Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139060 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nabila Arsyitia
"Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara keterlibatan ayah dan hubungannya dengan penyelesaian konflik secara konstruktif dalam konteks hubungan romantis pada individu berusia emerging adulthood 18-25 tahun . Adanya penyelesaian konflik yang konstruktif membantu seorang emerging adult dalam memenuhi tugas perkembangannya dalam eksplorasi dalam kehidupan cinta untuk membangun intimasi dengan orang lain. Penelitian kuantitatif ini mengukur keterlibatan ayah menggunakan Father Involvement Scale dan Nurturance Fathering Scale dari Finley dan Schwartz 2004 dan mengukur penyelesaian konflik secara konstruktif menggunakan subskala compromise pada Romantic Partner Conflict Scale Zacchilli, 2009 . Hasil penelitian dari 284 responden 81 pria dan 203 wanita emerging adult di Jabodetabek menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan.

Study investigated the relationship between father involvement with constructive conflict resolution in romantic relationships of emerging adult 18 25 years old . Constructive conflict resolution helps emerging adults to fulfill their developmental tasks, which is about exploration of love life to build intimacy with others. This quantitative study measured father involvement using Father Involvement Scale and Nurturance Fathering Scale from Finley and Schwartz 2004 and measured constructive conflict resolution using compromise subscale in Romantic Partner Conflict Scale Zacchilli, Hendrick Hendrick, 2009 . The results from 284 emerging adults 81 male and 203 female in Jabodetabek showed a positive and significant correlation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Tia Marlyna Kusuma Wardani
"Penelitian ini ingin melihat bagaimana gambaran adult attachment style dan cara penyelesaian konflik serta perbedaan cara penyelesaian konflik terhadap orang yang memiliki attachment style tertentu pada hubungan romantis emerging adulthood di masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental yaitu korelasional. Penelitian terdiri dari 289 partisipan yang sedang menjalani hubungan romantis pada usia 18-25 tahun. Variabel adult attachment style diukur menggunakan The Experiences in Close Relationship – Revised (ECR-R) oleh Fraley, Waller dan Brennan (2000) dan variabel cara penyelesaian konflik diukur menggunakan Romantic Partner Conflict Scale (RPCS) oleh Zacchilli, Hendrick dan Hendrick (2009). Hasil yang didapatkan yaitu sebagian besar partisipan memiliki secure dan preoccupied attachment style dan cara penyelesaian konflik yang compromise dan avoidance. Melalui teknik korelasi chi square dan crosstabulation ditemukan bahwa tidak terdapat perbedaan cara penyelesaian konflik antara orang memiliki secure dan preoccupied attachment.

This aim of this study is to see how adult attachment style describes and how to resolve conflict and also resolve conflict resolution methods for people who have a certain attachment style in romantic relationship that emerged during the Pandemic COVID-19. This research is a non-experimental research that is correlational. The study consisted of 289 participants who were in romantic relationships at the age of 18-25 years. Adult attachment style variables were measured using The Experiences in Close Relationship – Revised (ECR-R) by Fraley, Waller and Brennan (2000) and variable conflict resolutions were measured using Romantic Partner Conflict Scale (RPCS) by Zacchilli, Hendrick and Hendrick (2009). The results obtained, most of the participants have a secure and preoccupied attachment style and for conflict resolution is compromise dan avoidance. Through the correlation technique of chi square and crosstabulation, it was found there is differences way to resolve conflicts between people who have a secure and preoccupied attachment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardiana Trisnia Aditya
"Konflik antar orang tua yang terjadi terus menerus akan dapat diinterpretasikan
oleh anak dan memiliki dampak pada anak. Pengalaman paparan konflik ini akan
memengaruhi anak dalam ekspektasi mengenai hubungan romantis yang bersifat
negatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara konflik
antar orang tua dan optimisme dalam hubungan romantis pada emerging
adulthood di Jakarta. Partisipan penelitian ini berusia 18-25 tahun, berjumlah 172
orang, saat ini masih tinggal dengan kedua orang tua, dan berdomisili di Jakarta.
Child Perception of Interparental Conflict (CPIC) yang dikembangkan oleh
Grych, Seid, dan Fincham tahun 1992 digunakan untuk mengukur persepsi anak
mengenai konflik orang tua yang dilihatnya dan Optimism about Future
Relationship Scale yang dikembangkan oleh Carnelley dan Janoff-Bulman tahun
1992 digunakan untuk mengukur optimisme dalam hubungan romantis pada
emerging adulthood. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara konflik antar orang tua dan optimisme
dalam hubungan romantis pada emerging adulthood di Jakarta. Maka, untuk
meningkatkan optimisme dalam hubungan romantis dalam diri perlu
memperhatikan dinamika konflik orang tua yang terjadi dan meminimalkan
dampaknya.

Continuous conflicts between parents will be able to be interpreted by the children and have an impact on them. The experiences of conflict exposure will affect children in forming an expectation toward romantic relationship that tend to negative. The purpose of this study is to examine the relationship between interparental conflict and optimism toward romantic relationship on emerging adulthood in Jakarta. Participants in this study were 172 participants, aged 18-25 years old, currently living with parents, and have domicile in Jakarta. Child Perception of Interparental Conflict (CPIC) developed by Grych, Seid, and Fincham in 1992 was used to measure children’s perceptions of interparental conflict that they saw. Optimism about Future Relationship Scale developed by Carnelley and Janoff-Bulman in 1992 was used to measure optimism toward romantic relationship on emerging adulthood. The results of this study indicate that there is a significant negative correlation between interparental conflict and optimism toward romantic relationship on emerging adulthood in Jakarta. Therefore, to increase optimism toward romantic relationship within oneself it is necessary to pay attention to the dynamics of interparental conflict that occurs and minimize its impact."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yona Felinda Putri
"Dalam melewati masa transisi, dewasa muda di Indonesia mengalami berbagai masalah yang berkaitan dengan tahap perkembangannya. Untuk dapat menjalani kehidupannya dengan lebih baik, dewasa muda membutuhkan religiusitas. Religiusitas terbagi ke dalam dua orientasi, yaitu orientasi intrinsik dan ekstrinsik. Diketahui bahwa religiusitas salah satunya dipengaruhi oleh keterlibatan ayah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dengan orientasi religiusitas intrinsik dan orientasi religiusitas ekstrinsik pada dewasa muda. Terdapat 193 orang, laki-laki (N=79) dan perempuan (N= 114) yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Keterlibatan ayah diukur dengan menggunakan alat ukur Father Involvement Scale (FIS) dan religiusitas dengan menggunakan alat ukur Religious Orientation Scale-Revised(ROR-R). Uji korelasi dilakukan dengan teknik korelasi Spearman, dan menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara keterlibatan ayah dengan orientasi religiusitas intrinsik ( (193)= 0,160, p<0,05, one-tailed) dan orientasi religiusitas ekstrinsik ( (193)= 0,274, p<0,05, one-tailed). Artinya, peningkatan skor keterlibatan ayah disertai dengan peningkatan orientasi religiusitas intrinsik dan orientasi religiusitas ekstrinsik pada individu. Untuk itu, untuk meningkatkan orientasi religiusitas, ayah perlu meningkatkan keterlibatannya dalam pengasuhan.

In passing through the transition period, emerging adults in Indonesia experience various problems related to their stage of development. To be able to live their lives better, emerging adults need religiosity. Religiosity is divided into two orientations, namely intrinsic and extrinsic orientations. It is known that religiosity is influenced by father involvement. This study aims to see if there is a relationship between father involvement with intrinsic religiosity orientation and extrinsic religiosity orientation in emerging adults. There were 193 people, male (N=79) and female (N=114) who participated in this study. Father involvement was measured using the Father Involvement Scale (FIS) and religiosity using the Religious Orientation Scale-Revised (ROR-R). Correlation tests were conducted using the Spearman correlation technique, and showed that there was a positive and significant relationship between father involvement and intrinsic religiosity orientation (r_s(193)= 0.160, p<0.05, one-tailed) and extrinsic religiosity orientation (r_s(193)= 0.274, p<0.05, one-tailed). This means that an increase in father involvement score is accompanied by an increase in intrinsic religiosity orientation and extrinsic religiosity orientation in individuals. Therefore, to improve religiosity orientation, fathers need to increase their involvement in parenting."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zhillan Zhalyla
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan sosioseksualitas pada emerging adulthood. Keterlibatan ayah diartikan sebagai sejauh mana ayah terlibat dalam berbagai aspek di kehidupan anak Finley, Mira, Schwartz, 2008 dan sosioseksualitas diartikan sebagai perbedaan individual pada keinginan seseorang untuk terlibat dalam hubungan seksual tanpa komitmen Penke Asendorpf, 2008.
Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ayah adalah Nurturant Fathering Scale domain afektif dan Father Involvement Scale domain perilaku yang dikembangkan oleh Finley dan Schwartz 2004. Untuk mengukur sosioseksualitas digunakan Revised Sociosexual Orientation Inventory dari Penke dan Asendorpf 2008.
Responden penelitian ini merupakan 526 individu yang berada di periode emerging adulthood 18-25 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah, baik pada domain afektif dan domain perilaku, dengan sosioseksualitas pada emerging adulthood.

This study was conducted to examine the correlation between father involvement and sociosexuality among emerging adults. Father involvement defined as the extent to which father's participation in all aspects of children's life Finley Schwartz, 2004. Meanwhile, sociosexuality defined as individual differences of someone's willingness to have sex without a commitment Pendke Asendopf, 2008.
The instruments used in this study are Nurturant Fathering Scale for affective domain and Father Involvement Scale conative domain developed by Finley and Schwartz 2004. To measure father involvement and Revised Sociosexual Orientation Inventory Penke Asendorpf, 2008 to measure sociosexuality.
Respondents of this study are 526 emerging adults 18 25 years old. The result indicated that there is a negative and significant relationship between father involvement, both on affective domain or conative domain, and sociosexuality on emerging adulthood.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqi Farahmia
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan intimasi pada emerging adult yang sedang menjalani hubungan romantis. Sejumlah 441 emerging adult yang sedang terlibat dalam hubungan romantis seperti berpacaran menjadi partisipan dalam penelitian ini.
Penelitian ini tergolong penelitian kuantitatif non-eksperimental dengan desain korelasional. Keterlibatan ayah diukur menggunakan Reported Father Involvement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku dan Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif Finley dan Schwartz. 2004. Sementara itu, intimasi diukur mengggunakan Miller Social Intimacy Scale MSIS yang dikembangkan oleh Miller dan Lefcourt 1982.
Hasil menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara keterlibatan ayah, baik pada domain perilaku r=0,35, n=441, p>.01, two-tail maupun afektif r=0,13,n=441, p>.01, two-tail, dengan intimasi pada emerging adult yang menjalani hubungan romantis.

The aim of this study is to examine the relationship between father involvement and intimacy among emerging adult involves in romantic relationship. Total of 441 emerging adults involve in romantic relationship such as dating relationship became participant in this study.
This study is a quantitative non experimental research with corellational design. Reported Father Involvement Scale used to measure behavioral domain of father involvement and Nurturant Fathering Scale used to measure affective domain of father involvement Finley dan Schwartz. 2004 . Meanwhile, Miller Social Intimacy Scale MSIS developed by Miller and Lefcourt 1982 used to measure intimacy.
Result showed that there is no significant relationship between father involvement, both in behavioral domain r 0,35, n 441, p .01, two tail and affective domain r 0,13,n 441, p .01, two tail, with intimacy among emerging adult involves in romantic relationship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Yunita Andriana
"Konflik adalah hal yang pasti terjadi dalam hubungan interpersonal, termasuk dalam pernikahan. Anak kemungkinan besar menjadi saksi konflik antara kedua orangtuanya. Beberapa studi menemukan bahwa konflik antara ayah dan ibu yang dilihat oleh anak dapat memengaruhi hubungan anak itu sendiri, termasuk hubungan romantisnya. Pengaruh tersebut dapat berakibat pada kesejahteraan individu di usia emerging adult.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara persepsi anak terhadap konflik antara ayah dan ibunya dengan kualitas hubungan romantis yang dijalaninya. Persepsi terhadap konflik antara ayah dan ibu diukur dengan Children rsquo;s Perception of Interparental Conflict Scale CPIC Scale, ? = 0.94, sedangkan kualitas hubungan romantis diukur dengan Partner Behavior in Social Context PBSC, ? = 0.92. 316 emerging adult yang sedang menjalin hubungan romantis mengikuti penelitian ini. Analisis Spearman rsquo;s rho menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan negatif antara persepsi terhadap konflik antara ayah dan ibu dengan kualitas hubungan romantis ? = -0,19, p < 0,01

Conflict is an inevitable event that would happen in any interpersonal relationship, including marriage. If the spouse had a child, there's high chance that the child will see their conflict. Numerous studies have found that child's observation of the conflict between his her parents could influence the child's own personal relationship, including his her romantic relationship. It could also influence the child's well being as an emerging adult.
The purpose of this study is to find correlation between the child's perception of interparental conflict and the quality of his her romantic relationship. Perception of interparental conflict is measured with Children's Perception of Interparental Conflict Scale CPIC Scale, 0.94 and romantic relationship quality is measured with Partner Behavior in Social Context PBSC, 0.92. 316 emerging adults who commit in romantic relationship participated in this study. Spearman's rho analysis showed that there is a negative significant correlation between perception of interparental conflict and romantic relationship quality 0.19, p 0.01 .
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marsa Dhiya M
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara interaksi ayah-orang dewasa keterikatan dengan orang dewasa baru yang berada dalam hubungan romantis. Keterlibatan Ayah memiliki dua aspek yaitu aspek afektif dan aspek perilaku. Aspek afektif dari interaksi ayah menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS), sedangkan aspek perilaku Interaksi ayah diukur menggunakan Skala Keterlibatan Ayah (FIS). Keduanya adalah alat ukur dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004). Kemelekatan orang dewasa memiliki dua dimensi, yaitu dimensi kecemasan dan penghindaran. Untuk mengukur kedua dimensi orang dewasa attachment, digunakan untuk mengukur Experience dalam bentuk Close-Short Relations (ECR-S) Milik Wei, Russell, Mallinckrodt, dan Vogel (2007). Sebanyak 551 responden dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan aspek afektif Interaksi ayah memiliki hubungan dengan kecemasan lampiran (r = -0,129, p <0,01, dua sisi) tetapi tidak memiliki hubungan dengan menghindari keterikatan. Kemudian Ditemukan bahwa perilaku interaksi ayah tidak berhubungan kecemasan atau menghindari keterikatan.

This study aims to examine the relationship between father-adult interactions with new adults who are in romantic relationships. Father's involvement has two aspects, namely affective aspects and behavioral aspects. The affective aspect of the father's interaction uses the Nurturant Fathering Scale (NFS), while the behavioral aspects of the father's interaction are measured using the Father's Involvement Scale (FIS). Both are measuring tools developed by Finley and Schwartz (2004). Adult attachment has two dimensions, namely the dimensions of anxiety and avoidance. To measure both dimensions of adult attachment, it is used to measure Experience in the form of Close-Short Relations (ECR-S) by Wei, Russell, Mallinckrodt, and Vogel (2007). A total of 551 respondents in this study. The results of this study indicated that the affective aspect of the father's interaction had a relationship with attachment anxiety (r = -0.129, p <0.01, both sides) but had no relationship with attachment avoidance. Later it was found that the father's interaction behavior was not related to anxiety or attachment avoidance."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syannia Tasha Indra Putri
"Hubungan romantis seperti berpacaran merupakan salah satu bentuk hubungan yang dikembangkan oleh umat manusia. Setiap pasangan yang sedang menjalani hubungan berpacaran pasti ingin memiliki hubungan yang memuaskan di mana hubungan tersebut membutuhkan upaya yang berkelanjutan.Terkadang individu menerima secara cuma-cuma upaya yang dilakukan pasangan karena dianggap sebagai bare minimum dan individu tidak mengapresiasi upaya tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan berpacaran. Penelitian ini menggunakan Appreciation in Relationship (AIR) Scale untuk mengukur apresiasi dan Couple Satisfaction Index (CSI[16]) untuk mengukur kepuasan hubungan. Hasil teknik korelasi Spearman menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara apresiasi pasangan dan kepuasan hubungan (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa, pada usia emerging adult yang sedang menjalani hubungan berpacaran, perasaan diapresiasi pasangan dapat berguna untuk meningkatkan hubungan yang memuaskan.

Romantic relationships such as dating is a form of relationship developed by mankind. Every couple who is in a dating relationship wants to have relationship satisfaction where it requires continuous effort. Sometimes individuals accept the efforts made by their partner for granted because they are considered a bare minimum and individuals do not appreciate these efforts. This study aims to examine the relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction. In this study, Appreciation in Relationship (AIR) Scale used to measure appreciation and Couple Satisfaction Index (CSI[16]) used to measure relationship satisfaction. Spearman correlation technique’s result showed a positive and significant relationship between partner’s appreciation and relationship satisfaction (rs = .683, n = 230, ps < 0.01, one tailed). Therefore, this study found that the feeling of being appreciated by a partner can bep useful to increase satisfaction in dating relationship among emerging adults."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathan Akbar
"Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang kaya akan keragaman suku, agama, ras, dan budaya. Keragaman demikian salah satunya mendorong penerapan budaya kolektivisme di mana tercermin melalui semangat gotong royong. Selain itu, Indonesia turut dipandang sebagai negara beragama. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara religiusitas dan kolektivisme pada emerging adulthood. Studi kuantitatif korelasional dilaksanakan terhadap sebanyak 241 partisipan yang merupakan Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia, berusia 18-25 tahun, minimal telah menempuh pendidikan SMA/SMK sederajat, serta penganut salah satu dari enam agama yang sah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa religiusitas dan kolektivisme memiliki hubungan positif yang signifikan pada emerging adulthood. Individu dapat membangun religiusitas sebagai sarana memupuk budaya gotong royong dan mengeksplorasi identitas melalui penerapan budaya kolektivisme.

Indonesia is a counry rich in ethnic, religious, racial and cultural diversity. Such diveristy encourages the application of a culture of collectivism, which is reflected through the spirit of gotong royong. In addition, Indonesia is also seen as a religios country. This study aims to examine the relationship between religiosity and collectivism in emerging adulthood. A quantitative correlation study was conducted on 241 participants who were citizens of the Republic of Indonesia, aged 18 – 25 years, had at least a high school education, and adhered to one of the six legal religions in Indonesia. The results showed that religiosity and collectivism have a significant positive relationship in emerging adulthood. Individuals can build religiosity as a means of fostering a culture of gotong royong and exploring identity through the application of a culture of collectivism."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>