Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20261 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bubandt, Nils
"Dalam mengulas kekerasan di Maluku, penjelasan-penjelasan yang beredar di media cetak dan eletronik cenderung memfokus pada upaya pelaku-pelaku politik nasional dan regional dalam melakukan pemanipulasian dan penghasutan untuk melakukan kekerasan. Teori-teori ini, yang disebut penulisnya dengan 'instrumentalis' (instrumentalist), menyarankan bahwa kekerasan di Maluku dipandang sebagai hasil dari 'instrumen' permainan dan tipu daya politik. Motif-motif untuk menghasut atau memulai terjadinya kekerasan di Maluku dideskripsikan secara beragam sebagai megalomaniak politik atau keserakahan ekonomi. Membongkar dimensi ini, yang disebut dengan 'organisasi politik', merupakan tugas yang amat penting. Akan tetapi teori 'instrumentalis', menurut penulisnya, tidak dapat menjelaskan mengapa kekerasan di Maluku Utara dan Maluku Tengah berlanjut hingga lebih dari dua tahun, dan mengapa kekerasan berakar serta bertahan di tingkat lokal. Penjelasan itu dinilainya mempertahankan pandangan yang elitis tentang tindakan sosial, serta gagasan yang disederhanakan tentang kekuasaan. Penulis mengajukan sudut pandang yang lain, yakni suatu pendekatan 'dari bawah' yang memandang proses dikodifikasikannya konflik itu dalam narasi setempat sebagai sesuatu yang 'agamawi' (religious) setelah awal tahun 1999. Secara khusus, penulisnya memfokuspada salah satu narasi, yakni narasi 'millenarian'. Dalam narasi ini, dibayangkan terjadinya pertarungan besar-besaran (an up-coming apocalyptic battle) antara umat Kristen dan Islam sebagai tanda tibanya dunia kiamat. Penulis berargumentasi bahwa narasi itu berperanan dalam mempertahankan terjadinya kekerasan di Maluku Tengah dan Utara, karena ia membakar dan sebaliknya, diperkaya oleh nada yang konspiratif dari banyak laporan media massa tentang kekerasan. Walau didorong oleh imajinasi politik yang berbeda, penjelasan instrumentalis dan gagasan tentang 'millenarian' itu memiliki kesamaan nada bersifat konspirasi. Kedua narasi itu saling menyuburkan dan keduanya, menjadi pelaku dalam 'kerusuhan Maluku'."
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2000
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"
Aimed at a broad philosophical community, including epistemologists, political philosophers, and philosophers of history, this title contributes to the interdisciplinary debate about conspiracy theories."
Burlington: Ashage, 2006
364.1 CON
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kiptiyah
"Tesis ini meneliti mengenai kebudayaan pesantren, manajemen dan perilaku santri yang berkenaan dengan kesehatan dalam konteks penciptaan dan pemeliharaan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat di pesantren. Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan, kualitas dan kuantitas sarana pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat seseorang atau masyarakat dan keadaan lingkungan hidupnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Foster (1986) bahwa di samping faktor biologis, faktor-faktor sosial-psikologi dan faktor budaya sering memainkan peran dalam.mencetuskan penyakit Namun begitu lingkungan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kesehatan, tetapi memiliki arti penting karena sampai batas tertentu dapat dikendalikan terutama yang diakibatkan perilaku atau perbuatan manusia. Adapun kebijakan sosial dan ekonomi untuk mendapatkan makanan yang cukup, air yang sehat, atau yang membuat orang lalai bahwa peralatan-peralatan sanitasi yang tak sempurna, tradisi kebudayaan, lembaga ekonomi, sanitasi dan kebijakan lain yang mempengaruhi munculnya penyakit semuanya turut mempengaruhi kesehatan.
Pesantren sebagai salah satu elemen pendidikan juga menempatkan masalah tersebut dalam kurikulumnya, menyangkut di dalamnya kitab-kitab yang menjadi rujukan dan dipelajari serta dipergunakan di pesantren. Pesantren yang notabene merupakan lembaga pendidikan Islam tentu saja dalam praktek kesehariannya berdasarkan ajaran Islam pula. Secara universal Islampun juga mengangkat isu mengenai masalah kesehatan maupun kebersihan dan bahkan anjuran memakan makanan- minuman yang thoyyib yaitu makanan atau minuman yang bagus kualitas gizinya maupun halal cara memperolehnya. Dalam hal ini pula ada makanan yang secara tegas dilarang untuk dikonsumsi. Dalam Hadits (sumber hukum kedua setelah Alquran) dengan jelas juga dikatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman, mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah dan juga menganjurkan untuk menjaga kebersihan dengan segala usaha yang dapat dilakukan.
Pesantren memang merupakan suatu komunitas tersendiri dimana semua rambu-rambu yang mengatur kegiatan dan batas-batas perbuatan, misalnya halal-haram, wajib-sunah, baik-buruk dan sebagainya dipulangkan kepada hukum agama, dan semua kegiatan dipandang dan dilaksanakan sebagai bagian dan ibadah keagamaan dengan kata lain semua kegiatan kehidupan selalu dipandang dalam struktur relevansinya dengan hukum agama. Salah satunya dalam hal kebersihan atau kesehatan. Banyak hal-hal yang dianggap bersih dan suci oleh pesantren, karena dibolehkan oleh hukum agama tetapi tidak bersih atau tidak sehat menurut konsepsi ilmu kesehatan. Sehingga cara pandang ini tentu sangat membedakan antara komunitas pesantren dengan masyarakat "diluar" pesantren.
Masyarakat pada umumnya memberikan batasan tentang kesehatan adalah batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, yaitu keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehingga secara normatif dan sistematik meskipun pesantren telah memiliki kurikulum dan pengajaran sebagaimana tersebut diatas, namun pada kenyataannya masalah-masalah kesehatan terutama hubungan mata rantai yang telah menyebabkan munculnya penyakit dapat terjadi. Hal ini disebabkan adanya pemahaman yang berbeda antara pesantren dengan masyarakat "diluar" pesantren terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan. Masyarakat pesantren selalu mengembalikan pemahaman mereka kepada kaidah hukum Fiqh, sehingga mereka memiliki persepsi sendiri mengenai kebersihan lingkungannya terutama untuk sebagai sarana ibadah semata-mata kepada Allah SWT sehingga yang terpenting menurut pesantren adalah kesucian sarana tersebut, yaitu terbebas dari najis sehingga tidak menghalangi sahnya suatu ibadah. Hukum fiqh begitu menempati kedudukan yang dominan pada tata nilai dalam kehidupan di lingkungan pesantren. Sedangkan pengajaran mengenai fiqh ini sebagaian besar diperoleh pada kitab-kitab kuning. Kitab kuning merupakan kitab-kitab pengajaran Islam klasik, yang berbahasa Arab dan ditulis oleh para ulama abad pertengahan (7-13 Hijriah).Hal ini tentu turut menjadi pemicu terjadinya perbedaan pemahaman tentang kondisi pemeliharaan kebersihan dan kesehatan di pesantren dengan pemahaman masyarakat "diluar" pesantren. Demikian pula dengan kebudayaan pesantren dalam konteks ini yang merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh komunitas pesantren dimana di dalamnya berisi perangkat-perangkat, model-model pengetahuan yang terwujud dalam perilaku, tindakan, nilai-nilai yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan mengenai kesehatan lingkungan dan masalah-masalah kesehatan yang ditimbulkannya serta pengelolaan kebijakan-kebijakan pesantren yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Disamping itu, terjadi kontradiksi (penafsiran/ pemahaman yang bertolak belakang) perilaku sehari-hari di pesantren dengan cara pandang masyarakat "diluar' pesantren mengenai kesehatan lingkungan hidup sehari-hari juga didukung oleh kurang memadainya fasilitas-fasilitas bangunan maupun tempat tinggal santri sehingga kurang mendukung terbentuknya kondisi lingkungan yang kondusif dan sehat serta nyaman untuk belajar. Kondisi ruangan, kamar mandi dan sarana sanitasi lainnya termasuk pengelolaan sampah dan sebagainya. Kondisi ini sangat mempengaruhi perilaku keseharian mereka terutama dalam upaya pemeliharaan sanitasi dan kesehatan lingkungan yang optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Debora Imelda
"Despite the growing number of new cases of HIV and AIDS in Indonesia, the progress ofprevention programs has been slow. Low prevalence is always stated as a reason for delayingHIV prevention programs and to justify slow progress in implementation. Prevention programsare moreover based on a high-risk group paradigm. They focus on female sex workers asresponsible for the spread of HIV, leading to its stigmatization as a hooker?s disease. This articledescribes how seropositive mothers interpret and respond to HIV and AIDS as women, in lightof the fact that most of them have not experienced full-blown AIDS. Some women had alreadyexperienced severe illnesses caused by HIV but defined their ill health by the symptoms theyexperienced, revealing that they did not really feel as if they were living with HIV and AIDS.Despite the fact that some members had died due to AIDS, many still could not believe thatthey were suffering from HIV and AIDS or that their illnesses were caused by it; rather, theirsymptoms were of other diseases such as diarrhoea, tuberculosis, or hepatitis. And thoughthey realized that their past (or present) behaviours put them at risk, they maintained thatthey were victims who had contracted the disease from their promiscuous or drug-injectinghusbands. Even when they did admit that their own behaviour had something to do with it,they did not consider HIV and AIDS as a disease but a curse from God, a punishment fortheir immoral behaviour.
Keywords: Women, Infectious Disease, Interpretation, HIV and AIDS, Support Group,Indonesia"
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"A medical system whether traditional or modern, is a long chain of processes of humanstrategy for adapting to their ecological bio-cultural environment. Naturally humans developtheir biological ability to sustain their kind and develop many adaptation strategies, creatingmedical systems, behavior, and belief sbased on culture as a natural response to the treat ofillness and disease, even though the result of certain behavior does not guarantee the healingof such illness and disease (Dunn in Foster-Anderson, 1986; p.41). under that circumstances,Minangkabau medical systems are seen as a result of a bio-eco-culturally adapting process.Local Etiology of the disease source is closely related to the logic of its healing. Cosmologicalviews influence public knowledge about the concepts of health, illness, disease, and healingmethods. The definition of health and illness is determined by culture, custom, or traditionand it is not always in agreement with the conditions defined by medical science."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Resa Dandirwalu
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sulaiman Mamar
"This article analyzes the positive thinking culture of each ethnic group in Poso, CentralSulawesi. This article also examines the factors that cause degradation of ethnic culture ofpositive thinking so as to serve as guidelines for public behavior. The study was conductedby observation, in-depth interviews, and analysis of qualitative data. The research foundthe degradation of cultural values with several contributing factors. Finally, the model canbe described cultural transformation of positive thinking is right to apply to the youngergeneration. The transformational models of positive thinking culture are: parents need tocomprehend positive thinking culture and teach it to their children; the need to teach morals,positive thinking culture and the regional language in schools; an emphasis of parents andleaders as role-leader for the younger generation; the empowerment of traditional leadersin socializing positive thinking culture; the need for emerge individual to direct their thoughtand actions to positive matter."
2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Sumar Karman
"This aritcle discusses about the phenomenon of globalization involving two fishermencommunities, the Tomalou fishermen in Tidore islands and the Philipines fishermen. Bothof them sail and hunt in the same seawater zone, constructed and formed as a transborderterritory between Indonesia and the Philipines. The natural resources management systemthrough decentralization should ensure the exsistence of local fishermen (Tomalou) to gainmarine (fish) resources, secured by government without interference by the Philipine fishermen.The data in this paper has been analyzed with several transborder theories. As a result, thispaper shows that the state representated by the regional government has failed to protect thelocal fishermen (Tomalou) and ensure in continued presence in achiving welfare from the searesources."
2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alvi Puspita
"Each community has a inherited mite from generation to generation, as well as MambangTawuong Asam myth. As a form of oral tradition, myth Mambang Tawuong Asam into thescheme of the analysis the state of society in forest utilization around Teluk Meranti. Theanalysis is used to connect fragments of myth in which actors in the myths associated withthe presence of forests as did William R Bascom against the myth. The results obtained thatthe youngest daughter represent the image of a simple Malay people who later married theMambang.Meanwhile the brothers of the youngest daughter anxiously awaited for a rich,handsome, and smart prince; in this episode is referred to as a happy simple, greedy vain.While in the second part, the youngest daughter and Mambang was separated because of thedeath Mambang (loss of Mambang's faith value), while the youngest daughter's brothers metwith the idol prince from across the country who intends to dominate the forest; The secondepisode is called simple that miserable, greedy prosperous."
2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlin
"This article describes the relationship between power, history and identity in the processof division North Buton of Muna. In this article the presence of North Buton identity is seen asa phenomenon that refers to the identity of reproduction historical narrative where Kulisusuin historical context has a power relationship with the kingdom of Buton which lasted fromthe 17th century. This study found; that the presence of North Buton identity is a product ofdiscourse that legitimized by indigenous groups who identify themselves as descendants ofthe founder of the kingdom Kulisusu. it means that the identity of North Buton formed dueto higher power structures Barata Kulisusu surviving in culture Kulisusu People. This studyalso found that reproductive identity North Buton a political attempt to discover the identityof distinguishing between Kulisusu and People Muna (identity as a weapon of resistance).This distinctive identity in turn managed to attract popular support for the masses who feelconnected to that identity."
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>