Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 183708 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pirtha Agus Isnanti
"Rumah Sakit Fikri Medika Dan Rumah Sakit Proklamasi Program Pelayanan Karawang Sehat Tahun 2016 Skripsi ini membahas utilisasi rawat inap kasus typhoid fever pada RS. Fikri Medika dan RS. Proklamasi Program Pelayanan Karawang Sehat tahun 2016 berdasarkan variabel demografi (jenis kelamin, umur, status perkawinan), PPK I (asal rujukan), spesialisasi pelayanan, diagnosis, lama hari rawat dan biaya perawatan berdasarkan komponennya. Desain penelitian ini adalah kuantitaif bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan rata-rata biaya perawatan yang signifikan antara RS. Fikri Medika dan RS. Proklamasi dan komponen yang berkontribusi adalah pemeriksaan dokter dan obat. Pola utilisasi di kedua rumah sakit sama pada variabel jenis kelamin, status perkawinan, spesialisasi pelayanan dan lama hari rawat. Berdasarkan umur, diagnosis dan PPK I (asal rujukan) terdapat perbedaan. Terdapat perbedaan yang signifikan pada pola utilisasi, sehingga disarankan kepada program perlunya audit medis dan biaya untuk mencagah fraud dan abuse, meningkatkan kualitas dan kualifikasi sumber daya manusia untuk meningkatkan review utilisasi serta bagi rumah sakit agar mengklaimkan biaya sesuai dengan cinical pathway tarif yang disepakati.

This study discusses the utilization of inpatient case of typhoid fever in hospital Fikri Medika and hospital Proklamasi, Karawang Sehat Service Program 2016 based on demographic variables (gender, age, marital status), basic health services (origin of referral), service specialization, diagnosis, length of stay and maintenance cost by component. The design of this research is quantitative descriptive with cross sectional study design. The results of this study indicate a significant difference in mean maintenance costs between hospitals Fikri Medika and Proklamasi and components that contribute are physician examinations and drug. The utilization patterns in both hospitals are the same in the gender variables, marital status, service specialization and length of stay. Based on age, diagnosis and basic health services (referral origin) there are differences. There are significant differences in utilization patterns, so it is advisable to the program for medical audits and fees for fraud and abuse prevention, improving the quality and qualifications of human resources to improve the utilization review and for hospitals to claim costs in accordance with agreed cinical pathway rates."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69750
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Erlina
"RS Delima Asih Sisrna Medika Karawang merupakan RSU swasta tipe C yang telah beroperasi selama kurang lebih 3 tahun. Dalam kunm waktu tersebut, RS Delima Asih telah berhasil menjalin ketjiasama dengan sejumlah 36 perusahaan dan asuransi untuk pembiayaan kesehatan karyawannya. Pemasamn merupakan bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan RS Delima Asih, untuk itu perlu disusun sebuah rencana strategis pemasaran yang tepat untuk RS Delima Asih.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil indepth interview, FGD dan CDMG dan data sekunder diperoleh dari laporan Kepala Bagian, Direktur dan suxnber lain yang remain. Am analisis yang digunakan muah "rows Mau-ix, re Matrix dan BCG Matrix. Responden adalah 6 orang Kepala Bagian. Penelitian dilakukan bulan Maret-Mei 2009.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa RS Délima Asih berada pada kuadran I (Future Quadrant) dalam TOWS Matrix, se] Growth and Stability dalam IE Matrix dan tiga unit fungsional di kuadran Question Mark serta 2 unit di kuadran Dogs. Strategi terpilih adalah penetrasi pasar.

Delima Asih Sisma Medika Hospital in Karawang is type C general private hospital, that has been operating for approximately 3 years. For this time, Delima Asih Hospital has been making good cooperation as a health care provider for 36 companies and insuranees. Marketing is one of the main focus needed more attention in order to support the development of Delima Asih Hospital. So, the Hospital management needs to arrange a good and appropriate marketing strategic planning.
This study is a qualitative study, using primary and secondary data. The primary data getting from the result of indepth interview, Focused Group Discussion and CDMG and the secondary data getting from the report of Managers, Directors and other available sources. The tools in doing analysis are TOWS Matrix, IE Matrix and BCG Matrix. Respondents arae 6 Managers of the hospital. This study conducted on March - May, 2009.
The result of this study provides that Delima Asih Hospital in TOWS Matrix has position in Future Quadrant, in IE Matrix in Growth and StabiIity Cell and in BCG Matrix, there are three units in Question Mark and two units in Dogs Quadrant. The final chosen strategy is market penetration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T34424
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Veronika Hanny Soetisno
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran faktor kualitas pelayanan dengan kepuasan pasien berdasarkan karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, wilayah tempat tinggal, suku, status marital, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, ruang perawatan, jaminan/jenis pembayaran), mengetahui hubungan antara faktor kualitas dengan kepuasan pasien rawat inap, dan mengetahui faktor kualitas pelayanan yang paling dominan mempengaruhi kepuasan pasien rawat inap. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional. Responden berjumlah 100 orang dan merupakan pasien yang dinyatakan sudah boleh pulang rawat inap di Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang dilakukan selama bulan Mei-Juni 2014 di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Sentra Medika Cibinong. Data terkumpul dianalisis dengan metode analisis univariat, bivariat Uji Chi Square, dan analisis multivariat uji regresi linier berganda dengan menggunakan pemodelan Uji T-Test (Independent Sample T-Test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara faktor kualitas pelayanan hormat dan kepedulian, efektifitas dan kelanjutan, ketepatan, informasi, efisiensi, efektifitas - makanan, kesan pertama, dan keragaman staf dengan kepuasan pasien. Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan bahwa karakteristik umur, status marital, pekerjaan, pendapatan, ruang perawatan dan jaminan/jenis pembayaran muncul sebagai faktor pengganggu (confounding) dari kualitas pelayanan. Selain itu juga didapatkan bahwa karakteristik responden bukan merupakan faktor confounding untuk kepuasan pasien. Dari analisis multivariat terbukti bahwa faktor kualitas pelayanan Keragaman Staf merupakan variabel yang paling dominan atau paling besar pengaruhnya terhadap kepuasan pasien.

This research aims to describe the service quality factors in relation with patient satisfaction by patient characteristic (gender, age, region of residence, ethnicity, marital status, education, occupation, income, inpatient rooms, type of payment), to discover the relationship between service quality factors with inpatient satisfaction, and to discover the most dominant factor of service quality that influence the inpatient satisfaction. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design. Respondent amounted to 100 people and is a patient who otherwise has been allowed to go home in the inpatient of Sentra Medika Hospital at Cibinong. Data collection using questionnaires conducted during the months of May-June 2014 in the inpatient Sentra Medika Hospital at Cibinong. The data collected were analyzed with univariate, bivariate Chi-Square Test, and multivariate linear regression modelling using the Independent Sample T-Test.
The result showed that there is a significant relationship between service quality factors Respect and Caring, Effectiveness and Continuity, Appropriateness, Information, Efficiency, Effectiveness - Meals, First Impression, and Staff Diversity with the inpatient satisfaction. Based on the results of the bivariate analysis showed that the characteristic of age, marital status, occupation, income, inpatient rooms, type of payment appears as confounding factor of the service quality. It also found that the characteristic of the respondent is not a confounding factor for patient satisfaction. From the multivariate analysis proved that the service quality factor Staff Diversity is the most dominant variable or greatest effect on inpatient satisfaction.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42787
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairus Aziz
"Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat saat ini menjadi primadona program kerja Departemen Kesehatan, direncanakan pada akhir tahun 1998 JPKM telah dapat menyebar dan dapat diikuti oleh seluruh rakyat Indonesia. PT. Bhaskara Citra Sehat adalah suatu Badan Penyelenggara JPKM yang baru mulai beroperaasi, dan harus terus memperbaiki kinerjanya agar dapat bersaing dengan Bapel JPKM yang lain Salah satu kinerja yang harus ditingkatkan adalah kemampuan Pelaksanana Pelayanan Kesehatan (provider) dalam hal ini pelayanan di Rumah Sakit Karya Medika Bekasi.
Penelitian yang dilakukan untuk menilai kepuasan peserta pada proses rawat Inap, dan hubungannya dengan karakteristik peserta. Banyak sampel sebesar 100 orang, mereka adalah karyawan, dengan menjawab kuesioner yang isinya pertanyaan - pertanyaan tentang kepuasan mereka di pelayanan bagian penerimaan, pelayanan dokter, pelayanan perawat, kepuasan terhadap sarana dan fasilitas rumah sakit, serta pelayanan bagian gizi.
Dan hasil penelitian didapatkan bahwa pada bagian - bagian pelayanan tersebut peserta lebih banyak menyatakan puas. Akan tetapi terhadap proses keseluruhan rawat inap peserta lebih banyak tidak puas. Pelayanan dokter paling banyak mempunyai hubungan bermakna dengan karakteristik responden. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk perbaikan - perbaikan, baik dari rumah sakit maupun dari penyelenggara, sehingga didapatkan hasil yang optimal dalam penyelenggaraan JPKM.

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (HMO) is the primadona of the Indonesian Health Department program recently, It was planned that by the end of 1998, JPKM will be spread and a hended to all over Indonesia population. PT. Bhaskara Citra Sehat is one of JPKM Organizer, which is new in the business, has to improve its performance in order to compete with other organizer. Improving the provider services performance is one of the improvement programs. In this case karya medika hospital service.
This observation purpose is to evaluate customer satisfactory on inpatient process and the relation to the customer characteristic. Sample of a hundred of people, all of them are employee, answering question on the questionnaire about their satisfaction on the service of the Admission section, doctor, nursery, satisfactory on the hospital fadities, and also the nutrient service.
On the result, It shown that on those department most of the customer was satisfied but to the over all inpatient process, most of them was not satisfied. The doctor's service was the most meaning relationship with the customer characteristic. These observation results, hopefully can be use to improved hospital services as well as the JPKM organizer services to optimizing program.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Qosimah Batubara
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dapat digunakan sebagai masukan optimalisasi pelayan program rujuk balik di instalasi rawat jalan RS Mitra Medika Batanghari. Metode penelitian. Penelitian menggunakan desain kualitatif dengan metode case study. Informan dari 22 orang pasien hipertensi yang telah dirujuk balik dan 6 orang petugas RS Mitra Medika Batanghari, sumber data dari wawancara mendalam, observasi telah dokumen. Hasil. Sebagian besar pasien hipertensi yang telah dirujuk balik tidak patuh mengunjungi FKTP. Pengetahuan pasien terhadap PRB kurang. Akses menuju fasyankes mudah. Penghambat tidak optimalnya pelayanan PRB adalah kurangnya sosialisasi monitoring dan evaluasi kebijakan PRB di lingkungan rumah sakit, tidak ada SOP terkait PRB, PIC PRB bertugas melayani PRB dan non PRB, tidak ada pelatihan terkait PRB, Pojok PRB tidak tersedia, tidak ada insentif petugas pelaksana PRB, pasien tidak patuh terhadap instruksi DPJP, tidak ada SRB rekomendasi dokter dan lembar resep khusus PRB, SRB tidak diisi lengkap, edukasi pasien singkat. Faktor pendukung pelayanan PRB yaitu petugas pelaksana berkomitmen aktif terhadap PRB, DPJP patuh merujuk balik pasien PRB, komunikasi dan koordinasi antar petugas pelaksana PRB baik, petugas pelaksanan mengetahui formularium nasional obat PRB. Kesimpulan. Program rujuk balik di instalasi rawat jalan RS Mitra Medika Batanghari belum terimplementasi dengan baik karena tidak ada panduan yang jelas terkait PRB dan masih ada pasien hipertensi yang telah direkomendasikan untuk dirujuk balik tidak melanjutkan hingga terdaftar sebagai pasien PRB. Saran. Pelayanan PRB akan terimplementasi dengan baik apabila rumah sakit memiliki panduan pelayanan PRB yang jelas yang mengatur seluruh kegiatan yang berhubungan dengan PRB serta dilakukannya monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan. Penelitian lebih lanjut terkait PRB diharapkan dapat meneliti secara holistik dengan melibatkan seluruh stakeholder.

The aim of this study is to determine the supporting and inhibiting factors that can be used as input for optimizing the staff of the Referral Program in the outpatient installation of the Mitra Medika Batanghari hospital. Method. The study used a qualitative design with a case study method. Informants from 22 hypertensive patients who have been referred back and 6 from Mitra Medika Batanghari hospital staff, data sources from in-depth interviews, observations have been documented. Results. Most hypertensive patients who have been referred back do not comply with primary health care. The patients knowledge of the referral program is lacking. Access to health care facilities is easy. Inhibition of suboptimal service of the referral program is the lack of socialization of monitoring and evaluation of referral program policies in the hospital environment, there are no SOP related to the referral program, the PIC referral program is responsible for operating the referral program and non-referral program, there is no training related to the Referrals program, Referral program corner is not available, there is no incentive to implement referral program, patients are not in adherence with the instructions of the specialist, no recommendations from referral doctors and special referral program sheets, referral returns are not fully completed, short patient training. Supporting factors for the referral program services are that the executive officer is actively engaged in the referral program, obedient specialist doctors refer patients back to the referral program, communication and coordination between the referral program performers well, the implementation officer knows the national formulary of the referral program medication from the referral program. Conclusion. The referral program in outpatient facilities at Mitra Medika Batanghari Hospital has not been correctly implemented because there are no clear guidelines and hypertensive patients are still being advised to be referred back to continue until they are registered as referral program patients. Suggestion. The referral program service is well implemented if the hospital has a clear referral program service guide that controls all activities related to the referral program and performs continuous monitoring and evaluation. It is expected that further research on the referral program can be holistically examined by involving all stakeho."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54436
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Novrita Ilmiyanti
"Penundaan pada proses pemulangan pasien berkaitan dengan ketersediaan jumlah tempat tidur pada pasien yang akan masuk dirawat inap. Hal ini mengakibatkan pelayanan menjadi tidak efisien. Metode Lean merupakan suatu metode yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pada proses pemulangan pasien rawat inap. Penelitian kualitatif dengan menggunakan prinsip Lean thinking untuk menggambarkan alur proses pemulangan pasien, menghitung Lead time dan Cycle Time, dan menganalisis waste yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk pasien metode pembayaran BPJS sebesar 153,5 menit, Cash sebesar 127 menit , dan asuransi sebesar 264 menit. Total persentase non value added activity pada proses pemulangan pasien dengan metode pembayaran BPJS sebesar 76,4%, cash sebesar 72,4%, dan asuransi sebesar 84,1%. Usulan perbaikan dengan metode Lean dapat menurunka persentase non value added activity menjadi sebesar 56,6% untuk pasien BPJS, 46,6% untuk pasien cash, dan 56,8% untuk pasien asuransi.

Delays in the process of discharge related to the availability of the number of beds for patients who are going to be hospitalized. This resulted inefficiency of services. Lean method is a method that is expected to improve efficiency in the process of discharge process. A qualitative study using the principles of lean thinking to describe the process of discharge flow, calculate the lead time and cycle time, and analyze the waste that occurs.
The results show the average time required for patient used BPJS payment method is 153.5 minutes, cash is 127 minutes, and insurance is 264 minutes. The total percentage of non-value added activity in the process of discharge process with BPJS payment method is 76.4%, cash is 72.4%, and insurance is 84.1%. Suggestions for improvements with lean methods can reduce the percentage of non-value added activity by 56.6% for BPJS patients, 46.6% for cash patients, and 56.8% for insured patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Puspa Hapsari
"

Penelitian menganalisis impelementasi Clinical Pathway (CP) Typhoid fever melalui deskripsi utilisasi pelayanan serta tagihannya pada periode sebelum dan sesudah implemenatsi CP. Studi dilakukan di RS PMI Bogor bertujuan untuk mengeksplor siklus pembuatan CP serta utilisasi pelayanan kesehatan yang diberikan sehingga menimbulkan tagihan. Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan tahapan dalam pembuatan CP dan metode kuantitatif digunakan untuk mengeksplor utilisasi layanan dan tagihan yang ditimbulkan serta melihat signifikansi implementasi CP terhadap utilisasi pelayanan dan billing. Simulasi INA-CBG dilakukan akibat temuan dalam penelitian. Data berasal dari sistem informasi rumah sakit, billing dan rekam medis. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada signifikansi/perubahan pada utilisasi pelayanan secara statistik p-value >0.05 antara kelompok pada periode sebelum dan sesudah implementasi CP melalui Uji T dan Uji non parametrik Mann-Whitney U dengan tingkat kepercayaan 95%. Namun secara substansi terjadi perubahan tagihan pasca implementasi clinical pathway Typhoid fever dari Rp. 4,269,051 meningkat menjadi Rp. 5,225,384. Setelah dilakukan penyesuaian obat yang berfungsi terapeutik dan simtomatik terhadap Typhoid fever, maka total tagihan menjadi Rp. 4,771,016 dan meningkat menjadi Rp. 5,959,796. Proses pencatatan diagnosis di dalam rekam medis menjadi isu di RS PMI Bogor. Adanya potensi undercode yang mempengaruhi severity level kasus INA-CBGs (A-4-14), rumah sakit berpotensi kehilangan sebesar Rp. 485,200 hingga Rp. 1,450,400.


This research elaborated Typhoid fever Clinical Pathway (CP) implementation which were described using service utilization and the incurred billing before and after the implementation of CP. Study was conducted in PMI hospital Bogor and aimed to explore CP development cycle and the later service utilization delivered and hence, the incurred billing from each period (before and after CP implementation). Qualitative method was used to explore stages in CP development and quantitative method was used to explore the significance of CP implementation to service utilization and the billing. INA-CBGs grouping simulation was conducted due to a research finding. Data were derived from hospital information system, billing, and medical records. Study resulted in no significance of service utilization before and after CP implementation and it was predicted using T-test and Mann-Whitney U test showing p-value >0.05. However, changes in billing substantially changed from IDR 4,269,000 to IDR. 5,225,384. Adjustment was done by excluding drugs other than for therapeutic and symptomatic pursposes resulting in the increment of billings (e.g. IDR. 4,771,016 before and IDR. 5,959,796 after CP implementation). Simulation through INA-CBGs grouping showed that there were potential undercoding from higher severity level of Typhoid fever case (A-4-14). Hospital might subsequently lose IDR 485,200 up to IDR.1,450,400 each case reimbursed.

"
2019
T54055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Sari Purbandini
"ABSTRAK
Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Pilihan terapi demam tifoid yang bisa digunakan antara lain adalah antibiotik seftriakson, siprofloksasin, dan sefoperazon. Evaluasi penggunaan obat tersebut tidak hanya dilihat secara klinis, tapi juga secara farmakoekonomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas-biaya seftriakson dan non-seftriakson dalam pengobatan demam tifoid. Metode penelitian ini menggunakan metode analisis efektivitas-biaya AEB . Data diambil secara retrospektif dan pengambilan sampel dilakukan secara total sampling dengan melihat catatan rekam medik dan sistem informasi rumah sakit. Pasien yang menjadi sampel penelitian adalah pasien murni demam tifoid dan menggunakan antibiotik seftriakson atau non-seftriakson pada tahun 2016 di RSUD Cengkareng. Sampel yang dilibatkan dalam analisis sebanyak 15 pasien, yaitu 10 pasien kelompok seftriakson dan 5 pasien kelompok non-seftriakson. Efektivitas pengobatan diukur dalam efektivitas persentase pasien dengan lama hari rawat kurang dari sama dengan 5 hari . Biaya didapatkan dari median total biaya pengobatan, meliputi biaya obat, biaya alat kesehatan, biaya obat lain, biaya cek laboratorium, biaya tindakan, biaya jasa dokter, serta biaya kamar rawat. Berdasarkan hasil penelitian, efektivitas seftriakson 66,67 lebih besar dibandingkan efektivitas non-seftriakson 33,33 . Total biaya pengobatan seftriakson lebih rendah Rp 1.929.355,00 dibandingkan non-seftriakson Rp 2.787.003,00 . Nilai rasio efektivitas-biaya REB seftriakson lebih rendah Rp 28.938,88/ efektivitas dibandingkan non-seftriakson Rp 83.618,45/ efektivitas . Hasil akhir menunjukkan bahwa seftriakson lebih cost-effective dibandingkan non-seftriakson.

ABSTRAK
Typhoid fever is caused by bacterial infection Salmonella typhi or Salmonella paratyphi. Typhoid fever treatment which can be used such as ceftriaxone, ciprofloxacin, and cefoperazone. The evaluation of drugs not only seen by clinical aspect but also from economic aspect. The study aimed to evaluate the cost effectiveness of ceftriaxone and non ceftriaxone for typhoid fever patients. Cost effectiveness analysis CEA was chosen to be the method of this study. Data were taken retrospectively and sampling was done using total sampling based on medical records and hospital information systems. Patients who become the samples are patients diagnosed typhoid fever only and use ceftriaxone or non ceftriaxone as the antibiotics. The number of samples were 15 patients, which included 10 patients used ceftriaxone and 5 patients used non ceftriaxone. The effectiveness is measured by effectiveness percentage of LOS less than or equal to 5 days . The cost is median of total cost, summed from the cost of drug, other drugs, medical devices, laboratory tests, physician, healthcare services, and hospitalization. Based on result study, the effectiveness of ceftriaxone 66.67 is greater than non ceftriaxone 33.33 . Total cost of ceftriaxone Rp 1,929,355.00 is less expensive than non ceftriaxone Rp 2,787,003.00 . Average cost effectiveness ratio ACER of ceftriaxone Rp 28,938.88 effectiveness is lower than non ceftriaxone Rp 83,618.45 effectiveness . The final result showed that ceftriaxone is more cost effective than non ceftriaxone. "
2017
S69258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiarsih Pujilaksani
"Peningkatan biaya pelayanan kesehatan merupakan permasalaban yang dihadapi oleh banyak negrua di belaban dunia. Di Indonesia, pada kurun waktu antara tahun 1995 1arnpai dengan tahun 2002, teloh teljadi kenaikan biaya pelayanan kesehatan yang !rastis. Biaya pelayanan kesehatan indonesia tahun 1995 tercatat 5.8 trilyun dan neningkat menjadi 41 ,8 tri1yun pada tahun 2002. Pengeluaran biaya pelayanan kesehatan li Amerika Serikat pada tahun 2011 nanti diperkirakan meneapai 2.8 trilyun usd, yang berarti naik dari 1.3 trilyun di tahun 2000.
Sehagai respons terhadap biaya pelayanan kesebatan yang terus meningkat, baik pemerintah ataupun perusahaan asuransi besar di berhagai negara mengembangkan berbagai upaya pengendalian biaya. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan nengembangkan sistem pembayaran prospektif sebagni altematif sistem pembayaran jasa per pelayanan (JPP).
Di Indonesia sistem pembayaran prospektif telah direrapkan oleh beberapa pihak penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan seperti PT. Jamsostek (persero) yang nenerapkan sistem pembayaran paket per hari (PPH) untuk kasus rawat inap, dan Dinas Cesehatan DKI Jakarta yang menerapkan sistem pemhayaran paket per diagnosis yang lisebut sebagai paket pelayanan kesebatan esensial (PPE).
Hasil yang diharapkan dari penerapan sistem pembayaran di atas adaloh biaya kasebatan menjadi lehih efisien ibandingkan dengan sistem JPP. Apakah sistem pembayaran tersebut efektif dalam 1engendalikan biaya rawat inap dibandingkan dengan sistem JPP l belum diketahui.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan di atas. Rancangan penelitian ini ada.iah penelitian survey yang analisisnya dilakukan ecara kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer berupa basil penelusuran okurnen rumah sakil. Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya illltuk kasus demam tphoid (tilus) dan demam berdarah denue (DBD) di kelas Ill RS X tahun 2005. Sampel enelitian adalah semua kasus tifus dan DBD yang dirawat di ke!as Ill yang tidak 1empunyai penyulit atau penyakit penyerta.
Penelitian ini melibatkan 437 kasus, yang terdiri dari 379 kasus DBD dan 54 asus tifus. Dari 437 kasus, ada sejumlah 298 merupakan jaminan Dinkes DKI, 92 kasus uninan PT. Jamsostek dan sisanya merupakan jaminan asuransi kesehatan atau erusahaan lain yang menerapkan sistem pembayaran JPP. Berdasarkan basil analisis cara univariat dan bivariat, didapatkan bahwa secara statistik ditemukan perbedaan ang signifikan antara lain hari rawat kasus DBD, pada kelompuk kasus yang dijumlah dengan sistem paket per hari dengan JPP. Berdasarkan hasil uji t independen antara kelompok sistem paket per diagnosis (PPE) dengan JPP, diperoleh basil adanya erbedaan yang signi:fikan antara rata-rata biaya rawat inap kelompok sistem PPE dengan PP. Hal ini berarti bahwa secara statistik terbukti sistem PPE yang diterapkan oleh tinkes DKI efektif untuk mengendalikan biaya rawat inap pada kasus tifus
Disarankan bagi universitas untuk beketjasama dengan organisasi profesi asuransi kesehatan, untuk melakukan penelitian serupa dengan ruang lingkup penelitian yang iperluas~ sebagai dasar pengembangan sistem pembayaran prospektif di Indonesia. Kepada Dinkes DKI Jakarta, disarankan agar seluruh tagihan rumah sakit dapat didokumentasikan secara lengkap dalam sistem data base sehingga dapat dimanfaatkan ntuk evaluas dan merubuat standar obat seperti yang dilaknkan oleh PT. Jamsostek sebagai tambahan usaha pengendalian biaya selain penerapan sistem pembayaran paket or diagnosis. Kepeda PT Iamsostek disarankan dapat meruperluas cakupan pelayanan kehatan dalam paket per hari, sehingga dapat lebih efektif. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>