Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139414 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachel Olivia Isabella
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara
konflik orang tua-anak dan kenakalan remaja di Jakarta. Variabel konflik orang
tua-anak diukur dengan alat ukur Parent Environmental Questionnaire dari
Elkins, McGue, & Iacono (1997) yang diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia,
sedangkan variabel kenakalan remaja diukur dengan alat ukur The Self-Report
Delinquency Scale dari Elliott & Ageton (1980) yang telah diadaptasi ke dalam
bahasa Indonesia. Penelitian dilakukan pada 372 remaja laki-laki dan perempuan
di Jakarta berusia 15-17 tahun yang tinggal serumah dengan orangtuanya.
Berdasarkan uji korelasi terdapat hubungan positif yang signifikan antara konflik
orang tua-anak dengan kenakalan remaja dengan koefisien korelasi sebesar
r=0.166, p=0.000, signifikan pada LOS 0.01 (one-tailed). Dari hasil tersebut,
didapatkan berbagai analisis yang akan dijelaskan lebih lanjut.

ABSTRACT
This reserach aims to find the correlation between parent-child conflict
and juvenile delinquency in Jakarta. The parent-child conflict variable is measured
by Parent Environmental Questionnaire from Elkins, McGue, & Iacono (1997)
which has been translated to Indonesian language meanwhile the juvenile
delinquency variable is measured by The Self-Report Delinquency Scale from
Elliott & Ageton (1980) which also has been translated to Indonesian language.
This research is being conducted to 372 adolescents in Jakarta from 15-17 years
old who live under one roof with their parents. Based on the correlation test, there
is a significant positive correlation between parent-child conflict and juvenile
delinquency with r =0.166, p=0.000, significant on LOS 0.01 (one-tailed). Based
on the result, there will be further analyses that will be explained."
2016
S66470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Dwi Praramadhanti
"Dinamika bentuk dukungan orang tua merupakan salah satu faktor kontekstual yang berpengaruh terhadap aspirasi karier siswa SMA. Namun, kompleksitas dinamika tersebut dapat dipengaruhi oleh perbedaan persepsi orang tua - anak, perbedaan bentuk dukungan yang dilaporkan, serta adanya efek mediasi dari efikasi karier yang dapat mempengaruhi hubungan tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis hubungan antara bentuk dukungan orang tua dan aspirasi karier siswa SMA yang dimediasi oleh efikasi karier dengan menggunakan kerangka teori Social Cognitive Career Theory (SCCT). Penelitian ini juga mengeksplorasi perbedaan persepsi dukungan orang tua yang dilaporkan oleh orang tua dan siswa melalui pendekatan person-centered, dimana dukungan orang tua dikategorikan berdasarkan bentuk dukungan orang tua yang dilaporkan dan berdasarkan kesesuaian persepsi antara orang tua dan anak. Data partisipan diperoleh dari 264 siswa kelas 3 SMA di daerah Jabodetabek, beserta 264 data dari orang tua dari siswa terkait. Analisis data dilakukan dengan teknik korelasi Pearson dan regresi mediasi menggunakan Hayes PROCESS Macro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peran efikasi karier sebagai mediator dalam hubungan antara dukungan orang tua dan aspirasi karier siswa pada tiap profil kategori dinamika bentuk dukungan orang tua, dimana peran mediasi tersebut signifikan pada kelompok Kurang Terlibat dan tidak signifikan pada kelompok Interferensi. Hasil studi ini juga memberikan gambaran dinamika pengaruh bentuk dukungan orang tua terhadap tingkat efikasi karier dan aspirasi karier. Temuan ini memberikan wawasan bagi pengembangan bimbingan karier di dalam keluarga serta memberikan implikasi praktis bagi orang tua, konselor, serta pendidik dalam mendukung perencanaan karier siswa.

The dynamics of parental support are one of the contextual factors that influence high school students' career aspirations. However, the complexity of these dynamics can be influenced by differences in parent-child perceptions, differences in reported forms of support, and the mediation effect of career efficacy that may affect the relationship. This study aims to analyze the relationship between parental career-related support and high school students' career aspirations mediated by career efficacy using the theoretical framework of social cognitive career theory (SCCT). This study also explores differences in perceptions of parental support reported by parents and students through a person-centered approach, where parental support is categorized based on the types of parental career-related support reported and based on the congruence of perceptions between parents and children. Participant data were obtained from 264 third-grade high school students in the Jabodetabek area, along with 264 data from the parents of the students. Data analysis was carried out using the Pearson correlation technique and mediation regression using Hayes PROCESS Macro. The results of the study indicate that there are differences in the role of career efficacy as a mediator in the relationship between parental support and students' career aspirations in each profile category of the dynamics of parental career-related support types, where the mediation role is significant in the "Kurang Terlibat" profile and not significant in the "Interferensi" group. This study also provides an overview of the dynamics of the influence of parental career-related support types on the level of career efficacy and career aspirations. These findings provide insight into the development of career guidance within the family and provide practical implications for parents, counselors, and educators in supporting students' career planning."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur `Afifah
"Kenakalan remaja yang marak terjadi, memerlukan penanganan dari pihak keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sekolah sebagai instansi resmi memiliki peran yang siginifikan dalam menangani kenakalan remaja. Salah satu cara yang sekolah dapat lakukan untuk menangani kenakalan remaja adalah melakukan pendidikan karakter, dimana hal ini dapat menjadi salah satu cara agar para remaja dapat mengurangi kegiatan yang bersifat negatif dan lebih diarahkan pada kegiatan yang bersifat positif. Sistem ketarunaan yang diterapkan di SMKN 61 Jakarta menjadi keunikan dari SMKN 61 Jakarta sendiri dalam melaksanakan pendidikan karakter. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui peran dari ketarunaan SMKN 61 Jakarta dalam mengatasi kenakalan remaja dan faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan pendidikan ketarunaan di SMKN 61 Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain penelitian deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan adalah dengan wawancara, observasi, dan studi literatur. Adapun peran ketarunaan dalam mengatasi kenakalan remaja yaitu dengan memperkecil kesempatan mereka untuk melakukan kenakalan remaja dengan memperpadat waktu mereka dengan kegiatan positif, menginternalisasi mereka dengan karakter yang harus dimiliki seorang taruna, dan membiasakan mereka melakukan kebiasaan positif. Hal tersebut akhirnya berdampak pada perubahan taruna dan taruni yaitu kenakalan yang mereka lakukan menjadi berkurang dan terdapat perubahan positif lainnya yaitu perubahan sikap, fisik, dan performa akademis.

Juvenile delinquency is rife, requiring treatment from the family, school, and community. Schools as official institutions have a significant role in dealing with juvenile delinquency. One of method that schools can do to deal with juvenile delinquency is character education, it can reduce activities of adolescents that are negative and more directed at positive activities. Ketarunaan system that implemented at SMKN 61 Jakarta is unique from SMKN 61 Jakarta itself in carrying out character education. This research aim the role of the ketarunaan SMKN 61 Jakarta to resolve juvenile delinquency. This research uses a qualitative approach with descriptive research design. The data collection techniques used in this research are in-depth interviews, observation, and literature studies. The results of this research role of ketarunaan to resolve juvenile delinquency is to reduce their chances of juvenile delinquency by tightening their time with positive activities, internalizing them with the character that must be possessed by taruna, and getting them into positive habits. This is make impact on the change in taruna dan taruni, delinquency they do becomes reduced and there are other positive changes that is change of attitude, physical, and academic performance."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heriati Gunawan
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1984
S2022
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, B.
Bandung: Alumni Bandung, 1979
364.15 SIM l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Saifullah Fil Ardhi
"ABSTRAK
Masalah Kenakalan Remaja terus berkembang seiring berkembangnya
waktu.Lemabaga Kesejahteraan Sosial Anak lebih berpotensi meningkatkan
jumlah kenakalan remaja di Indonesia jika tidak di atasi dengan benar.Hanya
sedikit yang dapat mengasuh remaja dengan berkualitas hingga dapat menangani
kenakalan remaja.Penelitian ini mengkaji studi deskriptif pada dua ibu asuh dalam
menangani kenakalan remaja. Pertanyaan penelitian ini adalah ingin melihat
bagaimana peran ibu asuh dalam menangani kenakalan remaja dan apa saja faktor
penghambat peran ibu asuh dalam menangani kenakalan remaja. Hasilnya adalah
ibu asuh menekankan pemenuhan kebutuhan biologis, psikolohis, dan sosiologis
yang baik distertai dengan pola asuh otoritatif terhadap anak.Hambatannya adalah
pengaruh yang besar dari faktor lingkungan dan disertai pergolakan psikologis
remaja yang membuat kontrol diri yang lemah

ABSTRACT
Delinquency problems continue to evolve as the development time. Foster Care
more potentially increase the number of juvenile delinquency in Indonesia, if not
addressed properly. Few are qualified to care for adolescents with juvenile
delinquency to be able to handle. This study examines descriptive study in two
foster mothers in dealing with juvenile delinquency. This research question was to
see how the role of foster mother in addressing juvenile delinquency and what are
the factors inhibiting the foster mother's role in dealing with juvenile delinquency.
The result is a foster mother emphasized the biological needs,psychology needs,
and good sociological needs with authoritative parenting on children. The obstacle
is the great influence of environmental factors and psychological upheaval with
teens who make a weak self-control"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Ratna Maulidiana
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1987
S2419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haidi Syahrani
"Tujuan utama penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara parental support dan status identitas mahasiswa. Sampel penelitian ini merupakan 460 mahasiswa (172 laki-laki dan 288 perempuan) dengan usia terbanyak partisipan 21 tahun (34%). Para responden diminta untuk mengisi self-report pada The Extended Objective Measure of Ego Identity Status-Version 2 (EOM-EIS II) dan the revised Children's Report of Parental Behavior Inventory revised (CRPBI). Hasil analisis menggunakan Pearson's Correlation menemukan bahwa parental support berhubungan secara signifikan dengan status identitas foreclosure dan status identitas achievement. Selain itu, parental support tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan status identitas diffusion dan status identitas moratorium. Pada kelompok mahasiswa perempuan ditemukan hubungan yang signifikan antara parental support dan status identitas foreclosure. Sedangkan pada kelompok laki-laki ditemukan hubungan yang signifikan antara parental support dan status identitas foreclosure serta status identitas achievement.

The main objective of this study is to see the relationship between parental support and identity status among undergraduate students in University of Indonesia. The sample of this study are 460 undergraduate students (172 male dan 288 female) with most of the participant's age being 21 years old (34%). The participants are asked to fill in a self-report on The Extended Objective Measure of Ego Identity Status-Version 2 (EOM-EIS II) and the revised Children's Report of Parental Behavior Inventory revised (CRPBI). The result of this study using Pearson's Correlation showed that parental support have a significant relationship with foreclosure identity status and also achievement identity status. Parental support does not have a significant relationship with diffusion identity status and moratorium identity status. With female students, it is found that there is a significant relationship between parental support and foreclosure identity status. In male students, it is found that there is a relationship between parental support and foreclosure identity status and also achievement identity status."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63197
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kunthi Kumalasari Hardi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan perilaku kenakalan remaja. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan dengan alat ukur Father Involvement Reported Scale yang dibuat oleh Finley dan Schwartz (2004), sedangkan perilaku kenakalan remaja diukur melalui Self-Reported Delinquency yang dibuat oleh Elliot dan Agetton (1980). Responden pada penelitian ini berjumlah 245 orang remaja SMK yang berusia 15-19 tahun, dan memiliki ayah dalam kehidupannya. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan perilaku kenakalan remaja (r = 0,085; n = 245; p > 0,05, two-tail). Selanjutnya, ditemukan hasil yang signifikan pada korelasi antara keterlibatan ayah dengan subskala perilaku kenakalan remaja, yaitu perilaku kejahatan terhadap benda. Hasil diskusi dari penelitian ini menyatakan kemungkinan ada faktor-faktor lain, di luar keterlibatan ayah yang lebih berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja, yaitu ketergabungan remaja dengan geng, status sosial ekonomi, serta faktor budaya.

The purpose of this research is to examine the relationship between father involvement and adolescent delinquency. Father involvement was measured by Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas the adolescent delinquency was measured by Self-Reported Delinquency (Elliot & Agetton, 1980). The respondents of this study were 245 vocational students in DKI Jakarta who has a father and with the age of 15-19 years old. The result of this study shows that there is no significant relationship between father involvement and adolescent delinquency (r = 0,085; n = 245; p > 0,05, two-tail) and a significant result between father involvement and subscale predatory crimes against property from self-reported delinquency. Discussion from this result shows the possibilities of other factor that could be more related to adolescent delinquency, such as involvement with peer, social economic status, and cultural factor.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Arieza Fitrizqa
"Pandemi COVID-19 terbukti meningkatkan tingkat distres psikologis pada remaja. Kondisi emosi remaja cenderung mudah terguncang ketika menghadapi situasi yang tidak biasa, seperti situasi pandemi. Salah satu faktor protektif terhadap terjadinya distres psikologis pada remaja adalah hubungan orang tua-anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kelompok remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16.33, SD = 0,742), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner secara daring kepada 651 partisipan. Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan, untuk mengukur distres psikologis pada remaja digunakan alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya dengan nilai R2 = 6,3% dan β =-0,254 yang berarti setiap kenaikan 1% nilai hubungan orang tua-anak maka nilai distres psikologis berkurang sebesar 0,254. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat hubungan orang tua-anak, maka akan menurunkan tingkat distress psikologis. Maka disarankan untuk meningkatkan relasi hubungan orang tua- anak agar dapat menurunkan tingkat distres psikologis pada remaja, khususnya selama masa pandemi COVID-19.

The COVID-19 pandemic has been shown to increase the level of psychological distress in adolescents. The condition of adolescents tends to be unstable when faced with unusual situations, such as a pandemic. One of the protective factors against adolescent distress is the parent-child relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting psychological distress among adolescents during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were middle adolescents aged 15-18 years (M = 16.33, SD = 0,742) males and females who lived in Indonesia. This research is a non-experimental study. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires online to 651 participants. The questionnaires used include Parent-Adolescent Relationship Scale to measure the level of Parent-child relationship, Kessler Psychological Distress Scale (K10) to measure the level of psychological distress. In addition, the results of simple linear regression analysis shows that parent-child relationships negatively significant predicted adolescents psychological distress with R2 = 6.3% and β =-0,254 which means that for every 1% increase in the value of the parent-child relationship, the psychological distress value decreases by 0.254. Therefore, it can be said that the higher the parent-child relationship, the lower the level of psychological difficulties. Thus, it is suggested the need to develop the parent-child relationship to reduce psychological distress in middle adolescents, especially during the COVID-19 pandemic."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>