Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chavella Avatara
"ABSTRAK
Secara in vitro tanaman kencur, temulawak, dan asam jawa terbukti mempunyai aktivitas sebagai antitrombotik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis khasiat dan tingkat efektivitas antitrombosis dari ketiga ekstrak secara in vivo. Dua kelompok uji yaitu waktu perdarahan dan angka harapan hidup terdiri dari kontrol normal CMC , positif Aspirin , ekstrak kencur dosis 1 sampai 3, ekstrak temulawak dosis 1 sampai 3, ekstrak asam jawa dosis 1 sampai 3, dan kontrol negatif CMC, khusus uji angka harapan hidup . Tiap uji diberi perlakuan oral selama 7 hari. Pada uji waktu perdarahan, dilakukan pengamatan waktu perdarahan setelah ekor mencit dipotong. Sementara uji angka harapan hidup, dilakukan induksi kolagen-epinefirn secara intravena dilanjutkan dengan perhitungan angka harapan hidup. Hasil statistik menunjukkan adanya peningkatan waktu perdarahan secara signifikan p < 0,05 pada tiap ekstrak terhadap kontrol normal. Peningkatan angka harapan hidup juga terjadi pada tiap ekstrak dosis 1 sampai 3 terhadap kontrol negatif. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa ekstrak kencur, temulawak, dan asam jawa berpotensi sebagai antitrombotik dengan khasiat paling besar terdapat pada dosis 28 mg/20 gram BB untuk ekstrak kencur dan ekstrak temulawak, serta dosis 56 mg/20 gram BB untuk ekstrak asam jawa.

ABSTRACT
Kencur, temulawak, and tamarind have proven by in vitro to have antithrombotic activity. This study aims to analyze the efficacy and effectivity of antithrombosis of the three extracts by in vivo. Two groups of test, bleeding time and survival rate consisted of normal control CMC , positive Aspirin , kencur extract dose 1 to 3, temulawak extract dose 1 to 3, tamarind extract dose 1 to 3, and negative control CMC, especially survival rate test . Each test was given oral treatment for 7 days. Bleeding time was observated after tail of mice cut. While survival rate test, intravenous collagen epinefirn induction was performed followed by survival rate calculation. Statistical results showed an increase in bleeding time significantly p 0.05 in each extract to normal control. An increase in survival rate also occurs in each 1 to 3 dose extract on negative control. Based on these results, it was concluded that kencur, temulawak, and tamarind extract potency as antithrombotic with the greatest efficacy found at dose 28 mg 20 gram BB for kencur and temulawak extract, and dose 56 mg 20 gram BB for tamarind extract."
2017
S68518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chavella Avatara
"ABSTRAK
Secara in vitro tanaman kencur, temulawak, dan asam jawa terbukti mempunyai aktivitas sebagai antitrombotik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis khasiat dan tingkat efektivitas antitrombosis dari ketiga ekstrak secara in vivo. Dua kelompok uji yaitu waktu perdarahan dan angka harapan hidup terdiri dari kontrol normal CMC , positif Aspirin , ekstrak kencur dosis 1 sampai 3, ekstrak temulawak dosis 1 sampai 3, ekstrak asam jawa dosis 1 sampai 3, dan kontrol negatif CMC, khusus uji angka harapan hidup . Tiap uji diberi perlakuan oral selama 7 hari. Pada uji waktu perdarahan, dilakukan pengamatan waktu perdarahan setelah ekor mencit dipotong. Sementara uji angka harapan hidup, dilakukan induksi kolagen-epinefirn secara intravena dilanjutkan dengan perhitungan angka harapan hidup. Hasil statistik menunjukkan adanya peningkatan waktu perdarahan secara signifikan p < 0,05 pada tiap ekstrak terhadap kontrol normal. Peningkatan angka harapan hidup juga terjadi pada tiap ekstrak dosis 1 sampai 3 terhadap kontrol negatif. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa ekstrak kencur, temulawak, dan asam jawa berpotensi sebagai antitrombotik dengan khasiat paling besar terdapat pada dosis 28 mg/20 gram BB untuk ekstrak kencur dan ekstrak temulawak, serta dosis 56 mg/20 gram BB untuk ekstrak asam jawa.

ABSTRACT
Kencur, temulawak, and tamarind have proven by in vitro to have antithrombotic activity. This study aims to analyze the efficacy and effectivity of antithrombosis of the three extracts by in vivo. Two groups of test, bleeding time and survival rate consisted of normal control CMC , positive Aspirin , kencur extract dose 1 to 3, temulawak extract dose 1 to 3, tamarind extract dose 1 to 3, and negative control CMC, especially survival rate test . Each test was given oral treatment for 7 days. Bleeding time was observated after tail of mice cut. While survival rate test, intravenous collagen epinefirn induction was performed followed by survival rate calculation. Statistical results showed an increase in bleeding time significantly p 0.05 in each extract to normal control. An increase in survival rate also occurs in each 1 to 3 dose extract on negative control. Based on these results, it was concluded that kencur, temulawak, and tamarind extract potency as antithrombotic with the greatest efficacy found at dose 28 mg 20 gram BB for kencur and temulawak extract, and dose 56 mg 20 gram BB for tamarind extract."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Maruya Kusuma
"Aktivitas bakteri merupakan salah satu penyebab jerawat. Rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) memiliki aktivitas antibakteri yang berasal dari senyawa etil p-metoksi sinamat (EPMS). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari EPMS ekstrak rimpang kencur terhadap P.acne, S.aureus dan S.epidermidis serta stabilitas fisik krim dan keamanan krim anti jerawat. Kristal EPMS diperoleh melalui proses maserasi dengan pelarut heksan, lalu pemurnian dan identifikasi karakteristik kristal EPMS. Uji aktivitas antibakteri dan konsentrasi hambat minimum (KHM) pada konsentrasi EPMS 0,3; 0,6; 1,2 dan 2,4% dengan metode difusi cakram dan dilusi cair. Hasil menunjukkan semua konsentrasi EPMS memiliki aktivitas antibakteri secara signifikan (p<0,01) dengan zona jernih secara berturut-turut terhadap P.acne (9,00; 11,50; 14,50; 16,00 mm), S.aureus (9,00; 11,50; 16,50; 22,00 mm) dan S.epidermidis (10,50; 12,50; 20,50; 27,00 mm). Senyawa EPMS dengan konsentrasi 0,6; 1,2 dan 2,4 % terbukti memiliki konsentrasi hambat minimum (KHM) terhadap bakteri P.acne, sedangkan pada S.aureus dan S.epidermidis pada konsentrasi 1,2 dan 2,4%.Berdasarkan hasil evaluasi stabilitas fisik, krim EPMS 1,2% memiliki stabilitas fisik baik hingga akhir penelitian. Dari hasil uji keamanan (pacth test) pada 12 subjek tidak terjadi iritasi alergi, sehingga krim EPMS 1,2% aman digunakan dalam sediaan topikal.

An activity of certain bacterias is one of the causes of acne. Rimpang kencur (Kaempferiagalanga L.) has an antibacterial agent from compound ethyl pmethoxy cinnamate (EPMC). The purpose of this research is to find out the activities of antibacterias using EPMC rimpang kencur extracts against P.acne, S.aureus and S.epidermidis with the physical stability of the cream and its safety use as an anti acne cream. The EPMC crystals are obtained through the process of maceration using hexane solvent, purification and identification of the characteristic of EPMC crystals. The activity test of the antibacterial and the minimum inhibitory concentration (MIC) of EPMC are 0,3; 0,6; 1,2 and 2,4% was done using disk diffusion method and broth dilution test. The result shows that all EPMC concentration has significant antibanterial activity (p<0,01) respectively gaining clear zone against P.acne (9,00; 11,50; 14,50; 16,00 mm), S.aureus (9,00; 11,50; 16,50; 22,00 mm) and S.epidermidis (10,50; 12,50; 20,50; 27,00 mm). EPMC compound with the 0,6; 1,2 dan 2,4 % concentration is proven to have minimum inhibitory concentration (MIC) against P.acne bacterias, while on the S.aureus dan S.epidermidis reaches up to 1,2 dan 2,4% concentration. Based on the results of the evaluation on the physical stability, EPMC 1,2% cream has a good physical stability until the final research. From the results of safety use (pacth test) on 12 subjects there were no evidence of allergic irritation, therefore cream EPMC 1,2% is safe to be used in topical preparation.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T41554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Bahar
"ABSTRAK
Jerawat merupakan gangguan estetika pada kulit yang umumnya terjadi pada usia remaja
dengan gambaran klinis berupa adanya komedo, papul, pustul, dan nodul. Salah satu tanaman
rimpang yang dapat digunakan sebagai obat jerawat adalah rimpang kencur (Kaempferia
galanga L) karena mempunyai khasiat sebagai anti bakteri dan anti inflamasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ektrak rimpang kencur terhadap
bakteri P.acne, mengetahui kestabilan fisik sediaan gel ektrak rimpang kencur, keamanannya,
dan manfaatnya sebagai gel anti jerawat derajat ringan dan sedang. Ekstraksi yang digunakan
dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%. Uji aktifitas anti bakteri diamati pada
konsentrasi 0,75; 1,25; 1,75; 2,25%. Konsentrasi 0,75% mempunyai diameter zona hambat
11,5 mm pada media Brucella. Berdasarkan uji kestabilan fisik gel ekstrak rimpang kencur
mempunyai stabilitas fisik yang baik pada akhir penelitian, pH mengalami sedikit
penurunan,uji viskositas dan konsistensi tidak banyak mengalami perubahan, dan uji
keamanan pada 12 orang tidak mengalami alergi dan iritasi. Uji manfaat dilakukan pada 60
orang berjerawat ringan dan sedang dengan jenis lesi; komedo, papul, pustul, nodul.
Perlakuan terhadap 30 orang yang diberi gel ekstrak etanol rimpang kencur dan gel
klindamisin 1,2% diberikan pada 30 orang sebagai kontrol positip. Setelah dievaluasi selama
3 minggu, gel ekstrak etanol rimpang kencur memberikan perbaikan signifikan (p<0,01)
pada jerawat derajat ringan dan sedang.

ABSTRACT
Acne is a skin disorder that generally aesthetic occurs in adolescence with clinical
features such as the presence of comedones, papules, pustules, and nodules. One
of the rhizomes of plants that can be used as an acne medication is kencur
rhizome (Kaempferia galanga.L) because it has peculiar properties as an anti
bacterial and anti inflammatory. The purpose of this study was to know about the
anti bacterial activity of kencur rhizome extract the P acne bacteria,knowing the
physical stability from the preparation of kencur rhizome extract gel,safety,and
benefits as an anti acne gel in mild and moderate level. Extraction was maceration
using 96% ethanol.Antibacterial activity test performed at concentrations 0,75;
1,25; 1,75; 2,25%. Concentration of 0,75% has 11,5 mm in the inhibition zone of
Brucella media. Based on the physical stability test, kencur rhizome extract gel
has good physical stability at the end of the study. The level of pH as a slight
decrease,viscosity and consistency test has not the changed much of the gel safety
testing in 12 peoples do not showed allergies and irritation. The benefit test
conducted on 60 people with mild and moderate acne lesion types of comedones,
papules, pustules, nodules. The gel contain 0,75% extract of rhizome kencur and
1,2% clindamycin gel was applied in each 30 peoples who severe acne at face
showed, after 3 week evaluation the result showed that extract of rhizome kencur
provide a significan improvement (p<0,01) in mild and moderate acne."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T39270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Nailul Muna
"Pada penelitian ini nanopartikel Alnanopartikel MgO, nanopartikel NiO, nanokomposit Al-MgO, dan nanokomposit AMgO-NiO berhasil dipreparasi menggunakan ekstrak rimpang kencur Kaempferia galanga melalui metode green synthesis Rimpang kencur dipilih karena mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai sumber basa (penghidrolisa) dan zat penstabil capping agent Pada penelitian ini nanopartikel Al2O3, nanopartikel MgO, nanopartikel NiO, nanokomposit Al2O3-MgO, dan nanokomposit Al2O3-MgO-NiO berhasil dipreparasi menggunakan ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) melalui metode green synthesis. Rimpang kencur dipilih karena mengandung senyawa metabolit sekunder yang dapat berperan sebagai sumber basa (penghidrolisa) dan zat penstabil (capping agent). Spektroskopi FTIR, XRD, PSA, SEM-EDX, dan TEM digunakan untuk mengkarakterisasi material hasil preparasi. Karakterisasi TEM menunjukkan bahwa nanokomposit Al2O3-MgO-NiO hasil preparasi menggunakan ekstrak rimpang kencur memiliki rata-rata ukuran sebesar 61,48 nm. Aktivitas katalitik dari nanokomposit Al2O3-MgO-NiO lebih tinggi dibandingkan nanokomposit Al2O3-MgO dan nanopartikel MgO terhadap konversi asam oleat dengan persen konversi masing-masing 45,99%; 41,34% dan 41,44%.

In this study, Al2O3 nanoparticles, MgO nanoparticles, NiO nanoparticles, Al2O3-MgO nanocomposites, and Al2O3-MgO-NiO nanocomposites were successfully preparation using Kaempferia galanga L. rhizome extracts by green synthesis method. The Kaempferia galanga L. rhizome was chosen because it contained secondary metabolites which could be collected as a source of bases and capping agents. FTIR spectroscopy, XRD, PSA, SEM-EDX, and TEM were used to characterize the prepared materials. The characterization of TEM showed that the prepared Al2O3-MgO-NiO nanocomposite using Kaempferia galanga L. rhizome extract had an average size of 61.48 nm. The catalytic activity of Al2O3-MgO-NiO nanocomposite was higher than Al2O3-MgO nanocomposite and MgO nanoparticles against oleic acid conversion with percent conversion of 45.99%, 41.34% and 41.44%, respectively."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustisia Bandanira
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui perbedaan
antara pengaruh pencekokan perasan dan infus rimpang kencur terhadap
tingkah laku nyeri mencit galur Swiss. Pencekokan dilakukan terhadap 35
ekor mencit yang terbagi dalam 7 kelompok perlakuan yaitu kelompok mencit
yaitu kelompok kontrol; kelompok yang dicekok dengan perasan rimpang
kencur 5%, 10%, dan 15% serta kelompok yang dicekok infus rimpang kencur
5%, 10%, dan 15%. Pengujian dilakukan dengan metode geliat (writhing
test), yaitu menghitung jumlah geliat akibat rasa nyeri yang dibangkitkan
dengan asam asetat 3%. Asam asetat 3% disuntikkan secara intraperitoneal
30 menit setelah pencekokan perasan dan infus rimpang kencur.
Pengamatan jumlah geliat dilakukan tiap 5 menit selama 30 menit setelah
penyuntikan asam asetat 3%. Penurunan jumlah geliat terjadi pada menit ke-
10 setelah penyuntikkan asam asetat 3%. Penilaian pengaruh pereda nyeri
dilakukan pada menit ke-10 setelah penyuntikkan asam asetat 3%. Hasil uji
ANAVA (α=0,01) menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata antara ke-7
kelompok perlakuan. Hasil uji Tukey (α=0,05) menunjukkan bahwa perasan
dan infus rimpang kencur masing-masing dengan dosis 5%, 10%, dan 15%
dapat menurunkan jumlah geliat mencit. Hasil uji tersebut (α=0,05) juga
menunjukkan bahwa rimpang kencur dosis 5%, 10%, dan 15% tidak berbeda
nyata dalam menurunkan jumlah geliat mencit, baik yang diberikan dalam bentuk perasan maupun infus. Selain itu, hasil uji Tukey (α= 0,05) juga
menunjukkan bahwa baik perasan maupun infus rimpang kencur
memberikan pengaruh yang sama dalam meredakan nyeri."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The purpose of this study was to evaluate the effectiveness of the essential oil of Kaempheria galangal as an anti-inflammatory agent, by evaluating its effect on interleukin 1B (IL-1B ???), produced by lipopolysaccharide (LPS) E. coli stimulated macrophages. Macrophage cells were stimulated with LPS E. coli and essential oil of Kaempheria galangal at concentrations of 3 ul/ml, 1.5 ul/ml, 0.75 ul/ml and 0.25 ul/ml. All of the treatment groups were incubated at 37°C in an atmosphere containing 5% CO2 for 24 hours. The concentrations of IL-1B supernatant were determined by using an enzyme-linked immunosorbent assay kit. Statistical analysis using ANOVA showed significant differences between the treatment groups (p<0.05). This study indicates that the essential oil of Kaempheria galangal suppressed IL-1B produced by LPS E. coli stimulated macrophage cells."
[Fakultas Kedokteran Gigi, Journal of Dentistry Indonesia], 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Abdul Mun`im
"Daun asam jawa (Tamarindus indica) secara tradisional digunakan untuk berbagai penyakit, seperti : konstipasi, dyspepsia, dan infeksi saluran cerna. Daun asam dipaorkan memiliki aktivtas antibakteri dan antidiabetes. Untuk menjamin mutu dan keamanan, perlu dilakukan penentuan parameter kualitas yang meliputi parameter spesifik dan non-spesifik. Sampel daun dikumpulkan dari tiga daerah. Serbuk sampel dimaserasi dengan etanol. Parameter kualitas ekstrak meliputi kadar air, bahan terlarut alkohol, bahan terlarut air, susut pengeringan, kadar abu total, abu tidak larut asam, sisa pelarut dan kadar logam berat. Identifikasi fitokimia menunjukkan adanya flavonoid, tannin, glikosida dan saponin. Profil kromatogram menggunakan eluen kloroform-metanol-air (80:12:2) memperlihatkan 4 bercak, setelah disemprot dengan besi (III) klorida. Kadar total fenol sebagai marker ditentukan secara spektrofotometri menggunakan reagen Folin-Ciocalteu diperoleh 0,35-8,24% fenol total dihitung sebagai asam galat.

Leaves of tamarind (Tamarindus indica L.) has been traditionally used to treat some diseases such as: constipation, dyspepsia, flatulence and urinary tract infection. The leaves extract also reported has antibacterial and antidiabetic activities. It is essential to determine its specific and non specific parameters in assesing the quality and safety. The samples collected from three different perferctures. Grounded samples were macerated with ethanol. The extracts were subjected to determine its characteristic parameters. Parameter of quality for the extracts consisted of water content, ethanol-extractive, water-extractive, loss on drying, total ash, acid-insoluble ash, solvent residue and heavy metal content. Phytochemical identification showed that the extract contains flanovoid, tannin, glycosides, and saponin. TLC chromatogram using chloroform-methanol-water (80:12:2) as mobile phase, exhibited 4 spots after sprayed with iron(III) chloride. Total phenolic was determined spectrophotometrically using Folin Ciocalteu reagent, gave 0.35-8.24% total phenolic as gallic acid."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmadiah
"Asam jawa (Tamarindus indica L.) merupakan salah satu tanaman obat yang daunnya memiliki khasiat sebagai kholagogik dan laksatif. Ekstrak daunnya digunakan untuk mengobati batuk, demam, reumatik, icteric jaundice, infeksi cacing, ulkus, dan insomnia. Daun yang masih muda dan bunganya digunakan untuk mengobati konstipasi, dispepsia, flatulensi, dan infeksi saluran urin. Daun asam jawa juga memiliki aktifitas antibakteri spektrum luas dan dapat digunakan pada terapi diabetes tipe-2. Dalam upaya mengembangkan obat tradisional, pada penelitian ini dilakukan penetapan beberapa parameter spesifik dan non spesifik ekstrak etanol daun asam jawa, sehingga diperoleh parameter yang konstan. Daun asam jawa dikumpulkan dari daerah Depok, Tawangmangu, dan Bekasi sebagai bahan penelitian. Ekstraksi dilakukan dengan cara maserasi menggunakan etanol 50%. Dari penelitian ini diperoleh ekstrak kental berwarna coklat-kehitaman, berbau khas dan rasanya asam. Rendemen ekstrak berkisar antara 25,27-39,12%, kadar senyawa terlarut dalam air berkisar antara 58,68-69,55%, dan kadar senyawa terlarut dalam etanol berkisar antara 51,20-52,92%. Susut pengeringan berkisar antara 16,00-25,80% dan kadar air berkisar antara 10,15-18,03%. Kadar abu total berkisar antara 4,40-4,84%, sedangkan kadar abu yang tidak larut asam berkisar antara 1,52-2,18%, dan sisa pelarut etanol tidak lebih dari 1%. Cemaran logam berat Pb dan Cd tidak lebih dari 0,01%, sedangkan cemaran logam berat Hg tidak lebih dari 0,001%. Identifikasi kimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung flavonoid, tanin, glikosida,dan saponin. Pola kromatogram ekstrak etanol secara kromatografi lapis tipis dan kromatografi lapis tipis densitometer dengan fase gerak kloroform-metanol-air (80:12:2) memperlihatkan 4 bercak biru tua setelah disemprot dengan besi (III) klorida 10% dalam air. Kadar fenol total dalam ekstrak ditetapkan secara spektrofotometri menggunakan reagen Folin Ciocalteu pada panjang gelombang 642 nm berkisar antara 0,35-8,24% dihitung sebagai asam galat.

Tamarind (Tamarindus indica L.) is one of medicinal plants which the leaves were known having advantages as cholagogic agent and laxative. Leaves of tamarind are used to cure cough, pyretic, rheumatism, icteric jaundice, worm infection, ulcer, and insomnia. Leaves and flowers are used to cure constipation, dyspepsia, flatulence, and urinary tract infection. They also have broad spectrum antibacterial activity and able to be used in diabetes type-2 therapy. In order to develop traditional medicine and guarantee the quality and safety, determination of some specific and non specific parameters has been done to gain constant parameters. The sample materials were collected from Depok, Tawangmangu, and Bekasi. The samples were macerated by using ethanol 50%. The result of research was a thick brown to blackish extract, with specific smell and sour taste. The yield of extract was 25.27-39.12%, the water soluble extractive substances were 58.68-69.55%, while ethanol soluble extractive substances were 51.20-52.92%. Loss on drying was 16.00-25.80% and the water content was 10.15-18.03%. The total ash content was 4.40-4.84%, the acid-insoluble ash content was 1.52-2.18%, and the solvent residue was not more than 1%. Heavy metals contamination of Pb and Cd were less than 0.01% while heavy metal contamination of Hg was less than 0.001%. The chemistry identification showed that the extract contains flavonoid, tannin, glycosides, and saponin. The chromatograms profile used thin layer chromatography and densitometer thin layer chromatography in chloroform-methanol-water (80:12:2) mobile phase, gave 4 dark blue spots after sprayed with iron (III) chloride 10% in water. Total phenol content was between 0.35-8.24% determined by spectrophotometry using Folin Ciocalteu reagent at 642 nm, counted as gallic acid equivalent."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32674
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>