Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 146181 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mega Indah Pertiwi
"Perubahan regulasi dan perkembangan teknologi yang begitu cepat, meningkatkan persaingan dalam industri telekomunikasi. PT TELKOM yang dulunya memonopoli pengelolaan bisnis telekomunikasi domestik, harus siap berkompetisi untuk mempertahankan dominasi market.
Dalam rangka memenangkan persaingan PT TELKOM telah merumuskan kembali visi, misi, dan tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan ini selanjutnya dijabarkan dalam bentuk target kinerja usaha yang harus dicapai, dan didistribusikan (deploy) kepada seluruh jajaran PT TELKOM secara berjenjang. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan adalah dengan memberdayakan inovasi sebagai basil dari proses perbaikan berkelanjutan yang dilakukan oleh karyawan baik secara berkelompok dalam bentuk GKM (Gugus Kendali Mutu) dan PKM (Proyek Kendali Mutu) maupun perorangan.
Namun sayangnya sistem pengelolaan inovasi di tingkat KANDATEL saat ini belum sempurna. Pengelolaan inovasi saat ini, baru berorientasi kepada kuantitas dari inovasi yang dihasilkan setiap tahunnya, belum kepada impact implementasi inovasi terhadap kinerja usaha.
Berdasarkan latar belakang yang ada, karya akhir ini mencoba menjawab apakah tatacara penilaian inovasi saat ini dapat diberdayakan untuk mendukung pencapaian kinerja usaha. Upaya mencari jawaban tersebut dirumuskan dalam tiga permasalahan pokok, yaitu Apakah tatacara penilaian inovasi saat ini sudah dapat digunakan untuk mengukur dampak implementasi inovasi terhadap kinerja usaha ? Jika belum, aspek penilaian dan dimensi apa saja yang sebaiknya digunakan ? Dan bagaimana mengelola inovasi pasca standarisasi agar dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan?
Karya akhir ini mempunyai tiga maksud. Pertama, melakukan analisis terhadap tatacara penilaian inovasi tingkat KANDA TEL saat ini. Kedua, mengusulkan penyempurnaan tatacara penilaian inovasi di tingkat KANDA TEL. Dan ketig~ merekomendasikan action steps dalam mengelola inovasi pasca standarisasi.
Pembahasan karya akhir ini dibatasi pada lingkup penilaian dan pengelolaan inovasi basil GKM tingkat KANDATEL di DIVRE II, dengan objek penelitian KANDATEL Jakarta Barat. Pelaksanaan penilaian dan pengelolaan inovasi tingkat KANDATEL di DIVRE II relatif sama.
Dari basil penelitian di lapangan terhadap tatacara penilaian inovasi tingkat KANDATEL saat ini, ditemukan 4 (empat) kelemahan dari tatacara penilaian inovasi tersebut. Pertama, Aspek penilaian inovasi sebagian besar hanya menilai kemampuan inovator membuat inovasi. Aspek penilaian seperti ini dilatar belakangi upaya untuk membudayakan GKM di lingkungan perusahaan serta untuk meningkatkan pemahaman dan kemampuan karyawan dalam pelaksanaan pengendalian mutu. Kedua, Inovasi saat ini bam secara implisit mendukung kinerja usaha. Hal ini disebabkan pada saat membuat suatu inovasi, para inovator tidak langsung mengarahkan tujuan pembuatan inovasi kepada pencapaian indikator kinerja usaha tertentu, melainkan kepada indikator QCDSMR (Quality, Cost, Delivery, Safety, Morale, dan Revenue). Ketig~ Penilaian inovasi belum melibatkan pelanggan. Berdasarkan penelitian terhadap inovasi yang sudah distandarisasi pada tahun 2002 dan 2003, ditemukan hanya 1% dari total inovasi yang penilaiannya melibatkan pelanggan. Keempat, Penilaian inovasi hanya dilakukan sebelum standarisasi. Sedangkan mekanisme untuk mengukur implementasi inovasi tersebut pasca standarisasi Belum ada.
Berdasarkan analisis di atas, tatacara penilaian inovasi ini perlu disempumakan dengan menggunakan 2 (dua) aspek penilaian. Pertama, Aspek penilaian pelanggan dengan menggunakan dimensi kepuasan pelanggan. Pemilihan aspek penilaian ini dengan pertimbangan sasaran dari program perbaikan berkelanjutan adalah memberikan kepuasan kepada pelanggan. Aspek kepuasan pelanggan meliputi pengukuran 10 (sepuluh) dimensi mutu, yaitu reliability, timelines and convinience, completeness, accuracy, responsiveness, courtecy, accessibility, aesthetics, consistency, dan performance. Dan kedua, Aspek penilaian kinerja usaha, dengan pertimbangan mendukung kebijakan perusahaan dalam memberdayakan inovasi. Aspek penilaian kinerja usaha meliputi 6 (enam) atribut penilaian, yaitu jumlah indikator kinerja usaha yang dipengaruhi, peningkatan kinerja usaha yang terjadi, pengaruh negatif terhadap indikator kinerja lainnya, peningkatan kinerja unit yang menjadi pelanggan internal, efisiensi yang terjadi, dan percepatan proses kerja.
Berdasarkan surat Keputusan Direksi nomor 25/PS.150/CTG-20/2003 tentang Sistem Pengelolaan Inovasi, inovasi saat ini dibagi atas 4 (empat) jenis yaitu temuan bam, rekayasa ulang, standar proses baru, dan kiat manajemen. Oleh karena itu, tatacara penilaian inovasi sebaiknya dibedakan antara keempat jenis inovasi yang ada.
Pengelolaan inovasi pasca standarisasi saat ini di tingkat KANDATEL belum diatur mekanismenya. Oleh karena itu, pada karya akhir ini juga diusulkan penyempurnaan pengelolaan inovasi pasca standarisasi dengan langkah-langkah sebagai berikut: mengatur mekanisme diseminasi inovasi, melakukan penilaian inovasi pasca standarisasi, melibatkan manajemen dalam mengelola inovasi yang telah distandarisasi, dan meningkatkan komitmen karyawan dan evaluator dalam mengelola inovasi melalui pemberian reward dan kompensasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulina Vidyanti
"Kepuasan pelanggan masih menjadi topik utama dalam menjalankan bisnis perusahaan yang bergerak di semua jenis industri karena kepuasan pelanggan dapat mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan value dari pemasok, produsen, atau penyedia jasa. Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Salah satu faktor yang dapat mendorong tercapainya kepuasan pelanggan adalah kualitas layanan yang diberikan perusahaan kepada pelanggannya. Trend terhadap Service Quality diawali pada tahun 1980an ketika para pemar menyadari bahwa kualitas produk tidak menjamin terpeliharanya competitive advantage.
Beberapa dekade terakhir, kegiatan monopoli di bidang telekomunikxasi di Indonesia telah berubah dan pasar lebih terbuka dan lebih kompetitif. Sebagai hasil, banyak perubahan baik yang sifatnya mendasar dan fungsional telah terjadi di reformasi telekomunikasi Indonesia dan industri telekomunikasi Indonesia telah berkembang termasuk PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk Divisi Regional II yang merupakan salah satu perusahaan telekomunikasi yang menjalankan bisnisnya secara monopoli. Sejak menjadi perusahaan milik publik, Telkom menghadapi tantangan baru, yaitu bagaimana memenangkan kompetisi karena banyak operator baru yang menjadi pesaing. Oleh karena itu, Telkom telah mengganti strateginya dengan menggunakan pendekatan customer-centric. Strategi ini diambil karena era konvergensi digital temyata menghasilkan kebijakan baru dimana suksesnya pemain tidak hanya terletak pada penguasaan teknologi, kepemilikan jaringan, atau kemampuan memproduksi layanan, melainkan kemampuan dalam memahami kebutuhan, masalah, dan harapan pelanggan. Untuk menjadi perusahaan yang berbasis pelanggan, maka seluruh kegiatan operasional TELKOM harus fokus ke pelanggan. Dengan rumusan strategi Telkom yang baru yang bebasis pelanggan, seharusnya pelayanan yang diberikan semakin baik. Selama ini perusahaan belum pernah mengukur bagaimana kualitas pelayanan yang mereka berikan kepada pelanggannya. Ada beberapa kejadian yang semakin berkembang bahwa persepsi pelanggan terhadap service quality mempengaruhi kencenderungan perilaku mereka. Kecenderungan dalam berperilaku merupakan hasil dari pengalaman dengan jasa atau informasi mengenai pelayanan tersebut. Sikap ini dilihat sebagai faktor yang menentukan perilaku konsumen terhadap penawaran di masa yang akan datang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui atribut-atribut dari Service Quality Telkom yang panting bagi pelanggan, mengetahui gap antara harapan pelanggan dengan pengalaman pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan oleh Telkom, mengetahui pengaruh antara Service Quality dengan Customer Behavioral Intention.
Metode yang digunakan adalah SERVQUAL merupakan salah satu alat pengukuran kualitas jasa yang paling popular dan banyak dijadikan acuan dalam riset manajemen dan pemasaran. Alat ini dikembangkan oleh A. Parasuraman, Valerie A. Zeithaml, dan Leonard L. Target responden adalah pelanggan Telkom yang berusia minimal 17 tahun dan bertempat tinggal di wilayah Telkom Divre II dengan total sampel sebanyak 174 responden. Cara penarikan sampel yang digunakan adalah dengan teknik convenience sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis multirespon, analisis crosstab, analisis kepentingan - kinerja, analisis faktor, dan analisis regresi.
Hasil penelitian terlihat bahwa atribut-atribut yang dianggap panting oleh pelanggan adalah ketepatan waktu pelayanan, kepastian waktu pelayanan yang akan diberikan kepada pelanggan, pelanggan menerirna pelayanan yang telah dijanjikan dari karyawan TELKOM, dan TELKOM mengutamakan pelanggan dalam pelayanannya. Sedangkan menurut metode ServQual. masih terdapat kesenjangan antara ekspektasi pelanggan atau harapan pelanggan dengan pelayanan yang diterima pelanggan TELKOM yaitu sebesar 0.602 dan dimensi yang paling besar gapnya adalah reliability. Dari hasil perhitungan, terdapat pengaruh persepsi terhadap CBI sebesar 14.9%.
Saran yang dapat diberikan sebagai perusahaan yang berbasis pelanggan dan untuk meminimalisasi gap yang akan berdampak kepada perilaku pelanggan adalah Manajemen Telkom perlu mengkomunikasikan "kalau saya membuat janji, maka haruslah saya penuhi. Saya sadar bahwa kesalahan sedikit sungguh berarti banyak buat perusahaan" kepada karyawannya dan mengkomunikasikan kepada pelanggan mengenai proses pelayanan yang diberikan sehingga pelanggan dapat mengetahui secara pasti kapan komplain mereka akan diselesaikan. Telkom perlu meminimalisasi kesalahan dengan memberikan pelayanan "no mistake" melalui pelatihan secara terus-menerus dan menekankan kerja teamwork agar komplain dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat sehingga pelanggan merasa tidak di ping pang, dan pelayanan dapat diberikan sesuai dengan yang dijanjikan. Untuk dapat senantiasa mengutamakan pelanggan dalam pelayanannya, sebaiknya Telkom memperbaiki data pelanggan dan memaksimalkan penggunaannya sehingga program-program yang berhubungan dengan peningkatan empathi pelanggan dapat dijalankan secara optimal. Untuk atribut-atribut yang berada di kuadran D, dinilai terlalu berlebihan oleh pelanggan. Oleh karena itu sebaiknya atribut-atribut yang berada di kuadran D dikurangi tingkat pelayanannya minimal sama dengan apa yang diharapkan oleh pelanggan sehingga investasi yang ditanamkan untuk atribut-atribut yang berada di kuadran D dapat dialihkan guna meningkatkan kualitas pelayanan atribut-atribut yang berada di kuadran A. Apabila perusahaan ingin secara berkesinambungan memperbaiki kualitas pelayannya, sebaiknya dilakukan penelitian SERVQUAL secara rutin.

Customer satisfaction is still become a leading topic in every industries since customer satisfaction can influence the company's financial performance. A satisfied customer is a customer who feels that they gain values from the supplier, producer, or service provider. These values were originated from the products, services, systems or something that is emotional. One of the factor that leads to customer satisfaction is the quality of services that offered by a company to its customers. The Service Quality trend was began on 1980s where marketer realized that product quality did not guarantee competitive advantage. On the last few decades, Indonesian telecommunication monopoly has changed and the market became more open and competitive. As the result, a lot of fundamental and functional changes occurred in the Indonesian telecommunication reformation era and Indonesian telecommunication industry is developing, including PT Telekomunikasi Indonesia. Tbk Divisi Regional II - one of the telecommunication companies that run its business by monopolized the market. Since it?s became a public company, Telkom faced a new challenge, i.e. how to win the competition since many new operators arouse into competitors. Therefore, Telkom has changed its strategy by using customer-centric approach. This strategy was taken because digital convergence era resulting new policies where the player's success not only caused by technological capabilities, networking or service production, but rather on the ability to understand customer's needs, problems and expectations. To be a customer based company, all part of Telkom's operational activities have to be focused on its customer. Using this new strategy, the service should become better.
So far, the company never measures their customer service quality. Some developing cases showed that customer's perception about service quality influence their behavioral tendencies. These behavioral tendencies are the results from their experience that related to the service or information. This attitude viewed as a determining factor of consumer behavior in the future.
This research's purposes were to find out the most important Customer Service Quality attributes for Telkom, the gap between customer's expectation and customer's experience with Telkom's services, the relationship between Service Quality and Customer Behavioral Intention.
The method used in this research was SERVQUAL, i.e. one of the most popular and referred service quality measurement tools in management and marketing research. This tool was developed by A. Parasuraman, Valerie A. Zeithaml, and Leonard L. The respondent target was Telkom's customer, with minimum age 17 and domiciled in Telkom Divre I1 Area. Total sample was 174 respondents. The sampling method was convenience sampling while the analysis method used was descriptive analysis, multi responses analysis, cross tab analysis, interest-performance analysis, factor analysis, and regression analysis.
The result showed that for customers the most important service quality attributes are punctuality of service time, assurance of allocated service time for the customer, customer received the promised service from Telkom employee, and Telkom prioritized its customer on its service. While according to SERVQUAL method, there was a gap between customer's expectation and the service provided by Telkom, i.e. 0.602 and reliability dimension has the biggest gap. From the calculation we can see that all of five dimensions of service quality influenced customer behavioral intention with total numbers 14.9%.
Advice could be given to Telkom as a customer based company and to minimalized the gap that will affected customer's behavior is Telkom Management needs to communicate to their employee that "When i made promises, i have to fulfilled it. I realized that small mistakes mean so much for the company." And also to communicate to their customers about the service process provided by Telkom until the customers knew exactly when their complained can be settled. Telkom needs to minimalize mistakes by providing "no mistake" service through continous training and emphasized teamwork. Therefore, customer's complaints can be settled in a short time and services performed as promised. To be able to prioritize its customers, Telkom should improve the customer data base and maximalized the usage. Therefore all programs related to customer's empathy improvement can be optimized. The attributes found in D quadrant, were marked as too excessive by the customers. Therefore, those attributes need to be decreased at least to the level where the customer's expectation can be achieved so the investment made for the attributes in Quadrant D can be allocated to increase the service quality of attributes on Quadrant A. If the company wants to continuously improve its service quality, it should perform SERVQUAL research in a routine basis.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18356
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
I Ketut Bagiarta
"Berlakunya UU No. 36 tahun 1999 menubah paradigma penyelenggaraan jasa telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi, baik untuk badan penyelenggara maupun jenis jasa yang akan dilayani oleh para operator. Dengan kompetisi yang sangat ketat tersebut memicu kreatifitas setiap pelaku bisnis untuk selalu berusaha menjadi terdepan yang berdampak terhadap kinerja perusahaan itu sendiri. PT Telkom Tbk dengan kemampuan, pengalaman serta infrastruktur yang dimiliki berusaha untuk menjadi terdepan dengan melakukan inovasi-inovasi mengikuli perkembangan teknologi komunikasi yang sangat dinamis perkembangannya. Sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi domestik dan internasional, diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya sehingga secara fundamental sahamnya makin menarik untuk dilirik oleh penanam modal (investor). Pembicaraan mengenai nilai sebuah saham juga menyangkut perkiraan prestasi perusahaan di masa depan yang dinilai dari kinerja keuangan selama waktu tak terhingga, yang dapat diamati dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Dalam penulisan karya akhir ini, penulis akan mencoba menganalisis kinerja keuangan dan menilai harga saham PT Telkom, Tbk, dengan melakukan analisis laporan keuangan selama periode tahun 2001-2005.
Sedangkan dalam penilaian harga saham dilakukan analisis fundamental sebelum membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan mass depan. Dalam melakukan penilaian fair value dari PT Telkom Tbk penulis menggunkan n letode discounted cash flow valuation dengan membandingkan metode penilaian Free Cash Flow to Equity de^gan F''nsh Flow to the Firm, dan mempertimbangkan pengaruh lingkungan di mana perusahaan melakukan usahanya dengan melakukan top-down analysis sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan di masa datang. Dari hasil analisis kinerja keuangan PT Telkom, Tbk, secara umum menunjukkan bahwa kinerja keuangan Telkom dari tahun 2001 - 2005 menunjukkan pertumbuhan yang membaik. Sedangkan basil perhitungan valuasi terhadap saham PT Telkom, Tbk diperoleh intrinsic equity per share sebesar Rp 6.649,00 serta intrinsic firm per share sebesar Rp 6.369,00. Dengan rnembandingkan nilai tersebut dengan current market price (share (tanggal 29 Desember 2005) sebesar Rp 5.900,00 maka dapat dikatakan bahwa saham PT Telkom, Tbk berada pada posisi undervalue rata-rata sebesar Rp 609 per Iembar sahamnya.
Kasus ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik bagi manajemen perusahaan serta para penanam modal (investor). Bagi perusahaan, pemilihan strategi yang tepat yang didasarkan pada prediksi ke depan sebelum melakukan strategi tersebut, akan mengurangi resiko ketidakpastian dalam pelaksanaannya. Bagi investor, mengingat bisnis telekomunikasi memiliki potensi yang cerah di masa depan, dan berdasarkan perhitungan nilai intrinsik saham ini berada pada posisi undervalued, maka PT Telkom, Tbk merupakan alternatif yang baik untuk berinvestasi dan disarankan untuk mengambil posisi buy (beli).

Since UU No.36 Year 1999 (Government regulation) begin to rules, paradigm of all telecommunication operator has change from monopoly to become competition, for both operation and product that served. Tight competition will create creativity from all businessman in objective to become the leader, by which will effect companies own productivity. PT. TELKOM Tbk, with its ability, experiences, and infrastructures, commit to become the leading company by creating new innovation in communication technology where evolution is very dynamic. As a telecommunication operator for domestic and international region, Public hopes that PT Telkom will increase its productivity, in which fundamentally will increase its share value and automatically will interest investors. The value of a share is depend on company achievement in the future based on finances evaluation during several period of time, which can be evaluated from finances activity evaluation that was released periodically.
Related to the thesis, writer will analyze finances report of PT.Telkom during period of 2001 - 2005. While on share value estimation, we will analyze fundamentals before making any assumption for Estimate Company earning in the future. In calculating fair value of PT. Telkom Tbk, writer will use discounted-cash-flow-valuation method by comparing free cash flow to equity with free cash flow to the firm, and also considering the surroundings/ environment where the company live, by conducting top-down analysis before making any assumption to predict company prospect in the future.
Result of analysis Finances activity of PT Telkom Tbk, generally that Management activity from year 2001 - 2005 shows a better growth. While valuation calculation to PT. Telkom,Tbk share we have intrinsic equity per share is Rp 6,648 while intrinsic firm per-share is Rp 6,369. Comparing those value with current market price/share (29 December 2005) by Rp 5,900.00, we can conclude that PT.Telkom, Tbk share is in undervalue position with average Rp 609 per share. We hope that this would give a benefit for all concerned parties, both management and investors- Company must choose the prefect strategy which based on future prediction before applying strategy in order to reduce uncertainty in implementation. Considering that telecommunication business has bright potency in the figure, and based on calculation in intrinsic value, this share is in undervalue position, therefore PT. Telkom,Tbk could be one of a good alternative to invest money (buy position)."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Fadlila
"ABSTRAK
Berlakunya UU No. 36 tahun 1999 merubah paradigma penyelenggaraan jasa telekomunikasi di Indonesia dari monopoli menjadi kompetisi, baik untuk badan penyelenggara maupun jenis jasa yang akan dilayani oleh para operator. Salah satu langkah awal penerapan UU di atas adalah menyelesaikan kepemilikan bersama antara dua perusahaan pemegang hak monopoli jasa telekomunikasi yaitu PT Telkom, Tbk sebagai penyelenggara jasa telekomunikasi domestik dan PT Indosat, Tbk sebagai penyelenggara jasa sambungan langsung intemasional. Penyelesaian kepemilikan bersama ini diharapkan dapat meningkatkan kinetja keduanya, sehingga secara fundamental sahamnya makin menarik.
Pembicaraan mengenai nilai sebuah saham juga menyangkut perkiraan prestasi perusahaan di masa depan. Prestasi perusahaan dapat dinilai dari kinerja keuangan selama periode tertentu, yang dapat diamati dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara periodik. Kinetja keuangan yang lebih fundamental dalam menjelaskan kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan adalah rasio keuangan. Untuk itu dalam penulisan karya akhir ini, saya akan mencoba menganalis kinerja keuangan dan menilai harga saham PT Telkom, Tbk. Analisa laporan keuangan dilakukan selama periode tahun 1998 - 2002, yang me1iputi analisa likuiditas, profitabilitas, aktivitas dan solvabilitas. Sedangkan dalam penilaian harga saham dilakukan analisa fundamental sebelum membuat asumsi-asumsi untuk peramalan earning perusahaan masa depan. Analisa industri telekomunikasi dan PT Telkom, Tbk, pada dasamya, ditujukan untuk mengidentifikasi keadaan ekonomi makro Indonesia, kondisi industri telekomunikasi Indonesia, analisa siklus industri, analisa siklus bisnis, strategi bersaing perusahaan dan pertumbuban pasar.
Secara umum, ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian fair value dari suatu saham (valuation). Yang pertama adalah discounted cash flow valuation, yang menghubungkan nilai suatu asset dengan nilai sekarang dari arus kas masa depan yang diharapkan dari asset tersebut. Yang kedua adalah relative valuation, yang mengestimasi nilai asset dengan melihat pada penentuan harga pada asset-asset yang sebanding secara relative terhadap variabel-variabel yang umum seperti earnings, cash flow, book value atau sales. Yang ketiga adalah contingent claim valuation, yang menggunakan option pricing model untuk mengukur nilai suatu asset yang memiliki karakteristik option.
Terlepas dari model mana yang akan digunakan, asumsi-asumsi yang mendasari pembuatan analisalah yang sebenarnya lebih penting dalam meramalkan earning yang dapat dihasilkan perusahaan di masa depan. Karena prospek perusahaan terkait dengan faktor-faktor ekstemal di luar perusahaan itu sendiri, maka dalam membuat analisa fundamental ini, harus mempertimbangkan lingkungan di mana perusahaan melakukan usahanya.
Karena itu, sangat beralasan jika dilakukan top-down analysis sebelum membuat asumsi untuk meramalkan prospek perusahaan masa datang. Pertama dilakukan analisa mengenai keadaan makro dari negara di mana perusahaan melakukan usahanya dan dilanjutkan dengan analisa industri dimana perusahaan beroperasi serta melihat posisi perusahaan relatif terhadap perusahaan-perusahaan lain dalam industri tersebut. Baru setelah itu, dilakukan peramalan earning perusahaan masa depan dan melakukan penilaian dengan metode yang ada.
Dengan metode analisa di atas, terlihat jelas bahwa basil dari valuation ini akan didasari pada asumsi-asumsi yang didapat dari analisa fundamental yang dibuat pada awal proses tersebut. Karena itu analisa fundamental dapat dikatakan sebagai kunci dari proses penilaian fair value dari saham ini. Analisa fundamental yang baik akan membuat proses valuation ini memberikan hasil yang maksimal sehingga tentunya dapat digunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi.
Dari hasil analisa kineija keuangan PT Telkom, Tbk, secara umum baik rasio likuiditas, profitabiltas dan solvabilitas menunjukkan bahwa kinerja manajemen Telkom dari tahun 1998-2002 menunjukkan peningkatan yang membaik. Dan peningkatan signifikan terjadi setelah adanya penyelesaian kepemilikan bersama antara PT Telkom, Tbk dan PT Indosat, Tbk.
Sedangkan basil perhitungan valuasi terhadap saham PT Telkom, Tbk diperoleh value of equity perusahaan sebesar Rp 65.027.878.394.000. Setelah membagi nilai tersebut dengan jumlah saham perusahaan yang beredar (10.079.999.640 lembar saham) maka diperoleh intrinsic equity per share sebesar Rp 6.451. Dengan membandingkan intrinsic equity per share perusahaan dengan current market price /share (tanggal 27 Des 2002) sebesar Rp 3.850, maka dapat dikatakan bahwa saham PT Telkom, Tbk berada pada posisi undervalued sebesar Rp.2.601 per lembar sahamnya.
Kasus ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak yang berkepentingan, baik bagi manajemen perusahaan, investor dan pemerintah. Bagi perusahaan, pemilihan strategi yang tepat yang didasarkan pada prediksi ke depan sebelum melakukan strategi tersebut, akan mengurangi resiko ketidakpastian dalam pelaksanaannya. Bagi pemerintah, restrukturisasi di industry telekomunikasi memberikan masukan yang berharga untuk kebijakan-kebijakan yang lainnya agar dampak dari restrukturisasi suatu sektor dapat dikaji terlebih dahulu secara mendalam agar tidak terjadi kebijakan sesaat dan tumpang tindih di masa yang akan datang. Bagi investor, mengingat bisnis telekomunikasi memiliki potensi yang cerah di masa depan, dan berdasarkan perhitungan nilai intrinsik saham ini berada pada posisi undervalued, maka PT Telkom, Tbk merupakan altrnatif yang baik untuk investasi dan disarankan untuk mengambil posisi buy.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Victor Ricardo
"Skripsi ini membahas mengenai merger control terhadap merger operator telekomunikasi di Indonesia, dengan studi kasus merger XL dan Axis. Analisis difokuskan pada pendapat KPPU atas dampak pelaksanaan merger XL dan Axis terhadap persaingan di industri telekomunikasi seluler, beserta tindakan yang diambil oleh Menkominfo selaku otoritas di industri telekomunikasi untuk mencegah terjadinya persaingan usaha tidak sehat akibat merger. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yang dilakukan dengan studi kepustakaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KPPU telah menganalisis dampak merger XL dan Axis menggunakan prospective analysis dengan cukup baik secara substansial. KPPU juga harus memberikan syarat yang lebih jelas dan dapat diukur terhadap pelaksanaan merger. Sementara itu, Menkominfo sendiri sudah menjalankan perannya dengan baik untuk mengalokasikan pita frekuensi radio sebagai sumber daya terbatas di industri telekomunikasi seluler, sehingga merger tidak menyebabkan adanya pemusatan penguasaan frekuensi pada XL.

This research answers the problem of the merger control towards the merger of telecommunication operator in Indonesia, by using case study of a merger between XL and Axis. The analysis is focused on KPPU opinion for XL and Axis merger effects toward competition on cellular telecommunication industry, and also the actions that has accomplished by the Minister of Communication and Informatics as the authority in telecommunication industry to prevent bad competition as the result of the merger. This research is a normative legal research which is conducted by using literature study.
The results of this research show that KPPU has properly analyzed the effects which could have been caused by XL and Axis merger using prospective analysis, although there are some factors that were not included by KPPU on its analysis. It is also suggested that KPPU has to give clear and measurable requirements towards the merger to prevent confusion in the future evaluation of the merger. On the other hand, the Minister of Communication and Informatics has played his role wisely in allocating the limited radio frequency band, by ensuring that the merger would not cause negative effects toward the industry, such as dominancy of the control of radio frequency by XL after the merger which could have cause stagnancy of other competitors.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S58017
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunifar Ferariani
"Usaha telekomunikasi memberi keuntungan yang sangat memadai, apalagi di sektor seluler-khususnya saat ini GSM-yang dari tahun ke tahun tumbuh pesat. Tahun-tahun terakhir ini pasar seluler tumbuh dengan lebih dari 50 persen setahun, hal ini tentu saja makin menarik minat investor. Akan tetapi keputusan untuk ikut serta dalam bisnis perlu juga ditunjang penelitian-penelitian untuk menunjang keputusan dan meminimasi kerugian. Aspek-aspek tersebut diantaranya yang pertama adalah kondisi perekonomian Indonesia saat ini dibanding tahun-tahun sebelumnya dan prospek di masa depan. Berdasarkan analisis makro ekonomi dalam penelitian diketahui bahwa kondisi ekonomi Indonesia semakin kondusif seiring dengan meningkatnya Produk Domestik Bruto, menurunnya inflasi, stabilnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika. Jika kondisi ini terus dapat dipertahankan pemerintah indonesia maka industri akan bertumbuh, sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Aspek yang Iain adalah peta industri telekomunikasi. Dari analisis five forces diketahui bahwa memang industri telekomunikasi sedang tumbuh pesat sesuai dengan prediksi perusahaan telekomunikasi. Hal ini ditandai dengan banyaknya investor baru yang masuk. Banyaknya pemain dalam industri ini menyebabkan tingkat persaingan semakin tinggi, akhimya kekuatan tawar pelanggan menjadi tinggi. Disinilah dibuktikan kekuatan strategi perusahaan dalam menjaga loyalitas pelanggan lamanya dan meraih lebih banyak pelanggan baru.
Kinerja perusahaan merupakan aspek yang menunjang keputusan investasi. Apakah selama ini perusahaan telekomunikasi tempat kita berinvestasi sudah memiliki kinerja di atas kinerja industri. Dengan mengetahui kinerja perusahaan dari tahun ke tahun dapat terbaca tren kinerja apakah membaik, datar atau menurun. Dari hasil penelitian diketahui dari tahun 2002 hingga 2006 kinerja PT Telkom terus tumbuh, begitu juga PT Indosat. Akan tetapi pertumbuhannya semakin menurun. Kemungkinan karena persaingan yang semakin berat antar perusahaan. Jika perusahaan terus tumbuh maka diharapkan investor masih dapat mengandalkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dengan menginvestasikan dana di perusahaan ini. Dengan menggunakan beberapa teknik analisis seperti analisis horisontal, analisis vertikal, analisis rasio dan analisis cross section, dapat diketahui bahwa kinerja PT Telekomunikasi Indonesia dan PT Indosat masih terus bertumbuh. Akan tetapi kecenderungan pertumbuhannya semakin menurun. Artinya PT Telekomunikasi Indonesia sudah akan mencapai tahap stabil. Walaupun demikian, secara umum kinerja PT Telekomunikasi Indonesia masih lebih baik daripada perusahaan sejenis yaitu PT Indosat. Jika dirinci lebih Ianjut, rasio Iikuiditas PT Telekomunikasi Indonesia lebih rendah daripada PT lndosat, akan tetapi rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio proiitabilitasnya lebih baik.
Selain itu perlu diketahui juga harga wajar PT Telekomunikasi Indonesia dan PT Indosat. Apakah posisinya undervalued sehingga masih patut dibeli atau pada posisi overvalued sehingga harus dijual bagi mereka yang memegang sahamnya. Dari penelitian diketahui bahwa posisi saham PT Telkom masih dibawah nilai wajarnya atau undervalued sehingga patut untuk dibeli. Yaitu nilai wajar saham yang dihitung sebesar Rp 11.8S2 dan harga pasar pada akhir tahun 2006 masih Rp 10.100. Perhitungan juga untuk harga wajar Saham PT Indosat diketahui harga wajar sahamnya Rp 7.299 dan posisi harga pasar di akhir 2006 adalah sebesar Rp 6.750. Artinya, saham PT Indosat juga dalam posisi undervalued. Hanya saja jika dibandingkan, nilai diskon yang dimiliki PT Telekomunikasi Indonesia lebih besar dibandingkan dengan PT Indosat. Posisi di akhir 2006, saham PT Telekomunikasi Indonesia dengan kode TLKM terdiskon sebesar 17,64% sedangkan saham PT Indosat dengan kode ISAT hanya terdiskon 8,14%. Artinya, peluang untuk meraih keuntungan lebih besar dengan investasi di saham TLKM karena harga pasar saham tersebul akan mendekati harga wajarnya.

Telecommunication industry give high profit, especially GSM in cellular sector, that growing fast year to year. ln latest year, cellular market grow over 50 percent a year, which attract investor to deal with. Decision to invest in this business must base on some reason from research or prospective in order to minimize lost. Some aspect to watch are Indonesian macroeconomic condition. Whether the recent condition is better than last year or worst. Base on macroeconomic analysis, we knew the Indonesian macroeconomic is better year to year with good sign in Gross Domestic Product (GDP), inflation, Rupiah-US Dollar exchange rate. If government can stabilize this condition or make it better, Indonesian industry will grow up. Then, we can reduce unemployment that already became many problems in this country.
Other aspect is telecommunication industry in Indonesia. With Porter 's five forces analysis we knew the industry is growing fast, same with the prediction from telecommunication companies. The Sign are many new investors in this industry that produce higher competition. It give buyer a lot of choice to choose an operator . To win the market, tellecomunication need strategy to hold their customer move to the other operator and also to get new customer.
Company pedormance is also aspect we should concern. Whether all these years the company has performance above industry average perybrnrance. By knowing company performance year to year, we knew the trend of company performance. getting better, stable or worst. The research's result is PT Telkom and PT1ndosat is growing. But the grow rate is decline. lt can be because of higher competition between companies. lf the company still growing, we confidence that company still can get some profit so the investor can invest in these companies. Using many analysis technique such as horizontal analysis. vertical analysis, financial ratio analysis and cross section analysis, PT Telkom and PT lndosat still grow up but the grow rote is decline. We believe that these companies will be stable firm in 10 years. From the analysis PT Telkom has liquidity ratio lower than PT lndosat but higher in Solvability ratio, activity ratio and profitability ratio.
This research also calculates intrinsic value for both companies. Whether the stock is undervalued or overvalued At the end of 2006, intrinsic value of Telkom stock is Rp 11.882 and the market price is Rp 10. 100. Intrinsic value of lndosat stock is Rp 7299 and the market price Rp 6750. So. PT Telkom ana' PT lndosot stock, coded with TLKM and ISAT is in undervalued position. But discount rate PT Telkom is higher, which is 17,64% than PT lndosat which is 8.14% It means, we can get more profit from investment in Telkom rather than investment in PT lndosat."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T23195
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dhian Resti Widayanti
"Pengelolaan Kelompok Berbakat dimaksudkan untuk mempersiapkan kader pemangku pekerjaan atau jabatan tertentu di perusahaan, pada masa yang akan datang. Setiap perusahaan dapat menentukan sendiri cara menarik (attracting), mengidentifikasi (ident(ing), mempertahankan (keeping), dan mengelola (managing) karyawan berbakat, sesuai dengan kondisi perusahaan.
PT Telekomunikasi Indonesia, sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang sejak tahun 2002 memasuki persaingan global di sektor informasi dan telekomunikasi, menyadari perlunya mempersiapkan kader-kader pemimpin yang dapat menggiring perusahaan untuk memenangkan persaingan global dimaksud. Namun, hingga kini pengimplementasian Sistem Pengelolaan Kelompok Berbakat belum maksimal diselenggarakan, dan dengan sendirinya belum mampu melahirkan kader-kader pemimpin tangguh sebagaimana diharapkan.
Adapun esensi permasalahan yang berhasil diidentifikasikan adalah belum rincinya desain Sistem Pengelolaan Kelompok Berbakat sehingga menimbulkan kerancuan pada level implementasi. Dengan perkataan lain, terdapat perbedaan antara ketentuan dalam Keputusan Direksi dengan implementasi.
Berdasarkan temuan dan analisis, serta dengan berpedoman pada beberapa teori maka dalam Tugas Akhir ini dipaparkan rekomendasi penyempurnaan atas Sistem Pengelolaan Kelompok berbakat di TELKOM, yang diharapkan dapat menjadi jawaban atas permasalahan yang selama ini dihadapi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18739
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>