Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106705 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tharra Ayuriany
"Semakin padatnya Jakarta menjadikan keberadaan ruang publik terbuka semakin dibutuhkan untuk masyarakat. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, pemerintah DKI Jakarta membuat sebuah program yaitu Ruang Publik Terpadu Ramah Anak. Ruang publik ini ditujukan untuk masyarakat Jakarta terutama untuk anak-anak agar mereka mendapatkan ruang terbuka untuk bermain dan belajar. RPTRA yang sekarang telah dibangun mengikuti standar yang telah ditentukan oleh pemerintah DKI Jakarta. Padahal, setiap lokasi memiliki lingkungan yang berbeda sehingga persepsi masyarakat di sekitarnya juga bisa berbeda. Perbedaan ini membuat respon mereka terhadap lingkungan pun berbeda sehingga variasi perilaku serta pengguna yang paling dominan di RPTRA tidak sama persis di setiap lokasi. Untuk mengetahui unsur apa yang membentuk persepsi sehingga terbentuknya variasi perilaku yang berbeda, dilakukan observasi di tiga RPTRA yang berada di Jakarta. Pengamatan dilakukan di RPTRA Bahari, Taman Sawo, dan Belimbing pada hari libur dan hari kerja dengan bantuan video berselang waktu. Pengamatan di tiga RPTRA yang berada di Jakarta menggunakan actor-network theory sebagai cara mengobservasi variasi perilaku pengguna RPTRA, Dari pengamatan, ditemukan bahwa perilaku pengguna di ketiga RPTRA memiliki perbedaan. Perbedaan terlihat dari keterhubungan setiap pengguna berdasarkan rentang usia, keterhubungan dengan actant berupa fasilitas yang ada sesuai standar RPTRA, dan bagaimana keterhubungan ini menyesuaikan perilaku mereka dan cara memperlakukan actant. Keterhubungan actor anak balita dengan dewasa, anak SD dengan anak SD, dan remaja dengan remaja, sebaiknya membuat sebuah desain yang bersih dan nyaman serta berpermukaan datar karena cocok untuk variasi perilaku yang beragam.

More crowded Jakarta has made an opened public space increasingly needed for the people. To answer those needs, DKI Jakarta government created a program called Child Friendly Intergrated Public Space RPTRA . This public space addressed to the citizens of Jakarta especially kids so they can have open space for playing and learning. RPTRA that is now built have followed a standard determined by the government. Whereas each location have different environment which shaped a different perception of its people around. These difference created a different response to the environment so the variations of behavior might not be the same in each location. To know what make it different, observation was done to three RPTRA in Jakarta. The observation was done in RPTRA Bahari, Taman Sawo, and Belimbing on weekend and weekday with the help of time lapse video. Observation of these three RPTRA in Jakarta used actor network theory as a way to observe the variations of behavior of RPTRA rsquo s user. From the observation it was found that variations of behavior did have difference. The difference shown in age difference, the network between actant which the facilities based on RPTRA standard, and how these network adjusted their behavior and how they acted against the actant. The network between toddler actor and adult actor, school kid actor with school kid actor, and adolescent actor with adolescent actor, should have created a design that is clean and comfortable and also flat in surface because it fits the diverse of variations of behavior in each actor."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67930
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maghfira Diandra Yahya
"Penelitian ini membahas tentang peran perpustakaan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak, mulai dari kondisi perpustakaan, peran perpustakaan sebagai sumber informasi, tempat pembelajaran, dan juga hiburan yang bermanfaat sebagai sumber belajar bagi anak. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kondisi perpustakaan RTPRA Bahari dan perannya sebagai sumber belajar anak. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perpustakaan RPTRA Bahari sudah berperan baik sebagai sumber belajar anak dan dapat menggantikan peran perpustakaan umum dalam menjangkau masyarakat lebih dekat. Hasil penelitian ini menyarankan agar perpustakaan RPTRA Bahari mengadakan beberapa layanan yang ada di perpustakaan umum.

This study discusses about the role of library at Child Friendly Integrated Public Space starting from its condition, its role of the library as an information source, as a learning place, and also as a recreational place for children that useful as a source of learning for children. The method used in this research is qualitative method, with case study approach.
This research aims to know the condition of RTPRA Bahari library and its role as learning resource for children. The results of this study shows that library of RPTRA Bahari has done its role as a learning resource for children and can substitute public libraries role in reaching the community. This study suggest that library of RPTRA Bahari should provide some services that public library does.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S68878
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnat Ahmad Zulfaqor
"Sunday Market merupakan sebuah fenomena sosial dan spasial yang berkaitan erat dengan pengembangan fungsi suatu ruang terbuka publik. Ruang publik yang umumnya dirancang sebagai wadah interaksi dan aktivitas sosial masyarakat menjadi ruang kesempatan ekonomi tersendiri bagi para pelaku dagang. Sunday Market sebagai sekumpulan pelaku usaha dagang mencoba menghadirkan ruang ekonomi temporer pada suatu eksisting lahan yang potensial untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat pada suatu masa senggang (leisure).
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengurai faktor-faktor penyebab berubahnya fungsi ruang publik Sarana Olahraga yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan rekreasi masyarakat menjadi ruang ekonomi yang bersifat sementara (temporer) pada suatu waktu tertentu. Metode yang digunakan adalah wawancara dan observasi langsung ke lapangan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran jelas mengenai respon setiap aktor terhadap keberadaan Sunday Market di ruang publik tersebut.
Sunday Market merupakan implikasi dari kurangnya fasilitas umum dan fasilitas sosial yang 'ramah' bagi masyarakat di Kota Garut. Lokasi yang strategis, mudah dijangkau serta dilengkapi fasilitas olahraga dan rekreasi yang memadai, membuat Sarana Olahraga Kerkof menjadi wadah 'ideal' bagi keberlangsungan kegiatan ekonomi di Sunday Market.

Sunday Market is a social phenomenon and spatially closely associated with the development of the function of a public open space. The public spaces are generally designed as a forum for interaction and social activity into a separate space of economic opportunities for the traders. Sunday Market as a set of trading businesses trying to bring economic space on an existing temporary land with the potential to meet the needs of people living in a time of leisure (leisure).
This research aims to unravel the factors that cause changes in the function of public space Sports Facilities designed to meet the recreational needs of the community into the economic space transient (temporary) at any given time. The method used was interviews and direct observation to the field in order to obtain a clear picture of the response of each actor to the Sunday Market presence in the public space.
Sunday Market is the implication of the lack of public facilities and social amenities are 'friendly' to the community in Garut. Strategic location, easily accessible and equipped with sports and recreational facilities are adequate, making Sports Facilities Kerkof into container 'ideal' for the sustainability of economic activity in the Sunday Market.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendy Satrio Aji
"Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) di Jakarta dibangun sebagai infrastruktur pendukung Kota Ramah Anak, yang membutuhkan tempat bermain dan berekreasi, tempat kegiatan kreatif anak, ruang terbuka hijau, dan ruang kegiatan bersama anak dengan orang dewasa. Diperlukan sebuah kriteria RPTRA yang ideal untuk dapat mengoptimalkan peran RPTRA, khususnya di kawasan permukiman.
Penelitian ini menggunakan mix method dengan lokasi penelitian pada 3 RPTRA di Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Evaluasi dilakukan terhadap 3 faktor yaitu legalitas, kebutuhan dasar anak dan kebutuhan ruang publik. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa setiap kawasan permukiman memiliki karakteristik yang berbeda yang berpengaruh terhadap kriteria ideal sebuah RPTRA.

Child-Friendly Integrated Public Space (RPTRA) in Jakarta was initiated as a supporting infrastructure for Child Friendly City, which requires recreation area; place for creative activity, green open spaces, and space for children and adults activities. An ideal RPTRA criteria is required in order to optimize the role of RPTRA, particularly in settlement areas.
This study uses a mix-method at 3 study site in Kembangan Sub-district, West Jakarta. An evaluation conducted on 3 factors: legal; children basic needs; and needs of a public space. The results showed that each location has different characteristics that influence the ideal criteria for a RPTRA.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fery Mulya Pratama
"Kehadiran PKL saat ini telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat perkotaan. mereka hadir dengan menguasai ruang ruang publik sebagai respon terhadap permintaan pasar. Dibalik eksistensi PKL, terdapat persoalan lebih dari sekedar penguasaan ruang fisik. PKL menjalin hubungan dengan aktor lainnya dan membentuk jejaring ekonomi informal. pada studi kasus Jalan Babakan Raya terjadi transformasi penguasaan ruang PKL yang dinamis. Kondisi ini menimbulkan pertanyaanapa yang adadibenakparaaktordalamjejaringekonomi informal dalammeruangnya PKL, danmelanggengkaneksistensinya??
Metoda yang dipilih adalah grounded research artinya riset dilakukan dengan berjalan di level paling ?mendasar?, dalam pengertian bahwa proses investigasi dijalankan tanpa suatu praduga apapun (hipotesis).Fokus utama penelitian ini adalah untuk mengungkap habitus, yakni, respon spasial PKL dan para aktor dalam jejaring ekonomi informal.
Temuan dilapangan menunjukan dalam upayanya meruang dan melanggengkan eksistensinya, PKL disokong oleh keberadaan aktor lain dalam jejaring ekonomi informal. Mereka juga membentuk kelopok-kelompok kecil sebagai jalinan strategi-taktik agar mereka mendapatkan posisi tawar untuk bernegosiasi dengan preman. Bentuk respon terhadap perubahan kondisi sosial ini merupakan upaya untuk PKL mempertahankan diri dan melangengkan eksistensinya.

The presence of PKL nowadays has become part of urban daily life. they occupiying the public space in response to market demand. Behind the existence of PKL there are more issues than just the physical space occupation. The relationship between PKL and other actors form a networks of the informal economy. A case study of Jalan Babakan Raya shows a PKL dynamic space transformation. mastery transform PKL dynamic space. This condition raises the question of what thought of the actors in the network of informal economy against PKL public space occupation and perpetuate its existence? "
The method chosen was grounded research. Its means research done on the level of the 'fundamental' in the sense that the investigation carried out without any prejudice to any (hypothetical). The main focus of this study is to reveal the habitus PKL spatial response and the other actors in the networks informal economy.
The findings indicate the field in an attempt to occupying the space and perpetuate its existence, PKL supported by the presence of other actors in the networks of informal economy. They also formed small groups as tangle strategy and tactics to get their bargaining position to negotiate with thugs. In response to changing social conditions is an effort to defend theirselves and perpetuate the PKL existence."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T32148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Widyawati
"Yogyakarta merupakan salah satu kota bekas kerajaan di Jawa. Seperti pada umumnya kota bekas kerajaan, Yogyakarta memiliki alun alun dan tata ruang kotanya mengikuti makna filosofi yang dipercaya pada masanya. Seiring perkembangan jaman, alun-alun yang pada awal dirancang bersifat sakral menjadi semakin publik.
Berangkat dari tiga anggapan awal dalam thesis saya yang berjudul ?Alun-Alun Sebagai Ruang Publik Kota, Kajian Fungsi, Makna dan Jaringan Alun-Alun Selatan Kraton Yogyakarta?, saya mendapatkan temuan yang sesuai. Pertama, makna lama alun-alun selatan sebagai halaman belakang yang membuat masyarakat lebih bebas ?memiliki?, belum sepenuhnya terjawab, tetapi kerelaan pihak kraton memberikan halamannnya untuk rakyat justru bisa dirasakan. Ke dua, jaringan di alun-alun selatan memang menunjukkan kuatnya kearifan lokal. Ke tiga, secara fisik tata ruang memang mendukung kekuatan ruang publik. Di lapangan saya juga menemukan kinerja ruang publik yang selalu bergerak mengikuti kebutuhan. Saya juga menemukan berbagai makna yang bisa dibaca dari tanda, yang bisa dimaknai sebagai semiotik alun-alun.
Penelitian saya memiliki dua arah, kajian sejarah sebagai tolok ukur perkembangan fungsi dan makna, serta proses lapangan menekankan pada eksplorasi aktor-aktor yang terlibat di alun-alun selatan, dengan mengacu Actor Network Theory untuk memahami terbentuknya jaringan. Experiential Landscape dan Good City Form saya acu untuk pemaknaan bagi para aktor.
Saya berharap bisa melanjutkan penelitian lebih mendalam di alun-alun utara sehingga hubungan dengan alun-alun selatan dalam satu kesatuan kawasan kraton lebih terlihat. Sebagai kawasan cagar budaya, pemahaman tentang makna penting untuk konservasi perkotaan, bukan sekedar fisik dan fungsi. Saya juga mengharapkan bisa dilanjutkan oleh pihak yang lebih memahami artefak dan arkeologi untuk kepentingan konservasi.

Yogyakarta is one of the former royal city in Java. As to the former royal city Yogyakarta has square and its urban spatial structure that is believed to follow the meaning of the philosophy of the time. Along the development, the square at the beginning designed to be sacred is becoming increasingly public.
Starting from the three initial presumption of this thesis entitled "Alun-Alun as City Public Space, Study of Function, Meaning and Network in South Alun-Alun of Yogyakarta Palace", I get the appropriate findings. First, the old meaning of south alun-alun as the backyard that makes people free to "claim", has not been fully answered, but the willingness of Sultan to give his yard to people can actually be felt. Second, the network in the south alun-alun indeed showed strong local wisdom. Third, the physical layout does support the strength of public space. On the field, I also found that the performance of the public space are always move following by the needs. I also found variety of meanings that can be read from the sign, which could be interpreted as ?alun-alun semiotic?.
My research has two directions, the study of history as a benchmark development of functios and meanings, and the emphasis on exploration field actors involved in south alun-alun, with reference ?Actor Network Theory? to understand the formation of the network. I refer ?Experiential Landscape? and ?Good City Form? to analysis the meanings for actors.
I hope to continue my research in the north alun-alun, so that the relationship with south alun-alun as a single region of the palace area is more visible. An understanding meaning of cultural heritage area is important for urban conservation, not just physical and functions. I also expect to be continued to whom concern archaeological artefactsfor conservation purposes.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ery Bramana Sakti
"Skripsi ini membahas mengenai privasi dari pengguna gadget saat ia berada di dalam ruang publik. Gadget memungkinkan penggunanya untuk mendekatkan diri pada orang lain yang memiliki jarak secara spasial yang jauh dan mengisolasi diri dari orang lain di ruang publik yang memiliki jarak spasial dekat namun memiliki jarak emosional yang jauh. Kegiatan yang sifatnya personal tersebut kemudian kontras dengan keberadaan subyek di ruang yang sifatnya publik, dimana ia akan memiliki publisitas yang seluas-luasnya. Analisa dilakukan untuk melihat bagaimana ruang digunakan dan subyek berperilaku dalam kondisi ruang publik yang ramai maupun sepi. Dari hasil analisa kemudian ditemukan bahwa pengguna akan melakukan upaya-upaya untuk mengubah ruangnya untuk bisa mendapatkan privasi yang ia inginkan. Pada saat ruang tidak dapat diubah, pengguna akan memanfaatkan tubuhnya dan menggunakan elemen ruang yang tidak bergerak untuk bisa mendapatkan privasi yang ia inginkan. Selain itu, ditemukan bahwa pada pengguna gadget, privasi yang dibutuhkan tidak hanya terhadap isi dari gadget yang ia gunakan, namun juga pada keamanan dirinya dan barang bawaannya. Ini menunjukkan bagaimana kemajuan teknologi menyebabkan perlunya perubahan pada ruang publik untuk dapat menyesuaikan dengan kebutuhan baru yang muncul akibat adanya bentuk kegiatan baru.

Gadget can be use to connect different people from different location with near emotional distance. It also can be use to isolate its user from stranger in his/her vicinity. Using gadget, which has its personal value in the acitvity, in public space is in contrast with the publicity character of a public space. Contrasting value of personal and public may introduce several problem in gadget usage in public space. Therefore, it’s required to analyse how gadget user use the space and place around his/her and see how they react to crowded and empty public space. From the analysys there are several finding regarding the use of gadget in public space. First, gadget user in public space will try to change their surrounding space to meet their privacy needs. When the space cannot be change at all or the user needs are not meet by the change, gadget user will use their body and other static element surrounding them to meet their privacy needs. Privacy needs of gadget user in public space are not only for the privacy of the personal activity in gadget usage, but also in securing physical safety of the user and their personal belonging. This show how technology advance may force public space design to acknowledge and accommodate or adapt to new needs for people doing new activities that introduce by the technological advances.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56783
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azky Aulia
"

Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) adalah salah satu bentuk dari upaya pemerintah untuk menjaga kualitas anak-anak sebagai penerus bangsa dalam memajukan negara dimasa yang akan datang. Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar dalam melakukan aktivitas sosial lainnya. Besarnya manfaat serta kegunaan dari Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) harus tetap dijaga kualitasnya, pemerintah harus melakukan kontrol akan fasilitas publik dengan melakukan penilaian dari masyarakat terhadap fasilitas RPTRA agar dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengumpulan data kuantitatif dengan melakukan survei dan teknik pengumpulan data kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan, observasi, dan dokumentasi yang keseluruhannya dikaitkan dengan konsep Ruang Publik yang dikemukakan oleh Carr memiliki lima dimensi, yaitu responsif, demoktratis, bermakna dan berarti, karakter serta kriteria. Setelah penelitian dilakukan dengan menggunakan 100 sampel, hasil dari penelitian ini berdasarkan indikator-indikator yang dijadikan sebagai instrumen penelitian menunjukkan bahwa kualitas RPTRA di Kelurahan Karet Tengsin (RPTRA Intiland dan Segas) adalah sangat baik. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, rekomendasi yang dapat diberikan diantaranya dengan meningkatkan serta mempertahankan pelayanan serta kualitas yang sudah sangat baik dan memperhatikan selalu pertumbuhan anak agar tumbuh kembang dengan baik.       


Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) is one form of government efforts to
maintain the quality of children as the nations successor in advancing the country in the
future. Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) is also useful for the surrounding
community in carrying out other social activities. The magnitude of the benefits and
usefulness of the Child Friendly Integrated Public Space (RPTRA) must be maintained, the
government must exercise control of public facilities by conducting community assessments
of the RPTRA facilities so that they can be used for a long period of time. The study was
conducted using quantitative methods with quantitative data collection techniques by
conducting surveys and qualitative data collection techniques by conducting in-depth
interviews with informants, observations, and documentation which all of them are related to
the concept of Public Space proposed by Carr which has five dimensions, responsive,
democratic, meaningful and meaningful, character and criteria. After the research was
conducted using 100 samples, the results of this study based on the indicators used as
research instruments showed that the quality of RPTRA in Karet Tengsin Sub-District
(RPTRA Intiland and Segas) was very good. Based on the research that has been done,
recommendations that can be given include improving and maintaining services and quality
that are already very good and always pay attention to the growth of children so that they
grow well.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Aprian Waratorang.
"'Ngamen' merupakan aktivitas yang dinilai memberikan dampak positif dan negatif bagi ruang kota, khususnya Jakarta. Tidak adil apabila kita melarang setiap orang untuk ngamen hanya dengan melihat dampak negatifnya saja. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk menyediakan tempat bagi para pengamen melakukan aktivitas ngamen-nya, sehingga kita dapat mengembangkan potensi dari para pengamen itu sendiri. Dalam perancangan tempat untuk ngamen tentunya diperlukan berbagai macam pertimbangan, salah satunya adalah dengan mempelajari aktivitas ngamen itu sendiri yang memproduksi suatu ruang representasional dalam ruang publik. Hal ini terjadi pada pengamen Walisongo dan Putera Permata di Gelora Bung Karno dan juga terjadi pada pengamen tuna netra di GKI Kayu Putih Jakarta. Adapun tujuan dari tulisan ini adalah untuk mempelajari karakteristik ruang publik yang dipilih oleh para pengamen untuk melakukan aktivitas ngamen-nya, serta untuk mempelajari proses produksi ruang ngamen berdasarkan gagasan ruang sosial Henri Lefebvre dalam bukunya yang berjudul The Production of Space serta bagaimana dampak yang timbul ketika suatu ruang representasional tercipta oleh aktivitas ngamen tersebut;
'Ngamen' is one of activities that gives both positive and negative impacts for public spaces, especially in Jakarta. Prohibitions against ngamen by local government are considered unfair because there are some positive sides that could be still developed from ngamen. Hence, it is needed to provide places for people do ngamen to decrease the negatives and increase the positives. It takes many considerations to design such a place, one of them is by learning the ngamen activities themselves which produce representational space in public space. It happens not only in Walisongo and Putera Permata music group in Gelora Bung Karno but also in the blind music group in GKI Kayu Putih Jakarta. This paper aims to learn production of space for ngamen according to social space theory by Henri Lefebvre and to examine how the representational space effects the surrounding."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55399
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angreni Basaria S.
"Ruang publik adalah milik pria. Pernyataan ini muncul sebagai hasil dari budaya patriarkal. Budaya patriarkal sendiri merupakan budaya yang menganggap kaum pria sebagai pemegang kekuasaan dalam masyarakat. Budaya inilah yang akhirnya menciptakan pemisahan ruang antara pria dan wanita. Pria berkuasa di ruang publik dan wanita sebagai kaum stay at home. Wanita tidak memiliki ruang di ruang publik. Namun, kebudayaan manusia terus berkembang. Hal ini menyebabkan perubahan pola pemikiran masyarakat tentang gender dan juga ruang yang terbentuk. wanita mulai keluar dari rumah dan beraktifitas di ruang publik. Tetapi, di beberapa tempat publik wanita belum bisa mengekspresikan sifat femininnya. Ruang publik yang sudah dapat mengekspresikan feminisme adalah cafe strip.
Studi kasus yang penulis adalah cafe strip pada citos dan downtownwalk SMS. Ruang publik ini adalah ruang yang mampu mengakomodir sifat feminin dari wanita maupun pria, seperti berdandan. Sifat feminin ini muncul dari kajian behavior setting dimana ruang ini memiliki setting yang membentuk proses diperhatikan-memperhatikan yang mengekspresikan kefemininan.

Public space belongs to men. This statement came as a result of patriarchal culture. Patriarchal culture itself is a culture that considers men as holders of power in society. Culture is what ultimately creates the space separation between men and women. Men in power in the public sphere and women as people stay at home. Women do not have space in public spaces. However, human culture continues to grow. This makes a change of thought pattern of society on gender and space are also formed. women began to come out of the house and indulge in public spaces. However, in some public places women can not express her feminine nature. Public space that has been able to express their feminism is the cafe strip.
The case study that the author is the cafe strip in Citos and downtownwalk SMS. This public space is a space that could accommodate the feminine nature of women and men, as Feminis. This behavior comes from a study setting in which this space has a setting that shape the process of look and being looked which is expressing feminine.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52348
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>