Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198300 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransiska Paskah Eka Putri Rivai
"Dalam industri budaya, selalu terdapat pola dan formula yang berulang kemudian membentuk standar dan selera khalayak terhadap produk yang dihasilkan oleh media. Fenomena tersebut terlihat dalam tren program India yang diciptakan oleh saluran ANTV sejak tahun 2013. Saluran ANTV berhasil membangun sebuah industri budaya, di mana program serial India adalah produk dari industri tersebut. ANTV melakukan komodifikasi dalam pemilihan program impor maupun program produksinya sendiri. Komodifikasi dilakukan terhadap isi konten program demi mengikuti pola dalam industri budaya yang telah terstandarisasi. ANTV yang sebelumnya hanya mengimpor program serial India, memutuskan untuk menayangkan program lokal berjudul Malaikat Kecil dari India. Komodifikasi yang dilakukan dalam program ini adalah komodifikasi terhadap konten dan khalayak. Pada segi konten, komodifikasi dilakukan melalui penentuan latar, alur cerita, dan aktor. Sementara komodifikasi khalayak dilakukan dengan mentransformasikan khalayak menjadi suatu komoditas dalam bentuk rating dan share untuk djiual kepada pengiklan untuk mendapatkan keuntungan.

In culture industry, there rsquo s always a repeated pattern and formula that creating audience standard for media products they consume. This phenomenon can be seen in Indian television program trend, started by ANTV since 2013. ANTV has succeeded building a culture industry, which Indian serial program is their main product. ANTV conducted a commodification in either importing or producing their Indian television programs. Content commodification is done to the program in order to follow the pattern of the culture industry standard. After a few years importing Indian serial program, ANTV decided to broadcast a local program called Malaikat Kecil dari India where they did some content and audience commodification. Content commodification can be seen from the the program rsquo s plot, story settings and actor. While audience commodification is done by transforming their audience into a commodity through rating, then sold them to advertisers in order to gain profit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Langitantyo Tri Gezar
"Industri televisi Indonesia terus memproduksi konten media hiburan seperti program musik dengan menggunakan jasa penonton bayaran dalam proses produksinya demi menarik khalayak dan meraih keuntungan ekonomi yang berpatokan pada rating dan share, lalu menjualnya kepada pengiklan. Dalam hal ini, industri televisi melakukan komodifikasi konten, khalayak, dan pekerja media yang menempatkan penonton bayaran sebagai komoditas. Dengan menggunakan paradigma kritis dan pendekatan kualitatif disertai wawancara dan observasi lapangan pada studi kasus penonton bayaran program Dahsyat, peneliti menyimpulkan bahwa industri media telah melakukan komodifikasi terhadap penonton bayaran sebagai pekerja media yang berada pada relasi kuasa yang tidak seimbang.

ndonesian television industry continues to produce entertainment content such as music programs by using the services of paid audiences in the production process to attract audiences and gain economic benefits based on rating and share, then sell it to advertisers. Television industry is doing commodification of content, audiences, and workers that put paid audiences as commodities. By using critical paradigm and qualitative approach through interviews and field observations on a case study of paid audiences in Dahsyat program, researcher concluded that the media industry has done commodification of media workers to the paid audiences who are in unequal power relations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Prakarsa Rukhiyana
"ABSTRAK
Dalam ajaran Shinto dan Buddha, dewa-dewa dipercaya menjadi kekuatan besar pada kehidupan penganutnya. Manifestasi dari wujud dewa-dewa banyak tertuang dalam simbol, benda dan perayaan. Salah satu benda yang mempunyai manifestasi dari dewa-dewa dalam kepercayaan tersebut adalah Omamori. Pada awal kemunculannya, omamori diberikan kepada peziarah kuno di Jepang yang melakukan perjalanan spiritual ke kuil-kuil di luar daerahnya. Omamori diberikan kepada para peziarah oleh pihak kuil, dengan tujuan agar menjadi keselamatan pada para peziarah ketika kembali ke daerah asal. Seiring berkembangnya zaman, dan globalisasi mulai merambah Jepang, hal tersebut juga memberikan dampak kepada omamori. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dampak komodifikasi pada budaya yang datang bersamaan dengan globalisasi pada omamori, salah satu aspek budaya kuno Jepang. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yaitu studi pustaka. Teori yang digunakan antara lain, Teori Globalisasi Appadurai untuk menjelaskan fenomena penjualan massal terhadap omamori, kemudian Teori Komodifikasi yang bertujuan untuk menjelaskan dampak yang diterima, perubahan atau pergesaran pada aspek budaya yaitu omamori, Teori Mass Culture dari Hannah Arendt untuk menjelaskan mengapa aspek-aspek tersebut bisa berubah, lalu teori Culture Industry dari Theodor Adorno untuk menjelaskan bagaimana sistem yang mengatur suatu produksi komoditas budaya.

ABSTRACT
In Shinto and Buddhism, it is believed that God has a great power in the followers life. The manifest of God are shown in the symbols, objects and ceremonies. One of those object that has the God manifest is called omamori. At the starts of its appearance, omamori was given by the temple to ancient pilgrims on their pilgrimage to temples outside their region. Omamori was given by the temple with purpose to blessing the pilgrim when they are going back to their origin. As the time goes by, together with the spread of globalization to entire Japan, it gives impact to omamori as well. This study is purposed to explain the impact of commodification to japan culture together with globalization to omamori, one of the aspect of Japanese ancient culture. This study use qualitative method, literature review. Theory that used in this study is commodification theory, with purpose to explain impact, change or shift on cultural aspect of omamori, mass culture theory from Hannah Arendt to explain how those aspects can change, and Theodor Adorno Theory of Culture Industry to explain the system that arrange the production of cultural commodity."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Valerie Shanaz
"Penelitian ini berusaha menjelaskan terjadinya komodifikasi pekerja media (jurnalis) dalam industri media massa televisi dengan studi kasus pada grup media MNC. Peneliti mengembangkan kerangka pemikiran dari teori ekonomi politik komunikasi, dengan menggunakan konsep utama komodifikasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Penelitian ini mengungkapkan bahwa dalam perkembangan MNC Media menjadi stasiun televisi terintegrasi terbesar di Asia Tenggara, telah terjadi praktik komodifikasi para pekerjanya. Spasialisasi yang dilakukan MNC Media melalui integrasi empat stasiun televisi swasta menyebabkan para jurnalis mengalami komodifikasi. Pekerja media telah ditransformasikan menjadi komoditas utama dalam industri media massa sebagai alat untuk mengakumulasi modal kapital. Industri media massa yang erat kaitannya dengan kapitalisme menerapkan struktur yang menguntungkan pemodal semata kepada pekerjanya melalui waktu kerja yang tidak menentu, pemberian upah minimum, serta struktur eksploitatif lainnya seperti pengulangan kontrak kerja. Para pekerja media ini kemudian menerima komodifikasi baik secara sadar maupun tidak sadar melalui eksploitasi, alienasi, mistifikasi, reifikasi, dan naturalisasi. Kekuasaan yang berpusat pada pemilik modal membuat proses komodifikasi dapat dengan mudah dilakukan terhadap pekerja media, sementara mereka menerima bentuk komodifikasi tersebut sebagai suatu kewajaran atas profesinya.

This study seeks to reveal the commodification of media workers (journalists) in the television mass media industry with a case study on the MNC media group. The researcher develops a framework of thought from the political economy theory of communication, using the main concept of commodification. This study uses a critical paradigm with a qualitative approach and case study method. This research reveals that in the development of MNC Media into the largest integrated television station in Southeast Asia, there has been a practice of commodification of its workers. The spatialization carried out by MNC Media through the integration of four private television stations has caused journalists to experience commodification. Media workers have been transformed into a major commodity in the mass media industry as a means to accumulate capital. The mass media industry, which is closely related to capitalism, applies a structure that benefits investors only through erratic working hours, the provision of minimum wages, and other exploitative structures such as the repetition of work contracts. These media workers then receive commodification both consciously and unconsciously through exploitation, alienation, mystification, reification, and naturalization. The power that is centered on the owners of capital makes the process of commodification easy for media workers, while they accept this form of commodification as a natural thing for their profession."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Muttamimah
"Penelitian ini menyingkap bagaimana proses komodifikasi konten terjadi terhadap karya sastra Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini yang dialihwahana ke berbagai medium, yakni buku, web series, film, dan podcast. Tujuan penelitian ini adalah membongkar praktik komodifikasi konten dan bagaimana praktik tersebut menjadi kekuatan ekonomi politik bagi pemilik karya serta pemilik modal. Paradigma kritis digunakan dalam penelitian ini dengan pendekatan kualitatif dan metode penelitian analisis wacana kritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara mikro, pemilik karya dan pemilik modal mengembangkan konten sesuai medium yang menyalurkannya, seperti memasukkan unsur-unsur intrinsik cerita dan meromantisasi isu-isu seragam, untuk mencapai kepentingan bisnis. Adapun secara makro, alih wahana yang dilakukan berhasil menciptakan komoditas baru yang digandrungi khalayak, karena dukungan dari sistem ekonomi dan politik memungkinkan pemilik modal terus mengembangkan karya dengan memanipulasi kesadaran khalayak sebagai hiburan. Kekayaan intelektual turut dimanfaatkan tak hanya untuk menghasilkan nilai ekonomi bagi pemilik karya dan pemilik modal, tetapi juga menguntungkan secara politik dari kontrol penuh atas pengembangan konten yang dimiliki.

This research reveals how the process of commodification of content occurs in the literary works, Nati Kita Cerita Tentang Hari Hari Ini, which is transformed into various mediums, such as books, web series, films, and podcasts. The purpose of this research is to reveal the practice of commodification of content and how this practice becomes a political economic power for the work owner and capital owners. The critical paradigm is used in this study with a qualitative approach and critical discourse analysis research methods. The results of the study show that on a micro basis, the work owner and capital owners develop content according to the medium that distributes it, such as incorporating intrinsic elements of stories and romanticizing uniform issues, to achieve business interests. On a macro level, the transformed of medium has succeeded in creating new commodities, because the support from the economic and political systems that allows the owners of capital to continue to develop works by manipulating audience awareness as entertainment. Intellectual property is also utilized not only to generate economic value for work owner and capital owners, but also to benefit politically as a full control over the development of the content they own."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Marhaen Pratopo Eko Setyatmojo
"Disertasi ini berusaha mengungkapkan terjadinya komodifikasi pekerja media wartawan dalam industri media massa di era konvergensi. Peneliti mengembangkan kerangka pemikiran dari teori ekonomi politik komunikasi, yang pintu masuk pertamanya adalah komodifikasi. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis dengan pendekatan kualitatif dan metode studi kasus. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pertumbuhan Tempo dari sebuah majalah menjadi konglomerasi merupakan akumulasi kapital sesuai dengan tujuan kapitalis. Tempo terus mengembangkan bisnis dan inovasi untuk beradaptasi dengan perkembangan industri media serta teknologi media baru, termasuk dengan penerapan konvergensi media dan konvergensi redaksi. Dalam pelipatgandaan kapital dan pelaksanakan konvergensi redaksi itu terjadi komodifikasi pekerja wartawan lewat penambahan jam kerja, upah rendah, kejar target, tugas ganda, kewajiban permasaran dan adaptasi. Bentuk komodifikasi yang terjadi adalah eksploitasi tubuh, eksploitasi ekonomi, eksploitasi waktu luang, dan eksploitasi kemampuan. Wartawan menerima eksploitasi itu sebagai kewajaran bagi profesinya karena adanya proses mistifikasi, alienasi, naturalisasi, dan reifikasi.

This dissertation seeks to reveal the occurrence of commodification of media workers journalists in media industry in the convergence age. The researcher developed a framework of political economic of communication theory, whose first entrance is commodification. This research uses a critical paradigm with qualitative approach and case study method. This study reveals that the growth of Tempo from a magazine into a conglomeration is an accumulation of capital in accordance with capitalist objectives. Tempo continues to develop business and innovation to adapt the development of media industry and new media technology, including with the application of media convergence dan editorial convergence. In the multiplication of capital and the execution of editorial convergence, there is a commodification of workers journalists through the addition of working hours, low wages, pursuit of targets, double duties, marketing obligation and adaptation. The forms of commodification that occur are exploitation of the body, economic exploitation, leisure exploitation, and exploitation of ability. Journalists accept the exploitation as fairness for the profession because of the process of mystification, alienation, naturalization, and reification."
2017
D2329
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurwahida
"Penelitian ini menganalisis wacana dalam iklan produk kosmetik dari Kahf yang mulai ditayangkan sejak tahun 2020. Peneliti memilih iklan Kahf karena iklan tersebut memasukkan unsur komodifikasi agama Islam melalui wacana dalam iklan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis wacana komodifikasi agama dalam iklan Kahf dan bagaimana gaya penyebaran yang dilakukan dalam iklan. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan analisis wacana Teun A. Van Dijk.  Hasil penelitian menunjukkan  bahwa iklan merupakan salah satu media yang tidak hanya menawarkan produk atau membangun citra produk secara positif, namun juga terdapat nilai-nilai dan ideologi yang dibangun oleh produsen dan gaya penyebaran kedua iklan ini menggunakan penggunaan suara dan visualisasi nuansa Islami.

This study analyzes the discourse in advertisements for cosmetic products from Kahf which began airing since 2020. The researcher chose Kahf's advertisements because these advertisements incorporate elements of the commodification of the Islamic religion through discourse in advertisements. This research was conducted to analyze the commodification of religious discourse in Kahf advertisements and how the style of dissemination is carried out in the advertisements. The research method uses qualitative methods with discourse analysis by Teun A. Van Dijk. The results of the study show that advertising is one of the media that not only offers products or builds a positive product image, but also contains values ​​and ideology built by producers and the style of dissemination of these two advertisements uses the use of sound and visualization of Islamic nuances."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Nadira Azzahra
"Komodifikasi adalah proses mengubah sesuatu yang sebelumnya tidak memiliki nilai ekonomis menjadi barang atau produk yang bisa dijual dan dikonsumsi secara massal. Museum dipilih sebagai fokus penelitian karena perannya dalam menyebarkan nilai-nilai budaya yang tak berwujud kepada publik, melalui penggunaan suvenir yang berfungsi sebagai media edukasi dan pelestarian budaya. Dalam era konsumerisme, suvenir yang dikurasi dengan baik tidak hanya memperpanjang pengalaman pengunjung tetapi juga membantu menyebarkan dan melestarikan budaya. Kajian dilakukan untuk menunjukkan pentingnya komodifikasi koleksi Museum Wayang Jakarta melalui suvenir yang bernarasi, yang mendukung pemahaman, apresiasi, dan pelestarian budaya wayang sebagai warisan Indonesia. Kajian mengevaluasi peran komodifikasi koleksi wayang untuk memperluas pembelajaran museum, menggunakan arkeologi teoritis sebagai panduan metodologi, pendekatan kualitatif dan arkeologi publik untuk pelestarian dan promosi budaya. Berpartisipasi dalam diskusi mengenai bagaimana komodifikasi budaya materi, yaitu koleksi museum dapat mendukung dan mempromosikan warisan budaya melalui studi kasus Museum Wayang Jakarta.

Commodification is the process of transforming something that previously had no economic value into goods or products that can be sold and consumed on a mass scale. Museums are chosen as the focus of research because of their role in disseminating intangible cultural values to the public through the use of souvenirs, which serve as educational and cultural preservation tools. In the era of consumerism, well-curated souvenirs not only extend the visitor experience but also help disseminate and preserve culture. This study highlights the importance of commodifying the Wayang Museum's collection through narrative souvenirs, which support understanding, appreciation, and preservation of wayang culture as an Indonesian heritage. The study evaluates the role of commodifying wayang collections to enhance museum learning, using theoretical archaeology as a methodological guide, and qualitative and public archaeology approaches for cultural preservation and promotion. Contributing to the discussion on how material culture commodification, specifically museum collections, can support and promote cultural heritage through a case study of the Museum Wayang Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Defreia Miriam Destianti
"Abstrak. Makalah ini membahas mengenai bagaimana proses komodifikasi karya sastra Wattpad dengan judul Nonversation. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis, dengan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus. Dilakukannya penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana proses komodifikasi yang terjadi pada karya sastra Wattpad berjudul Nonversation dan kaitannya terhadap perubahan pada industri penerbitan buku. Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan konsep komodifikasi milik Mosco, terdapat tiga bentuk komodifikasi yang terjadi: (1). Komodifikasi konten terjadi melalui proses penulisan yang dilakukan melalui unsur-unsur cerita untuk menarik pembaca; (2). Komodifiksi khalayak terjadi ketika pembaca tidak dapat melepaskan dirinya dan menjadikan novel sebagai bagian dari kesehariannya; (3) Komodifikasi pekerja dimana penulis mengapitalisasi kemampuannya untuk menciptakan karya sastra sebagai bentuk dari labour-power. Model Arena Produksi Kultural juga digunakan untuk mengkaji Wattpad sebagai agen yang mendominasi dalam industri penerbitan buku.

Abstract. This paper discusses the process of commodification of Wattpad story, Nonversation. This study uses a critical paradigm, with a qualitative approach and case study research methods. The purpose of this research is to find out how the commodification process that occurs in Wattpad's literary work and its relation to the changes in the book publishing industry. Based on the research results, using Mosco's concept of commodification, there are three forms of commodification that occurs: (1). The commodification of content occurs through the writing process which is carried out through story elements to attract readers; (2). The commodification of audiences occurs when the reader cannot let go of themself and makes the novel a part of his daily life; (3) The commodification of workers where the author capitalizes their own ability to create literary works as a form of labour-power. Bourdieu’s The Cultural Production Arena model is also used to examine Wattpad as a dominating agent in the book publishing industry."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasna Muthiah
"ABSTRAK<>br>
Penggunaan media sosial Instagram yang semakin masif mendorong interaktivitas yang tinggi antarpenggunanya. Interaktivitas ini dilihat sebagai kesempatan oleh pemasar untuk memasarkan produknya melalui sistem endorsement. Namun ternyata, penggunaan Instagram sebagai media pemasaran tidak selamanya berdampak positif. Tulisan ini berfokus pada anak yang dikomodifikasi sebagai model endorse di Instagram orangtuanya yang merupakan selebritis. Komodifikasi terjadi di bawah pengawasan orang tua dan didukung oleh pemberitaan media serta anggapan wajar mengenai anak yang bekerja. Selain itu, budaya konsumerisme terhadap produk anak juga mendorong terjadinya komodifikasi terhadap anak. Isu lain atas unggahan konten Instagram orangtua yang menampilkan foto anak adalah pelanggaran privasi anak. Orangtua membagikan konten yang menampilkan anaknya tanpa persetujuan dari sang anak ke ranah publik.

ABSTRACT<>br>
The massive use of Instagram stimulates high interactivity between its users. The interactivity is seen as big opportunity by marketers to promote their product by endorsement system. However, the use of Instagram to be one of the marketing tools does not always have positive impact. This paper focus on commodification that happened to children endorser on Instagram whose parents is a celebrity. The commodification happened in the right of the parents and supported by the media publication about reasonable presumption on working children. Moreover, consumerism culture on children rsquo s product also supporting the commodification of these children. Another issue that can happen because of the children content on parent rsquo s social media is invasion of the child privacy. Parents, however share the content about their children to the public without the children rsquo s consent."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>