Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183807 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Dina Rusdi
"Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit kronis yang dalam penatalaksanaan penyakit tersebut memerlukan biaya yang besar karena pengobatan dilakukan secara intensif dan berlangsung terus menerus seumur hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM tipe 2 dan faktor-faktor yang berhubungan dengan biaya tersebut berdasarkan perspektif RSUD Pasar Rebo pada tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan total biaya pengobatan rawat jalan penyakit DM Tipe 2 selama setahun adalah sebesar Rp. 593.839.605, rata-rata biaya per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM Tipe 2 di RSUD Pasar pada tahun 2015 adalah Rp 417.131 dan ada hubungan yang signifikan antara rata-rata biaya per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM tipe 2 dengan umur, lama berobat dan jumlah komplikasi. Rata-rata pembayaran BPJS Kesehatan per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM Tipe 2 di RSUD Pasar pada tahun 2015 adalah Rp 208.260. Dengan demikian, rata-rata pembayaran BPJS Kesehatan per episode pengobatan rawat jalan penyakit DM Tipe 2 lebih rendah dibandingkan biaya RSUD Pasar Rebo pada tahun 2015.

Type 2 Diabetes mellitus is a chronic disease that requires big cost for the intensive treatments carried out through out patients rsquo lives continuously. The aim of this research is to analyze the cost per episode of type 2 DM out patient treatments and the related factors based on RSUD Pasar Rebo perspective in2015. This research is a descriptive analytical study with cross sectional design. The results showed the total cost of type 2 DM out patient treatments for a year isRp. 593.839.605, the average cost per episode of type 2 DM outpatient treatmentsat RSUD Pasar Rebo in 2015 is Rp 417.131 and there is significant correlation between the average cost per episode of type 2 DM outpatient treatments with patients age, the duration of treatment and the number of complications. The average payment BPJS Kesehatan provided for type 2 DM out patient treatments per episode at RSUD Pasar Rebo in 2015 is Rp 208.260. Therefore, the averagepayment BPJS Kesehatan provided for type 2 DM out patient treatments per episode is lower than the cost needed at RSUD Pasar Rebo in 2015."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47281
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradilla Eka Herastuti
"Diabetes melitus tipe 2 merupakan kasus diabetes yang paling umum terjadi dengan peningkatan prevalensi setiap tahun. Penyakit diabetes dapat menyebabkan biaya perawatan tinggi dan penurunan kualitas hidup. Terapi pengobatan diabetes yang beragam variasi dapat memberikan efektivitas dan biaya yang berbeda. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis efektivitas biaya terhadap kombinasi metformin-pioglitazon dan metformin-glimepirid pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan teknik pengumpulan data retrospektif. Data penelitian diambil dari rekam medis dan data biaya pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dengan kombinasi metformin-pioglitazon dan metformin-glimepirid di RSUD Pasar Rebo tahun 2020-2022. Parameter untuk melihat efektivitas terapi adalah pencapaian target HbA1c <7,0% dengan minimal 3 bulan. Data biaya pengobatan pasien menggunakan biaya langsung medis dengan perspektif rumah sakit. Nilai efektivitas terapi yang dihasilkan menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok metformin-pioglitazon dengan metformin-glimepirid (p > 0,05). Berdasarkan hasil analisis, nilai inkremental efektivitas antara kedua kelompok terapi sebesar 8% dan nilai inkremental total biaya sebesar Rp350.170,00. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terapi kombinasi metformin-pioglitazon lebih efektivitas-biaya dibandingkan metformin-glimepirid dengan penambahan biaya sebesar Rp43.771,25 untuk berpindah dari terapi metformin-glimepirid menjadi metformin-pioglitazon pada pasien diabetes melitus tipe 2 di RSUD Pasar Rebo.

Diabetes mellitus type 2 is the most common case of diabetes with an increase in prevalence every year. Various diabetes treatment therapies can provide different effectiveness and costs. This study was performed to analyze cost-effectiveness of the combination of metformin-pioglitazone and metformin-glimepiride in patients with type 2 diabetes mellitus. This method was cross-sectional with retrospective data collection techniques. The research data was taken from medical records and cost data for type 2 diabetes with combination of metformin-pioglitazone and metformin-glimepiride at Pasar Rebo Hospital in 2020-2022. The parameter to see effectiveness of therapy is achievement of HbA1c target of <7.0% at least 3 months. Patient treatment cost data using medical direct costs with a hospital perspective. The resulting therapeutic effectiveness value showed no significant difference between the metformin-pioglitazone group and metformin-glimepiride (p > 0.05). Based on the results of the analysis, incremental value of effectiveness between the two therapy groups was 8% and total incremental value of cost was Rp350,170.00. Based on the results of this study, metformin-pioglitazone combination therapy is more cost-effective than metformin-glimepiride with additional cost of Rp43,771.25 by changing metformin-glimepiride therapy to metformin-pioglitazone in type 2 diabetes mellitus patients at RSUD Pasar Rebo."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Kurnia Oktaviani
"Instalasi Farmasi adalah salah satu unit di rumah sakit yang memberikan layanan produk dan jasa dalam bentuk pelayanan resep. Mutu pelayanan resep farmasi yang baik dikaitkan dengan kecepatan dalam memberikan pelayanan.
Pada pengamatan pelayanan resep pasien rawat jalan JKN yang dilakukan selama 12 belas hari di Instalasi Farmasi di RSUD Pasar Rebo pada 211 sampel resep, ditemukan bahwa waktu tunggu pasien untuk memperoleh obat racikan 4 jam 14 menit dan non racikan 3 jam 29 menit. Dan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata proses waktu pengerjaan obat non racik per resepnya yaitu 5 menit 13 detik dan obat racikan 15 menit 21 detik.
Penelitian ini menganalisis faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep obat pasien rawat jalan JKN di Instalasi Farmasi RSUD Pasar Rebo Berdasarkan hasil penelitian ini, keterlambatan pelayanan disebabkan kurangnya jumlah petugas, beban kerja yang tidak sesuai dengan jumlah sumber daya manusia yang ada dan belum memiliki standar waktu pelayanan, serta tata letak ruangan. Diharapkan meningkatkan komitmen dalam bekerja dengan tidak menunda atau menumpuk pekerjaan dengan memiliki standar waktu pelayanan bagi petugas farmasi dalam bekerja.

Pharmacy is one of the units in hospitals that provide services of products and services in the form of prescription services. Quality of service good pharmacy prescriptions associated with speed in providing services.
In observation of outpatient prescription services JKN conducted over 12 twelve days in Pharmacy at Pasar Rebo Hospital on 211 samples of prescription, it was found that the waiting time of patients to obtain the drug concoction of 4 hours 14 minutes and non concoction 3 hours 29 minutes. And the result showed that the average processing time process non concotion per prescription medicine that is 5 minutes 13 seconds and drug concoction of 15 minutes 21 seconds.
This study analyzes the factors that influence the waiting time of service prescription outpatient JKN in Pharmacy Pasar Rebo Hospital Based on these results, delays in service due to insufficient numbers of personnel, work load that does not correspond to the amount of human resources there and not have a standard time services, as well as the layout of the room. The expected increase in the commitment to work with no delay or accumulate work with service time standards for pharmaceutical officers at work.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liza Rastiti
"Kadar HbA1c sebagai parameter keberhasilan terapi pasien Diabetes Melitus DM dipengaruhi oleh berbagai hal. Pasien DM tipe 2 yang fungsi ginjalnya menurun sering kali diberi vitamin B12. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi faktor faktor yang mempengaruhi kadar HbA1c pasien yang menggunakan vitamin B12.
Metode penelitian adalah potong lintang. Sampel adalah rekam medis pasien rawat jalan yang menderita DM tipe 2 di RS Pasar Rebo, periode Mei-November 2015 di Jakarta yang menerima vitamin B12 dan menjalani pemeriksaan kadar HbA1c. Analisis data dilakukan dengan Kai Kuadrat. Jumlah sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 42 orang.
Hasil penelitian menunjukkan kondisi klinis pasien dan penggunaan obat tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kadar HbA1c. Kondisi klinis pasien yang dianalisis ialah usia, jenis kelamin, penyakit ginjal kronik, hipertensi, hiperlipid, dan gout. Penggunaan obat yang dianalisis adalah pemakaian metformin, sulfonilurea, akarbosa, dan pioglitazon HCl.

HbA1c levels as parameters of the success for the treatment of patients with diabetes mellitus DM was influenced by many things. Type 2 diabetes patients whose kidney function decline often given vitamin B12. This study was aimed to evaluate the factors affecting HbA1c levels of patients who use vitamin B12.
The method was a cross sectional study. Samples were outpatient medical records of patients who suffer from type 2 diabetes in Pasar Rebo Hospital, the period from May to November 2015 in Jakarta who received vitamin B12, and undergo HbA1c levels. Data analysis was done by Kai Squares. The number of samples that meet the criteria as much as 42 people.
The results shown that patient 39 s clinical condition and use of the drug was not have a significant effect on HbA1c levels. The clinical condition of patients analyzed were the age, sex, chronic kidney disease, hypertension, hiperlipid, and gout. The use of drugs analyzed were the use of metformin, sulfonylurea, akarbosa, and pioglitazone HCl.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uzla Riyadhoti Candora
"Penelitian ini mengenai Implementasi Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di RSUD Pasar Rebo. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist yang bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui Implementasi Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di RSUD Pasar Rebo yang diukur melalui Indikator-Indikator implementasi kebijakan. Jumlah Informan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang, teknik pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Hasil dari Implementasi Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di RSUD Pasar Rebo adalah masih banyak masalah yang disebabkan oleh minimnya SDM, kerumitan sistem INA-CBG's, masalah pembiayaan klaim dan sosialisasi JKN.

This research is about the implementation of JKN Program (National Health Insurance) in Pasar Rebo Hospital. This study uses a post-positivist approach which aims to determine the Program Implementation JKN (National Health Insurance) in Pasar Rebo Hospital as measured by Indicators of policy implementation. Number of Informants in this study around to 18 people, the techniques of data collection using in-depth interviews and observation. Result of the Implementation of JKN Program (National Health Insurance) in Pasar Rebo Hospital is still having a lot of problems caused by the lack of human resources, the complexity of the system INA-CBG's financing problems and socialization JKN claims."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2015
S60046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Fitria
"Diabetes melitus adalah penyakit yang perkembangan epideminya sangat cepat dan biaya perawatan diabetes pun sangat besar karena merupakan penyakit akut. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk melihat biaya rawat jalan tingkat lanjut diabetes pada peserta JPK PT Jamsostek (Persero) di empat rumah sakit pemerintah di Jakarta yang diteliti serta melihat perbandingan biaya RJTL diabetes pada keempat rumah sakit tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menemukan bahwa biaya RJTL diabetes per oranproporsi biaya paling besar pada RJTL diabetes di rumah sakit adalah biaya farmasi (40%-60%) diikuti oleh biaya pemeriksaan diagnostik (24%-36%), dan biaya konsultasi dokter spesialis (10%-12%). Rata-rata biaya RJTL diabetes adalah Rp 400,280-Rp 1,141,372 per orang per tahun. Beban biaya RJTL diabetes di rumah sakit adalah 2.2%-6.2% dari pendapatan per bulan. Beban tersebut dapat dikurangi dengan melakukan pencegahan diabetes, deteksi dini, serta reduksi komordibitas dan komplikasi dengan meningkatkan layanan perawatan diabetes. Dalam skala nasional, program pencegahan yang costeffective harus dimulai untuk memaksimalkan peningkatan kesehatan.

Diabetes mellitus (DM) is a growing epidemic and the cost of treating diabetes is largely increasing. The objective of this study was to know cost of diabetes among member of JPK PT Jamasostek (Persero) whom attends at out-patient care hospitals in Jakarta, and to know cost comparison of diabetes at out-patient hospital. This study use quantitative research that has descriptive characteristic. From the total diabetes cost components, the cost for medicine represents the largest share (40%-60%), followed by laboratory cost (24%-36%), and consultation cost (10%-12%). The annual mean outpatient cost for each person with diabetes was Rp 400,280-Rp 1,141,372. The cost burden of DM at outpatient care hospitals is 2.2%-6.2% from income per month. That burden could be saved by prevention, earlier detection, and a reduction in diabetes co-morbidities and complications through improved diabetes care. Large scale and cost-effective prevention programs need to be initiated to maximize health gains and to reverse the advance of this epidemic.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firzawati
"Dalam penulisan resep, pandangan dokter mengenai obat yang cocok bagi pasien adalah obat yang memiliki efikasi dan kualitas yang baik namun kurang mempertimbangkan kemampuan pasien dalam membayar atau membeli obat tersebut. Pada pasien yang memiliki jaminan asuransi, dokter tidak memiliki kendala dan hambatan dalam pola peresepan. Demikian pula dengan hadirya beberapa kebijakan dari PT. Askes yang menerbitkan DPHO (Daiiar Plafon Harga Obat); climana obat yang digunakan untuk pasien peserta Askes PNS, adalah obat yang sesuai dengan DPHO' tersebut, dan bila tidak sesuai dengan DPHO maka pasien membayar sendiri obat yang akan ditangglmg sendiri (Out of Pocket). Oleh karenanya perlu dilakukan analisis, apakah resep-resep yang diberikan kepada peserta asuransi kesehatan PNS memenuhi indikator wnum kerasionalan penulisan resep yang dirumuskan oleh WHO' (World Health Organization) dalam meniiai penggunaan obat rasional' di berbagai institusi pemerintah yakni rata - rata jumlah item per lernbar resep; persentase peresepan dengan nama generik; persentasc peresepan dengan antibiotik; persentase peresepan dengan injeksi; persentase peresepan yang sesuai dengan DOEN dan Formularium Pénelitian ini rnengunakan desain cross sectional dengan menggunakan data primer dan sekundcr berupa resep dan laporan keuangan. Populasi sludi pada penelidan ini adalah resep resep yang ke PT. Askes pada bulan November, dan dengan menggunakan teknik random sampling didapatkan jumlah sample yang diteliti sebanyak 508' responden. Dengan menggunakan analisis statistik regresi linier, didapatkan bahwa biaya obat out of pocket memiliki hubungan yang sigfinikan dengan persentase obat paten per lembar resep; persentase obat yang tidak sesuai dengan formularium dan persentase pemakaian injeksi per lembar resep. Sedangkan pola peresepan yang memiliki hubungan dengan total biaya obat adalah jumlah obat yang dilayani instalasi farmasi; persentase obat paten per lcmbar resep; persentase obat antibiotik per lembar resep dan persentase pemakaian injeksi per lembar resep. Rata rata biaya obat' out of pocket per lembar resep sebcsar Rp. 8.l39;- dan rata rata jumlah biaya total per lembar resep adaiah sebesar Rp. 82.564,-

In prescribing a prescription, doctors consider that appropriate medicines for patients are those, which have good effect and quality, but they less consider the ability of patients to pay or buy the medicines. Doctors do not have constraints and difficulties related to prescribing pattern to patients who have insurance guarantee. Through its policy, PT. Askes releases DHPO (Medicines Costs Ceiling Lists) stating that medicines used for patients being insurance members from civil servants are those suitable with the DHPO. If the medicines do not confirm the DHPO, patients will pay the medicines themselves (out of packet). For these reason, whether prescriptions given to health insurance members comply with general indicators of rationality of prescribing formulated by WHO (World Health Organization) should be analyzed. WHO determines indicators to evaluate the rational utilization of medicines in governmental institution as follows: the average of the number of items per prescription sheet, percentage of prescribing with generic name, percentage of prescribing with antibiotic, percentage of prescribing with injection percentage of prescribing in accordance with DOEN (National Essential Medicines List) and formulation. This research used cross sectional design. The research analyzed primary and secondary data. The secondary data were in the lbmr of prescriptions and 'financial report. The populations were prescriptions claimed by PT. Askes in November. By using sampling random technique, the number of samples studied was 508 respondents. By applying linear regression statistical analysis, it was found that out of pocket medicines costs is significantly related with the percentage of patent per prescription sheet, percentage of medicines that is not confirmed with formulation, and percentage of injection utilization per prescription sheet. On the other hand, prescribing pattern which has relation with total medicines cost are the number of medicines provided by pharmaceutical installation, percentage of patent medicines per prescription sheet, percentage of antibiotic medicines per prescription sheet, and percentage of injection utilization per prescription sheet. The cost of out of pocket medicines per prescription sheer is IDR 8,139 on average and the number of total cost per prescription sheet is IDR 82,564 on average."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32072
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Ariyani
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan sistem JKN yang harus dipenuhi rumah sakit dan apa yang diperlukan Sub Sistem Informasi Rekam Medis RSUD Pasar Rebo untuk memenuhi kebutuhan sistem JKN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kebutuhan sistem JKN yang harus dipenuhi oleh rumah sakit adalah spesifikasi komputer, instalasi, aktivasi, dan data. Sub Sistem Informasi Rekam Medis RSUD Pasar Rebo yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan sistem JKN adalah tarif pelayanan seperti INA-CBG?s, database tambahan ICD9-CM, menu tambahan validasi resume medis pasien, dan laporan validasi. Sistem Informasi RSUD Pasar Rebo harus dikembangkan untuk meningkatkan validitas tagihan.

The purpose of this study was to determine the need for JKN?s system that must be fulfilled by the hospital and what is required RSUD Pasar Rebo Medical Record Information Sub-System in order to meet the needs of the JKN?s system. This study is a descriptive qualitative research. The study concluded that the system needs to be met by hospital is the computer specifications, installation, activation, and data. RSUD Pasar Rebo Medical Record Information Sub-System are required is the existence of the tariff service like INA-CBG?s tariff, additional database ICD9-CM, additional menu of medical patients resume validation, and validation reports. RSUD Pasar Rebo Information System should be developed to improve the validity of the bill.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia;, 2014;2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qinthara Alifya Pramatiara
"Dispepsia merupakan kumpulan gejala berupa rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan atas. Terjadinya dispepsia pada pasien rawat inap dapat menambah beban ekonomi pasien yang sudah mengeluarkan biaya untuk pengobatan diagnosis lainnya. Omeprazol injeksi memiliki harga satuan per vial yang lebih mahal dibandingkan ranitidin injeksi per ampulnya. Namun, efektivitas omeprazol dinyatakan lebih baik dalam mengurangi gejala dispepsia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas biaya terapi omeprazol injeksi dan ranitidin injeksi pada pasien dispepsia rawat inap di RSUD Pasar Rebo pada tahun 2021. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan teknik pengambilan data rekam medis dan biaya langsung medis secara retrospektif. Subjek penelitian adalah 158 pasien dispepsia rawat inap yang berumur 18–55 tahun di RSUD Pasar Rebo dengan persebaran 80 yang menggunakan terapi omeprazol injeksi dan 78 yang menggunakan terapi ranitidin injeksi. Berdasarkan hasil penelitian, terapi omeprazol injeksi lebih efektif dalam menghilangkan gejala dispepsia dibandingkan dengan ranitidin injeksi dengan persentase efektivitas berturut-turut sebesar 57,7% dan 39,7% (p=0,038). Total biaya terapi omeprazol injeksi sebesar Rp4.543.490 dan ranitidin injeksi sebesar Rp4.580.180 (p=0,174). Perbedaan efektivitas terapi omeprazol injeksi dibandingkan ranitidin injeksi dalam menghilangkan gejala dispepsia sebesar 17,8%, sedangkan perbedaan total biaya terapi berdasarkan perspektif rumah sakit sebesar Rp36.690. Hasil penelitian menunjukkan omeprazol injeksi memiliki efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan ranitidin injeksi dengan total biaya yang tidak berbeda bermakna.

Dyspepsia is a collection of symptoms in the form of discomfort in the upper digestive tract. The occurrence of dyspepsia in hospitalized patients can add to the economic burden of patients who already pay for other diagnostic treatments. Omeprazole injection has a unit price which is more expensive than ranitidine injection. However, the effectiveness of omeprazole was stated to be better in relieving symptoms of dyspepsia. This study aims to analyze the cost-effectiveness of omeprazole injection and ranitidine injection therapy in dyspepsia hospitalized patients at Pasar Rebo Hospital in 2021. This study used a cross-sectional design with medical record and direct medical costs data collection techniques retrospectively. The research subjects were 158 hospitalized dyspepsia patients aged 18–55 years at Pasar Rebo Hospital with a distribution of 80 who used omeprazole injection and 78 who used ranitidine injection. Based on the results of the study, omeprazole injection therapy was more effective in relieving symptoms of dyspepsia than ranitidine injection with effectiveness percentages of 57.7% and 39.7%, respectively (p=0.038). The total cost of omeprazole injection therapy was Rp. 4,543,490 and ranitidine injection was Rp. 4,580,180 (p=0.174). The difference in the effectiveness of omeprazole injection therapy compared to ranitidine injection in relieving symptoms of dyspepsia was 17.8%, while the difference in the total cost of therapy based on a hospital perspective was Rp.36,690. The results showed that omeprazole injection had a higher effectiveness than ranitidine injection with a total cost that was not significantly different."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursalin
"Diabetes Mellitus merupakan penyakit epidemik yang menjadi ancaman global. Selain tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, juga menyebabkan sebagian besar negara di dunia mengeluarkan anggaran kesehatan yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya biaya langsung medis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada penderita rawat jalan diabetes mellitus tipe 2. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari ? Pebruari 2015 di RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang, Kalimantan Barat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan secara retrospektif berdasarkan data tahun 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 200. Hasil analisis multivariat, terdapat perbedaan yang signifikan biaya langsung medis pada setiap tipe penatalaksanaan, lama sakit dan komplikasi yang dialami penderita. Upaya promotif dan preventif perlu ditingkatkan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup penderita.

Diabetes mellitus has epidemic diseases that seriously global threated. Except, hight level of morbidity and mortality, its also caused most countries in the world spend a lot of money for health care. This study purpose to count direct medical costs and factors of influence on type 2 diabetes mellitus outpatient care. This study conduct on January to February 2015 in RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang at West Kalimantan. Design study used cuantitative analysis by secondary data that retrospectively collected on 2013 data and number of samples are 200. Result of multivariate analysis, there were significant difference means of direct medical costs of type 2 diabetes mellitus outpatient care on type of care, diseases duration, and complication. Health promotion and prevention on type 2 diabetes mellitus intervention must be increasingly to achieve effective and efficient cost of care and to increase patient?s quality of life.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T28912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>