Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58573 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Fadilah
"ABSTRAK
Memori dan sejarah kerap dikaitkan satu sama lain karena berkaitan erat dengan waktu, padahal keduanya adalah hal yang berbeda. Sebuah kota yang berdiri sejak dahulu, mengalami berbagai kejadian pada setiap waktunya sehingga memiliki memori dan sejarahnya sendiri yang membuat kota tersebut berbeda dari yang lainnya. Dalam hal ini keduanya berperan dalam membangun ruang urban dalam sebuah kota. Tetapi dalam perwujudannya, seringkali hanya menjadi representasi tanpa ingatan dari masyarakat pada kota tersebut, bahkan seringkali hanya menjadi ldquo;pemanis rdquo; bagian komersial, atau memori kolektif dari sebuah kota sudah tergantikan oleh memori personal dari masyarakat. Namun apakah penggunaan memori di dalam ruang urban masih relevan?Dalam skripsi ini saya mempertanyakan kembali apakah penggunaan memori dalam kota masih relevan atau tidak. Kebanyakan masyarakat Jakarta dengan rentang usia 17-26 tahun tidak mengetahui sejarah dan tujuan pembangunan Bundaran HI, terdapat dua kemungkinan dalam pelupaan yang terjadi di dalamnya, apakah karena rentang waktu yang memang terlalu jauh tetapi juga dapat disebabkan rancangan kota yang ada di dalamnya tidak mendukung proses pengingatan terjadi. Dalam skripsi ini saya mencoba melihat Bundaran HI melalui teori Rossi, Boyer, dan Borden, bagaimana keterkaitan antara lokasi yang dipilih dengan makna yang ada di baliknya, keterkaitan antara jalan dengan lokasi-lokasi lainnya, dan juga perkembangan dari monumen itu sendiri, apakah mendukung proses pengingatan tersebut atau tidak sama sekali.

ABSTRACT
Memory and history are often linked to each other because they are related to time eventhough they are slightly different. Since the time it was built, a city has been experiencing various of events so it has its own memory and history that makes the uniqueness of the city. Both history and memory have their roles to build urban space in the city. But in its constructing process, the city often just a mere representation without the memory of the society, and often used for an ldquo additional sweetener rdquo of the commercial part, or replaced the collective memory the city has had to personal memory of individual in society. But is using memory in urban space still relevant In this thesis, I seek for the use of memory in the city, whether if it rsquo s still relevant or not relevant. Most of Jakarta youngsters aged 17 26 years do not know the history and the meaning behind the construction of Bundaran HI, and there are two possibilities why are they forgetting the history whether they are not yet existed when it happened, or because the design itself doesn rsquo t support people to remember its history. Therefore, I try to see the design of Bundaran HI through the theory of Rossi, Boyer, and Borden how the location linked to its meaning, to the link between the street and other locations, and to the monument itself, whether the design supports the remembering process, or the design gives no chance to be remembered."
2017
S67692
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganishtasya Endhys Saputri
"Tulisan ini membahas proses sebuah in-between space yang awalnya dianggap sebagai ruang sisa dapat beralih sebagai sebuah place yang memiliki nilai di dalamnya. Tujuan dari penulisan ini untuk memahami bahwa hadirnya manusia dan kualitas ruang fisik memengaruhi transformasi tersebut. In-between space sebagai ruang sisa sendiri merupakan ruang yang terbentuk secara tidak terencana dan berada diantara elemen urban lain. Uniknya, ruang tersebut tetap memungkinkan beragam aktivitas hadir. Kehadiran makna dan sense of place lah yang memicu proses place-making. Dalam memahami konsep transformasi in-between space, skripsi ini menggunakan kasus Kolong Jembatan Slipi yang dianalisis berdasarkan tiga aspek: 1) identifikasi kualitas fisik dan ruang in-between space sebagai ruang sisa; 2) proses kehadiran aktivitas manusia di dalam in-between space; 3) sense of place yang hadir melalui beragam aktivitas. Melalui analisis tersebut menunjukkan bahwa kualitas ruang in-between space dan hadirnya aktivitas manusia memicu perubahan in-between space dari ruang sisa menjadi sebuah place.

This paper discusses about an in-between space that was originally considered as a lost space can turn into a place that has meaning and value in it. The purpose of this paper is to understand that the presence of humans and the quality of physical space influence the transformation. In-between space as lost space is a space that is formed unplanned and is located between other urban elements. These activities are influenced by the characteristics of the physical space between spaces as lost space and also by different human perceptions. In understanding the concept of transformation of the in-between space, this paper uses the case of Kolong Jembatan Slipi, which determines based on three aspects: 1) identification of the physical quality of the in-between space as lost space; 2) the process of the presence of human activities in the in-between space; 3) the emergence of meaning and a sense of place from the connection between human activity and the physical space between spaces. So, it can be said that this paper wants to show that the quality of the in-between space and the presence of human activity triggers the change in the in-between space from as lost space to a place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Nurindah W.S.
"Di dalam sebuah kota atau kawasan, di mana manusia beraktivitas, manusia tidak hanya beraktivitas di dalam sebuah bangunan, tetapi juga di luar bangunan, di dalam sebuah ruang terbuka perkotaan. Ruang terbuka ini berada di antara bangunan-bangunan yang ada di sekelilingnya. Ruang seperti ini ada yang terbentuk secara tidak sengaja, dan ada yang secara disengaja dibentuk. Bagaimana bangunan-bangunan di dalam sebuah kota atau kawasan dapat membentuk ruang terbuka perkotaan tersebut, sehingga dapat menjadi tempat manusia beraktivitas seperti halnya di dalam sebuah bangunan. Dan di setiap kota atau kawasan memiliki cara yang berbeda dalam pembentukan ruang terbuka perkotaan ini. Oleh karena itu, terbentuknya ruang terbuka ini tidak terlepas dari bangunan yang mengelilinginya dan lingkungan di sekitarnya, di mana ruang tersebut berada.

In a town or area, where human being have activity, they do not only have activity inside a building, but also outside building, in an urban space. This space reside in the building exist in around. This space, there is which is formed not intentionally, and there is which intentionally to be formed. How building in a town or area can form this urban space, so that can become a place where human being have activity as does inside a building. And each every town or area have the different way in forming this urban space. Therefore, the forming of this urban space is not quit of building encircling it and its surrounding environment, where the space reside in."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Luthfi Eryando
"Parkour adalah sebuah metode untuk mencapai dari titik A ke titik B seefisien mungkin. Dengan menggunakan elemen-elemen ruang kota, parkour merupakan salah satu kegiatan yang membebaskan pelakunya dari kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini bekerja dengan cara mengubah arti sebuah objek spasial untuk digunakan sesuai dengan yang diinginkan oleh pelakunya. Kemampuan parkour untuk menginterpretasikan sebuah ruang kota dipengaruhi oleh sikap playful dari pelakunya. Ruang kota dan elemen-elemennya secara alami mendukung kegiatan subversif seperti parkour dengan ambiguitas dan ketidakpastian yang ada di dalam sebuah kota. Secara tidak langsung perilaku parkour dapat menjadi sebuah perilaku yang transformatif terhadap ruang kota dan dapat menjadi sebuah kritik dari ruang kota.

Parkour is essentially a way to move from point A to point B in the most efficient way possible. By using elements available in an urban space, parkour is an activity that frees the doer from their daily life. Parkour happens by changing the meaning of a spatial object into something that is used towards the goal of the doer. Parkour rsquo s ability to interpret a city space is affected by the doer rsquo s playful attitude. City space and its elements naturally supports this subversive activity such as parkour with its ambiguity and randomness that is always present in a city. Parkour rsquo s behavior could indirectly transform a city space and could also acts as a critic of a city space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krier, Rob
London: Academy Editions, 1991
711.55 KRI u
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Thomas Erdyka Pragana
"Konsep memori urban dalam konteks kawasan Monas (Monumen Nasional) di Jakarta, Indonesia. Monas, sebuah landmark ikonik yang melambangkan perjuangan kemerdekaan bangsa, berfungsi sebagai titik fokus untuk mengkaji keterkaitan antara memori kolektif, identitas sejarah, dan ruang kota. Analisis ini menggali bagaimana elemen desain arsitektur dan simbolik Monas dan sekitarnya berkontribusi terhadap ingatan kolektif, representasi narasi sejarah dan warisan budaya Indonesia. Dengan menggunakan kerangka teoritis dari studi perkotaan, geografi budaya, dan studi memori, analisis ini menyoroti pentingnya Monas sebagai gudang memori kolektif dan situs identitas nasional. Hal ini menekankan perencanaan kota dan keterlibatan masyarakat untuk memastikan bahwa signifikansi sejarah dan budaya kawasan Monas dilestarikan untuk generasi mendatang.

The concept of urban memory in the context of the Monas (National Monument) area in Jakarta, Indonesia. Monas, an iconic landmark symbolizing the nation's struggle for independence, serves as a focal point for examining the interplay between collective memory, historical identity, and urban space. The analysis delves into how the architectural design and symbolic elements of Monas and its surroundings contribute to the collective recollection, representation of Indonesia's historical narratives and cultural heritage. By employing theoretical frameworks from urban studies, cultural geography, and memory studies, the analysis highlights the importance of Monas as a repository of collective memory and a site of national identity. It emphasizes urban planning and community engagement to ensure that the historical and cultural significance of the Monas area is preserved for future generations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwin Halim Adiputro
"Jakarta yang semakin padat baik dikarenakan pertumbuhan penduduk yang tinggi dan dengan keterbatasan lahan yang ada memaksa warga Jakarta untuk mencari daerah baru untuk dijadikan tempat tinggal. Warga Jakarta mulai keluar dari daerah-daerah yang sejak lama dianggap ideal sebagai kawasan hunian seperti Bintaro, Pondok Indah dan sebagainya. Namun petumbuhan penduduk Jakarta telah memicu pengembang untuk membangun di daerah-daerah yang semula dihindari. Seperti daerah yang sejak dulu dianggap sebagai daerah terbuang atau daerah dengan potensi terbatas sehingga dianggap daerah kelas bawah. Salah satu contohnya adalah Kelapa Gading sebuah kota baru yang berumur 30 tahun. Dalam 30 tahun, daerah Kelapa Gading berubah dari daerah rawa-rawa menjadi sebuah kota baru yang sangat padat. Bagaimanapun padatnya, kelapa gading tetap perlu menyediakan ruang publik sebgai sebuah tempat bersosialisasi antar warga. Apakah Kelapa Gading sudah menyediakan ruang publik yang cukup bagi warga yang tinggal disana. Terlebih lagi, warga kelapa gading terdiri dari berbagai macam kelas. Dari kelas menengah sampai kelas atas. Terdapat cluster-cluster tersendiri yang memperjelas kelas-kelas tersebut. Begitu juga dari segi usia, apakah tersedia tempat-tempat "e;hang out"e; yang ideal bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula. Bagaimana pengembang bisa membuat ruang publik yang bersifat menjual. Sehingga penghuni yang terdiri dari berbagai kelas tersebut dapat mengikuti rancangan dari pengembang. Dan apakah ruang-ruang tersebut dapat digunakan dengan baik atau hanya sebagai pemanis belaka.

Jakarta is getting crowded which means that there are more people needs home. It became the trigger for many developers to develop new area in Jakarta to be the new housing area. One of the most successful areas is Kelapa Gading Permai which located in north Jakarta. Former Kelapa Gading was swamp area but today Kelapa Gading is an urban neighborhood which lived by people from all around Indonesia. Kelapa Gading's development was started in 1976 by Summarecon Agung who has transformed Kelapa Gading into a luxurious housing area. Just like the others, it is necessary for Kelapa Gading to have a public space as an outdoor social activities area. But the matter is whether the area has been used properly or it just a symbol of wealthy people and decorative element. An ideal public space must have the sense of public ness for whole people who live nearby. Is the area provided in Kelapa Gading already enough for the inhabitants? Moreover, it comes from different class of citizens, from middle to upper (high) class, from children, teenager, adult and elderly. How the developer make that place commercially so that the inhabitants which came from different class can follow the design."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48564
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasmine Azzahra Putri
"Struktur keluarga di era modern tidak lagi berpaku pada bentuk konservatif yang hanya mengedepankan nilai-nilai tradisional. Alasannya karena mulai banyak perubahan terutama pada masyarakat Jerman yang sudah mengacu pada karakteristik growth mindset dan money economy. Hal ini tentu berdampak pada masyarakat yang tinggal di ruang urban, sehingga mampu merepresentasikan keluarga progresif. Wacana tersebut akan dibahas melalui film Vaterfreuden (2014), di mana keluarga progresif dalam film mempresentasikannya dari sisi ayah dan ibu, sebagai upaya tokoh utama dalam menjalankan kehidupan berkeluarga sesuai dengan tujuan progresif. Dengan demikian, penelitian kali ini akan menjelaskan melalui teori Representasi oleh Stuart Hall, seperti apa karakteristik keluarga progresif yang ada dalam film serta melihat kemungkinan relasinya dengan komunitas Vaterfreuden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip dari keluarga progresif dapat terlihat dari gambaran tokoh utama dan keluarga progresif dari segi imajiner memiliki relasi dengan komunitas Vaterfreuden.

The family structure in the modern era is no longer based on conservative forms that only prioritize traditional values. The main reason is that many changes have begun, especially in German society, which has already referred to the characteristics of a growth mindset and money economy. This certainly has an impact on people who live in urban spaces, so they are able to represent progressive families. This discourse can be seen through the film Vaterfreuden (2014), in which the progressive family represents it from the father's and mother's side, as the main character's efforts to carry out family life in accordance with progressive goals. Thus, this research will explain through Stuart Hall's Representational theory, what are the characteristics of progressive families in films and examine their possible relationships with the Vaterfreuden community. The results of this study indicate that the principle of the progressive family can be seen from the depiction of the main character and the imaginary perspective of the progressive family having a relationship with the Vaterfreuden community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sembiring, Yolanda Clara
"Fokus dalam skripsi ini adalah bagaimana interaksi dan kegiatan yang terjadi pada sebuah tempat melahirkan memori kolektif, dan bagaimana keberadaannya pada tempat tersebut. Karena satu dan lain hal seiring dengan berjalannya waktu, memori tersebut dapat memudar. Yang menjadi pertanyaan adalah ada atau tidaknya usaha untuk melestarikannya dan bagaimana bentuk usaha tersebut, sebab ada atau tidaknya usaha berpengaruh terhadap keberadaan dari memori. Pasar Baru dan Shek Kip Mei, Hong Kong menjadi studi kasus dalam skripsi ini. Pembahasan dilakukan dengan cara studi literatur, studi lapangan dan mencari referensi dari jurnal-jurnal serta artikel terkait.

Interaction and activities happen among people in a place that create collective memory and also its presence at that place, become the focus of this paper. Since time goes by and many things happen, memory of a place can be decrease. Were there any efforts or not, and if any, how it was done to continue and maintain the memory, become one of the question because any efforts or no effort will influent the presence of memory. This study was done by literature study, surveying the area and looking for any related journals and articles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42457
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lidia Likaya
"

Layaknya organisme yang hidup, kota akan terus berubah. Tiap sudut kota menjadi saksi atas rekam jejak perubahan tersebut. Dalam konteks ini, ruang publik di kota berperan ganda: sebagai repositori sekaligus tempat diproduksinya memori kolektif. Tempat dimana masa lalu dan masa kini mematerialisasikan dirinya dalam satu waktu. Tulisan ini akan menelusuri jejak memori kolektif di ruang publik kota yang lebih lanjut membentuk identitas ruang tersebut di mata publik. Objek studinya ialah Taman Ismail Marzuki, ruang publik yang kaya akan nilai histori. Penelusuran dilakukan dengan metode etnografi, melibatkan wawancara kualitatif dan observasi mendalam dengan kajian berdasarkan narasi formal sejarah sebagai pembandingnya. Hasilnya, didapatkan rangkaian identitas TIM yang variatif pada tiap periodenya, dengan potongan memori kolektif masa lampau yang turut tersisip di wujud terbarunya. Residu dari memori kolektif ini beragam wujudnya, muncul dalam bentuk program ruang, nama bangunan, mural, hingga motivasi komunitas seni untuk berlatih di TIM.


A city is similar to a living organism, constantly changing. Every corner of the city becomes a witness to these transformations. In this context, the city's public spaces serve a dual role: as repositories and as sites where collective memory is produced. They are the places where the past and present materialize simultaneously. This article will explore the traces of collective memory in public spaces, which will further shape the identity of these spaces in the eyes of the public domain. The study will focus on Taman Ismail Marzuki (TIM), a public space that is rich in historical value. The exploration is conducted through ethnographic methods, involving qualitative interviews and in-depth observations, with a comparative analysis based on formal historical narratives. The findings reveal a diverse range of TIM's identities in each period, with fragments of collective memory from the past embedded in its current form. The residues of this collective memory take various forms, appearing as spatial programs, building names, murals, and even motivating artistic communities to practice at TIM.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>