Ditemukan 139654 dokumen yang sesuai dengan query
Rahmahsari Zumaroh Gani
"Perusahaan EPC rentan terhadap krisis dikarenakan proyek didapatkan dengan tender, penuh ketidakpastian, dikerjakan dengan skema lumpsum, dan proses dari EPC sendiri yang cukup rumit. Oleh karena itu dibutuhkannya manajemen krisis yang menyeluruh seperti Business Continuity Management BCM. Penelitian dilakukan dengan studi literatur, wawancara, dan kuisioner serta analisa kualitatif.
Pada penelitian ini didapatkan krisis signifikan yang mempengaruhi kinerja dan business core dari PT X yakni kesalahan estimasi biaya, krisis finanasial, ketidakstabilan kondisi politik yang menyebabkan perubahan lingkup proyek atau pembatalan proyek, pergantian pemimpin, dan sedikitnya proyek yang dikerjakan. Selain itu, terdapatnya beberapa kesenjangan antara manajemen krisis PT X dengan BCM: Analisa Risiko dan Kaji Ulang yakni pada kriteria penentuan peringkat risiko dan karakteristik dalam pembuatan skenario kunci bencana.
EPC companies are prone to crisis because of how the project is obtained through tender process, full of uncertainty, to be done by lumpsum contract, and the process of EPC itself that is complicated. Therefore, complete crisis management is needed like Business Continuity Management BCM. The research will be done by literature study, interview, quistionnaire, and qualitative analysis. The result of this research will be the significant crisis rsquo that influence the business core of PT X which are error in cost estimation, financial crisis, political instability those leading to changes of project scope or cancellations, changes of leader or director, and lack of projects to be worked on. There are also some gaps in the comparison between PT X rsquo s crisis management and BCM Risk Analysis and Review, they are establish criteria to rank risks and the characteristic to make disaster scenarios."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67747
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Christian Antoni
"PT. X merupakan salah satu perusahaan konstruksi yang rentan untuk mengalami krisis karena dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit untuk dikendalikan. Untuk menjaga PT. X agar tetap dapat mencapai tujuan selama menghadapi krisis, dibutuhkan penerapan konsep Business Continuity Management. Salah satu prinsipnya yaitu: Business Continuity Plan. Penelitian ini adalah studi komparasi pada manajemen krisis di PT. X untuk melihat apa saja yang telah diterapkan pada prinsip Business Continuity Plan. Metode penelitian menggunakan kuisoner terkait krisis signifikan dan wawancara terkait penerapan manajemen krisis PT. X. Hasilnya PT. X telah menerapkan elemen proses tanggap darurat namun masih bersifat reaktif dalam tindakan pendeteksian bencana dan proses pemulihan.
PT. X is the construction company that are vulnerable in encountering crisis which are affected by factors that are hard to control. To help sustaining its objectives while facing crisis, they need comprehensive crisis management impelementation which is Business Continuity Management. One of its principle is Business Continuity Plan. This study is a comparasion of crisis management in PT. X with Business Continuity Plan principle. This method use questionnaires about significant crisis in PT. X and in-depth interview about the crisis management implementation. The result show that PT. X has done most of the emergency response process but still acting reactive towards crisis declaration and recovery strategy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64534
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Erza Raihanza
"Penerapan Business Continuity Management pada perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia masih sangat minim, kendati demikian bisnis Jasa Konstruksi merupakan salah satu bisnis yang rentan terhadap krisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis krisis yang signifikan terhadap perusahaan Jasa Konstruksi serta bagaimana manajemen krisis yang telah diterapkan dibandingkan dengan standard Business Continuity Management (BCM) tahapan Analisa Risiko dan Kaji Ulang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Dari hasil penelitian diketahui bahwa krisis yang signifikan pada PT. X adalah Krisis Finansial dan terdapat perbedaan pada beberapa indikator standard BCM : Risk Analysis and Review dengan manajemen krisis PT. X.
Application of Business Continuity Management on Construction Services company in Indonesia are very low, in spite of the Construction Services business is one business that is highly vurnerable to crisis. This study aims to determine the significant crisis at the Construction Services company and how crisis management which has been applied on the company compared to the standard of Business Continuity Management (BCM) Risk Analysis and Review phase. The method used is descriptive qualitative method. The research results show that financial crisis is the most significant crisis in PT. X and there are gaps between few indicator of BCM Standard: risk analysis and Review and company?s Crisis Management."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63368
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Shabrina Nadhila
"PT. X merupakan salah satu perusahaan konstruksi yang rentan untuk mengalami krisis. Agar PT. X tetap dapat mencapai tujuan dan targetnya selama menghadapi krisis, dibutuhkan penerapan konsep Business Continuity Management (BCM) yang salah satu prinsipnya, yaitu Business Impact Analysis (BIA). BIA merupakan tahapan untuk mengetahui dampak potensial dan mengidentifikasi kemampuan perusahaan untuk melanjutkan operasi bisnisnya selama terjadi krisis.
Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada PT. X dengan mengidentifikasi krisis signifikannya dan mengkomparasi manajemen krisis yang diterapkan oleh PT. X dengan prinsip BIA dari konsep BCM. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan penelitian yaitu dengan melakukan kuesioner, wawancara mendalam dengan pakar dan analisis kesenjangan.
Hasil dari penelitian ini yaitu krisis signifikan bagi PT. X terdiri dari ketidakstabilan politik, krisis finansial, pelanggan mengalami bangkrut dan kehilangan reputaasi dan image baik dan juga tahapan BIA belum diterapkan pada manajemen krisis PT. X secara umum.
PT. X is a very susceptive company to face crisis. Therefore, to keep PT. X on the track of reaching its objectives and its goals while facing crisis, it needs an implementation of Business Continuity Management (BCM) concept. One of the principles of BCM, Business Impact Analysis (BIA), is a phase to identify the potential impacts of crises on an organisation and its ability to continue business operation.The type of this research is case study in PT. X to identify the significant crises of PT. X and to compare crisis management applied in PT. X with BIA principle of BCM concept. The method applied to achieve the research's objectives are including questionnaire, in-depth interview and gap analysis.The research results shows that the significant crises of PT. X are the political instability, finansial crisis, customer experiences bankrupt, and loss of good reputation and image. Moreover, the processes of BIA principle haven't been applied generally in crisis management in PT. X."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65707
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Farrah Rosalina
"Business Continuity Management dibutuhkan oleh perusahaan untuk melindungi proses bisnisnya dari dampak akibat krisis agar tetap memenuhi kinerja perusahaan, termasuk juga PT. X. Salah satu prinsip BCM adalah strategy development yang berperan penting dalam menentukan strategi penanganan krisis.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi krisis signifikan dan perbedaan manajemen krisis PT. X dengan prinsip Strategy Development BCM. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam sebagai cara perolehan data.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa ketidakstabilan politik, krisis finansial, pelanggan mengalami bangkrut, dan kehilangan reputasi merupakan krisis signifikan pada PT. X. Diketahui pula bahwa PT. X belum memenuhi indikator-indikator yang disesuaikan dengan prinsip Strategy Development BCM.
Business Continuity Management is needed by a company in order to protect its business process from the impact of crisis in order to keep on fulfilling the performance of the company, including PT. X. One of the principles of BCM is strategy development which takes an important role in deciding the crisis-handling strategy.This research is conducted to identify the significant crisis and the difference between the crisis management of PT. X with the Strategy Development BCM. The research method that is used is qualitative with questionnaire and in-depth interview as the data collection procedures.According to the result of the research, there are found that political instability, financial crisis, client insolvency, and loss of reputation are significant crisises in PT. X. It is found out as well that PT. X has not fulfilled the indicators adjusted with the Strategy Development BCM."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65745
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Didit Windhi Harmoko
"Instansi ALT merupakan salah satu satuan kerja (satker) yang berada dibawah naungan Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) yang mempunyai tugas memberikan pelayanan prima kepada VVIP secara profesional, transparan dan akuntabel. Dalam penyelenggaraan kegiatan operasional, instansi ALT memanfaatkan peran teknologi informasi sebagai sarana pendukung pada lingkup internal maupun eksternal. Ketersediaan dan kehandalan layanan berbasiskan teknologi informasi merupakan hal yang sangat penting, sehingga perlu adanya perencanaan guna menjamin kesinambungan kegiatan bisnis yang diakibatkan oleh gangguan maupun bencana. Hal ini sesuai dengan tujuan strategis organisasi yang diperkuat oleh Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik pasal 17 ayat 1. Dikarenakan pentingnya hal tersebut, maka perlu dirancang rencana kesinambungan bisnis yang baik untuk instansi ALT.
Proses perancangan Business Continuity Plan (BCP) yang dilakukan menggunakan kerangka acuan NIST SP 800-34 rev.1. Tahapan awal dalam perancangan BCP adalah melakukan identifikasi kebijakan, sistem informasi, perangkat keras maupun jaringan. Dilanjutkan dengan melakukan analisis dampak bisnis serta identifikasi dan penilaian risiko terhadap aset yang dimiliki oeleh instansi ALT. Kemudian menentukan strategis kesinambungan yang meliputi aspek pemulihan, evakuasi darurat maupun restorasi fungsi pada saat terjadi gangguan ataupun bencana. Pada akhirnya pembentukan manajemen krisis sebagai pelaksana proses kesinambungan bisnis. Hasil dari perancangan BCP ini diharapkan dapat membantu menjamin ketersediaan dan kehandalan layanan teknologi informasi yang ada pada instansi ALT ketika terjadi gangguan maupun bencana.
ALT agencies is one unit of work under auspices the Ministry of State Secretariat (Kemensetneg) which has the task of providing excellent services to VVIP in a professional, transparent, and accountable. In the implementation of operational activities, ALT agencies are utilize role of information technology as a means of supporting in the internal and external scope. The availability and reliability of information technology-based services is an important thing, so it is necessary for planning to ensure continuity of business activity caused by disruption or disaster. This thing is in line with the strategic objectives of the organization and reinforced by Government Regulation No.82 Year 2012 about a implementation of Electronic Transaction System section 17 verse (1). Considering its importance, it is necessary to have a good business continuity plan for ALT agencies.The design process of the Business Continuity Plan (BCP) were performed using the NIST SP 800-34 rev.1 framework as a reference. Early stages in the design BCP is to identify policy, information systems, hardware and networks. Followed by conducting a business impact analysis and risk assessment as well as the identification of the assets owned by ALT agency. Then determine are strategic aspects of sustainability which includes recovery, emergency evacuation and restoration of function in the event of a disaster or disruption.Finally, the establishment of crisis management as the process of implementing a business continuity. Results from the BCP design is expected to help ensuring the availability and reliability of existing information technology services when an interrupt and disasters to ALT agencies."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Puguh Arry Wibowo
"Pembangunan transportasi selama ini telah mampu menghubungkan wilayah Indonesia dalam satu untaian jaringan dan menjadikan perhubungan sebagai urat nadi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk meningkatkan pelayanan dan transparansi kepada masyarakat, Kementerian Perhubungan (Kemhub) telah melakukan upaya penyampaian informasi secara elektronik, baik informasi tentang transportasi maupun masalah anggaran yang ada di Kemhub. Namun demikian, selain keberhasilan yang telah dicapai, masih banyak tantangan yang dihadapi untuk pembangunan ke depan serta berbagai gangguan lainnya seperti bencana alam yang menimpa sebagian wilayah negara kesatuan Republik Indonesia yang membawa dampak berupa rusaknya sebagian infrastruktur transportasi, sementara transportasi terus dituntut untuk melaksanakan fungsi penunjang dan pendorong jasa transportasi ke seluruh pelosok tanah air.
Melihat besarnya potensi bencana yang terjadi di Indonesia maka perlu dibangun BCP/DRP khususnya bagi instansi pemerintahan, penulis menggunakan penelitian ini untuk membuat sebuah model DRP yang sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintahan dalam hal ini Kementerian Perhubungan dengan menggunakan kerangka kerja NIST 800-34 dimana terdapat proses Business Impact Analysis (BIA) dan Strategi Recovery yang dapat digunakan untuk mengatasi gangguan pada saat terjadi bencana.
Development of transport had been able to connect parts of Indonesia in one thread and make communications networks as the lifeblood of a community, state and nation. To improve service and transparency to the public, the Ministry of Transport (Ministry of Transportation) has made efforts to deliver information electronically, either information about transportation and budget issues in the Ministry of Transportation. However, in addition to the success that has been achieved, there are still many challenges for future development as well as a variety of other disorders such as natural disasters that hit some parts of the unitary Republic of Indonesia which affected the form of the destruction of most of the transport infrastructure, while transport continues to be required to perform the function of supporting and drivers of transportation services to all corners of the country.Given the scale of the potential disaster that occurred in Indonesia, it is necessary to build BCP / DRP, especially for government agencies, the authors used this research to create a DRP models to suit the needs of government agencies in this case the Ministry of Transportation to use the framework of the NIST 800-34 where there is a process Business Impact Analysis (BIA), and recovery strategies that can be used to overcome disruption in the event of a disaster."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Syahri Choirrini
"Kota Cilegon memiliki risiko tinggi terkena bencana sehingga rumah sakit di Kota Cilegon perlu memiliki kesiapsiagaan manajemen bencana rumah sakit agar dapat menimimalisir dampak bencana di kemudian hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kesiapsiagaan manajemen bencana rumah sakit di Kota Cilegon menggunakan studi deskriptif observasional dan metode semi-kuantitatif. Data primer didapat dari wawancara mendalam staf ahli rumah sakit menggunakan pedoman wawancara modifikasi Safe Hospital Checklist. Data primer tersebut kemudian diolah melalui Ms Excel dan hasilnya berupa nilai rata-rata untuk setiap komponen pada manajemen bencana rumah sakit lalu diklasifikasikan ke dalam kategori A 0.66-0.1, B 0.36-0.65, atau C 0-0.35. Hasil dari penelitian ini kedua rumah sakit umum termasuk kategori A, yang menunjukkan bahwa manajemen bencana kedua rumah sakit telah siap dalam menghadapi bencana dengan masing-masing nilai rata-rata, rumah sakit Z sebesar 0.67 dan rumah sakit sebesar X 0.85. Meskipun begitu, kedua rumah sakit tetap perlu melakukan usaha pencegahan dalam jangka panjang untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.
Cilegon city has a high risk of disasters. Hospitals need to know whether they prepared or not, in order to minimize the impact of disasters in future. This descriptive observational study aimed to analyze preparedness of hospital disaster management at Cilegon city using semi quantitative method. Primary data was collected by utilizing a modified Safe Hospital Checklist as an indepth interview manual to do the indepth interview for each hospital 39s key person, then processing the data with Ms Excel which the results was mean average of every component in hospital disaster management, continuing to classify them into three categories, A 0.66 0.1, B 0.36 0.65, or C 0 0.35. The results show both hospitals was an A category, hospital Z got score 0.67 and hospital X got score 0.85, that means their disaster management prepared enough to face the disaster in future. However, they still need to maintain the long last preventing efforts to increase their disaster preparedness."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Borodzicz, Edward P.
New Jersey: John Wiley & Sons, 2005
658.47 BOR r
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Boston: Harvard Business School , 2000
658.4 HAR
Buku Teks Universitas Indonesia Library