Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163737 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hertin Rindawati
"ABSTRAK
Nama : Hertin RindawatiProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Hubungan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu MPASI dengan Kejadian Stunting pada Bayi di WilayahKerja Puskesmas Katapang Kabupaten Bandung Tahun2017Stunting balita pendek memiliki efek terhadap masa depan anak sepertiberkurangnya tingkat kognitif anak, hambatan dalam peningkatan tinggi badan,kelebihan berat badan atau obesitas di kemudian hari, dan mengurangi hasilkehadiran sekolah sehingga menyebabkan berkurangnya produktifitas pada masadewasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan dalamhubungan pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada bayi berusia 12 bulandari Januari-April 2017 di wilayah kerja Puskesmas Katapang KabupatenBandung tahun 2017. Rancangan penelitian ini menggunakan desain case controlpada 28 kasus dan 56 kontrol. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2017. Datadianalisis dengan uji regresi logistik sederhana untuk melihat hubungan antarvariabel dan uji regresi logistik ganda model prediksi untuk menemukan faktordominan dalam hubungan pemberian MPASI dengan kejadian stunting pada bayi.Hasil penelitian menunjukkan faktor dominan dalam hubungan pemberian MPASIdengan kejadian stunting pada bayi adalah berat lahir bayi p=0,022 OR=5,177dan 95 CI=1,27-21,098 , diare p=0,027 OR=5,226 dan 95 CI=1,206-22,652 ,dan pemberian MPASI p=0,034 OR=3,884 dan 95 CI=1,106-13,649 . Faktordominan dari ketiga variabel tersebut yaitu variabel diare. Variabel diare memilikihubungan paling kuat dengan kejadian stunting pada bayi. Perlu adanya langkahlangkahdalam pencegahan stunting pada bayi dengan cara konseling pemberianasupan gizi optimal pada ibu hamil agar terhindar dari risiko kelahiran BBLR,pencegahan diare berulang pada bayi dan pemberian MPASI yang benar terutamaperbaikan asupan protein pada bayi.Kata Kunci : stunting, berat lahir, diare, pemberian MPASI

ABSTRACT
Name Hertin RindawatiStudy Program Public Health SciencesTitle The Relation of Complementary Feeding with Stunting inInfants at the Territory Work of Katapang Health CenterBandung Regency 2017Stunting has an effect on the child 39 s future such as reduced child 39 s cognitive level,obstacles in height increase, overweight or obesity later in life, and reduced schoolattendance resulting in reduced productivity in adulthood. This study aims todetermine the dominant factor in the relationship of gi with stunting in infantsaged 12 months from January to April 2017 in the work area of the KatapangHealth Center Bandung Regency in 2017. The design of this study used casecontrol design on 28 cases and 56 controls. This study was conducted in May2017. The data were analyzed by simple logistic regression test to see therelationship between variables and multiple logistic regression test predictionmodel to find the dominant factor in the relationship of complementary feedingwith stunting in infants. The results showed that the dominant factor in theassociation of complementary feeding with the incidence of stunting in infantswas birth weight p 0,022 OR 5,177 and 95 CI 1,27 21,098 , diarrhea p 0,027 OR 5,226 and 95 CI 1,206 22,652 , and giving of complementaryfeeding p 0,034 OR 3,884 and 95 CI 1,106 13,649 . The dominantfactors of these three variables are diarrhea which have the strongest relationshipwith the incidence of stunting in infants. Preventing stunting in infants bycounseling the optimal intake of nutrients in pregnant women to avoid the risk oflow birth weight, prevention of recurrent diarrhea in infants and provision ofappropriate complementary feeding, especially the improvement of protein intakein infants are needed.Keywords stunting, birth weight, diarrhea, complementary feeding"
2017
T48359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gladys Apriluana
"Latar belakang: Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang banyak diderita balita di Indonesia. Kecamatan Pagedangan memiliki jumlah balita kurang gizi masih tinggi. Faktor penting pada pertumbuhan anak adalah asupan gizi. MPASI yang diberikan setelah balita berusia 6 bulan harus beraneka ragam dan adekuat, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal. Sayangnya, di Indonesia sulit untuk mencapai asupan gizi cukup dari MPASI yang umumnya berbasis tradisional dan tidak difortifikasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara
Metode: Penelitian dilakukan dengan disain kasus kontrol dan rasio sampel 1:1,5. Penelitian dilakukan dari Maret-Mei 2019. Populasi adalah balita usia 24 bulan. Total sampel sebanyak 100 anak.
Hasil: Hasil analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pemberian MPASI (p=0,033) dan pekerjaan ibu (p=0,040) dengan kejadian stunting. Hasil analisis multivariat menunjukkan variabel yang paling berpengaruh adalah pekerjaan ibu (OR=7,6), pendapatan keluarga (OR=4,8), dan pemberian MPASI (OR=4,0).
Kesimpulan: Faktor dominan yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah pekerjaan ibu, setelah dikontrol pendapatan keluarga, pemberian MPASI, frekuensi minum susu, konsumsi susu, dan usia mulai minum susu. Saran: Meningkatkan program “Isi Piringku” dengan membuat menu makanan yang bergizi untuk balita disesuaikan ketersediaan pangan dan status sosial ekonomi warga.

Background: Stunting is a chronic malnutrition problem that affects many children in Indonesia. Pagedangan district has a high number of malnourished children. An important factor in children's growth is nutritional intake. Complementary foods that given after a 6-month-old toddler must be diverse and adequate, so that it meets growth needs. Unfortunately, in Indonesia it is difficult to achieve sufficient nutritional intake from complementary foods which is generally traditional and not fortified. The purpose of study was to determine correlation between complementary feeding and the incidence of stunting in children aged 24 months.
Methods: The study was conducted with case control design and sample ratio of 1: 1.5. The study was conducted from March to May 2019. The population was children aged 24 months. A total sample of 100 children.
Results: The results of bivariate analysis showed that there was a significant correlation between complementary feeding (p=0.033) and maternal occupation (p=0.040) with the incidence of stunting. The results of multivariate analysis showed the most influential variables were maternal occupation (OR = 7.6), family income (OR = 4.8), and complementary feeding (OR = 4.0).
Conclusion: The dominant factor associated with the incidence of stunting in children aged 24 months is maternal occupation, after controlled family income, complementary feeding, frequency of drinking milk, milk consumption, and age start drinking milk. Suggestion: Improving the program "Fill my plate" by making nutritious food menus for toddlers adjusted for food availability and socio-economic status of the residents.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivani Noor
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indikator Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) umur 6-23 bulan dan faktor lainnya terhadap kejadian stunting di Posyandu Puskesmas Warung Jambu Kota Bogor Tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 152 bayi dan anak yang didapat dengan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran panjang badan bayi dan anak, tinggi badan ibu, wawancara kuesioner dan lembar recall 24 jam.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi bayi dan anak stunting sebesar 11,8 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan lahir sebagai faktor dominan kejadian stunting pada bayi dan anak umur 6-23 bulan, setelah dikontrol oleh Minimum Dietary Diversity, jumlah anggota rumah tangga, penyakit infeksi, dan usia bayi dan anak. Penelitian ini menyarankan agar meningkatkan penyuluhan terkait gizi ibu hamil serta pemberian makan bayi dan anak yang optimal hingga 2 tahun (1000 hari pertama kehidupan).

The objective of this research is to determine the association between Infant and Young Child Feeding (IYCF) indicators and other factors with stunting at Posyandu Community Health Center Warung Jambu Bogor in 2015. The method of this research is cross sectional design. The research was done to 152 children by purposive sampling. The research was held on April to May 2015. The database were collected by measuring length of the children, mother's height, interview on the questionaire and recall 24 hour sheet.
The result of the study shows that 11,8 % children are stunting. The analysis shows that birthlength is the most dominant factor associated with under-two stunting, after controlling Minimum Dietary Diversity (MDD), number of household members, infectious diseases and age of child. This study suggests to improve nutrition for pregnant women and also infant and young child feeding up to 2 years (first 1000 days of life).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F Detiniaty
"ABSTRAK
Nama : F. DetiniatyProgram Studi : Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Perilaku Ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak Stunting Usia 0-23Bulan Studi Kualitatif di Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa Tahun2017 Perilaku ibu dalam Pemberian Makan Bayi dan Anak PMBA pada periode kritis usia 0-23bulan sangat penting untuk mencegah kondisi stunting pada bayi/anak. Penelitian inibertujuan mengetahui perilaku ibu dalam pemberian makan bayi dan anak stunting usia 0-23bulan di Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, tahun 2017. Pendekatan Kualitatifmenggunakan desain Rapid Assessment Procedure dengan metode pengumpulan data diskusikelompok terarah, wawancara mendalam, dan observasi terhadap informan ibu yang sudahdan belum mendapatkan konseling/penyuluhan PMBA. Pengetahuan dan sikap ibu yangpositif terhadap informasi terkait PMBA yang diperoleh dari konseling/penyuluhan tidakmenjamin terlaksananya perilaku pemberian makan bayi dan anak dengan benar. Adanyafaktor dukungan keluarga, tradisi yang tidak mendukung, akses dan pemanfaatan panganserta praktik pemberian informasi melalui penyuluhan menjadi salah satu yang menghambatkegiatan PMBA. Perilaku ibu dalam pemberian makan bayi dan anak stunting usia 0-23 bulandi Kecamatan Lape belum optimal. Perlu adanya evaluasi pelaksanaan kegiatan konselingPMBA di lapangan.Kata kunci : stunting, perilaku ibu, pemberian makan bayi dan anak PMBA

ABSTRACT
Name F. DetiniatyStudy Program Public Health ScienceTitle Mother 39 s Behavior in Infants and Young Child Feeding Stunting Age0 23 Months Qualitative Study in Lape Sub district, SumbawaRegency in 2017 Mother rsquo s behavior in Infant and Young Child Feeding IYCF in critical periods ages 0 23months is very important to prevent stunting conditions in infants children. This study aimsto determine the behavior of mothers in feeding infant and stunting children aged 0 23months in Lape Sub district, Sumbawa Regency in 2017. Qualitative approach using RapidAssessment Procedure design with data collection methods of focus group discussion, indepthinterviews, and observation of mother rsquo s informants who had had and have not receivedIYCF counseling education. Knowledge and a positive attitude towards mother IYCF relatedinformation obtained from counseling education does not guarantee the implementation offeeding infants and children properly. The existence of family support factors, unsupportedtradition, access and utilization of foods and the practice of providing information throughcounseling to be one that inhibits IYCF activities. Mother rsquo s behavior in feeding infant andstunting children 0 23 months in Lape Sub District is not optimal. It is necessary to evaluatethe implementation of IYCF counseling activities in the field.Keywords stunting, maternal behavior, infant and young child feeding IYCF "
2017
T47575
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Indah Kusumaningrum
"Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu penyebab kematian bayi terbanyak di Indonesia (24%). Di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah kejadiannya dalam 5 tahun terakhir terjadi peningkatan. Di wilayah kerja Puskesmas Gemawang Kecamatan Gemawang Kabupaten Temanggung sebagai tempat penelitian terjadi peningkatan cukup tajam dalam 2 tahun terakhir.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor ibu dengan kejadian BBLR. Menggunakan desain penelitian cross sectional dengan sampel total populasi yaitu semua ibu yang mempunyai bayi berusia 0-6 bulan yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gemawang berjumlah 263, diteliti selama bulan Maret 2012. Analisis hubungan menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%.
Hasil menunjukkan adanya hubungan signifikan antara usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, status gizi ibu dan paparan asap rokok. Kejadian BBLR diperoleh sebesar 8,4% merupakan masalah yang sangat besar dan harus ditangani. Upaya untuk menurunkan dengan melibatkan seluruh pihak baik pemerintah maupun masyarakat dan meningkatkan penyuluhan.

Low Birth Weight Baby (LBW) is one of the biggest causes of infant death in Indonesia (24%). In Temanggung Regency Central Java Province, the incidence of LBW has been increasing in last 5 years. In the working area of community health center of Gemawang, where this research take place this incidence has been increasing severely in last 2 years.
The purpose of this research is to determine the relations between mother factors and the incidence of low birth weight babies (LBW). Using a cross sectional research design with a sample of the total population which is all mothers who have babies aged 0-6 months lived in the working area of community health center of Gemawang amounts to 263 were researched during the month of March 2012. Analysis of the relation using the chi square test with 95% confidence interval.
The results showed a significant relations among age, educational level, employment status, maternal nutritional status and affected by cigarette’s smoke. The incidence of LBW in this research were obtained at 8,4% is a very big problem and should be handled. Efforts to reduce by involving all parties, both government and society and improve the communication, information and education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Dhorkas Dhonna Ruth
"Bayi kecil atau besar untuk usia kehamilan dapat diidentifikasikan dengan menggunakan grafik persentile berat lahir untuk usia kehamilan. Indonesia belum memiliki grafik persentile ini. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui distribusi berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan pada ibu-ibu hamil di Puskesmas Kabupaten Tangerang tahun 2011 dan membandingkan grafik persentile berat lahir bayi tunggal sesuai usia kehamilan dengan populasi dari negara lain.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan 5 Puskesmas di Kabupaten Tangerang yaitu Puskesmas Curug, Puskesmas Cikupa, Puskesmas Cisoka, Puskesmas Balaraja, dan Puskesmas Salembaran Jaya.
Pengambilan data sekunder sebanyak 1178 data dilakukan pada bulan Juni hingga Juli tahun 2012 dengan kriteria inklusi ibu hamil yang melahirkan bayi hidup, bayi tunggal, dan bayi yang tidak mengalami cacat.
Penelitian mendapati hasil distribusi berat lahir bayi terhadap usia kehamilan ibu secara umum mengalami peningkatan di setiap persentilnya. Ibu dengan usia kehamilan 31 minggu dengan rentang persentil 3th hingga 97th memiliki berat lahir 1200 hingga 2200 gram. Ibu dengan usia kehamilan 42 minggu memiliki bayi dengan berat lahir 2500 hingga 4471 gram dengan persentil 3th hingga 97th. Percentile berat lahir sesuai usia kehamilan di negara Meksiko bila dibandingkan hampir sama dengan di Tangerang, Indonesia pada percentile 3rd dan juga 50th. Namun, pada percentile 97th Indonesia sedikit berada di bawah Meksiko dengan berat lahir sesuai usia kehamilan 31 hingga 42 minggu sebesar 2200 hingga 4500 gram.

Baby is small or large for gestational age can be identified by using the percentile charts of birth weight for gestational age. Indonesia does not have these percentile charts. The purpose of this study to determine the distribution of single-birth weight infants according to gestational age in pregnant women in Tangerang district health center in 2011 and compared the birth weight percentile charts of single infants with gestational age of the population of other countries.
This study uses cross-sectional design. The research was conducted five health centers in Tangerang district health center is waterfall, Cikupa Health Center, Health Center Cisoka, Balaraja Health Center and Health Center Salembaran Jaya. Secondary data capture as many as 1178 data is done in June and July of 2012 with the inclusion criteria of pregnant women who delivered live infants, a single baby, and babies who do not have disabilities.
The study found that the distribution of birth weight for gestational age infants mothers in general have increased in each percentile. Mothers with gestational age 31 weeks with a range of 3th to 97th percentile had birth weights 1200 to 2200 grams. Mothers with gestational age 42 weeks had a baby with a birth weight 2500 to 4471 grams with 3th to 97th percentile. Birth weight percentile according to gestational age in the country of Mexico when compared to almost the same as in Tangerang, Indonesia on the 3rd and 50th percentile. However, at the 97th percentile Indonesia slightly below Mexico with a birth weight according to gestational age 31 to 42 weeks of 2200 to 4500 grams.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tatik Srisahani
"Bayi berat lahir rendah (BBLR) di Kabupaten Bogor merupakan masalah yang penting. Prevalensi BBLR selama 2 tahun terakhir di Kabupaten Bogor cenderung meningkat. Kecamatan Jasinga tercatat sebagai penyumbang kasus tertinggi selama 3 tahun terakhir.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kualitas pelayanan antenatal (berdasarkan frekuensi kunjungan dan pemeriksaan rutin) dengan kejadian BBLR di wilayah kerja Puskesmas Jasinga. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Populasi studi adalah ibu melahirkan pada periode 1 Januari sampai 31 Desember 2015 di wilayah kerja Puskesmas Jasinga. Jumlah sampel sebanyak 171 terdiri dari 57 kasus dan 114 kontrol. Frekuensi kunjungan kurang dari 4 kali meningkatkan risiko BBLR 1,99 (95% CI: 0,46–8,51) setelah dikontrol variabel tinggi badan ibu, jumlah kelahiran dan konsumsi tablet besi. Pemeriksaan rutin buruk meningkatkan risiko BBLR 1,35  (95% CI: 0,06–28,91) Setelah dikontrol variabel frekuensi kunjungan, umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah kelahiran, jarak persalinan, komplikasi kehamilan dan konsumsi tablet besi. Masyarakat khususnya ibu hamil diharapkan memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali selama kehamilan dan melakukan pemeriksaan rutin secara lengkap.

Low birth weight infants in Bogor Region is observed as a crucial health issue. Jasinga District has been contributing the highest number of such cases in this region for the last 3 years. This study was aimed to find out the relationship between antenatal care quality (based on the frequency of visit and routine check up) and Low Birth Weight Infant cases in the working territory of Jasinga Public Health Center, Jasinga District, Bogor Region. The design of this study was case-control. The population in this study were mothers with birth infants throughout the period of January 1 until December 31, 2015. The sample number was 171, consisting of 57 cases and 114 controls. Visit frequency less than 4 times increasing Low Birth Weight Infant cases 1,99 (95% CI: 0,46–8,51) after being controlled by height, parity dan intake of iron tablets. Uncomplete rountine check up increasing Low Birth Weight Infant cases 1,35 (95% CI: 0,06–28,91) After being controlled by visit frequency, age, level of education, occupation, parity, spacing of pregnancy, pregnancy complications and intake of iron tablets. The society especially pregnant mothers are advised to do a minimum of 4 times antenatal visits throughout their pregnancy periods and undergo routine check up completely."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Susanto
"Berdasarkan teori dan hasil penelitian yang ada anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan risiko terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Keadaan BBLR ini merupakan masalah yang sangat serius didalam penanganannya, oleh karena bayi dengan BBLR disamping berakibat pada cacat fisik maupun mental, serta berakibat tingginya angka kematian neonatal. Sehingga Para ahli menyatakan bahwa proporsi BBLR dapat dipergunakan sebagai prediktor angka kematian neonatal disebabkan oleh BBLR.
Anemia dalam kehamilan bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya BBLR, tetapi terdapat variabel lain yang mempunyai hubungan untuk terjadinya BBLR meliputi: jarak kelahiran, umur ibu, paritas, kurang energi kronis pemeriksaan antenatal BB, TB tekanan darah dan sebagainya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan anemia ibu hamil sebagai variabel independen utama dan faktor lain dengan kejadian BBLR sebagai variabel dependen dengan dikontrol oleh variabel independen lainnya meliputi umur, jarak kelahiran, riwayat kehamilan (prematur/abortus), paritas dan pemeriksaan antenatal.
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh melalui telaah data selama satu tahun dimulai pada bulan Januari - Desember tahun 2000 pada bagian Rekam Medik RSUP Mohammad Hoesin Palembang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 6 Maret sampai 4 April tahun 2001.
Desain studi yang dipilih dalam penelitian ini adalah kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 503 ibu-ibu yang melahirkan tunggal dan spontan dengan rincian 97 responder lahir dengan BBLR (kasus) dan 291 ibu-ibu yang melahirkan tunggal dan spontan dengan berat bayi lahir normal sebagai kontrol.
Hasil penelitian disajikan secara naratif, deskriptif dan analitik, dan didapatkan data bahwa dari ibu yang melahirkan spontan sebanyak 97 BBLR dan ibu hamil yang terkena anemia sebanyak 392 orang dan 6 orang tidak terdata. Dari hasil analisis bivariat diperoleh adanya hubungan secara statistik antara jarak kelahiran (p = 0,039), anemia (p = 0,014), dan riwayat kehamilan prematur (p = 0,000) dengan BBLR. Pada analisis multivariat terdapat 6 variabel independen yang memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam uji regresi logistik ganda (p<0,25), yaitu anemia., jarak kelahiran, riwayat prematur, riwayat abortus, paritas, dan pemeriksaan antenatal sebagai model awal. Hasil analisis regresi logistik ganda dengan metode enter dan setelah dilakukan uji interaksi, mendapatkan adanya variabel dominan yang berhubungan dengan BBLR, yaitu riwayat prematur (p = 0,000; OR = 9,994) setelah dikontrol oleh Anemia/Hb.
Oleh karena riwayat prematur yang paling besar hubungannya terhadap kejadian BBLR, maka perlu ditingkatkannya informasi dalam bentuk KIE melalui program PKMRS MH Palembang kepada Ibu hamil yang berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya di Rumah sakit terutama bagi ibu bamil yang pernah mempunyai riwayat prematur mengingat ibu tersebut berpeluang besar (10 kali lipat) untuk melahirkan BBLR pada bayi berikutnya.

Relationship between Anemia in Pregnant Mothers and Other Factors with the Occurrence of Low Birth Weight Infant (LBW) at Public Hospital of Dr. Mohammad Hoesin Palembang Year 2000Based on the theory and the result of previous research, anemia in pregnant mothers could result in LBW. This is serious problem because those babies with low birth weight could increase neonatal mortality rate.
Anemia during pregnancy was not the only cause of LBW. There were other factors related to the occurrence of LBW which include birth space, age of mother, parity, inadequate of body weight, body height as well as blood pressure.
The purpose of this research was to know relationship between anemia in pregnant mothers and other factors which include age of mother, birth space, pregnancy record (premature/abortion), parity and antenatal examination, with the occurrence of LBW.
This research used secondary data which taken by analyzing the data for a year, since January to December 2000 at medical record of Public Hospital of Dr. Mohammad Hoesin Palembang. The research used case control design with 503 samples. Samples were those mothers with single and spontaneous deliveries which consists of 97 respondents which LBW (cases) and 291 respondents with normal birth weight (control).
According to the result of the research it was known that there were 97 cases with LBW, 392 cases with anemia while 6 cases were not recorded. From bivariat analysis it was known that there were significant relationship between birth space (p = 0,039), having anemia (p = 0,014), premature delivery (p = 0,000) with the occurrence of LBW. Based on multiple logistic regression by using enter method and after conducted interaction test, it was known that the most dominant variable to the occurrence of LBW was premature delivery record (p = 0,000; OR = 9,994) after controlled by anemia/Hb level.
In order to succeed the prevention and solving program of anemia in pregnant mothers, it was suggested to intensity KIE program (communication, information and education) to the community especially to pregnant mothers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zubaidah Fitri
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor pada 1000 Hari Pertama Kehidupan Berhubungan Stunting pada Anak Usia 0-2 tahun di Indonesia. Stunting adalah keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, 2010, dan 2013 menunjukkan tidak terjadi banyak perubahan pada prevalensi balita pendek yaitu berturut-turut sebesar 36.8%, 35.6% dan 37.2%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor pada 1000 Hari Pertama Kehidupan berhubungan dengan stunting pada anak usia 0-2 tahun di Indonesia tahun 2013. Penelitian bersifat kuantitatif, dengan desain studi cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas Tahun 2013. Sampel penelitian ini adalah semua individu yang berusia 0-2 tahun yang menjadi responden dalam Riskesdas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat sembilan variabel yang secara bersama-sama signfikan memengaruhi stunting. Berat badan lahir merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting (OR:1.71, 95%CI:1.39-2.09). Untuk menanggulangi stunting yang terpenting adalah intervensi pada ibu pra hamil (remaja perempuan) dan ibu hamil serta melibatkan banyak sektor untuk dapat berintegrasi menyusun kebijakan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan gizi.

ABSTRACT
This study is to analyze first 1000 days factors of life Relationships with Stunting incidence on 0-2 years old children in Indonesia. Stunting is condition of children whom heights are below the standard comparing to other healthy children. RISKESDAS (Basic Health Research) data in year 2007, 2010, and 2013 show that there is no significant changes on under five years old stunting children prevalence respectively 36.8%, 35.6% and 37.2%. The objective of this study is to
find the relationship of the first 1000 days of life factors with the incidence of stuntinf in 0-2 years old children in Indonesia in year of 2013.This study is a quantitative study with cross sectional design using the secondary data from Riskesdas 2013. The subject of this study is 0-2 years old children who became a respondent in RISKESDAS. This study shows that there are nine variables that
altogether significantly effects the incidence of stunting. Birthweight is the most affected factors in the incidence of stunting (OR:1.71, 95%CI:1.39-2.09). The most important things to overcome the incidens of stunting is giving intervention to pre-pregnancy women (teenage girls) and pregnant women. Furthermore, to involve many sectors that can be integrated in making policy to enhance public prosperity trough the nutritional status development."
2015
S61213
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhani
"ABSTRAK
Faktor risiko yang berkontribusi dalam kematian bayi salah satunya kelahiran bayi berat lahir rendah. Strategi yang diupayakan yakni meningkatkan keberhasilan pemberian air susu ibu. Penelitian ini bertujuan mengetahui informasi mendalam dan fakta terkait perilaku pemberian ASI pada BBLR selama di RSUD Karawang. Pendekatan kualitatif menggunakan desain Rapid Assessment Procedure dengan metode pengumpulan data wawancara mendalam 7 ibu dan 4 kepala ruang, diskusi kelompok terarah 6 perawat bidan serta observasi 2 ibu. Ibu yang dapat memberikan ASI di rumah sakit adalah ibu dengan pendidikan baik dan tidak kembali bekerja. Ibu tidak yakin dapat memberikan kolostrum selama di rumah sakit namun yakin dapat menyusui eksklusif setelah keluar dari rumah sakit. Ibu memiliki kondisi fisik dan psikologis tidak baik selama di rumah sakit. Penyuluhan ASI dan kebijakan pemberian pengganti ASI di rumah sakit belum mendukung perilaku pemberian ASI eksklusif. Ibu yang tidak didukung suami, keluarga dan petugas kesehatan tetap berusaha memberikan ASI. Ibu dapat menyusui BBLR secara langsung di ruang menyusui PMK. Perilaku pemberian ASI pada BBLR dapat dilakukan ibu yang memiliki kesehatan fisik dan psikologis baik serta menyusui di PMK. Promosi ASI eksklusif dan upaya pendampingan tambahan terhadap kondisi psikologis perlu dilakukan pada ibu dan keluarga dengan BBLR selama di rumah sakit.

ABSTRACT
One factor that contribute in infant rsquo s mortality was low birth weight infant rsquo s delivery. The strategy was increased implementation of breastfeeding practice successfully. This study aims to explore information and fact about low birth weight infant breastfeeding behavior at Center Hospital of Karawang. Qualitative approach with Rapid Assessment Procedure design was used to collect data from 7 mothers and 4 head offices with depth interview method, focus group discussion from 6 midwife nurses, and also observation from 2 mothers. Mothers who did breastfeeding practice in hospital have better educational level and did not return to work. Mothers had no belief to give colostrum during breastfeeding practice in hospital, otherwise to give breastfeeding exclusively after hospital discharge. Mothers have poor physic and psychology condition during breastfeeding practice in hospital. Promotion and policy of complementary feeding did not support breastfeeding practice in hospital. Mothers who got no support from their partners, families and also health providers were trying to breastfeed. Mothers could did breastfeeding practice directly in PMK room. Breastfeeding behavior for low birth weight infants could be doing by mothers who did breastfeeding practiced with better physical and psychological condition. Exclusive breastfeeding promotion and psychology guidance were needed for low birth weight infant rsquo s mothers and families."
2017
T48204
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>