Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 64580 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putuhena, Carolus M.
"ABSTRAK
Untuk memacu pertuinbuhan ekonomi, pemerintah sejak tahun
1983 telah melakukan berbagai deregulasi di bidang keuangan.
deregulasi tersebut. bertujuan untuk menciptakan iklim yang
mengundang investasi swasta dan mendorong persaingan yang
mengarah pada efisiensi penggunaan sumber daya keuangan. Salah
satu bentuk deregulasi tersebut adalah deregulasi di sektor pasar
modal, yang memberikan peluang kepada dunía usaha untuk
memanfaatkan dana-dana masyarakat untuk pengembang usaha dengan
penjual saham perusahaan kepada masyarakat.
Bagi masyarakat sendiri, baik secara individu maupun dalam
organisasi, kehadiran saham publik tersebut memberikan alternatif
baru dalam investasi disamping bentuk-bentuk tradisionil yang ada
selama ini seperti emas/batu mulia, deposito berjangka, valuta?
asing, surat berharga, atau dalam bentuk investasi fisik seperti
tanah dan rumah.
Permasalahan yang dihadapi adalah cara dalam melakukan
penilaian saham sehingga investasi dapat memaksimumkan kekayaan
dimasa mendatang. Selama ini dikenal dua metode dalam analisa
pemilihan saham, yaitu Analisa Teknikal dan Analisa Fundamental.
Secara teoritis analisa fundamental dapat memberikan manfaat
maksimum kepada investor. Namun dalam aplikasi praktis analisa
tersebut sering terbentur pada berbagai kesulitan seperti
kelangkaan data, keterbatasan waktu dan turbulensi lingkungan
usaha, sehingga jarang digunakan. Oleh sebab itu berbagai upaya
terus dilakukan untuk mendapatkan teknik-teknik analisa
fundamental yang lebih sederhana, lebih mudah dan lebih cepat
penggunaannya.
Dalam tulisan ini diperkenalkan teknik Nine High-Low
Method dalam memilih saham secara fundamental. Dalam teknik ini
nilai saham dapat diperkjrakai-i dengan melakukan perkalian antara
estimasi PER dengan estimasi EPR, PER (Erice Earnings Rasio)
menceritiinkan pembentukan harga saham oleb pasar, sehingga
estimasi dapat dilakukan dengan menentukan nilai PER rata-rata,
tertinggi dan terendah yang pernah terjadi selama ini. Sedangkan
EPS mencerminkan kemampuan perusahaan nienghasilkan laba sehingga
estiniasi harus menggunakan fakta/data fundamental baik berupa
kinerja perusahaan dimasa lampau maupun analisa lingkungan usaha
dimasa mendatang yang akan meinpengaruhi keberhasilan tersebut.
Proyeksi laba perusahaan dilakukan berdasarkan 3 jeriis prediksi
sehingga secara kese].uruhan akan menghasilkan 9 nilai saham. Jika
harga sahai lebib kecil dan nilai saham terendah, maka saham
tersebut menguntungkan untuk dibe].i1 dan sebaliknya jika harga
saham lebih besar dan nilai tertinggi, maka saham tersebut
menguntungkan untuk dijual.
Proses pemilihan dapat dipercepat dengan memfokuskan analisa
pada saham-saham yang memuliki potensi menguntungkan yaitu, saham
yang mempunyai harga rendah, rasio P/BV rendah dan perusahaan
mempunyai prospek cerah. Pada contoh penggunaafl teknik ?Nine High
Low Method? dalam pemulihan saham yang beredar di Bures Efek
Jakarta per April 1991, ternyata saham PT. Prapatan merupakan
satu-satunya sabam dan keloinpok industri perhotelan yang
iiemenuhi syarat investasi (NPV positif). Berdasarkan perkiraan
bahwa pertumbuhan ekonomj dunia tahun 1991 mengalamj penurunan
dan ekonomi Indonesia 1991 dengan kebijakan uang ketat dan suku
bunga tinggi hanya menghasjik pertuinbuhan PDB sekitar 8.4 Z
dengan laju inflasi sekitar 6.5 X. Kunjungan wisatawan acing
sebagai leading indicator?, hanya mengalami pertumbuhan 10 Z.
Dengan kondisi tersebut ternyata PT Prapatan masih menunjukkan
pertumbuban usaha dan kemampuan laba yang menarik. Dan hasil
perhitungan diperoleb fluai saham PT Prapatan per April 1990
adalah Rp. 6.374,? sedangkan barga saham pade. saat tersebut hanya
Rp. 4.750,-. Berdasarkan fluai tersebut saham PT. Prapatan alcan
memberikan tingkat pengembalian hampir 40 %.
Namun kepada investor perlu diingatkan bahwa ketepatan
perkìraan tersebut sangat tergantung pada jumlah data, penggunaan
metode peramalan, pemilihan model dan pemilihan variabel ?leading
indicator?. Dalam contoh perhitungan di atas hanya tersedia 12
data penjualan triwulanan (3 tahun) dengan fluktuasi yang sangat
besar seperti tercermin dalam ?Irregularity Index yang mencapai
cukup besar. Kemungkinan laporan-laporan keuangan tersebut
disusun dalam rangka ?go-publìc sehingga segala daya diupayakan
untuk memberikan citra positif. Keterbatasan data menyebabkan
basil regresi kurang memuaskan seperti tercermin dalam
?coefficient of deteminatiOn? (r2) yang tidak mencapai 90 % dan
?standard error of estimate? yang cukup besar.
Namun demikian tidak berarti bahwa metode tersebut tidak
efektif. Angka yang dihasilkan walaupun ketepatanflys diragukan
tetap dapat digunakan sebagai acuan, disamping pertimbangan
pengalaman (jucigement) dan intuisi."
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lambey, David
"ABSTRAK
Pasar modal di Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat walaupun relatif
Iebih lambat dibandingkan dengan negara - negara di Asia Tenggara lainnya, seperti
Singapura dan Malaysia. Tetapi perkembangan yang pesat ¡ni tidak didukung pengetahuan
masyarakat yang baik tentang pasar modal dan teknik - teknik analisa investasi khususnya
Dalam kondisi kinerja Bursa Efek Jakarta yang semakin terpuruk saat ¡ni, pengetahuan akan
teknik -teknik analisis investasi semakin dibutuhkan masyarakat karena terbuka suatu
kesempatan untuk memperoleh saham suatu perusahaan yang baik kinerjanya dengan harga
yang jauh lebih rendah daripada harga intrinsiknya.
Tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisis implementasi teknik Warren Buffett
dalam keputusan investasi saham di Indonesia. Teknik Warren Buffett menggabungkan antara
analisis kuantitatif yang dikembangkan Benjamin Graham dengan analisis kualitatif yang
díkembangkan Philip Fisher. Analisis implementasi teknik Warren Buffett pada keputusan
investasi di Bursa Efek Jakarta dibagi menjadi dua tahapan besar, yaitu:
1. Tahapan pertama adalah membentuk portfolio berdasarkan teknik Warren Buffett.
Portfolio yang terbentuk pada tahapan pertama terdiri dan lima perusahaan (Daya Guna
Samudera, Indosat, Jaya Real Property, Surya Toto dan Tambang Timah).
2. Tahapan Kedua adalah mengukur kinerja dan resiko portfolio yang terbentuk dan
membandingkannya dengan pasar. Pengukuran kinerja portfolio dan pasar menggunakan
dua metode, yaitu metode holding period return dan return - Tisk adjusted. Resiko yang
diperhitungkan meliputi resiko sistematik dan non-sistematik. Selain itu, periode yang
digunakan dibagi dua, yaitu periode sebelum pemerintah (Bank indonesia) inencabut band
intervensi terhadap nilai tukar mata uang Rupaih dan periode sepanjang tahun 1997.
Dari analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa portfolio yang dibentuk mempunyai
tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan tingkat pengembalian pasar baik untuk
metode holding period return dan retrun - risk adjusted maupun untuk periode sebelum
pemerintah mencabut kurs intervensi (kondisi normal) maupun sepanjang tahun 1997.
Portofolio juga memiliki tingkat resiko yang lebih rendah dibandingkan pasar untuk dua
periode berbeda. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa teknik Warren Buffett dapat
diimplementasikan pada Bursa Efek Jakarta. Walaupun demikian ada beberapa hal yang dapat
mempengaruhi analisis, yaitu kondisi fundamental masing - masing perusahaan, penggunaan
metode akuntansi yang berbeda, penggunaan data historis, krisis keuangan dan kondisi pasar
modal yang relatif masih muda. Untuk itu ada pula saran - saran untuk mengoptimalkan
implementasi teknik Warren Buffett, yaitu: analisis prinsip usaha dan manajemen,
penyesuaian current earning untuk memberikan prediksi pertumbuhan dan owner?s earning di
masa depan dan memasukkan hutang dalam mata uang asing sebagal salah satu faktor
pertimbangan.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandji Nadhif Ramadhan
"The primary objective of this study is to investigate the Indonesian LQ45 stock market's reaction to the second US interest rate hike in 2022, as well as the effect of the type of industry (financial or other industries) and the proportion of foreign ownership on the reaction. The event study test revealed that the LQ45 stock market reacted less negatively to the second US interest rate hike in 2022 compared to market expectations, leading to a positive abnormal return during the dates surrounding the event in general, consistent with the findings mentioned and documented in a previous study (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Furthermore, the regression result shows that the negative returns for the financial sector will be lower than for others, thus leading to a less positive abnormal return for the financial sector, which corresponds to the findings of (Jiayi Kang, 2023) who concluded that higher interest rates could lead to higher interest rates in the interest rate market reducing loan demand, and money would also flow from the stock market to the bond market, dealing a huge blow to banking funds. This demonstrates that the type of industry while controlling for foreign ownership levels and debt to equity ratio has significant impact on stock market reaction and provides evidence regarding the performance of the financial industry. Finally, it has been demonstrated that the proportion of foreign ownership does not have any influence on the stock market reaction for all event windows in the length of observation, which is not consistent with the findings of (Jeongsim Kim, 2023).

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi reaksi pasar saham LQ45 Indonesia terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022, serta pengaruh jenis industri (industri keuangan atau industri lainnya) dan proporsi kepemilikan asing terhadap reaksi tersebut. Hasil pengujian studi peristiwa menunjukkan bahwa pasar saham LQ45 bereaksi lebih tidak negatif terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022 dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yang mengarah pada abnormal return yang positif pada tanggal-tanggal di sekitar peristiwa tersebut secara umum, konsisten dengan temuan yang disebutkan dan didokumentasikan pada penelitian sebelumnya (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Lebih lanjut, hasil regresi menunjukkan bahwa return negatif untuk sektor keuangan akan lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya, sehingga menyebabkan abnormal return yang kurang positif untuk sektor keuangan, yang sesuai dengan temuan (Jiayi Kang, 2023) yang menyimpulkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat menyebabkan suku bunga yang lebih tinggi di pasar suku bunga yang mengurangi permintaan kredit, dan uang juga akan mengalir dari pasar saham ke pasar obligasi, yang memberikan pukulan besar pada dana perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis industri memiliki dampak yang signifikan terhadap reaksi pasar saham dan memberikan bukti mengenai kinerja industri keuangan. Terakhir, telah telah didemonstrasikan bahwa proporsi kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap reaksi pasar saham LQ45 untuk semua rentang waktu pengamatan, yang berarti tidak konsisten dengan temuan (Jeongsim Kim, 2023)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Hestarina
"Tesis ini membahas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi korelasi bursa saham Indonesia dengan bursa saham di lima negara lainnya, yaitu Jepang, Hongkong, AS, Inggris dan Australia. Faktor-faktor yang diteliti tidak menyangkut faktor ekonomi saja, namun juga melibatkan faktor geo-politik. Penelitian ini mencoba munguji model yang tidak biasa digunakan dalam manajemen keuangan, yaitu dengan menggunakan Gravity Model. Basil penelitian menemukan bahwa temyata Gravity Model sesuai digunakan untuk memprediksi detenninan korelasi stock market Indonesia dengan lima negara lainnya pada tahun 2004-2009. Determinan korelasi stock market Indonesia adalah besarnya kapitalisasi pasar, Over Lapping Open Hour, dan kesamaan hukum.

This thesis mainly discusses the determinants of Indonesia's stock market correlations with five otherstock markets in five countries, which are Japan, Hong Kong, USA, UK and Australia. The factors that are observed are not just economic factors but a1so geo-political factors. This study examines a model that is rarely used in financial management that is Gravity Model. The result of this study is that, Gravity Model is suitable enough to estimate the correlation between Indonesia's stock market and five other partners in the year 2004-2009. Hence, the determinants are; market capitalization size, Over Lapping Open Hour, and the law index"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T 27218
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tuning Indraswari Kusumaningtyas
"ABSTRAK
Karya akhir ini mempunyai tiga tujuan utama yaitu mengetahui keberadaan dan
besarnya initial abnormal return (underpricing) saham perdana dikaitkan dengan kondisi
pasar modal tahun 1998 - 2000, perilaku saham perdana melalul pola cumulative
abnormal return serta menguji signifikansi beberapa variabel kandidat, untuk melihat
pengaruh variabel tersebut terhadap besaran initial abnormal return. Dalam literatur
literatur keuangan disebutkan bahwa harga penawaran saham perdana umumnya lebih
rendah dan nilal wajarnya. Beberapa penelitian seperti penelitian Lee, Taylor dan Walter
(emisi saham baru di Australia), Ibbotson dan Ritter (emisi saham baru di Amerika),
Dimson dan Levis (Inggris) dan Aggarwal, Leal dan Hernandez (Brazil) telah
mengkonfirmasi adanya fenomena underpricing tersebut.
Study karya akhir berdasarkan metodologi event study yang dikombinasikan
dengan metodologi time-series. Metodologi time-series digunakan untuk membersihkan
data dan unsur autokorelasi sebelum dimasukkan sebagai input (model normal return)
dalam metodologi event study dalam rangka memperoleh abnormal return. Gabungan
kedua metodologi ini akan menghasilkan output yang relatif akurat sebagai model
pengukur normal return saham. Pokok penelitian dalam study adalah IPO 1998-2000
dengan tujuan memperoleh gambaran perilaku emisi saham pada kondisi krisis, untuk
mengetahui apakah terdapat perbedaan dengan masa sebelumnya.
Hasil penelitian pada karya akhir ini menunjukkan bahwa selama periode tahun
1998 sampai dengan tahun 2000, emisi saham perdana menghasilkan initial abnormal
return (nderpricing) sebesar 3347% secara rata-rata dan signifikan (pada ? =1%) saat
pertama kah diperdagangkan. Hash penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
dalam hal besarannya yang sangat signifikan. Penelitian Hanafi (1998) mendapatkan
besaran sebesar 15% untuk emisi saham perdana periode 1989 ? 1990, sedangkan
Hermawan (2000) menemukan underpricing pada hari pertama signifikan sebesar 8,52%
Perbedaan yang jauh atas besaran underpricing tersebut terutama disebabkan
kondisi pasar yang berbeda. Pertama, pada saat krisis, harga-harga saham jatuh ke level
yang paling murah, bahkan untuk beberapa saham, tidak dianggap berharga karena
nilainya jauh dibawah nilai nominalnya. Hal ini menyebabkan harga saat penawaran
saham perdana, ditentukan rendah, relatif bila dibandingkan dengan periode sebelum
krisis. Ketika pada hari pertama, saham perdana dengan harga rendah tersebut, dengan
overreaction pasar yang terjadi ketika dilepas ke pasar sekunder, maka besaran
underpricing menjadi relatif lebih besar dibandingkan jika harga saham ditawarkan pada
harga normal (sebelum krisis).
Kedua, return pasar yang rendah disebabkan minimnya perdagangan (thin
trading) untuk tahun 1998 ?2000 relatif jika dibandingkan periode sebelumnya. Selama
periode krisis dan berikutnya, bursa cenderung bersifat spekulatif dan segala informasi
dianggap kesempatan untuk menghasilkan keuntungan. Hal ini terlihat dari pola
cumulative abnormal return, khususnya pada tahun 1998.
Ketiga, jika dikaitkan dengan faktor risk-return dan saham-saham BEJ dalam
periode krisis, tentunya investor mengharapkan return yang tinggi akibat makin
membengkaknya risk untuk memegang Saham-saham di bursa Indonesia, sehingga pihak
perusahaan atau penjamin emisi menetapkan tingkat underpricing yang besar untuk
menarik minat investor atas sahamnya, dengan menetapkan harga penawaran yang jauh
Iebih rendah dan nilai wajar perusahaan. Selain dari segi harga perdana yang ditawarkan,
tingkat risiko yang diantisipasi investor juga telah tercermin dalam tingkat expected
return saham perdana. Sehingga secara keseluruhan, meningkatnya besaran initial
abnormal return (underpricing) secara signifikan untuk periode krisis merupakan suatu
hal yang wajar.
Perilaku saham perdana yang dilihat dan pergerakan cumulative average
abnormal return menunjukkan bahwa tingkat underpricing yang terbesar hanya terjadi
pada hari pertama. Pada hari kedua, saham perdana mengalami koreksi yang cukup
signifikan. Average abnormal return masih diharapkan positif pada hari-hari berikutnya
nampaknya tidak terjadi. Pada pola cumulative average abnormal return jika pada
penelitian Hermawan (2000) menunjukkan kecenderungan penurunan perlahan pada hari
hari berikutnya, maka yang terjadi pada penelitian ini adalah pola cumulative average
abnormal return mengalami pola yang stabil untuk masa 60 hasil perdagangan, sebagai
penyesuaian atas overreaction di hari pertama, bahkan sedikit terlihat tren yang
meningkat. Akan tetapi periode pengamatan yang hanya 60 hari membatasi untuk
mengambil kesimpulan secara umum untuk periode yang lebih panjang.
Penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signitikan antara variabel
variabel kandidat dengan tingkat initial abnormal return kecuali untuk variabel nilai
emisi saham perdana yang menunjukkan hubungan yang negatif dimana nilai emisi yang
lebih rendah akan menyebabkan besaran initial abnormal return yang Iebih tinggi. Hal
ini terkait dengan persepsi investor bahwa perusahaan dengan nilai emisi kecil cenderung
Iebih berisiko dibandingkan dengan perusahaan besar (dilihat dari besarnya nilai emisi).
Temuan ini memberikan beberapa implikasi. Bagi investor, makin menguatkan
kelebihan dan strategi ambil-untung yaitu pembelian saham di pasar perdana untuk dijual
Iangsung di pasar sekunder pada hari pertama perdagangan. Karena besaran underpricing
yang didapatkan jauh lebih besar pada periode setelah krisis jika dibandingkan dengan
penelitian-penelitian sebelumnya. Kemudian bagi peneliti, adalah tantangan untuk
mengetahui bagaimana dan seperti apa structural changes yang dialami Bursa Efek
Jakarta jika dikaitkan dengan indikasi bahwa terjadi perubahan besaran initial abnormal
return yang signifikan. Sedangkan bagi para akademisi, hal ini semakin menguatkan
kesimpulan bahwa Bursa Efek Jakarta memiliki bentuk pasar yang definitely semi-strong
inefficient.
"
2001
T3544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisah Hanum
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika spillover atau limpahan volatilitas antara aset di pasar saham, pasar valuta asing, dan pasar komoditas di negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Thailand) selama periode 2018-2023. Dengan semakin terintegrasinya pasar keuangan global, penelitian ini mencoba memahami bagaimana shock di satu aset pasar dapat mempengaruhi aset pasar lainnya dalam kawasan ASEAN-5. Penelitian ini menggunakan model Vector Autoregression (VAR) untuk menganalisis hubungan antar aset-aset pasar, serta metode Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) untuk mengevaluasi dampak dan kontribusi antar variable. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pasar modal, STI merupakan main transmitter sedangkan PSEi merupakan main receiver. Di sisi pasar valuta asing, Rupiah merupakan main transmitter dan Baht adalah main receiver. Pada pasar komoditas, sektor Energi merupakan main transmitter dan Logam Industri merupakan main receiver. Temuan ini penting bagi investor yang mencari diversifikasi portofolio, serta bagi regulator yang bertujuan menjaga stabilitas keuangan. Investor perlu memperhatikan dinamika lintas pasar ini untuk mengelola risiko dan memaksimalkan return portofolio mereka. Regulator juga dapat menggunakan informasi ini untuk memantau risiko yang dapat muncul akibat interaksi pasar-pasar tersebut.

This study aims to analyze the dynamics of volatility spillovers between assets in the stock market, foreign exchange market, and commodity market in ASEAN-5 countries (Indonesia, Singapore, Malaysia, Philippines, and Thailand) over the period 2018-2023. With the increasing integration of global financial markets, this study attempts to understand how a shock in one asset market can affect other asset markets in the ASEAN-5 region. This study uses the Vector Autoregression (VAR) model to analyze the relationship between market assets, as well as the Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) method to evaluate the impact and contribution between variables.The results show that in the capital market, STI is the main transmitter while PSEi is the main receiver. On the foreign exchange market side, Rupiah is the main transmitter and Baht is the main receiver. In the commodity market, the Energy sector is the main transmitter while Industrial Metals being the main receiver. These findings are important for investors seeking portfolio diversification, as well as for regulators aiming to maintain financial stability. Investors need to pay attention to these cross-market dynamics to manage risk and maximize their portfolio returns. Regulators can also use this information to monitor risks that could arise from the interaction of these markets.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parmon Hardson
2001
T2386
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Eko Paulen
"Penulis melakukan penelitian analisis pergerakan harga saham dengan menggunakan metoda directional movement system dengan IHSG dan volume perdagangan saham sebagai variabel kontrol untuk periode Juni 2005 - Desember 2005 di mana bertujuan untuk mengetahui saham-saham mana yang memiliki keuntungan yang menarik, sehingga pemodal dapat mengidentifikasikan sahamsaham mama yang sebaiknya di beli dan saham-saham yang sebaiknya di jual dan menjauhi anggapan bahwa pasar modal itu hanya ajang spekulasi. Pengujian dalam penelitian dilakukan dengan dua Cara yaitu pertama dengan analisis teknikal dan kedua secara ekonometrika yaitu analisis regresi berganda. Data yang digunakan merupakan data harga saham harian dari bulan Juni 2005 sampai Desember 2005. Hasil dari penelitian ini adalah secara analisis teknikal dengan periode 1 menunjukkan Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM), True Range, Plus Directional Movement Indicator (+DI), Minus Directional Movement Indicator (-DI) dan Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (AMC) memiliki tingkat volatilitas yang tinggi. Sedangkan secara ekonometrika menunjukkan Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM), True Range, Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (AMC) sebagai variabel dummy tidak signifikan pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan Volume Perdagangan Saham sebagai variabel numerik signifikan pengaruhnya terhadap pergerakan harga saham.

The writer do study about analysis of stock price movement with use directional movement system method with IHSG and volume stock trading as control variables for period June 2005 - December 2005, to intend know which stocks have interesting gain, so the investor can indentify the stocks should buy or sell and it makes assumption away that stock exchange only speculation trading. Test of this research do by two way, first with tehnical analysis dan second by multiple linear regression. The data that been used is daily stock price form June 2005 until December 2005. The results of this study are by technical analysis with period I shows that Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM, True Range, Plus Directional Movement Indicator (+DI), Minus Directional Movement Indicator (-DI) dan Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (ADX) have high volatility. Whereas by multiple linear regression shows that Plus Directional Movement (+DM), Minus Directional Movement (-DM}, True & awe, Directional Movement Indeks (DX)/ Average Directional index (ADX) as a dummy variable not affect significantly to stock price movement. IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) and Volume Stock Trading as a mrmeric variable affect significantly to stock price movement."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17052
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aska Baharsyah Mahmuda
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan asing perusahaan dan volume perdagangan saham perusahaan terhadap volatilitas return saham. Sampel yang digunakan untuk menguji variabel didapat dari 45 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode regresi linier berganda dengan data panel periode 2015 hingga 2021. Variabel yang diujikan dalam penelitian ini antara lain kepemilikan asing masing – masing perusahaan dan volume perdagangan saham sebagai variabel bebas, lalu volatilitas return saham sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini terdapat variabel kontrol, yaitu size, leverage, market-to-book, turnover. Hasil yang didapatkan adalah kepemilikan asing berpengaruh negatif signifikan terhadap volatilitas return saham dan volume perdagangan saham berpengaruh positif signifikan terhadap volatilitas return saham.

This Study aims to analyze the effect of foreign ownership and stock trading volume on the stock return volatility. The sample used for testing the variables is from 45 companies on Indonesia Stock Market. This study uses multiple linear regression method with panel data for the period of 2015 to 2021. Variables tested are each company’s foreign ownership proportion and stock trading volume as independent variable, then stock return volatility as the dependent variable. There are control variables in this study which are size, leverage, market-to-book, and turnover. The result reached in this study are foreign ownership has significant negative effect on stock return volatility and stock trading volume has significant positive effect on stock return volatility."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Setiawan
"Membaiknya kondisi perekonomian Indonesia Pasca krisis moneter tahun 1998, terlihat pada kinerja Bursa Efek Jakarta yang terus menerus mencatatkan rekor Indeks Varga Saham Gabungan (IHSG) tertinggi yang telah mencapai level 1600an pada semester pertama tahun 2006. Sehingga instrumen investasi saham menjadi instrumen yang cukup diminati oleh investor karena memiliki return yang tinggi. Dengan tingginya return yang diterima oleh investor maka kompensasi adalah tingginya tingkat risiko investasi di pasar modal.
Saham Perbankan dan Asuransi adalah saham industri Keuangan yang diperjualbelikan di Bursa Efek Jakarta. Saham-saham Perbankan masuk dalam kelompok saham blue chip karena nilai kapitalisasi pasarnya relatif besar, Sedangkan saham-saham Asuransi masuk ke dalam kelompok saham lapis kedua atau saham dengan resiko lebih besar dibandingkan dengan saham blue chip.
Karya Akhir ini memiliki tujuan utama mengetahui pengaruh perubahan variabel ekonomi makro (Infasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia), return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember terhadap return saham Perbankan dan, Asuransi bulan Januari untuk melihat fenomena January Effect. Dalam literatur disebutkan bahwa harga saham dipengaruhi oleh variabel endogen yang berasal dari internal perusahaan dan variabel eksogen yang berasai dari kondisi ekonomi makro.
Penelitian yang dilakukan inerupakan penelitian empiris dengan periode observasi sepanjang tahun 1989 sampai 2006 menggunakan metode analisis regresi berganda. Variahel babas dalam regresi ini adalah variabel ekonomi makro, return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember sedangkan return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari berlaku sebagai variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Menurut literatur, sebelum dilakukan penyusunan model, data harus memenuhi beberapa asumsi dan tidak memiliki masalah tertentu. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian asumsi-asumsi yang harus dipenuhi dalam suatu model regresi berganda. Asumsi yang harus dipenuhi atau masalah data yang harus diatasi meliputi uji autokorelasi, uji mulitkolinieritas dan uji identitas.
Analisis regresi berganda dilakukan dengan melalui tiga tahap yaitu: (1) regresi return IHSG bulan Januari terhadap return saham Perbankan dan Asuransi (2) regresi variabel-variabel ekonomi makro terhadap return saham Perbankan dan Asuransi (3) regresi variabel-variabel ekonomi makro, return IHSG bulan Januari dan return saham bulan Desember terhadap return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari.
Hasil analisis menunjukan bahwa variabel bebas ekonomi makro yang diujikan hanya mempengaruhi sebagian kecil return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari. Variabel bebas return saham bulan Desember tidak memiliki pengaruh yang signilikan terhadap return saham Perbankan dan Asuransi bulan Januari. Return IHSG bulan Januari memiliki pengaruh dan memiliki hubungan positif terhadap return saham Perbankan dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Sedangkan pada saham Asuransi, return IHSG bulan Januari tidak memiliki pengaruh terhadap return saham Asuransi bulan Januari. Dari hasil analisa disimpulkan bahwa fenornena Januaty efect hanya memiliki pengaruh terhadap saham Perbankan, dan tidak berpengaruh pada saham Asuransi.

The conditions enhancement of the economy of Indonesia subsequently the monetary crisis on year 1998 shows by the Jakarta Stock Exchange staled that the II-ISG reached the highest level of 1600 in the first semester on the year 2006. Therefore the instruments of the stocks investment become the investors' number one priority due to the highest return they received. This has caused the compensation on highest risk of investment in the stock market.
Insurance and Banking stocks are the financial industries that marketable at the Jakarta Stock Exchange. Banking stocks includes in blue chip stock because the value of market capitalization relatively, higher. Whereas, the insurance stocks includes in the secondary or higher risk stocks superior compare to the blue chip stock.
This thesis has the major aim to be acquainted with the influence of variable exchange of macro economy (inflation, exchange rate Rupiah/1BD, and the rate of the Indonesia Bank Certificate), January return of IHSG as well as December return of stocks towards January return of Banking and Insurance stocks which to be seen in the January Effect phenomena. In literature states that the stock price influences by the endogen variable from internal company and exogen variable from the macro conditions.
Research conducted as empirical researches with observation period during year 1989 until 2006 using the multiple regression analysis method. Open variable in this regression are the macro economy variable, the January return of 1HSG and the December return of stock whereas January return of Insurance and Banking stocks acts as tied variable elaborates by the open variable. According to literature, before posting the model, data must be fulfilled with a few assumptions and free of specific requirement. With this research implemented assessments necessity must be fulfilled within a double regression model. The fulfilled assumption or the proven data requirement consists of auto correlation test, multi collinear test, and identity test.
Multiple regression analysis conducted through 3 steps that are; (1) January return of regression towards January return of Insurance and Banking stock, (2) macro economic variables regression towards insurance and Banking stock return, (3) macro economic variables, January return of II-ISG, and December return of stock regression towards January return of Insurance and Banking stock.
Research consequence explains that the macro economic as independent variable tested only influence small part January return of Insurance and Banking stocks. Independent variable December return of stock demonstrated no significant effect towards January return of Insurance and Banking stocks. The January return of IHSG presents effects and positive relationship towards banking stocks with different level of effects of each company. Whereas on the Insurance stock, the January return of IHSG saws no effects towards January return of Insurance stocks. Analyze result concludes that phenomena January Effect consist the influence only towards Banking stock not insurance stock.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>