Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69204 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizki
"ABSTRAK
Mandibula merupakan salah satu tulang yang penting dalam Forensik Odontologi untuk estimasi jenis kelamin. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan sudut gonion, jarak inferior foramen mentalis, dan tinggi ramus mandibula pada pria dan wanita. Metode penelitian dilakukan analisis radiomorfometri pada 200 radiograf panoramik. Hasil penelitian menunjukkan besar sudut gonion pria 121.8 , wanita 125.5 , jarak inferior foramen mentalis pria 14.73 mm, wanita 13.35 mm, tinggi ramus mandibular pria 56.82 mm, wanita 51.37 mm. Tingkat akurasi persamaan regresi ketiga variabel sebesar 83.5 . Kesimpulan, adanya perbedaan signifikan besar sudut gonion, foramen mentalis, dan tinggi ramus mandibular pada pria dan wanita
ABSTRACT
Mandibular bone has important role for sex determination in Odontology Forensic investigations. The aim of this research is to analyze gonial angle, mental foramen, and mandibular ramus height. Radiomorphometric analysis was performed in this research on 200 panoramic radiographs. Result of this research demonstrate gonion angle in men are 121.8 whereas 125.5 in women, inferior distance of mental foramen in men are 14.73 mm and 13.35 mm in women, mandibular ramus height in men are 56.82 mm and women are 51.37 mm. Regression equation of three variables has 83.5 accuracy. Conclusion, there is significant difference between male and female for gonial angle, mental foramen, and mandibular ramus height. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luciana
"Pendahuluan: Kemajuan teknologi digital untuk memenuhi kebutuhan akan efisiensi saat ini tidak terelakkan, termasuk di bidang ortodontik. Selain foto rontgen, model studi merupakan alat diagnostik yang diubah menjadi bentuk digital. Digitasi model studi dilakukan supaya pengukuran benda tiga dimensi dapat diukur dalam bentuk tiga dimensi. Walaupun demikian, ketidakakuratan bisa saja terjadi pada pengukuran dengan model studi digital tiga dimensi. Ketiadaan perangkat digitasi di Indonesia menyebabkan proses digitasi menjadi mahal dan sukar. Oleh karena itu, alat pemindai laser yang diciptakan oleh Institut Teknologi Bandung bekerjasama dengan Bagian Ortodonti Universitas Indonesia pada tahun 2011 diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menguji akurasi analisis ortodontik dengan menggunakan alat pemindai laser yang baru dibuat ini.
Bahan dan Cara: Duabelas pasang model studi sebelum perawatan ortodontik disertai anterior crowding dengan skor indeks Little 1-6 digunakan dalam penelitian ini. Masing-masing model studi dipindai, dan dilakukan digitasi dan analisis Bolton dan indeks ketidakteraturan Little (LII) diukur pada model studi konvensional dan digital dengan kaliper yang memiliki ketelitian 0.01 mm. Pengukuran intraobserver dilakukan pada 20% total sampel yang dipilih secara acak (3 sampel) dan diuji secara statistik dengan uji-t berpasangan dan Wilcoxon untuk uji nonparametrik. Plot Bland-Altman digunakan untuk menguji level of agreement kedua metode pengukuran. Uji-t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney digunakan untuk uji statistik pada penelitian inti dengan 12 pasang model studi.
Hasil: Uji intraobserver untuk analisis Bolton tidak memperlihatkan perbedaan bermakna (p = 0.859) sementara untuk pengukuran indeks ketidakteraturan Little, terlihat perbedaan yang bermakna secara statistik (p = 0.008). Plot Bland-Altman untuk indeks Little memperlihatkan tercapainya level of agreement kedua metode pengukuran. Pada pengukuran 12 pasang model studi, uji statistik untuk analisis Bolton dan indeks Little tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang bermakna (p > 0.05), dengan nilai p berturut-turut adalah p = 0.509 and p = 0.101.
Kesimpulan: Nilai pengukuran pada model studi digital disertai anterior crowding tidak berbeda bermakna secara statistik dengan nilai pengukuran yang dilakukan pada model studi konvensional dengan anterior crowding.

Introduction: The vastly growth of advanced technology to meet efficiency is currently inevitable, including in orthodontics. Radiographs and study models are diagnostic tools that often digitized and measured three-dimensionally. However, inacurracy might still be found in the three-dimension measurements. The customized laser scanner was then built in 2011 by Bandung Institute of Technology in conjunction with Department of Orthodontic University of Indonesia. The primary aims were to overcome the study models storing problems and the scanning cost, if the study models have to be digitized overseas. In this research, the study models digitizing were performed using the newly built laser scanner and the accuracy of the measurements were analyzed.
Material and Methods: Twelve pairs of pre-orthodontic treatment study models were used in this research with mild to moderate anterior crowding (Little Irregularity Index score 1-6). Each models were scanned and the mesiodistal width was measured before Bolton analysis was determined. For Little Irregularity Index, each measurements were done in the anterior of lower study models. The measurement of conventional study models were then compared with the digital study models measurement. Each measurement were made with digital calliper to the nearest of 0.01 mm. Intraobserver test was done by taking 20% from the total amount of the samples (3 samples) randomly and were tested by paired t-test and Wilcoxon for nonparametric test. The level of agreement were done with Bland- Altman plot. After getting valid intraobserver test value and good level of agreement, the main test was done by paired t-test and Mann-Whitney test.
Results: Intraobserver test for Bolton analysis showed no significant difference (p = 0.859) while significant difference (p = 0.008) was detected between measurement method for Little Irregularity Index. Bland-Altman plot for Little Irregularity Index intraobserver test showed good level of agreement. The Bolton analysis and Little Irregularity Index statistic test for twelve pairs of study models showed no significant difference (p > 0.05), respectively p = 0.509 and p = 0.101.
Conclusion: The measurements made in digital study models with anterior crowding were as accurate as the measurements made in conventional study models with anterior crowding, and therefore, the study models measurement can be done in the digital form.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irensia Arviana
"Sebagian masyarakat membeli obat antibakteri oral di apotek tanpa resep dokter (swamedikasi). Penggunaan antibakteri secara tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman terhadap penggunaan antibakteri oral dan kepuasan terhadap pelayanan, saran, dan informasi yang diberikan oleh petugas apotek. Penelitian dilakukan dengan metode studi potong lintang dari Februari-Mei 2012 di enam apotek Kota Depok. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Sampel adalah pengunjung beberapa apotek di wilayah Depok yang pernah membeli antibakteri oral. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi sebagai alat ukur. Total sampel berjumlah 114 orang. Responden yang paham dengan baik mengenai penggunaan antibakteri oral adalah 36 %. Sebagian besar responden (67,55 %) cukup puas terhadap pelayanan, saran, dan informasi yang diberikan petugas apotek. Rata-rata pemahaman responden adalah 76,19 % dan rata-rata kepuasan responden adalah 72,46 %.

Most of people buy oral antibacterial drugs in pharmacies without a prescription (self-medication). The use of antibacterial incorrectly may lead to resistance. This study aimed to analyze the comprehension of oral antibacterial use and the satisfaction of services, advice, and information provided by the pharmacist. Research carried out by the method of cross-sectional study from February to May 2012 in six pharmacies in Depok. Sampling was conducted in consecutive sampling. Samples were visitors at several pharmacies in the area of Depok who ever bought an oral antibacterial. Data was collected using a questionnaire that has been validated as a measurement tool. Total sample was 114 people. Respondents who know well about the use of oral antibacterials were 36 %. The majority of respondents (67.55 %) were quite satisfied with the services, advice, and information provided the pharmacist. The average comprehension of the respondent was 76.19 % and the average satisfaction of respondent was 72.46 %."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42992
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faridah Marzuqah Zhafirah
"ABSTRAK
Tujuan: Mengetahui perbedaan penggunaan video animasi dan video nonanimasi sebagai media pendidikan dalam meningkatkan pengetahuan anak tunagrahita ringan mengenai kesehatan gigi dan mulutnya.
Metode: Subjek penelitian adalah 20 siswa SDLB Ar-Rahman diberikan edukasi menggunakan video animasi dan 14 siswa SDLB Mahardika menggunakan video non-animasi. Penelitian ini menggunakan pre and post test design.
Hasil: Ada perbedaan bermakna antara peningkatan pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi (p=0.000). Namun, tidak ada perbedaan yang bermakna antara peningkatan pengetahuan menggunakan video animasi dengan menggunakan video nonanimasi (p=0.457).
Kesimpulan: Video animasi dan non-animasi tidak memiliki perbedaan dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut pada anak
tunagrahita ringan.

ABSTRACT
Objective: To determine the differences between animated and non-animated video as a medium of education in improving the knowledge of mild mental retardation children about their oral health.
Methods: The subjects were 20 students of SLB Ar-Rahman, who were given education using animated video and 14 students of SLB Mahardika who were given education using non-animated video. This study used a pre and post test design.
Results: There are significant differences in improvement of knowledge between before and after education (p=0.000). However, there are no significant difference between the increase in knowledge using animated viedo and using non-animated videos (p=0457).
Conclusion: animated and non-animated video does not have a difference in improving the oral health knowledge on mild mental retardation children."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William Suryajaya
"Perkembangan teknologi memungkinkan untuk pembuatan model studi secara digital menggunakan intraoral scanner. Data dari model studi ini kemudian bisa dicetak menggunakan mesin cetak 3 Dimensi. Tesis ini membahas akurasi ukuran linier gigi khususnya lebar mesio-distal, interkaninus, intermolar serta Analisis Bolton model studi digital hasil pindaian intraoral scanner Trios, dan model studi resin hasil cetakan printer 3D Formlabs 2 dengan model studi plaster hasil pengecoran bahan cetak alginat dengan dental stone tipe II sebagai pembanding. Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang. Data pengukuran antar model studi dianalisa secara statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar komponen pengukuran linier dan analisa Bolton model studi digital dan model studi resin tidak berbeda secara signifikan secara statistik. Jika terdapat perbedaan secara statistik, perbedaan ini tidak signifikan secara klinis karena perbedaannya tidak lebih dari 1,1 mm. Model studi digital hasil pindaian intraoral scanner Trios dan resin hasil cetakan printer 3D Formlabs 2 cukup akurat untuk keperluan diagnosa dan penentuan rencana perawatan jika dibandingkan dengan model studi plaster hasil pengecoran bahan cetak alginat dengan dental stone tipe 2.

In the advent of digital technology, it is possible to create digital dental model using intraoral scanner. The stereolithographic data collected from the scanner, subsequently, can be printed into 3-Dimensional dental model in resin material. This study aims to evaluate the accuracy of digital model scanned by Trios intraoral scanner and 3-Dimensional dental model printed from Formlabs 2 printer in linear measurements and Bolton analysis compared to plaster dental model obtained by pouring alginate impression with type II dental stone. This is a cross-sectional observational analytical study. The data were collected by measuring each type of the dental models. The result of this study shows that most of the linear measurements and Bolton analysis components analyzed in this study were not significantly different. Significant difference on some components are rendered clinically insignificant. Hence, the results of this study suggests that digital dental model and 3-Dimensional printed dental model may be used interchangeably in comparison to plaster dental model for diagnostic and treatment planning purpose."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Meisaputri
"

Latar Belakang: Identifikasi jenis kelamin memiliki peran penting dalam proses identifikasi individu. Tengkorak merupakan tulang paling dimorfik setelah pelvis, namun pada kasus hanya serpihan tengkorak yang ditemukan mandibula menjadi peran penting dalam identifikasi jenis kelamin karena mandibula adalah bagian tulang tengkorak yang paling kuat, besar dan dimorfik. Tinggi ramus mandibula dapat digunakan untuk penentuan jenis kelamin karena tahap perkembangan, tingkat pertumbuhan, dan durasi pada kedua jenis kelamin berbeda. Identifikasi jenis kelamin dengan tinggi ramus mandibula dilakukan menggunakan metode radiomorfometrik karena pengukuran pada radiograf menunjukkan hasil yang akurat serta teknik yang sederhana dan non-invasif. Tujuan:Menganalisis tinggi ramus mandibula dengan metode radiomorfometrik pada radiograf panoramik digital untuk penentuan jenis kelamin. Metode: Menganalisis radiomorfometrik tinggi ramus mandibula pada 50 sampel radiograf panoramik pria dan 50 sampel radiograf panoramik wanita. Hasil: Terdapat perbedaan tinggi ramus mandibula yang menunjukkan bahwa pria memiliki nilai rata-rata lebih tinggi sebesar 59.86 mm sedangkan wanita sebesar 54.86 mm. Nilai akurasi persamaan probabilitas jenis kelamin tinggi ramus mandibula sebesar 70%. Kesimpulan: Tinggi ramus mandibula dengan metode radiomorfometrik pada pria dan wanita dapat digunakan dalam penentuan jenis kelamin. Namun penggunaan tinggi ramus mandibula harus disertai variabel morfologi lainnya karena hanya berperan sebesar 30% dalam penentuan jenis kelamin sehingga tidak cukup akurat.


Background: Gender identification have an important role in a process of personal identification. Skull is the most dimorphic bone after pelvis, but when in cases only fragmentary bones are found mandibular have an important role in gender identification because it is the strongest, largest and most dimorphic bone of skull. Mandibular ramus height can be used for gender identification because the duration, development and growth pattern in both genders are different. Gender identification with mandibular ramus height was carried out using the radiomorphometric method because measurements on radiographs shows accurate results as well as simple and non-invasive techniques. Aim: To analyze mandibula ramus height with radiomorphometric methods on digital panoramic radiographs for gender identification. Method: By analyzing mandibular ramus height using radiomorphometric methods on 50 male panoramic radiograph samples and 50 female panoramic radiographs samples. Result: There is a difference in mandibular ramus height which indicates that men have a higher mean value of 59.86 mm while women of 54.86 mm. The accuracy value of the probability equation of the mandibula ramus height is 70%. Conclusion: Mandibular ramus height with radiomorphometric methods in men and women can be used in gender identification, but the use of mandibula ramus height must be accompanied by other morphological variables because it only accounts for 30% in gender identification so it is not accurate enough.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Prima Putra
"Tesis ini membahas tentang komponen-komponen di dalam institusi pendidikan kedokteran gigi dan keterkaitannya dengan tingkat kelulusan Uji Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (UKDGI). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif-kualitatif dengan desain analitik deskriptif.
Hasil penelitian memperlihatkan komponen-komponen sarana dental unit, ketersediaan dosen, kualifikasi dosen, serta letak wilayah memiliki keterkaitan dengan tingkat kelulusan UKDGI.
Adapun saran peneliti adalah:
1. Revisi standar pendidikan perlu segera dilakukan;
2. Pengendalian mutu institusi baik internal maupun eksternal penting untuk diperbaiki mekanismenya sehingga dapat menjamin kualitas lulusannya;
3. Standar UKDGI sebaiknya dikembangkan sesuai dengan standar minimum pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dalam upaya pemenuhan tenaga dokter gigi.

This thesis discusses the components in the dental education institutions and its association with the completion rates of Indonesian Dentists Competency Test (UKDGI). This study uses a quantitative-qualitative approach with descriptive analytic design. The results show that the components of dental unit facilities, ratio of teachers and students, teacher?s qualifications, and location of the region are associated with the completion rates of UKDGI.
The researcher suggest:
1. Revised educational standards need to be done immediately;
2. Refinement to the quality control mechanism both internal and external are essential to ensure the quality of its graduates;
3. UKDGI standards should be developed in accordance with the minimum standards of health services needed."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olga Raphaela Kawilarang
"Latar Belakang: Kebersihan rongga mulut yang buruk dapat menyebabkan perkembangan karies gigi dan periodontitis. Lingkungan rongga mulut yang meliputi saliva mengandung berbagai faktor host defense dengan pH yang dapat digunakan untuk memeriksa hubungan biomarker saliva dengan penyakit rongga mulut dimana pH saliva dapat meningkat atau menurun akibat aktivitas mikroba. Dalam mencegah pertumbuhan bakteri yang berlebihan, nitrat dan nitrit dalam saliva berperan dalam pembentukan nitrogen monoksida (NO) dengan potensi efek protektif, terutama dalam proses fisiologis tubuh manusia. Tujuan: Menganalisis hubungan kadar nitrogen monoksida (NO) dengan kebersihan rongga mulut (OHI-S) dan pH saliva. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian laboratorik dan observasional menggunakan 20 sampel saliva kelompok dewasa muda usia 18-30 tahun di provinsi Jawa Barat dan DKI Jakarta. Sampel saliva subjek diuji dengan Griess Reaction untuk mengukur kadar nitrogen monoksida (NO) dan dibaca menggunakan plate reader pada panjang gelombang 600 nm. Selanjutnya, data diolah menggunakan SPSS. Hasil: Nilai korelasi antara kadar nitrogen monoksida dengan kebersihan rongga mulut (r) sebesar 0,390 dengan p>0,05 dan nilai korelasi antara kadar nitrogen monoksida dengan pH saliva (r) sebesar -0,53 dengan p>0,05. Kesimpulan: Kadar nitrogen monoksida (NO) pada sampel saliva kelompok dewasa muda tidak memiliki hubungan dengan kebersihan rongga mulut (OHI-S) dan pH saliva, serta tidak terdapat perbedaan rata-rata kadar nitrogen monoksida (NO) sampel saliva kelompok dewasa muda baik berdasarkan kategori OHI-S maupun jika dibandingkan dengan sampel saliva kelompok anak.

Background: Poor oral hygiene can cause the development of dental caries and periodontitis. The oral cavity environment which includes saliva contains various host defense factors with salivary pH which can be used to examine the relationship between salivary biomarkers and oral disease where salivary pH can increase or decrease due to microbial activity. In preventing excessive bacterial growth, nitrates and nitrites in saliva play a role in the formation of nitric oxide (NO) with potential protective effects, especially in the physiological processes of the human body. Aim: To analyze the relationship between nitric oxide (NO) levels on dental and oral hygiene (OHI-S) and salivary pH. Methods: This research is a laboratory and observational study using 20 saliva samples from a group of young adults aged 18-30 years in the provinces of West Java and DKI Jakarta. The subject’s saliva samples were tested with Griess Reaction and read using a plate reader at a wavelength of 600 nm. Furthermore, the data was processed using SPSS. Results: The correlation value of r was 0,390 with p>0,05 between nitric oxide levels and oral hygiene and the correlation value of r was -0,53 with p>0,05 between nitric oxide levels and salivary pH. Conclusion: Nitric oxide (NO) levels in saliva samples from the young adult group are not related to oral hygiene (OHI-S) and salivary pH, and there are no mean differences either based on the OHI-S category or when compared with saliva samples from the children’s group.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Sovaria
"ABSTRAK
Anak dengan gangguan pendengaran mempunyai masalah dalam berkomunikasi yang menimbulkan dampak perkembangan psikologisnya. Hubungan emosional antara ibu dan anak dapat membantu memberikan pengaruh emosi pada anak dengan gangguan pendengaran. Kecemasan terhadap perawatan gigi merupakan masalah psikologis yang sering muncul dan menjadi masalah pada anak dengan gangguan pendengaran. Salivary alpha amylase sAA merupakan biomarker non invasif yang dapat menilai kecemasan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa kadar sAA antara ibu dan anak dengan gangguan pendengaran usia 4-6 tahun sebelum dan sesudah oral prophylaxis. 21 ibu dan anak dengan gangguan pendengaran usia 4-6 tahun ikut dalam penelitian ini. Keduanya duduk bersama di ruang tunggu untuk diambil sAA pertama. sAA kedua diambil setelah anak menerima oral prophylaxis di ruangan yang terpisah dan saat bersamaan sAA ibu diambil diruang tunggu. sAA yang terkumpul kemudian diukur dengan sAA monitor. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji Spearmann. Terdapat korelasi positif kadar sAA antara ibu dan anak dengan gangguan pendengaran sebelum dan sesudah oral prophylaxis p=0.001 dengan kekuatan koefisien korelasi r=0.817 . Penelitian ini menunjukkan kecemasan ibu dan anak dengan gangguan pendengaran berkorelasi sangat kuat sehingga untuk mencapai keberhasilan perawatan dalam kedokteran gigi anak dapat dilakukan pendekatan melalui ibu untuk menurunkan tingkat kecemasan anak.ABSTRACT
Children with hearing impairment have a communication problem that has impact on their psychological developmental. Stronger emotional relationship between mother and her child can give positive emotional feedback to children with hearing impairment. Dental anxiety is one of psychological problems that often appear in children with hearing impairment. Salivary alpha amylase sAA is a non invasive biomarker that can assess anxiety. The purpose of this research is to analyze sAA level between mothers and their 4 ndash 6 years old children with hearing impairment, before and after oral prophylaxis. 21 mothers and their 4 6 years old children with hearing impairment join this research. Their first sAA was taken while sitting together in the waiting room. Second sAA was taken after the children given oral prophylaxis in the separated room at the same time as mothers rsquo are collected in the waiting room. Collected sAA are measured with sAA monitor. Collected data are analyzed with Spearmann test. There is a positive anxiety correlation between mothers and their children with hearing impairment, before and after oral prophylaxis p 0.001 with correlation coefficient strength r 0.817 . This research showed anxiety of mothers and their children with hearing impairment strongly correlated so that to achieve a successful dental treatment in pediatric dentistry, an approach to mother can reduce dental anxiety level in a child."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nisti Yulia
"Latar Belakang: Penentuan jenis kelamin merupakan langkah pertama dalam proses identifikasi individu. Tulang panggul dan tengkorak merupakan sumber yang paling akurat untuk menentukan jenis kelamin, namun apabila tulang panggul dan tengkorak yang ditemukan tidak utuh, mandibula dapat menjadi sumber utama dalam penentuan jenis kelamin karena mandibula merupakan tulang yang kuat, anatomisnya dipertahankan relatif lama, dan menunjukkan dimorfisme seksual yang tinggi. Salah satu parameter pada mandibula yang dapat digunakan untuk penentuan jenis kelamin adalah sudut gonion. Sudut gonion dapat digunakan untuk penentuan jenis kelamin karena kekuatan otot pengunyahan memiliki pengaruh yang kuat pada sudut gonion, dimana kekuatan otot ini berbeda pada laki laki dan perempuan.
Tujuan: Menganalisis penentuan jenis kelamin menggunakan metode radiomorfometrik besar sudut gonion pada radiograf panoramik digital.
Metode: Menganalisis radiomorfometrik besar sudut gonion pada 100 sampel radiograf panoramik digital yang terdiri dari 50 sampel laki laki dan 50 sampel perempuan.
Hasil: Perempuan memiliki nilai rata-rata sudut gonion lebih besar daripada laki-laki yaitu sebesar 124.52o sedangkan laki-laki sebesar 123.84o, namun tidak terdapat perbedaan signifikan sudut gonion pada laki-laki dan perempuan secara statistik.
Kesimpulan: Besar sudut gonion dengan metode radiomorfometrik pada laki-laki dan perempuan tidak dapat digunakan secara tunggal dalam penentuan jenis kelamin.

Background: The first step towards identification of an individual is by sex determination. Pelvis and skull bones are the most accurate sources used for sex determination purpose, however when a whole pelvis or skull bones could not be obtained, an alternative would be necessary. The mandible would serve as a great alternative for this purpose because it is strong, its anatomy persists for a long time and it shows a strong sexual dimorphism. One of the mandible properties that can be used for sex determination purpose is its gonial angle. This is because the gonial angle is affected by the strength of the masticatory muscles, which is different for different sexes.
Aim: To analyze the validity of sex determination by radiomorphometric method using gonial angle on digital panoramic radiographs.
Method: By using radiomorphometric method to analyze the gonial angle of 100 digital panoramic radiographs consisting of 50 male and 50 female samples.
Result: Women have an average gonial angle of 124.52o which is greater than mens average of 123.84o, however the difference is not statistically significant.
Conclusion: Radiomorphometric method using gonial angle cannot be used as a sole source for sex determination."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>