Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161350 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safira Naila
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah perceived social support merupakan prediktor ideasi bunuh diri pada siswa SMA di Gunung Kidul. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hubungan antara perceived social support dan ideasi bunuh diri, namun belum ada studi yang secara khusus meneliti kedua variabel ini pada konteks Gunung Kidul. Perceived social support diukur menggunakan Multidimensional Scale of Perceived Social Support MSPSS oleh Zimet yang sudah divalidasi oleh Trifilia. Ideasi bunuh diri diukur dengan menggunakan The Scale of Suicidal Ideation oleh Beck dkk. yang sudah divalidasi oleh Denisa. Responden dalam penelitian ini adalah 260 siswa SMA di kecamatan Wonosari dan Semanu, Gunung Kidul. Kedua kecamatan ini dipilih karena merupakan dua kecamatan dengan angka bunuh diri tertinggi di Gunung Kidul. Analisis regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa perceived social support menurunkan ideasi bunuh diri pada siswa SMA di Gunung Kidul.

This research is conducted to determine perceived social support as a predictor of suicide ideation on high school students in Gunung Kidul. A few previous research shows links between perceived social support and suicide ideation, but there is no research about that two variables in the context of Gunung Kidul. Perceived social support is measured with Multidimensional Scale of Perceived Social Support MSPSS by Zimet and already been validated by Trifilia. Suicide ideation is measured with The Scale of Suicidal Ideation by Beck et al. and already been validated by Denisa. Respondents in this research are 260 high school students in Wonosari and Semanu, Gunung Kidul. These two districts is chosen because this is these districts have the highest suicide rate Gunung Kidul. Regression analysis shows that perceived social support contribute to decrease of suicide.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68498
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Putri Atmini
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kebahagiaan psikologis dan ideasi bunuh diri pada siswa SMA di Kabupaten Gunung Kidul. Kabupaten Gunung Kidul dipilih sebagai lokasi penelitian karena angka bunuh diri di Gunung Kidul cukup tinggi. Kebahagiaan psikologis diukur menggunakan Ryff rsquo;s Scale of Psychological Well-Being RPWB, sementara itu ideasi bunuh diri diukur menggunakan Scale for Suicide Ideation SSI. Penelitian melibatkan 249 siswa di tiga sekolah SMA di Kabupaten Gunung Kidul. Analisis korelasi menunjukkan hasil r = -,131;p = 0,039, signifikan pada L.o.S 0,05. Penelitian menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kebahagiaan psikologis dan ideasi bunuh diri.

This research was conducted to find the correlation between psychological well being and suicide ideation among High School student in Gunung Kidul Regency. Gunung Kidul regency was chosen as location in this research beacuse suicide rate in Gunung Kidul is quite high. Psychological well being was measured by using Ryff rsquo s Scale of Psychological Well Being RPWB and suicide ideation was measured by using Scale for Suicide Ideation SSI. The participants of this research were 249 high school students of three school in Gunung Kidul regency. Correlation analysis showed r 131 p 0,039 significant at L.o.S 0,05. The result of this research showed that psychological well being negatively correlated significantly with suicide ideation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S68080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadelia Deby Subandi
"ABSTRAK
Bunuh diri telah menjadi masalah publik utama di kalangan remaja di seluruh dunia. Kebanyakan studi yang tersedia tentang kesepian dan bunuh diri adalah di antara sampel orang dewasa yang berpenghasilan tinggi negara. Penelitian ini bertujuan untuk menilai prevalensi dan juga memprediksi peran variabel kesepian, sosial-lingkungan, dan demografis untuk bunuh diri remaja ideasi dan percobaan bunuh diri dalam 12 bulan terakhir. Kami melakukan studi berbasis sekolah di antara siswa sekolah menengah yang tinggal di perkotaan Jakarta dikumpulkan secara acak bertingkat
teknik pengambilan sampel. Analisis regresi logistik digunakan untuk menganalisis data. Itu prevalensi ide bunuh diri dalam sampel kami adalah 8,1% (n = 43) dan prevalensi
percobaan bunuh diri adalah 5,5% (n = 29). Menjadi wanita dan kesepian akan meningkatkan risiko memiliki ide bunuh diri (masing-masing 2,2 kali lipat dan 1,2 kali lipat). Sementara itu saja kesepian meningkatkan kemungkinan melakukan upaya bunuh diri sebesar 1,2 kali lipat. Pelajaran ini juga menyoroti pentingnya mengidentifikasi remaja dengan masalah kesepian mencegah ide bunuh diri dan upaya. Bantuan psikologis lebih lanjut untuk remaja dengan kesepian harus disediakan

ABSTRACT
Suicide has become a major public problem among adolescents throughout the world. Most available studies on loneliness and suicide are among a sample of high-income adult countries. This study aims to assess the prevalence and also predict the role of loneliness, socio-environmental, and demographic variables for adolescent ideational suicide and suicide attempts in the last 12 months. We conducted a school-based study among high school students living in urban Jakarta collected by stratified random sampling
sampling technique. Logistic regression analysis is used to analyze data. The prevalence of suicide ideas in our sample was 8.1% (n = 43) and the prevalence
attempted suicide was 5.5% (n = 29). Being a woman and being lonely increases the risk of having suicidal ideation (2.2 times and 1.2 times, respectively). Meanwhile alone loneliness increases the likelihood of committing suicide by 1.2 times. This lesson also highlights the importance of identifying teens with lonely problems preventing suicide ideas and efforts. Further psychological assistance for adolescents with loneliness must be provided"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyanti Nur Annisa
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat peran efikasi diri dalam memengaruhi kemunculan ide bunuh diri pada mahasiswa. Berdasarkan hasil survei, dikatakan bahwa kelompok usia mahasiswa merupakan kelompok yang rentan mengalami ide bunuh diri, sehingga diperlukan upaya yang dapat mencegah kemunculan ide bunuh diri. Salah satu upaya tersebut yaitu meningkatkan efikasi diri. Partisipan pada penelitian ini merupakan 694 mahasiswa aktif perguruan tinggi. Data diolah dan dianalisis menggunakan analisis regresi linear sederhana untuk melihat seberapa besar peran efikasi diri terhadap ide bunuh diri dan independent sample t-test untuk melihat apakah ada perbedaan skor ide bunuh diri pada jenis kelamin, sumber dukungan sosial, dan riwayat diagnosis gangguan kesehatan mental. Partisipan diukur dengan menggunakan alat ukur General Self-Efficacy Scale (GSES) dan Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peran efikasi diri terhadap ide bunuh diri, sehingga dapat dikatakan bahwa efikasi diri dapat memprediksikan kemunculan ide bunuh diri. Pada penelitian ini ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat ide bunuh diri pada jenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Mahasiswa yang tidak memiliki sumber dukungan sosial dan memiliki diagnosis gangguan kesehatan mental ditemukan memiliki tingkat ide bunuh diri yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian ini, ditemukan bahwa efikasi diri dapat menjadi faktor protektif ide bunuh diri, sehingga mahasiswa disarankan agar meningkatkan efikasi diri supaya dapat mengurangi kemunculan ide bunuh diri.

This study was conducted to see whether there is a role for self-efficacy in the emergence of suicidal ideation in college students. Based on the survey, it was said that the student age group is a group that is prone to experiencing suicidal ideation, so efforts are needed to prevent the emergence of suicidal ideation. One of the effort is to increase self-efficacy. Participants in this study were 694 active college students. The data were processed and analyzed using simple linear regression analysis to see how big the role of self-efficacy on suicidal ideation and independent sample t-test to see differences in suicide ideation scores on gender, sources of social support, and history of mental health disorder diagnosis. Participants were measured using the General Self-Efficacy Scale (GSES) and Depressive Symptom Index - Suicidality Subscale (DSI-SS). The results show that there is a role of self-efficacy in suicidal ideation, so it can be said that self-efficacy can predict the emergence of suicidal ideation. In this study, there was no difference between male and female suicidal ideation. Students who did not have a source of social support and had a diagnosis of a mental health disorder had higher rates of suicidal ideation. Based on this study, it was found that self-efficacy is a protective factor for suicidal ideation, so students are advised to increase self-efficacy so to reduce the emergence of suicidal ideation."
Depok: Fakultas Psikologi Univeraitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Alfianty Oetami
"Bunuh diri menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada remaja usia 15-19 tahun. Ide bunuh diri remaja muncul akibat berbagai faktor salah satunya adalah konflik orang tua destruktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konflik orang tua dengan ide bunuh diri yang dipersepsikan remaja pada siswa sekolah menengah atas di Depok. Konflik orang tua diukur menggunakan instrumen Children’s Perception of Interparental Scale (CPIC). Desain penelitian ini adalah analitik korelatif cross-sectional terhadap 193 remaja usia 15-19 tahun di SMA Negeri 13 Depok yang dipilih menggunakan metode stratified random sampling.
Hasil uji korelasi spearman didapatkan ada hubungan bermakna antara persepsi terhadap konflik orang tua dengan ide bunuh diri pada siswa SMA di Depok (p<0,001). Semakin tinggi konflik orang tua yang dipersepsikan remaja, semakin tinggi ide bunuh diri yang muncul (r=0,416). Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan terutama keperawatan melalui program promotif dan preventif berfokus pada peningkatan status kesehatan jiwa keluarga dan remaja untuk mencegah munculnya ide bunuh diri pada remaja.

Suicide is one of the leading death causes in adolescents between 15-19 years old. Adolescents’ suicide ideation emerges due to several reasons, one of them is destructive interparental conflict. This study aims to determine the relationship between interparental conflict and suicide ideation perceived by adolescents in senior high school in Depok. The interparental conflict was measured by the Children's Perception of Interparental Scale (CPIC) instrument. The design of this study was correlative-analytic cross-sectional that was conducted on 193 respondents aged 15-19 years old at SMAN 13 Depok selected by stratified random sampling.
The analysis result using Spearman’s Rank Correlation test found that there is a significant relationship between the perception of interparental conflict and suicide ideation among adolescents in senior high school in Depok (p<0,001). In conclusion, as interparental conflict perceived by adolescents becomes higher and more intense, the higher adolescents to be put at risk for suicide ideation (r=0,416). The results of this study are expected to be useful to health services primarily nurses by improving mental health promotion programs that focus on family and adolescence to prevent suicide ideation among adolescents.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gina Marisa
"Fenomena mengenai kasus bunuh diri yang dilakukan anak-anak di Kabupaten Gunungkidul sudah bergaung sejak tahun 2005. Faktor kemiskinan dan tingkat pendidikan yang rendah nampaknya salah satu penyebab. Berdasarkan kasus bunuh diri tersebut, maka yang menjadi pertanyaan penulis adalah apakah penyebab terjadinya kasus bunuh diri anak-anak di Gunungkidul dan sejauh mana konsep cognitive map yang berkembang pada diri anak dapat menjelaskan fenomena tersebut. Dari hasil penelusuran data melalui internet dapat disimpulkan bahwa terdapat asosiasi antara kasus-kasus bunuh diri yang sudah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh orang dewasa dengan kasus bunuh diri yang dilakukan anak-anak. Hal ini sekaligus mengklarifikasi adanya keterkaitan antara kasus bunuh diri sebelumnya dengan cognitive map yang berkembang pada anak-anak bahwa, jika ada masalah solusinya adalah melakukan bunuh diri.

Phenomenon of suicidal case done by children in Gunungkidul Regency has been heard since 2005. Poverty and low level of education seem to be the cause. Based on those suicidal cases, I questioned the reason why those children committed suicide in Gunungkidul Regency and how far is the cognitive map concept developed inside those children could explain the phenomenon. Through internet data research, it is concluded that there are connections between previous suicide cases done by adults and suicide cases done by children. This also clarifies the connection between previous suicide cases with cognitive map that developed inside those children, that if a problem occurred, suicide is the solution.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Theofilla
"Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), para siswa mengalami berbagai tantangan yang dapat menurunkan semangat untuk belajar. Situasi pembelajaran yang baru dan terbatasnya interaksi fisik dengan orang lain menyebabkan siswa perlu beradaptasi untuk menjaga performanya di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi dari persepsi dukungan sosial dan efikasi diri akademik secara bersamaan terhadap motivasi akademik, serta variabel yang berkontribusi lebih besar pada motivasi akademik siswa SMA selama PJJ. Motivasi akademik mengacu pada self-determination theory dan diukur menggunakan Academic Motivation Scale (AMS), persepsi dukungan sosial diukur menggunakan Social Provisions Scale (SPS), dan efikasi diri akademik diukur menggunakan Self-Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C). Partisipan penelitian adalah 223 siswa SMA berusia 15-18 tahun yang sedang menjalani PJJ (N laki-laki = 23, N perempuan = 200). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa persepsi dukungan sosial dan efikasi diri akademik berpengaruh signifikan secara bersamaan, serta berkontribusi sebesar 20,1% terhadap motivasi akademik siswa SMA. Selain itu, penelitian ini menunjukan bahwa kontribusi varians efikasi diri akademik lebih besar dibandingkan persepsi dukungan sosial terhadap motivasi akademik. Berdasarkan hasil tersebut, motivasi akademik siswa SMA dapat lebih meningkat ketika memiliki efikasi diri akademik dan mampu mempersepsikan dukungan yang didapatkannya.

During distance learning, students experience various challenges that can reduce their enthusiasm for learning. With this new learning situation and the limited physical interaction with other people, students need to make adaptations to keep their performance at school. This study aims to investigate the contribution of perceived social support and academic self-efficacy simultaneously to academic motivation, as well as variables that contribute more among senior high school students' academic motivation during distance learning. Academic motivation refers to the self-determination theory and was measured with the Academic Motivation Scale (AMS), perceived social support was measured with the Social Provisions Scale (SPS), and academic self-efficacy was measured with the Self-Efficacy Questionnaire for Children (SEQ-C). The participants of this study were 223 high school students aged 15-18 years who are currently going distance learning (N male = 23, N female = 200). Results of this study shows that students’ perceptions of social support and their academic self-efficacy simultaneously affect academic motivation. The two variables contributed to 20,1% of academic motivation among senior high school students. In addition, this study also found that academic self-efficacy has more contribution to academic motivation than perceived social support. Based on these results, high school students show better academic motivation when they have academic self-efficacy and can perceive the support they get."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regia Lidwina Ginandra
"Perubahan kegiatan belajar menjadi pembelajaran jarak jauh (PJJ) membawa berbagai perubahan yang dapat menyebabkan menurunnya semangat dan keterlibatan, yang disebabkan karena menurunnya motivasi akademik pada siswa SMA. Motivasi akademik dapat ditingkatkan dengan faktor internal, yaitu persepsi terhadap dukungan sosial dan grit. Penelitian ini ingin melihat kontribusi dari persepsi terhadap dukungan sosial dan grit secara bersama-sama pada motivasi akademik. Pengukuran motivasi akademik pada penelitian ini menggunakan Academic Motivation Scale (AMS), persepsi terhadap dukungan sosial diukur dengan menggunakan Social Provisions Scale (SPS) dan grit diukur dengan Grit Short Scale (GRIT-S). Data dalam penelitian ini didapatkan dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan secara daring. Sebanyak 222 siswa SMA yang sedang menjalani PJJ dilibatkan dalam penelitian ini, dan berdasarkan analisis multiple linear regression, didapatkan hasil bahwa persepsi terhadap dukungan sosial dan grit secara bersama-sama memiliki kontribusi yang signifikan senilai 8.7% terhadap motivasi akademik (F = 10.3, R = 0.087, Adjusted R = 0.078, p<0.05). Oleh karena itu, penting bagi pihak-pihak terkait untuk menjaga dan mengembangkan dukungan sosial dan juga grit pada siswa agar motivasi akademik dapat tetap baik walaupun dihadapkan pada kondisi PJJ.

The change in learning activities from face-to-face classes to distance learning brings various changes that can cause a decrease of student’s enthusiasm and involvement. This changes is caused by a decrease in academic motivation in high school students. Academic motivation can be increased by internal factors, namely perceived social support and grit. This study wants to see the contribution of perceived social support and grit on academic motivation. This study use Academic Motivation Scale (AMS) for measuring academic motivation, Social Provisions Scale (SPS) for measuring perceived social support, and Grit Short Scale (GRIT-S) for measuring grit. The data in this study were obtained using a questionnaire distributed through online platform. A total of 222 high school students who were undergoing PJJ were involved in this study. Based on multiple linear regression analysis, it was found that the perceived social support and grit had a significant contribution of 8.7% to academic motivation (F = 10.3, R = 0.087, Adjusted R = 0.078, p = 0.05). Therefore, related parties need to maintain and develop social support and grit for students so that academic motivation can remain high even when faced with distance learning conditions."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nahda Hanura
"Memiliki ide bunuh diri dapat mengakibatkan seseorang untuk merencanakan hingga melakukan upaya bunuh diri. Kelompok mahasiswa yang berusia 18-25 tahun, atau tahap usia emerging adulthood, merupakan kelompok yang rentan untuk memiliki ide bunuh diri karena mahasiswa berada di tahap usia untuk melakukan eksplorasi diri, namun terdapat tuntutan akademik, tanggung jawab, dan tututan untuk bersikap mandiri di perguruan tinggi yang berbeda dengan tingkat pendidikan pada tahap usia perkembangan sebelumnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ide bunuh diri adalah resiliensi yang berperan sebagai faktor protektif dalam membantu individu untuk bangkit kembali dan menghadapi kesulitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiliensi dalam mempengaruhi ide bunuh pada mahasiswa. Partisipan penelitian ini berjumlah 649 orang yang merupakan mahasiswa yang berusia 18-25 tahun di Indonesia. Alat ukur Depressive Symptom Index-Suicidal Subscale digunakan untuk mengukur ide bunuh diri dan Connor-Davidson Resilience Scale-10 digunakan untuk mengukur tingkat resiliensi. Berdasarkan hasil analisis simple regression, diperoleh bahwa resiliensi dapat memprediksi ide bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa dengan koefisien korelasi yang negatif, Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi resiliensi pada mahasiswa, maka ide bunuh diri yang dimiliki akan cenderung semakin rendah.

Having suicidal ideation may lead a person to plan suicide which also may result in a suicide attempt leading to death. College students at the age of 18-25, known as the emerging adulthood stage, are at increased risk of suicidal ideation because it is the age where they explore themselves, yet as a student, they have academic demands, growing responsibilities, and autonomy in college, contrast to their previous educational level and developmental stage. Amongst the factors that can influence suicidal ideation is resilience which acts as a protective factor in helping individuals to  be able to bounce back and face difficulties. The aim of this research was to examine the role of resilience as a predictor of suicidal ideation in college students. The participants of this research were 649 college students ranging 18-25 years old in Indonesia. The Depressive Symptom Index – Suicidal Subscale was used to measure suicidal ideation and the Connor-Davidson Resilience Scale-10 was used to measure the level of resilience. According to the simple regression analysis used, the result indicates that resilience significantly predicts suicidal ideation in college students with a negative correlation coefficient. Therefore, the higher resilience in college students, the lower possibility they have of having suicidal ideation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khalis Al Ghifari
"ABSTRACT
Penelitian ini membahas mengenai keberfungsian keluarga sebagai prediktor terhadap ide bunuh diri pada remaja akhir. Keberfungsian keluarga menjadi faktor protektif maupun faktor risiko dari ide bunuh diri pada remaja akhir. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jumlah partisipan sebanyak 496 individu, dengan rentang umur 18-22 tahun. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Positive and Negative Suicide Ideation Inventory PANSI untuk mengukur ide bunuh diri, dan Family Assesment Device FAD untuk mengukur persepsi individu mengenai keberfungsian keluarga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberfungsian keluarga secara signifikan dapat memprediksi ide bunuh diri pada remaja akhir R=-0.487.

ABSTRACT
This research explaining about family functioning as a predictor of suicide ideation among late adolescents. Family functioning could become a protective and risk factor, for adolescents rsquo suicide ideation. This is a quantitative research that includes 496 participants, aged 18 22. The data were collected using Positive and Negative Suicide Ideation Inventory PANSI to measures suicide ideation, and Family Assesment Device FAD to measures individual perception of their family functioning. The result suggests that family functioning can significantly predict suicide ideation among late adolescents R 0.487."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>