Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anak Agung Sagung W. Kumala Dewi
"Prevalensi ISPA yang tinggi di Indonesia mempengaruhi penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan. Sejak diberlakukannya program JKN, penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus sesuai dengan Formularium Nasional. Oleh sebab itu, diperlukan evaluasi mengenai penggunaan antibiotik pada pasien ISPA di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu dengan metode ATC/DDD dan DU90 . Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan desain studi potong lintang cross-sectional . Metode pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan total sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien ISPA yang diresepkan antibiotik periode Januari hingga Desember 2016. Resep pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 2720 resep.
Hasil analisis berdasarkan karakteristik pasien menunjukkan pasien ISPA terbanyak berjenis kelamin perempuan, kelompok usia diatas 45 sampai 65 tahun, serta mengikuti program BPJS. Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin, eritromisin, siprofloksasin, tiamfenikol, doksisiklin, sefadroksil, kotrimoksazol, linkomisin, dan kloramfenikol. Penggunaan obat dinyatakan nilai DDD/1000 pasien/hari yaitu amoksisilin 9,4067 ; eritromisin 3,5027 ; siprofloksasin 0,8239 ; tiamfenikol 0,5886 ; doksisilin 0,3102 ; sefadroksil 0,0720 ; kotrimoksazol 0,0214 ; linkomisin 0,0209 ; dan kloramfenikol 0,0012 . Obat yang menyusun segmen DU90 yaitu amoksisilin 63,79 , eritromisin 23,75 , serta siprofloksasin 5,59 . Penggunaan obat di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu sesuai dengan Formularium Nasional 66,67.

High prevalence ARIs in Indonesia affected antibiotics utilization in healthcare facilities. Since national health assurance program has been issued, the drug utilization in healthcare facilities must be approriate with national formulary. Therefore, should be an evaluation of antibiotics utilization in ARIs patients based on ATC DDD method and DU90 at Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu 2016. This study was descriptive with cross sectional study design. Data was collected retrospectively with total sampling. The samples of this study were ARIs patients precribed antibiotics from January to December 2016. Total prescription comply with inclusion criteria were 2720.
The results based on patient characteristics showed that most patients with ARIs were female, over 45 to 65 year group age, and payed with national health assurance system. The antibiotics used were amoxycillin, erythromicin, ciprofloxacin, thiamphenicol, doxycycline, cefadroxil, cotrimoxazole, lincomycin, and chloramphenicol. Quantity of antibiotics utilization DDD 1000 patients day were amoxycillin 9,4067 erythromicin 3477,5 ciprofloxacin 0,8239 thiamphenicol 0,5886 doxycycline 0,3102 cefadroxil 0,0720 cotrimoxazole 0,0214 lincomycin 0,0209 and chloramphenicol 0,0012 . Antibiotics made up to DU90 were amoxycillin 63,79 , erythromicin 23,75 , and ciprofloxacin 5,59 . The antibiotics utilization in Puskesmas Pasar Minggu was compliance with national formulary 66,67.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peni Patmawati
"Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih pada saluran pernapasan bagian atas dan bawah. Infeksi ini pada umumnya disebabkan oleh mikroorganisme, akan tetapi ISPA paling banyak disebabkan oleh bakteri dan virus. Tingginya prevalensi ISPA non pneumonia akan mempengaruhi pola penggunaan antibiotik di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien anak yang terkena ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji Depok pada tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif menggunakan data resep pasien dengan teknik total sampling. Evaluasi penggunaan antibiotik dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif menggunakan Anatomical Therapeutical Chemical /Defined Daily Dose (ATC/DDD). Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan ATC dan kuantitas dihitung dalam satuan PDD. Kualitas dinyatakan dalam jenis obat yang termasuk dalam Drug Utilization 90% (DU 90%) dan kesesuaiannya terhadap formularium nasional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data pasien anak (usia 1-18 tahun) yang menderita ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 dengan terapi antibiotik. Prevalensi pada pasien anak ISPA non pneumonia di Puskesmas Beji tahun 2017 yaitu pasien laki-laki (55.79%), perempuan (44.21%). Kuantitas penggunaan antibiotik yang dinyatakan dalam satuan PDD adalah amoksisilin (335.250 g), siprofloksasin (10g) dan nilai PDD/1000 pasien perhari pada amoksisilin (7.1757), siprofloksasin (0.2140).Antibiotik yang menyusun DU 90% ialah amoksisilin. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional di Puskesmas Beji tahun 2017 adalah 100%. Jenis antibiotik yang digunakan ialah amoksisilin dan siprofloksasin.

Acute Respiratory Infections (ARI) is an acute infection that attacks one or more parts of the upper or lower respiratory tract. This infection is generally caused by microorganisms, however most ARIs are caused by bacteria and viruses. Prevalence of ARI will affect the pattern of antibiotics uses in healthcare facilities. This research aims to evaluate the use of antibiotics in pediatric patients effected by non pneumonia ARI at Puskesmas Beji depok in 2017. This research is a descriptive research with cross-sectional study design. Data collection is done retrospectively using patient prescription data and total sampling technique. Evaluation of antibiotic is carried out quantitative and qualitative use ATC/DDD (Anatomical Therapeutical Chemical/Defined Daily Dose) method. Antibiotics are classified based on the ATC and quantity is calculated in PDD/1000 patients per day. The quality is stated in Drug Utilization 90% (DU 90%). Sample of this research is all pediatric patients (aged 1-18 years old) who suffered from non pneumonia ARI at Puskesmas Beji in 2017 and need antibiotic therapy. The prevalence of non-pneumonia ARI Child at Beji Public health center in 2017 were male patients (55,79%), female patients (44,21%). The quantity of antibiotics used which expressed in PDD units were amoxicillin (335,250 g), ciprofloxacin (10 g) and the PDD value/ 100 patients / day were amoxicillin (1.17557), ciprofloxacin (0,2140). Antibiotics that composed in DU 90% segment is amoxicillin. The percentage of antibiotic’s used with national formulary at Beji Public Center was 100%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Destiarini
"Tingginya angka kejadian dispepsia mempengaruhi pola penggunaan obat pada pasien dispepsia di fasilitas kesehatan, sehingga diperlukan evaluasi penggunaan obat. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengikuti acuan yang berlaku secara nasional, yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat pada pasien dispepsia. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien dan menggunakan metode ATC/DDD. Sampel adalah seluruh resep pasien dispepsia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2016.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa 71,28 pasien dispepsia adalah perempuan, 38,90 berusia 45 sampai 60 tahun, dan 75,64 mengikuti program BPJS. Obat yang digunakan pada pasien dispepsia adalah antasida DOEN, ranitidin, simetidin, omeprazol, domperidon, dan papaverin. Kuantitas penggunaan obat dispepsia yang dinyatakan dalam DDD/1000 pasien/hari paling tinggi, yaitu ranitidin 4,35 . Obat pada pasien dispepsia yang menyusun segmen DU90 , yaitu ranitidin 41,15 , omeprazol 24,22 , antasida DOEN 19,28 , dan simetidin 11,10 . Penggunaan obat pada pasien dispepsia di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu tahun 2016 sesuai dengan Formularium Nasional 87,54.

High incidence rate of dyspepsia affects the pattern of drug use of dyspepsia patients in the health facilities, it is necessary to evaluate the use of drugs. The uses of drugs in health facilities must comply with applicable national reference that the national formulary. This research aimed to evaluate the usage of drug from dyspepsia patients. The research rsquo s design was descriptive with retrospective data collection from patient rsquo s prescriptions by using the ATC DDD method. The samples used in this study were all prescriptions of dyspepsia patients at Puskesmas Pasar Minggu in 2016.
The results showed that 71,28 of dyspepsia patients were females, 38,90 were 45 to 60 years old and 75,64 of them followed the BPJS program. The drugs that used for dyspepsia patients were antacid DOEN, ranitidine, cimetidine, omeprazole, domperidon, and papaverine. The highest quantity of dyspepsia drug use expressed in the DDD 1000 patients per day was ranitidine 4,35 . Drugs for dyspepsia patients that made up the DU90 segment were ranitidine 41,15 , omeprazole 24,22 , antacid DOEN 19,28 , and cimetidine 11,10 . The use of drugs for dyspepsia patients at Puskesmas Pasar Minggu in 2016 was appropriate according to National Formulary 87,54.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S67513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vannisa Nabilla Widyantari
"ABSTRAK
Penggunaan antibiotik yang tinggi dapat menimbulkan risiko peresepan yang tidak rasional. Salah satu cara untuk mendukung penggunaan antibiotik secara rasional adalah dengan mengevaluasi penggunaan antibiotik. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik pada pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru Tahun 2018. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dan deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan total sampling. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder berupa resep antibiotik oral di Puskesmas Kabupaten Kebayoran Baru Tahun 2018. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10553 resep. Evaluasi dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Evaluasi kuantitatif menggunakan metode yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO), yaitu Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). Evaluasi kualitatif menggunakan metode Pemanfaatan Obat 90% (DU90%) dan kesesuaian penggunaan antibiotik dengan daftar obat dalam Formularium Nasional Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Tiga jenis antibiotik dengan penggunaan tertinggi berdasarkan nilai DDD/1000 pasien/hari adalah amoksisilin (0,9358 DDD/1000 pasien/hari), ciprofloxacin (0,4940 DDD/1000 pasien/hari), dan cefadroxil (0,1983 DDD/1000 pasien). . pasien/hari). Antibiotik yang membentuk 90% segmen Penggunaan Obat adalah amoksisilin, ciprofloxacin, cefadroxil dan thiamphenicol. Kesesuaian penggunaan antibiotik dengan Formularium Nasional Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) adalah 70%. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru cenderung tinggi dan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman Formularium Nasional.
ABSTRACT
The high use of antibiotics can pose a risk of irrational prescribing. One way to support the rational use of antibiotics is to evaluate the use of antibiotics. This study aims to evaluate the use of antibiotics in outpatients at the Kebayoran Baru District Health Center in 2018. The research design used was cross sectional and descriptive. Data was collected retrospectively using total sampling. The research data used is secondary data in the form of oral antibiotic prescriptions at the Kebayoran Baru District Health Center in 2018. The number of samples used in this study was 10553 prescriptions. Evaluation is done quantitatively and qualitatively. The quantitative evaluation used the method recommended by the World Health Organization (WHO), namely Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose (ATC/DDD). The qualitative evaluation used the 90% Drug Utilization method (DU90%) and the suitability of the use of antibiotics with the list of drugs in the National Formulary of First Level Health Facilities (FKTP). The three types of antibiotics with the highest use based on DDD values/1000 patients/day were amoxicillin (0.9358 DDD/1000 patients/day), ciprofloxacin (0.4940 DDD/1000 patients/day), and cefadroxil (0.1983 DDD/1000 patients). patient). . patients/day). The antibiotics that make up 90% of the Drug Use segment are amoxicillin, ciprofloxacin, cefadroxil and thiamphenicol. The suitability of the use of antibiotics with the National Formulary of First Level Health Facilities (FKTP) is 70%. From the results of this study, it can be concluded that the use of antibiotics in the Kebayoran Baru District Health Center tends to be high and has not fully complied with the guidelines of the National Formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asma Zahidah
"Batuk merupakan tindakan perlindungan dan pertahanan terhadap infeksi mukosa, zat berbahaya, infeksi pada laring, trakea dan bronkus. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus sesuai dengan acuan yang berlaku secara nasional yaitu Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat batuk pada pasien ISPA di Puskesmas Kota Depok pada tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien, Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS), dan Sistem Informasi Pengelolaan Obat (SIPO). Sampel adalah resep pasien ISPA periode Januari hingga Desember 2015. Analisis dilakukan pada resep yang memenuhi kriteria inklusi secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis secara kuantitatif dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Analisis kualitatif dinyatakan dalam segmen DU90%. Berdasarkan hasil analisis menggunakan Microsoft Excel, urutan puskesmas dengan kuantitas penggunaan obat yang dinyatakan dalam DDD dari yang terbesar adalah Puskesmas Cipayung (59136,33g), Puskesmas Limo (34512,55g), dan Puskesmas Bojongsari (14771.28g). Total kuantitas DDD/1000 pasien/hari pada ketiga puskesmas yaitu gliseril guaiakolat (34,885g), ambroksol (1,92g), sirup ambroksol (0,2692g), tablet dekstrometorfan (0,2692g) dan sirup dekstrometorfan (0,0006g). Obat batuk yang menyusun segmen DU90%, yaitu gliseril guaiakolat. Obat batuk penyusun DU90% tidak sesuai dengan Formularium Nasional.

Cough is an act of protection and defense against mucosal infections, harmful substances, infection of the larynx, trachea and bronchi. The drug utilization in health facilities must comply with applicable national reference namely Formularium Nasional. This study aimed to evaluate the use of cough medicine in ARI’spatientsat three primary health care in Depok 2015. This study used descriptive design with retrospectively data collection of patient prescriptions, Primary health care Management Information System (SIMPUS), and Medication Management Information System (SIPO). Analysis was conducted on prescriptions that appropriate with inclusion criteria. Samples are prescribed to patients with ARI’s period January to December 2015. Analyses were performed quantitatively and qualitatively. Quantitative analysis expressed in DDD and DDD/1000 patients/day. Qualitative analysis expressed in DU 90% segment. Based on the analysis using Microsoft Excel, the biggest quantity of drug utilization in DDD were Cipayung primary health care (59136.33g), Limo primary health care (34512.55g), and Bojongsari primary health care (14771.28g). Quantity of DDD/1000 patients/day in the third primary health care were glyceryl guaiakolat (34.885g), ambroksol (1.92g), ambroksol syrup (0.2692g), dextromethorphan tablets (0.2692g) and dextromethorphan syrup (0.0006g). Cough medicines that compose DU 90% segment was Glyceryl Guaiacolat. Cough medicines that compose segment DU 90% were not in accordance with national formulary."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63482
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sulistiarini
"Tingginya prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia akan mempengaruhi pola penggunaan obat antihipertensi di fasilitas kesehatan. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengacu pada Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat antihipertensi di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat pada tahun 2015-2016 menggunakan metode Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose ATC/DDD . Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien. Antihipertensi diklasifikasikan berdasarkan kode ATC dan dihitung kuantitasnya dalam satuan DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Sampel adalah resep pasien dengan obat antihipertensi pada tahun 2015 hingga 2016.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh kuantitas penggunaan antihipertensi yang dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2015 adalah 44.158,33 dan 1,3950. Nilai DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2016 adalah 78.651,92 dan 2,3311. Obat antihipertensi yang menyusun 90 penggunaan obat pada tahun 2015 dan 2016 adalah amlodipin dan kaptopril. Persentase kesesuaian penggunaan obat antihipertensi dengan Formularium Nasional pada tahun 2015 dan 2016 adalah 84,62 dan 81,82 . Hasil penelitian menunjukkan obat antihipertensi yang paling banyak digunakan pada tahun 2015 dan 2016 adalah amlodipin dan kuantitas penggunaan obat antihipertensi pada tahun 2016 lebih tinggi dibandingkan tahun 2015.

The high prevalence of hypertension will affect drug utilization pattern of antihypertensive in healthcare facilities. The use of drugs in healthcare facilities should refer to the national formulary. This study was aimed to evaluate the drug utilization of antihypertensive at Puskesmas Kembangan, West Jakarta 2015 2016 with ATC DDD Anatomical Therapeutic Chemical Defined Daily Dose method. It was a descriptive study. Data was collected retrospectively from patient prescriptions. Antihypertensive classification based on ATC and the quantity was counted by DDD and DDD 1000 patients day. Samples were patient prescriptions that contain antihypertensive drug within period 2015 till 2016.
Based on the analysis, quantity of drug utilization in DDD and DDD 1000 patients day in 2015 were 44,158.33 and 1.3950. DDD and DDD 1000 patients day in 2016 were 78,651.92 and 2.3311. Antihypertensive drugs made up drug utilization 90 in 2015 and 2016 were amlodipine and captopril. The percentages of compatibility of antihypertensive usage with national formulary in 2015 and 2016 were 84.62 and 81.82 . The result of this study showed the most used antihypertensive in 2015 and 2016 was amlodipine and the quantity of antihypertensive utilization in 2016 was higher than 2015.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fismia Hikmah Tiara
"Evaluasi Penggunaan Obat Dispepsia pada Pasien Dispepsia berdasarkan Metode ATC/DDD di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat Tahun 2015-2016Prevalensi dispepsia yang tinggi di Indonesia menyebabkan banyaknya penggunaan obat dispepsia di fasilitas kesehatan. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengacu pada Formularium Nasional. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola penggunaan obat dispepsia pada pasien dispepsia di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2015-2016. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien. Dispepsia diklasifikasikan berdasarkan kode ATC dan dihitung kuantitasnya dalam satuan DDD dan DDD/1000 pasien/hari. Sampel adalah resep pasien dengan obat dispepsia pada tahun 2015 hingga 2016. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kuantitas penggunaan obat dispepsia yang dinyatakan dalam DDD dan DDD/1000 pasien/hari pada tahun 2015 adalah 45362,24 dan 1,396 sedangkan tahun 2016 adalah 40315,20 dan 1,169. Obat dispepsia yang paling banyak digunakan pada tahun 2015 dan 2016 adalah antasida. Obat dispepsia yang menyusun 90 penggunaan obat pada tahun 2015 dan 2016 adalah antasida, ranitidin dan omeprazol. Persentase kesesuaian penggunaan obat dispepsia dengan Formularium Nasional pada tahun 2015 dan 2016 adalah 62,50 dan 83,33 . Hasil evaluasi menunjukkan kuantitas penggunaan obat dispepsia tertinggi pada tahun 2015 dengan penggunaan obat terbanyak, yaitu antasida serta sesuai dengan Formularium Nasional.

Evaluation of Dyspepsia Drug Utilization in Dyspepsia Patients with ATC DDD Methode at Puskesmas Kembangan West Jakarta 2015 2016 The high prevelance of dyspepsia in Indonesia leads to a large number of dyspepsia drug usage in healthcare facility. Drug usage in healthcare facility must obey the national formulary. This research aims to evaluate the dyspepsia drug usage pattern in dyspepsia patient at Puskesmas Kecamatan Kembangan West Jakarta in 2015 2016. This was a descriptive design research with ATC DDD method and the data was collected retrospectively from patient rsquo s prescription. Dyspepsia was classified based on ATC code and its quantity was calculated in DDD unit and DDD 1000 patient day. Sample was patient rsquo s prescription with dyspepsia drug in 2015 until 2016. The analysis rsquo results showed that the quantity of dyspepsia drug usage stated in DDD and DDD 1000 patient day in 2015 was 45362.24 and 1.396. The DDD and DDD 1000 patient day in 2016 was 40315.20 and 1.169. The most used dyspepsia drug in 2015 and 2016 was antacid. Dyspepsia drug which constructed 90 drug usage in 2015 and 2016 was antacid, ranitidine, and omeprazole. The percentage of conformity between dyspepsia drug usage with National Formularies in 2015 and 2016 was 62.50 and 83.33 . The result showed that in 2015 had a higher quantity of dyspepsia drug usage than 2016 and the most used drug was antacid and relevant with National Formularies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69160
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Indah Pratiwi
"Antibiotik merupakan obat yang digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Penggunaan antibiotik perlu dimonitoring karena penggunaan yang berlebihan dapat meningkatkan terjadinya resistensi. Evaluasi penggunaan obat secara kuantitatif dapat dilakukan menggunakan metode ATC/DDD (ATC/Anatomical Therapeutic Chemical, DDD/Defined Daily Dose) yang merupakan sistem klasifikasi dan pengukuran penggunaan obat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman dan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman pada tahun 2022 dengan metode ATC/DDD. Data pemakaian antibiotik didapatkan dari Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Lima antibiotik yang paling banyak digunakan di Puskesmas Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablet 500 mg (10.7%), cefadroxil kapsul 500 mg (7.6%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (5.6%), dan thiamfenikol kapsul 500 mg (4.6%). Sementara lima antibiotik yang paling banyak digunakan di seluruh jaringan Puskesmas wilayah Kecamatan Matraman tahun 2022 yaitu amoksisilin kaplet 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablet 500 mg (11.0%), cefadroxil kapsul 500 mg (6.8%), amoksisilin sirup kering 125 mg/5 mL (4.8%), dan isoniazid tablet 300 mg (3.1%).

Antibiotics are drugs used to treat infections caused by bacteria. The use of antibiotics needs to be monitored because excessive use can increase the occurrence of resistance. Quantitative evaluation of drug use can be done using the ATC/DDDD (ATC = Anatomical Therapeutic Chemical; DDD = Defined Daily Dose) method, which is a classification and measurement system for drug use. The purpose of this study is to find out the five most widely used antibiotics in the Matraman District Health Center and in the entire Matraman District Health Center network in 2022 using the ATC/DDDD method. Antibiotic usage data is obtained from the Drug Use Report and Request Sheet. The five most widely used antibiotics at the Matraman District Health Center in 2022 are amoxicillin capsules 500 mg (59.2%), ciprofloxacine tablets 500 mg (10.7%), cefadroxil capsules 500 mg (7.6%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (5.6%), and thiamphenicol capsules 500 mg (4.6%). Meanwhile, the five most widely used antibiotics in the entire Puskesmas network in Matraman District in 2022 are amoxicillin caplets 500 mg (58.0%), ciprofloxacine tablets 500 mg (11.0%), cefadroxil capsules 500 mg (6.8%), amoxicillin dry syrup 125 mg/5 mL (4.8%), and isoniazid tablets 300 mg (3.1%)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Berintan
"Puskesmas memiliki peran untuk melakukan upaya kesehatan masyarakat, diantaranya adalah farmasi yang mencakup pengelolaan obat-obatan dan alat kesehatan yang diperlukan. Evaluasi penggunaan obat (EPO) adalah sistem evaluasi yang terstruktur untuk memastikan ketepatan penggunaan obat. EPO dapat memberikan gambaran penggunaan obat sehingga dapat memberi masukan untuk pengelolaan obat dan evaluasi efektivitas terapi obat. Metode ATC/DDD adalah metode yang direkomendasikan WHO untuk analisis kuantitatif penggunaan obat secara internasional. Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) adalah klasifikasi obat berdasarkan lokasi kerja, efek terapi, farmakologi, dan sifat kimia obat sedangkan Defined Daily Dose (DDD) adalah dosis pemeliharaan rata-rata per hari pada pasien dewasa. Antibiotika merupakan obat antibakteri yang perlu ditangani dengan hati-hati, karena penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau resistensi mikroba. Laporan ini membahas analisis penggunaan obat golongan antibiotika dengan metode ATC/DDD di Puskesmas Kecamatan Jatinegara pada tahun 2021. Hasil laporan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi dalam perencanaan obat di masa depan.

Community health centers have a role to do community health improvements, which among them is pharmacy that includes management of the drugs and healthcare tools needed. Drug use evaluation is a structured system of evaluation to ensure the accuracy of drug usage. This evaluation can help give a picture of drug use that can help in drug management and evaluation of the effectivity of therapy. The ATC/DDD method is a method recommended by WHO for quantitative drug analysis internationally. Anatomical Therapeutic Chemical (ATC) is a classification of drugs based on location of action, therapeutic effect, pharmacology, and chemical property while Defined Daily Dose (DDD) is the average maintenance dose on adult patients. Antibiotics is a group of antibacterial drugs that needs careful management, for that incorrect usage can cause health issues or microbial resistance. This report discusses the analysis of the use of antibiotics with ATC/DDD method on Jatinegara community health center on 2021. The result of this report is hoped to be a source of information for future plannings of drugs.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aflaha Ashari
"Prevalensi penyakit asma yang tinggi di Indonesia menyebabkan banyaknya penggunaan obat asma di fasilitas kesehatan. Penggunaan obat di fasilitas kesehatan harus mengikuti acuan yang berlaku secara nasional, yaitu Formularium Nasional. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian untuk mengevaluasi pola penggunaan obat asma pada pasien asma di Puskesmas Kecamatan Sukmajaya pada tahun 2015. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan menggunakan metode ATC/DDD dan pengambilan data secara retrospektif dari resep pasien dan buku registrasi. Sampel adalah pasien asma yang diresepkan obat asma periode Januari hingga Desember 2015. Analisis dilakukan pada 338 data pasien asma yang memenuhi kriteria inklusi.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh prevalensi pasien asma terbanyak berjenis kelamin perempuan, kelompok usia di atas 45 sampai 65 tahun, dan pasien asma yang tidak mengikuti program BPJS. Obat asma yang digunakan adalah aminofilin, prednison, deksametason, dan salbutamol (5,03%). Penggunaan obat asma yang dinyatakan dalam DDD yaitu aminofilin (1562,33); prednison (809); deksametason (451,67); dan salbutamol (66,67). Nilai DDD/1000 pasien/hari yaitu aminofilin (12,37); prednison (6,56); deksametason (3,66); dan salbutamol (0,54). Obat asma yang menyusun segmen DU90% yaitu aminofilin (53,48%), prednison (28,35%), dan deksametason (15,83%). Penggunaan obat asma di Puskesmas Kecamatan Sukmajaya tahun 2015 sesuai dengan Formularium Nasional (70,97%).

The prevalence of asthma in Indonesia is high, followed by a lot of asthma drugs in healthcare facilities. The uses of drugs in health facilities must comply with applicable national reference that the national formulary. Therefore, there should be a study to evaluate usage patterns of asthma medication in asthma patients with ATC/DDD methode at Puskesmas Sukmajaya 2015. This is analytic descriptive study with ATC/DDD methode and data was collected retrospectively from patient prescriptions and registration books. Samples are asthma patients prescriptions that contain asthma drugs for period January to December 2015. 338 patients data those met the inclusion criteria were analized.
Based on the analysis, most prevalence of asthma in female, over 45 to 65 years group age, and payed without national healthy assurance system (BPJS). Asthma drugs that is used are aminophylline, prednisone, dexamethasone, and salbutamol. Quantity of drug utilization in DDD are aminophylline (1562,33); prednisone (809); dexamethasone (451,67); and salbutamol (66,67). The DDD/1000 patiens/day of asthma drugs are aminophylline (12,37); prednisone (6,56); dexamethasone (3,66); and salbutamol (0,54). Asthma drugs made up the DU90% were aminophylline (53,48%), prednisone (28,35%) and dexamethasone (15,83%). The uses of asthma drugs in Puskesmas Sukmajaya 2015 is compliance with national formulary (70,79%).;;
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>