
expected in order to PT. XYZ can conduct a review of the advice given to
improve their quality of life safety means and to see the appropriateness of using
thus regulation and standards."
2017
S66088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Yulinda
"ABSTRAK
Bencana merupakan sesuatu hal yang datang tanpa diduga, dimana dan kapan akan terjadinya. Ciri khas yang umum terjadi pada saat bencana datang adalah kepanikan yang dialami manusia, hingga akhirnya memakan korban jiwa dan kerusakan yang lebih besar. Salah satu risiko terbesar bagi pekerja di gedung bertingkat yaitu terjadinya kebakaran, risiko tersebut bisa datang dari berbagai hal. Namun, risiko terjadinya kebakaran sebenarnya dapat dikurangi ataupun dihindarkan dengan memperhatikan aspek pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Penelitian ini mengenai kajian tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa, sistem proteksi aktif dan sistem manajemen kebakaran di gedung XYZ tahun 2016. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui kesiapan dari gedung dan perusahaan dalam mencegah dan mengurangi dampak dari risiko kebakaran. Desain penelitian ini bersifat observasional dengan melakukan perbandingan kesesuaian keadaan pada lokasi penelitian dan regulasi yang berlaku di Indonesia. Pengamatan dilakukan pada beberapa lantai dan area parkir gedung XYZ, hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pemenuhan sarana penyelamatan jiwa sebesar 94,6%, tingkat pemenuhan pada sistem proteksi aktif sebesar 92% dan sistem manajemen kebakaran sebesar 100%.

ABSTRACT
A disaster can come unexpectedly, when and where it will happen. A common characteristic at the time of the disaster coming is the panic experienced by human beings, to finally take some casualties and greater damage. One of the biggest risks for workers in high-rise building. the occurrence of fires, the risk can come from a variety of things. However, the risk of fires can actually be reduced or avoided by considering the aspects of prevention and mitigation of fires. This research study regarding the level of fulfillment of the means of save lives facility, active protection system and fire management system at XYZ building in 2016. The purpose of research to know preparedness of the building in the scope of the means of salvation, active protection systems, and fire management system in preventing and reducing the impact of the fire risk. The design research was an observational approach to compare study between XYZ Building and regulation applicable in Indonesia. Observations carried out on several floors and parking area XYZ building, research results show that percentage and the level of fulfillment of the means of salvation 94,6% percentage rate on active protection system of 92% and the percentage of fire management system got 100%."
2016
S65149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutahuruk, Douglas Gregor
"Penelitian ini membahas tentang analisis dan evaluasi risiko kebakaran yang ada pada area proses produksi prepolymer PT. Huntsman Indonesia. Analisis dan evaluasi dilakukan dengan menganalisis persentase keberhasilan dan kegagalan dari setiap pengendalian (barriers) yang telah ada menggunakan metode Event Tree Analysis Clifton A. Ericson. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode kuantitatif. Hasil penelitian ini adalah skenario dan persentase risiko terjadinya kebakaran di area produksi prepolymer PT. Huntsman Indonesia.

This study discusses about the analysis and evaluation of fire risks that exist in the prepolymer production area PT. Huntsman Indonesia. Analysis and evaluation carried out by analyzing the percentage of success and failure of any control that exist in poduction area with Event Tree Analysis method by Clifton A. Ericson. This research is a descriptive study using quantitative methods. The results of this study are the scenario and the percentage of fire risk in the prepolymer production area of PT. Huntsman Indonesia."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45404
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maga Arsena
"Penerapan Sistem Jaminan Mutu merupakan salah satu upaya organisasi atau perusahaan dalam meningkatkan Upaya Manajemen Mutu. Sistem Jaminan Mutu berfokus kepada pemastian mutu produk sehingga dapat menciptakan kepuasan terhadap konsumen atau pelanggan. PT. TPI merupakan pemasok bagi Perusahaan Otomotif Multinasional, maka dari itu PT. TPI wajib menerapkan menerapkan Sistem Jaminan Mutu demi menciptakan kepuasan dan memenuhi persyaratan pelanggan. Sistem manajemen mutu pada PT. TPI sudah berjalan, akan tetapi hanya terfokus pada kegiatan quality control dan belum mencangkup ke penjaminan kualitas penerimaan dari pemasok, penjaminan kualitas proses, penjaminan kualitas pengiriman, dan penjaminan penerimaan terhadap pelanggan.
Tujuan dari penelitian ini merancang sistem jaminan mutu pada PT. TPI yang dapat memastikan setiap pelaksanaan kegiatan dan semua jenis pekerjaan yang bertujuan untuk menghasilkan produk yang akan dibuat, diterima dan akan dikirim oleh PT. TPI memiliki jamitan kualitas yang memadai untuk memenuhi seluruh persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Penelitian ini bersifat kualitatif melalui pengumpulan data menggunakan wawancara dan observasi lapangan di PT. TPI. Analisis dinilai berdasarkan Analisis Kesenjangan dengan membandingkan keadaan di PT. TPI dengan setiap klausul dalam Persyaratan Sistem Jaminan Mutu Pelanggan. Setelah kesenjangan di perusahaan tersebut diketahui, maka dapat digunakan untuk menentukan langkah perbaikan segala aktivitas penjaminan mutu yang belum dilakukan.
Dari hasil nilai rata-rata yaitu sebesar 18,48 maka dapat disimpulkan hampir semua aktivitas Sistem Jaminan mutu dijalankan dan didokumentasikan hampir secara keseluruhan memenuhi persyaratan namun ada kelalaian dan terdapat hal yang tidak konsisten dalam kendali hariannya.

The Implementation of Quality Assurance System is a step for organization or company in improving their Quality Management System. The Quality Assurance System itself focuses on ensuring the product quality so it can create customer satisfaction. PT. TPI is a supplier for Multinational Automotive Company, therefore PT. TPI must apply Quality Assurance System to create satisfaction and fulfill customer requirement. Quality management system at PT. TPI is already running, but only focuses on quality control activities and has not covered the quality assurance of suppliers, quality assurance, delivery assurance and customer acceptance guarantee.
The purpose of this study to design a quality assurance system at PT. TPI that can ensure every implementation of activities and all types of work that aims to produce products to be created, received and will be sent by PT. TPI has adequate quality assurance to meet all the terms and requirements that have been set.
This research is qualitative through data collection using interview and field observation at PT. TPI. The analysis is assessed based on Gap Analysis by comparing the situation in PT. TPI with each clause in the Customer Quality Assurance System Requirements. Once the gap in the company is known, it can be used to determine the steps to improve any quality assurance activities that have not been done.
From the result of the average value that is equal to 18,48 it can be concluded almost all activity of Quality assurance system executed and documented almost totally fulfill requirement but there is negligence and there is inconsistent in its daily control.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fuad Latief
"Perkembangan teknologi yang menggunakan perangkat spektrum frekuensi mengakibatkan penggunaan frekuensi radio akan terus meningkat. Kepadatan penggunaan spektrum frekuensi yang tinggi serta permintaan yang terus meningkat akan kanal-kanal frekuensi radio, menuntut pihak pengelola spektrum frekuensi untuk menerapkan sistem pengelolaan yang efisien dan efektif. Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) yang mempunyai fungsi pengawasan dan pengendalian di bidang spektrum frekuensi radio mengembangkan Sistem Monitoring Frekuensi Radio (SMFR) mulai tahun 2009 untuk menjamin pemakaian spektrum frekuensi yang tertib dan pengguna sah frekuensi terlindungi dari gangguan interferensi radio. Untuk menjamin bahwa SMFR tepat guna maka diperlukan evaluasi oleh stake holder seperti Pihak Otoritas Manajemen Spektrum Frekuensi dan Operator Pengendali Frekuensi Radio.
Analisa pada penelitian ini menggunakan Gap Analysis untuk mengetahui kesenjangan sasaran kinerja Manajemen Monitoring Frekuensi Radio serta Kano Model untuk merumuskan kebutuhan fungsi Sistem Monitoring Frekuensi Radio. Dengan melakukan indepth interview kepada Otoritas Manajemen Spektrum Frekuensi dan 50 kuesioner Kano Model kepada Operator Pengendali Frekuensi Radio didapatkan Kinerja Perangkat khususnya kehandalan perangkat merupakan suatu keharusan dalam Sistem Monitoring Frekuensi Radio. Pada jenis atribut Fungsi yang dibutuhkan adalah fitur monitoring VHF-UHF, fitur pencari arah VHF-UHF dan fitur spectrum occupancy. Sedangkan pada jenis atribut Integrasi tidak mempunyai pengaruh terhadap kepuasan responden.
Untuk menaikkan kinerja Sistem Monitoring Frekuensi Radio diperlukan pembinaan sumber daya manusia dan perubahan pola kerja lama yang menggunakan perangkat analog menjadi perangkat SMFR yang otomatis dan terintegrasi dengan database Sistem Informasi Manajemen Spektrum (SIMS). Perubahan bisnis proses monitoring juga diperlukan untuk memaksimalkan seluruh fungsi dalam Sistem Monitoring Frekuensi Radio.

The development of technology which uses the frequency spectrum resulting in the use of radio frequency will continue to increase. The density of the high frequency spectrum usage and demand will continue to increase the radio frequency channels, frequency spectrum requires the manager to implement management systems that efficiently and effectively. Directorate General of Resources and Equipment Post and Information Technology (DG SDPPI) which has the function of monitoring and control in the field of radio frequency spectrum develops Radio Frequency Monitoring System (SMFR) began in 2009 to ensure the orderly use of the frequency spectrum and the frequency legitimate users are protected from interference radio. To ensure that SMFR is appropriated, it?s require evaluation by stakeholders such parties Frequency Spectrum Management Authority and Radio Frequency Control Operator.
The analysis in this study using a Gap Analysis to determine performance gaps targets and Radio Frequency Monitoring Management Kano Model to formulate functional requirements of Radio Frequency Monitoring System. By conducting in-depth interview to the Frequency Spectrum Management Authority and 50 Kano Model questionnaires to Radio Frequency Control Operator gained that device reliability is a necessity in Radio Frequency Monitoring System. On the type of function required attributes are VHF-UHF monitoring features, VHF-UHF direction finder feature and spectrum occupancy feature. While the type of attribute integration has no effect on respondent's satisfaction.
To increase the performance of Radio Frequency Monitoring System required human resource development and changes in work patterns that use the old analog devices into SMFR device that automated and integrated with Spectrum Management Information System database (SIMS). Changes in the monitoring business process is also necessary to maximize all the functions in the Radio Frequency Monitoring System.
"
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T47480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aida Rumaisha
"Setiap profesi kesehatan memerlukan suatu reugulasi yang mengatur mengenai standar dari pelayanan yang harus mereka berikan di Rumah Sakit. Sebagai salah satu dari profesi yang bekerja di bidang kesehatan, farmasis juga memerlukan standar pelayanan kesehatan di Rumah Sakit, dimana stadanda tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 (PMK RI). Peraturan tersebut ditujukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian, serta untuk melindungi pasien dari kesalahan terkait penggunaan obat. Peraturan tersebut memuat berbagai hal yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh Instalasi Farmasi di Rumah Sakit terkait pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik serta mengenai kewabijan melakukan evaluasi pelayanan dalam rangka mengendalikan mutu pelayanan kefarmasian yang sudah diberikan. Pengendalian mutu pelayanan kefarmasian dilakukan dengan tujuan untuk mengentahui sudah sejauh mana kesesuaian antara implementasi pelayanan dengan yang tertuang dalam regulasi. Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi mutu pelayanan, salah satunya adalah dengan melakukan gap analysis. Unit Farmasi dan CSSD, termasuk didalamnya depo farmasi rawat jalan dan depo Instalasi Gawat Darurat (IGD), perlu melakukan gap analysis mengenai penyimpanan dan penyerahan obati, hal tersebut karena gap analysis akan memberikan gambaran mengenai kesesuaian antara implementasi yang telah dilakukan oleh kedua depo farmasi tersebut dengan regulasi yang berlaku. Selain itu, jika terdapat gap antara implementasi dengan regulasi maka dapat dibuat penyelesaian agar Unit Farmasi dan CSSD RSUI dapat senantiasa melakukan peningkatan pelayanan kefarmasian di kedua depo Farmasi tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi dan diskusi dengan apoteker mengenai implementasi penyimpanan dan penyerahan obat di depo farmasi rawat jalan dan IGD RSUI, kemudian hasilnya akan dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 dan dihitung persentase kesesuaiannya. Hasil yang didapat adalah bahwa Nilai kesesuaian terhadap penyimpanan obat yang diperoleh oleh kedua depo farmasi tersebut adalah 93,75% sedangkan nilai kesesuaian terhadap penyerahan obat adalah 80%
Every health profession needs a regulation that regulates the standard of service they must provide in hospitals. As one of the professions working in the health sector, pharmacists also need health service standards in hospitals, where these standards are contained in the Regulation of the Minister of Health Number 72 of 2016 (PMK RI). The regulations are aimed at improving the quality of pharmaceutical services, guaranteeing legal certainty for pharmaceutical personnel, and protecting patients from errors related to drug use. The regulation contains various things that must be carried out and fulfilled by Pharmacy Installations in Hospitals related to the management of pharmaceutical supplies and clinical pharmacy services as well as regarding the obligation to evaluate services in order to control the quality of pharmaceutical services that have been provided. Pharmaceutical service quality control is carried out with the aim of knowing how far the implementation of services is in conformity with what is contained in regulations. There are several methods that can be used to evaluate service quality, one of which is to do a gap analysis. The Pharmacy Unit and CSSD, including the outpatient pharmacy depot and the Emergency Room (IGD) depot, need to carry out a gap analysis regarding the storage and delivery of medicines, this is because the gap analysis will provide an overview of the suitability between the implementations that have been carried out by the two pharmacy depots with the regulations in force. In addition, if there is a gap between implementation and regulations, a settlement can be made so that the RSUI Pharmacy Unit and CSSD can continuously improve pharmaceutical services at the two Pharmacy depots. This research was conducted by observing and discussing with pharmacists regarding the implementation of drug storage and delivery at outpatient pharmacy depots and the RSUI emergency room, then the results will be compared with the Regulation of the Minister of Health Number 72 of 2016 and the percentage of conformity is calculated. The results obtained were that the suitability value for drug storage obtained by the two pharmacy depots was 93.75% while the suitability value for drug delivery was 80%"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eky Susilowati
"Industri farmasi merupakan industri yang memiliki risko kebakaran dan ledakan yang sangat besar karena penanganan beragam bahan kimia cair, padatan, dan gas yang mudah terbakar serta bahan kimia berbahaya lainnya. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengklasifikasikan area berbahaya berdasarkan standar IEC 60079-10-2 serta menganalisis tingkat risiko kebakaran dan ledakan debu dalam proses granulasi pada fasilitas Non Betalactam (Multi Product Facility). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif semi kuantitatif yang bertujuan untuk mengklasifikasikan area berbahaya pada proses granulasi berdasarkan standar IEC 60079-10-2 dan menentukan tingkat risiko kebakaran dan ledakan debu dalam tahapan pencampuran (mixing) dengan menggunakan metode Dow’s Fire Explosion Index. Populasi ini melibatkan semua bahan kimia berbahaya dan peralatan yang digunakan pada proses pembuatan obat di PT. X. Combustible dust yang digunakan dalam proses granulasi pada fasilitas Non Betalactam Facility (Multi Product Facility) berupa bahan aktif farmasi dan eksipien, seperti methyldopa hydrate, paracetamol, loperamide hydrochloride, diazepam, domperidone, prednisolone micronised, magnesium stearate. polyvidone 30, sodium starch glycolate, dan amylum maydis. Minimum Ignition Energy (MIE) yang dimiliki oleh semua bahan aktif berbeda-beda nilainya sesuai hasil uji laboratorium eksternal dengan nilai yang paling sensitif terhadap penyalaan, yaitu diazepam, methyldopa hydrate, loperamide hydrochloride, domperidone dan prednisolone micronised yang mempunyai nilai MIE 1-3 mj yang dapat menyebabkan ledakan kuat hingga sangat kuat jika memenuhi konsentrasi Minimum Explosive Concentration (MEC). Sehubungan dengan hal itu, sebelum menentukan klasifikasi area berbahaya, sangat penting untuk mengidentifikasi sumber penyalaan di area proses tersebut. Adapun sumber penyalaan tersebut bersumber dari peralatan listrik, listrik statis, dan friction/mechanical spark. Klasifikasi area berbahaya dengan kategori zona dalam proses granulasi pada fasilitas Non Betalactam (Multi Product Facility) terdiri dari zona 20 di setiap dalam chamber/container peralatan, zona 21 di setiap bukaan hopper/charging unit, tempat perilisan debu dengan radius satu meter dan zona 22 di luar zona 21 di dalam ruangan proses granulasi. Tingkat risiko kebakaran dan ledakan debu pada proses granulasi (mixing) dengan menggunakan metode granulasi basah (hybrid mixture) berdasarkan metode Dow’s Fire and Explosion Index adalah risiko sedang (moderate) dengan total skor 95,1762 dengan radius paparannya sebesar 29,010 meter dan estimasi kerugiannya mencapai Rp 1.467.276.735.672. Oleh karenanya, sangat penting untuk melakukan mitigasi risiko sehingga risiko kebakaran dan ledakan debu di area proses ini berada pada risiko yang rendah.

The pharmaceutical industry is an industry that has a very large risk of fire and explosion due to the handling of a variety of flammable liquid, solid and gaseous chemicals as well as other hazardous chemicals. The general objective of this study is to classify hazardous areas based on IEC 60079-10-2 standards and to analyze the risk level of fire and dust explosion in the granulation process at the Non Betalactam facility (Multi Product Facility). This research is a semi-quantitative descriptive study that aims to classify hazardous areas in the granulation process based on IEC 60079-10-2 standards and determine the risk level of fire and dust explosion in the mixing stage using the Dow's Fire Explosion Index method. This population includes all hazardous chemicals and equipment used in the drug manufacturing process at PT. X. Combustible dust used in the granulation process at the Non Betalactam Facility (Multi Product Facility) is in the form of active pharmaceutical ingredients and excipients, such as methyldopa hydrate, paracetamol, loperamide hydrochloride, diazepam, domperidone, micronised prednisolone, magnesium stearate. polyvidone 30, sodium starch glycolate, and amylum maydis. The Minimum Ignition Energy (MIE) that all active ingredients have a different value according to the results of external laboratory tests with values that are most sensitive to ignition, namely diazepam, methyldopa hydrate, loperamide hydrochloride, domperidone and micronised prednisolone which have an MIE value of 1-3 mj which can cause a strong to very strong explosion if it meets the Minimum Explosive Concentration (MEC) concentration. In this regard, before determining the classification of a hazardous area, it is very important to identify the source of ignition in the process area. The ignition sources come from electrical equipment, static electricity, and friction/mechanical spark. Classification of hazardous areas with the category of zones in the granulation process at Non Betalactam facilities (Multi Product Facility) consists of zone 20 in each equipment chamber/container, zone 21 in each opening of the hopper/charging unit, a dust release area with a radius of one meter and zone 22 outside zone 21 in the granulation process room. The risk level of fire and dust explosion in the granulation process (mixing) using the wet granulation method (hybrid mixture) based on the Dow's Fire and Explosion Index method is moderate risk with a total score of 95.1762 with an exposure radius of 29.010 meters and an estimated loss of IDR 1,467. 276,735,672. Therefore, it is very important to carry out risk mitigation so that the risk of fire and dust explosion in this process area is at a low risk."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avina Fitri Aisyah
"Studi ini menjelaskan tentang penilaian risiko keselamatan kebakaran dalam hal pencegahan kebakaran fasilitas, komponen sistem fasilitas, dan manajemen darurat di Universitas Indonesia Rumah Sakit Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan tingkat keselamatan kebakaran risiko di Rumah Sakit Universitas Indonesia sesuai dengan nasional dan internasional standar. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode penelitian deskriptif dilakukan melalui observasi lapangan, wawancara, dan tinjauan dokumen dengan menggunakan instrumen daftar periksa dan Alat Penilaian Risiko ASHE. Analisis data dilakukan oleh melihat kesesuaian kondisi aktual dengan standar yang berlaku dan peraturan, kemudian menentukan tingkat risiko berdasarkan kategori yang ditetapkan oleh ASHE Alat Penilaian Risiko. Dari hasil penelitian, ditemukan aspek-aspeknya yang hampir memenuhi persyaratan standar dan memiliki tingkat risiko yang dapat diterima sistem proteksi kebakaran dan komponen sistem fasilitas. Adapun cara melarikan diri rumah sakit masih ada yang tidak kompatibel dengan standar, sehingga masih ada tingkat tinggi risiko dan tindakan korektif perlu diambil. Manajemen darurat dan bencana di Indonesia rumah sakit juga sedang dikembangkan, sehingga mereka belum sepenuhnya memenuhi persyaratan dalam Indeks Keamanan Rumah Sakit WHO, terutama karena tidak tersedianya prosedur dan pelatihan belum disediakan untuk semua tim tanggap darurat

This study describes the fire safety risk assessment in terms of facility fire prevention, facility system components, and emergency management at the University of Indonesia Indonesian Hospital. The purpose of this study is to determine the level of fire safety risks at the University of Indonesia Hospital in accordance with national and international standards. This research is a qualitative research with descriptive research method carried out through field observations, interviews, and document reviews using checklist instruments and ASHE Risk Assessment Tools. Data analysis is carried out by looking at the suitability of actual conditions with applicable standards and regulations, then determining the level of risk based on the categories set by the ASHE Risk Assessment Tool. From the results of the study, it was found aspects that almost meet the standard requirements and have an acceptable level of risk fire protection system and facility system components. As for how to escape the hospital there are still incompatible with the standard, so there is still a high level of risk and corrective action needs to be taken. Emergency and disaster management in Indonesia hospitals are also being developed, so they have not fully met the requirements in the WHO Hospital Safety Index, especially because the unavailability of procedures and training has not been provided for all emergency response teams."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taufan Arif Zulkarnain
"Keadaan darurat bisa diartikan dalam beberapa definisi yang berbeda-beda tergantung pada latar belakang dan konteks kejadiannya. Akan tetapi pada dasarnya semua mengandung pengertian yang sama, yaitu suatu kejadian yang tidak direncanakan dan tidak diharapkan yang dapat membahayakan jiwa dan kesehatan baik manusia maupun mahluk hidup lain, serta menimbulkan kerusakan pada bangunan, harta benda dan lain-lain. Penelitian ini membahas Implementasi Sistem mangemen Tanggap darurat pada industri petrokimia di PT “X”. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan implementasi sitem manajemen tanggap darurat untuk mengetahui upaya pengendalian yang sudah dilakukan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Data dikumpulkan dengan diskusi mendalam dengan pihak pihak terkait tanggap darurat, observasi lapangan dan melakukan kajian dokumen terhadap implementasi sistem tanggap darurat yang telah diaplikasikan. hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan perlu mengembangkan prinsip perencanaan kelangsungan bisnis. Hasil penelitian menyarankan bahwa organisasi perlu meningkatkan kapasitasnya utnuk mengelola recovery insiden dengan lebih baik. Perusahaan perlu opsional emergency control room untuk lokasi cadangan untuk mendirikan Pusat Mangemen Insiden. Perusahaan juga perlu meningkatkan program pelatihan untuk keluarga karyawan utnuk meningkatakan kesadaran kondisi emergency dan bagaimana meresponnya

Emergency can be assumed as various definition depends on the background and the case. Basicly its have same meaning, unplanned condition occur can be dangerous for people life and health, asset property damage and environment. This study discusses about Emergency Response Sistem Mangemen Implementation in the petrochemical industri in PT "X". The purpose of this study is to describe the implementation of emergency response manajement sistem to determine control measures have been carried out. This study is a qualitative research with descriptive design. Data collected by in-depth discussions with the relevant parties to emergency response, field observations and conduct a document review of the implementation of an emergency response sistem that has been applied. Research results indicate that companies need to develop the principle of business continuity planning to make sure its contionuity. The results of the study suggest that the organization needs to increase its “X”acity separately manage insidents with better recovery. Companies need an optional emergency control room for the backup location to establish the Centre Mangemen insident. Companies also need to increase training programs for employees' families separately to greater awareness of the condition of emergency and how to respond it."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaweli Saputra
"Listrik merupakan sumber energi yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat, saat ini energi listrik menjadi sumber energi penunjang yang tidak bisa diabaikan. Listrik adalah energi berbahaya yang dapat mengancam kehidupan, seperti dapat menyebabkan bahaya kebakaran, dan daerah DKI Jakarta adalah daerah rawan terhadap kejadian kebakaran oleh listrik. Kemudian telah dilaksanakan penelitian mengenai persepsi risiko warga RW 07 Jl. Lautze Dalam terhadap risiko bahaya listrik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi risiko warga terhadap bahaya listrik dan hubungannya dengan risiko kejadian kebakaran. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode penelitian cross sectional dengan pendekatan kuantitif. Dengan teori psikometrik didapatkan bahwa persepsi risiko dipengaruhi oleh faktor kesukarelaan, ketakutan, pengendalian, dampak, dan kondisi lingkungan.

Electricity is an energy source that has an important role in people's lives, nowadays electricity become supporting energy that can not be denies. Electricity is dangerous energy that can be life threatening, such as may cause a fire hazard, and Jakarta area is an area prone to electrical fires. Then have been carried out a research on risk perception at RW 07 Jl. Lautze Dalam toward the risk of electrical hazards.
This study aims to determine perceptions of risk residents against electrical hazards and their relationship to the risk of fire. This study was conducted with cross-sectional research methods with quantitative approaches. By the psychometric theory found that the perception of risk is influenced by factors volunteerism, fear, control, impact, and environmental conditions.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45478
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>