Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190265 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Afrinda Mega Kencana
"ABSTRAK
Menurut Kemenkes No.129 tahun 2008 angka kejadian infeksi luka operasi adalah le;1,5 dimana di RSIA Selasih Medika terdapat 5,9 pada tahun 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran lingkungan sebagai pengendalian infeksi nosokomial di RSIA Selasih Medika. Jenis penelitian ini disusun dengan desa indeskriptif. Menilai gambaran lingkungan rumah sakit melalui hasil laboratorium,observasi dan wawanvara. Penelitian ini menunjukan sistem ventialasi dengan suhu rata rata ruang perawatan nifas Mawar 25.10C dengan kelembaban udara 62.5 dan ruang perawatan nifas Aster dengan rata-rata suhu 27.50C dengan kelembaban74.02 , ruang operasi memiliki ventilasi udara yang baik yaitu suhu udara 25.2 0C dengan kelembaban udara 46,75 . Angka kuman udara dalam ruang adalah 5000C FU/m pada ruang perawatan nifas Mawar dan 36000 CFU/m pada ruangan nifas Aster. Angka kuman dilantai ruang Mawar 0 CFU/cm dan Aster 7 CFU/cm juga ruang operasi memenuhi standar. Alat operasi pada set 1 terdapat 15 CFU/cm dan pada set 2 terdapat 13 CFU/cm dan alat pengganti verban yaitu terdapat 0 CFU/cm. Angka kuman dalam linen set 1 terdapat 0 CFU/cm dan linen set 2 terdapat 6CFU/cm. Perilaku cuci tangan petugas kesehatan RSIA Selasih Medika adalah sebesar 82.7 baik dan 17.3 tidak baik.

ABSTRACT
According to Ministry of Health No.129 year 2008 the incidence of wound infection is ≤ 1.5% where in RSIA Selasih Medika there is 5.9% in 2016. This research is very useful to identify environmental picture as control of nosocomial infection at RSIA Selasih Medika. Type of research is prepared with descriptive design. Assess the hospital environment overview of laboratory, observation and wawanvara results. This study shows the ventation system with the average temperature of 255 ° C maturity treatment with air humidity of 62.5% and the Aster nifas room with an average temperature of 27.50C with humidity 74.02%, the operating room has good air ventilation ie 25.2 0C air temperature with humidity Air 46.75%. The number of indoor airborne germs is 5000 CFU / m³ in the treatment room of the Mawar and 36000 CFU / m³ in the Aster room. The germ on the floor of the Rose room 0 CFU / cm² and Aster 7 CFU / cm² also the operating room meets the standards. The operational tool on set 1 is 15 CFU / cm² and in the 2nd set there is 13 CFU / cm² and the verban replacement tool is 0 CFU / cm². The number of germs in linen set 1 is 0 CFU / cm² and linen set 2 is 6 CFU / cm². Behavior of handwashing health officer RSIA Selasih Medika is equal to 82,7% good and 17,3% not good."
2017
S68857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhina Kemala
"ABSTRAK
Infeksi luka operasi nosokomial merupakan infeksi nosokomial kedua terbanyak setelah saluran kemih. Infeksi yang terjadi pada luka operasi selain menimbulkan morbiditas dan mortalitas juga menimbulkan dampak yang merugikan pihak rumah sakit dalam mengelola sumber dayanya dan merugikan penderita beserta keluarganya.
Rumah Sakit Islam Jakarta merupakan salah satu rumah sakit swasta kelas utama yang sejak tahun 1986 telah memulai upaya meningkatkan mute layanan. Dalam meningkatkan upaya kualitas pelayanan, pihak rumah sakit menyadari pentingnya untuk mengetahui besarnya masalah infeksi nosokomial di rumah sakit tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran karakteristik kasus infeksi luka operasi nosokomial pasca appendiktomi selama bulan Januari sampai Juli 1995.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif berdasarkan data pada rekam medik. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kejadian infeksi luka operasi nosokomial pasca appendiktomi di Rumah Sakit Islam Jakarta lebih banyak terjadi pada kelompok pasien berumur diatas 45 tahun, kelompok pasien berjenis kelamin laki-laki, kelompok lama hari rawat prabedah 0 (nol ) hail, kelompok operasi cito, kelompok waktu operasi jam 14.01 sampai 21.00 dan pada kelompok operasi kotor. Kejadian infeksi luka operasi nosokomial pasca appendiktomi juga lebih banyak terjadi pada kelompok pasien yang tidak menderita anemia, kelompok pasien yang dirawat di kelas 1 dan kelas 2, kelompok lama operasi kurang atau sama dengan 30 menit.
Disarankan agar Rumah Sakit Islam Jakarta dalam membuat tatalaksana bedah lebih memperhatikan pasien pasien dengan risiko tinggi. Juga disarankan agar Komite Nosokomial Rumah Sakit Islam Jakarta dapat memasyarakatkan pengertian infeksi nosokomial dikalangan masyarakat rumah sakit.

ABSTRACT
The Charactersitic of Nosocomial Infection in Post Appendectomy Surgical Wound and The Efforts of Increasing The Quality of Care in "Rumah Sakit Islam", Jakarta.
Nosocomial infection of surgical wound is the most frequent nosocomial infection after urinary tract infection. Infection in surgical wound increasing the risk of morbidity and mortality in hospitalized patients and also had economical impacts to hospital and patients.
Rumah Sakit Islam Jakarta, is one of the top private hospital in Jakarta which had begun quality of care program since 1986. In the effort of increasing the quality of care, the hospital management realize the importance of nosocomial infection in that hospital.
This study is attempted to describe the characteristics of nosocomial infection in post appendectomy surgical wound in January to July 1995.
This study is a descriptive study which used medical record's data. It can be concluded that nosocomial infection in post appendectomy surgical wound are more likely to occur in elderly patients (7 45 years old), male, short length of stay (0 day), emergency surgery, time of operation at 14.01 to 21.00 and dirty surgery. The infection is also more likely to occur in non anemic patients, patients in class 1 and 2 duration of surgery less than 30 minutes.
We recommend Rumah Sakit Islam Jakarta in developing surgical protocol to be more seriously for patients with high risk of nosocomial infection. We also recommend the nosocomial committee of Rumah Sakit Islam Jakarta to give information about nosocomial infection to medical personnel in the hospital."
1996
T3744
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaning Widhi Nugrahani
"Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu infeksi nosokomial yang dapat meningkatkan morbiditas, mortaIitas, biaya, dan lama perawatan di rumah sakit.
Penggunaan antibotik profilaksis merupakan salah satu cara untuk menurunkan kejadian ILO. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara
kesesuaian penggunaan antibiotik profilaksis di ruang bedah dengan kejadian ILO di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta Rancangan penelitian yang digunakan adalah potong lrntang dan pengambilan data dilakukan secara prospektif. Sebanyak 200 sampel diambil dari 232 pasien yang menjalani operasi terencana selama peri ode 17 Oktober - 30 November 2012. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kejadian ILO sebesar 2,5%. Antibiotik profilaksis digunakan pada sebagian besar operasi (89,0%). Jenis antibiotik profilaksis yang banyak
digunakan adalah cefalosporin generasi III (54,5%) dan cefalosporin generasi IV (37,1%). Sebagian besar pasien (79,0%) menerima antibiotik profilaksis tepat indikasi, 79,2% tidak tepat waktu (terlalu lambat), dan 70,8% tidak tepat durasi
(terlalu lama). Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara ketepatan indikasi, ketepatan waktu pemberian, dan ketepatan
durasi pemberian dengan kejadian fLO (p > 0,05). Faktor risiko yang berhubungan secara bermakna dengan kejadian ILO adalah durasi operasi dan riwayat penggunaan antibiotik sebelum operasi (p < 0,05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T57592
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Fitra Molina
"Program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo sudah berjalan selama empat tahun. Saat ini pelaksanaan beberapa kegiatan mengalami penurunan. Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program tersebut ditinjau dari manajemen dan organisasi dengan pendekatan sistem. Pengumpulan data melalui telaah dokumen, observasi, wawancara mendalam, Focus Group Discussion.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa faktor manajemen yang terdiri dari komitmen, kepemimpinan, komunikasi dan kerjasama dalam pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di Rumkital Dr. Mintohardjo masih rendah disebabkan program tersebut belum menjadi prioritas utama dan seringnya terjadi pergantian pimpinan yang diikuti dengan perubahan kebijakan. Organisasi pelaksana program pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial secara struktural belum melibatkan orang-orang yang mempunyai pengaruh dan belum ada pembagian tugas antara penentu kebijakan dan pelaksana kebijakan. Pelaksanaan tugas komite pencegahan dan pengendalian infeksinosokomial masih rendah terbukti dengan tidak terlaksananya kegiatan rapat, sosialisasi, pengawasan dan umpan balik.
Saran yang dapat dilakukan dengan restrukturisasi organisasi dan meningkattkan kembali kegiatan sosialisasi, pertemuan, rapat dan orientasi agar informasi tentang program dapat dipahami dan dilaksanakan.

Programs of prevention and control of nosocomial infections in Rumkital Dr. Mintohardjo been running for four years. Currently the implementation of some activities has decreased. Descriptive qualitative study conducted to know the description of the programs in terms of management and organizational systems approach. The collection of data through document review, observation, depth interviews, focus group discussions.
Based on the results of the study concluded that the factor of management commitment, leadership, communication and cooperation in the implementation of prevention and control of nosocomial infections in Rumkital Dr. Mintohardjo still low because the program has not been a top priority and the frequent change of leadership, followed by policy changes. Organizations implementing prevention and control of nosocomial infections are structurally not involve people who have influence and there is no division of tasks between policy makers and policy implementers. Implementation of prevention and control committee assignment infeksinosokomial low as evidenced by not meeting the implementation of activities, socialization, supervision and feedback.
Suggestions to do with organizational restructuring and re-socialization meetings and orientation to information about the program can be understood and implemented.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31746
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Ratna Dewi Wijayanti
"Ibu hamil menjadisalah satu kelompok masyarakat yang rentan terinfeksi COVID-19 akibat adanya perubahan fisiologis tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan pandemi COVID-19 memengaruhi perawatan selama kehamilan, meningkatkan angka kehamilan risiko tinggi, dan meningkatkan mortalitas padaibu dan bayinya. Menurut WHO, peningkatan jumlah persalinan dengan metode Sectio Caesaria (SC) berbanding lurus dengan peningkatan kejadian infeksi daerah operasi (IDO). Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis faktor-faktor intrinsik (umur pasien, status gizi, anemia, kejadian perdarahan)dan faktor ekstrinsik ( pengetahuan tenaga kesehatan tentang pengendalian infeksi rumah sakit, kepatuah kebersihan tangan tenaga kesehatan, kepatuhan penggunaan alat pelindung diri tenaga kesehatan, lama waktu operasi dan penggunaan antibiotika profilaksis) yang menyebabkan kejadian IDO pada pasien pasca-SC selama pandemi COVID-19 di RSUD Bali Mandara. Penelitian menggunakan desain kuantitatif analitik korelasional cross-sectional. Sampel penelitian 183 tenaga kesehatan yang bertugas di ruang perawatan pasca- SC dengan menggunakan rule of thumb dan instrumen penelitiannya berupa kuisioner dan lembar observasi. Data faktor intrinsik diambil dari rekam medis (umur pasien, status gizi, anemia, serta kejadian perdarahan) kemudian dianalisis secara univariat dan bivariat. Dari variabel umur pasien rata-rata berusia 28,19 tahun (26,2–30,15) dengan pasien yang mengalami IDO cenderung lebih muda. Mayoritas subjek mengalami anemia, baik pada kelompok pasien yang mengalami maupun yang tidak mengalami IDO. OR pasien anemia yang mengalami IDO adalah 0,652 sehingga menunjukkan sifat protektif.
Dari faktor ekstrinsik diperoleh nilai median pengetahuan nakes tentang pengendalian infeksi sangat baik dengan rata-rata 90 (85,89–90,36). Selain itu, nilai mean kepatuhan kebersihan tangan nakes adalah 3,35 (3,23–3,47) yang berarti sangat baik. sementara nilai median dari faktor kepatuhan penggunaan APD nakes adalah 16 (14,66-15,59) dengan nilai maksimum 16. Pada lama operasi, dengan median yang didapat 42 (41,88–45,18) menit masih serupa dengan standar rerata lama SC (45 menit). Analisis Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peringkat lama waktu operasi pasien yang tidak signifikan pada pasien yang mengalami IDO pasca-SC dan yang tidak mengalami IDO.Pada penggunaan antibiotika profilaksis, sebagian besar pasien penelitian menggunakannya (RR = 0,16), menunjukkan faktor umur pasien menjadi faktor intrinsik dan kepatuhan pengunaan APD menjadi faktor ekstrinsik yang memengaruhi kejadian IDO pasien COVID-19 pasca SC tahun 2020 di RSUD Bali Mandara. Asuhan antenatal yang terfokus bekerja sama dengan fasilitas kesehatan primer,serta pemangku kebijakan dalam menyiapkan fasilitas kesehatan yang memadai bagi pasien dan tenaga kesehatan serta membangkitkan kesadaran untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi oleh pasien dan keluarga merupakan salah satu upaya menurunkan angka IDO.

Pregnant women are one of the groups of people who are vulnerable to being infected with COVID-19 due to physiological changes in the body. Several studies have shown that the COVID-19 pandemic is affecting care during pregnancy, increasing the rate of high-risk pregnancies, and increasing mortality for both mother and baby. According to WHO, the increase in the number of deliveries using the C-Section (CS) method is directly proportional to the increase in the incidence of surgical site infections (SSI). The purpose of this study was to analyze intrinsic factors (patient age, nutritional status, anemia, bleeding incidence) and extrinsic factors (knowledge of health care workers in hospital infection control, hand hygiene compliance, compliance with the use of personal protective equipment, duration of surgery and use of prophylactic antibiotics). which caused the incidence of SSI in post-CS patients during the COVID-19 pandemic at the Bali Mandara Hospital. This study uses a cross-sectional correlational analytic quantitative design. The research sample was 183 health workers who served in the post-CS treatment room using the rule of thumb and research instruments are form of questionnaires and observation sheets. Intrinsic factor data were taken from medical records (patient age, nutritional status, anemia, and bleeding incidence) and then analyzed by univariate and bivariate. From the age variable, the average patient was 28.19 years (26.2–30.15) with patients experiencing SSI which tended to be younger. The majority of subjects in this study were anemic, both in the group of patients with and without SSI. The OR of anemic patients with SSI was 0.652, indicating protective properties.
From extrinsic factors, the median knowledge of health workers about infection control was very good with an average of 90 (85.89–90.36). In addition, the mean hand hygiene compliance of health workers was 3.35 (3.23–3.47) which means very good. while the median value of the compliance factor for the use of PPE for health workers is 16 (14.66- 15.59) with a maximum value of 16. In the length of operation, the median obtained is 42 (41.88-45.18) minutes, which is still similar to the standard length of time CS(45 minutes). The Mann-Whitney analysis showed that there was a non-significant difference in the ratings for the duration of surgery for patients with post-CS SSI and those without SSI. In the use of prophylactic antibiotics, most of the study patients used them (RR = 0.16), indicating a factor The patient's age is an intrinsic factor and compliance with the use of PPE is an extrinsic factor that affects the incidence of SSI in post-CS COVID-19 patients in 2020 at the Bali Mandara Hospital. Antenatal care that focuses on collaborating with primary health facilities, as well as policy makers in preparing adequate health facilities for patients and health workers as well as raising awareness to maintain maternal and infant health by patients and families is one of the efforts to reduce SSI rates.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Djoko Hadi Rahyono
"Salah satu aspek sanitasi dalam upaya pengelolaan rumah sakit yang bersih dan sehat adalah dengan menggunakan alat pembersih udara di dalam ruang perawatan. Dengan turunnya angka populasi kuman diharapkan terjadi korelasi penurunan angka kejadian Infeksi Nosokomial, dengan demikian dapat menekan biaya pengeluaran pasien/keluarganya dan biaya operasional rumah sakit, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan efisiensi dan memperbaiki citra rumah sakit.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran, pengaruh dan efisensi alat pembersih udara `Enviracaire' terhadap penurunan jumlah koloni kuman per m3 udara serta kaitannya dengan insiden kejadian Infeksi Nosokomial di Ruang Perawatan Intensif Penelitian dilaksanakan di tiga Ruang Watsif (Perawatan Intensif) RSPAD Gatot Soebroto. Rancangan penelitian adalah Eksperimen Kuasi, dua ruangan sebagai perlakuan dan satu ruangan sebagai pembanding. Pengukuran jumlah koloni kuman dilaksanakan sepuluh kali sebelum dan sepuluh kali selama perlakuan dengan lama pengukuran 8 menit dan interval waktu 3 hari. Untuk menghindari kemungkinan adanya pengaruh cuaca dalam ruangan (suhu dan kelembaban) yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dikendalikan dengan mengukur Index WBGT.
Hasil rata-rata pengukuran Index WBGT pada masing-masing ruangan yang diteliti sebelum dan selama dipasang alat 20,166 dan 20,163. Hasil uji Anova tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05). Dengan demikian terbukti bahwa variabel cuaca yang merupakan variabel pengganggu pada penelitian ini dapat terkendali. Hasil pengukuran jumlah koloni kuman per m kubik udara rata-rata sebelum dipasang alat di ruang perlakuan I, II dan pembanding masing-masing adalah 1466, 1471 dan 1467 koloni. Uji Anova dari ketiga ruang penelitian tersebut secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna (p > 0,05), Hasil pengukuran rata-rata jumlah koloni kuman per m3 udara selama dipasang alat di ruang perlakuan I, II dan pembanding masing-masing adalah 459, 436 dan 1456 koloni. Apabila dibandingkan dengan persyaratan Permenkes RI No. 9861 Menkes 1 Per 1 XI 1 1992, angka di ruang perlakuan I dan II dibawah Batas maksimum yang diperbolehkan (700 koloni per m3 udara). Setelah diuji dengan Anova dan t test secara statistik menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara ruang perlakuan I dan ruang pembanding, ruang perlakuan II dan pembanding (p < 0,05). Sedangkan ruang perlakuan I dan ruang perlakuan II tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Perbandingan rata-rata jumlah koloni kuman antara sebelum dan selama perlakuan didapatkan basil bahwa di ruang perlakuan I dan ruang perlakuan II secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna (p < 0,05). Sedangkan di ruang pembanding secara statistik tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan selama perlakuan (p > 0,05). Dengan melihat kecenderungan jumlah koloni kuman, ternyata alat pembersih udara `Enviracaire' efektif digunakan sampai minggu ketiga. Efisiensi alat selama penelitian + 70 % dalam kurun waktu satu bulan. Sedangkan besarnya pengaruh (kontribusi) alat pembersih udara dalam menurunkan jumlah koloni kuman sebesar 94,2%. Secara deskripsi penurunan jumlah koloni kuman diikuti oleh penurunan angka insiden kejadian Infeksi Nosokomial di Ruang Perawatan Intensif (dari 14,81% menjadi 6,25%). Untuk mengetahui lebih lanjut apakah ada korelasi antara pemasangan alat pembersih udara dengan penurunan angka insiden Infeksi Nosokomial diperlukan adanya penelitian lanjutan.
Disarankan bahwa untuk membantu menurunkan angka kejadian Infeksi Nosokomial menggunakan alat pembersih udara `Enviracaire', mengingat alat ini mempunyai potensi dan efisiensi yang baik untuk menurunkan jumlah koloni kuman di rumah sakit. Namun demikian alat ini harus dirawat dan dibersihkan filternya secara periodik paling lama 3 minggu sekali.

The Influence of Usefully Cleaned Air Conditioning System on Decreasing Germ Colonizations and Nosocomial Infection (Study Held in Icu of Center Army Gatot Soberoto Hospital, May-July Of 1997)One of sanitation aspect in accordance with environmental and healthful hospital which is carried out by mean of well-cleaned air conditioning system as used for wards. Therefore, there's any expected decreations of correlation between the quantity germs and occurred Nosocomial Infection rate, billing to patients taken medical treatments and the operated cost for hospitalization, consequently could be decreased and develop efficiently medical service and also improve the hospital prestigious.
The examinations done to describe or indicate whether `Enviracaire' (cleaned air conditioning system) could possibly decrease the correlation between the quantity disease germ of a cubic meter air and occurred disease germ of Nosocomial Infection or not for Intensive Care Unit use. The examinations have been carried out in three different Intensive Care Unit of Center Army Gatot Soebroto Hospital. Quasi experiment, the designed examinations, consists of two medical treatment rooms and another one is used for comparison. The germ colonization are measured prior to ten times and ten times during the examinations treatments within each duration of eight minutes and three days intervals. WBGT Index is used to avoid possibilities of the rooms terrible weather (temperature and humidity) as it can effect changes in the result of examinations.
Each room indicated as result of WBGT Index measurement rate before and during setting devices at 20,166 and 20,163. Otherwise, the Anova examination was without result or unmeaningful comparison (p > 0,05). Thus, it proved that variable temperature and humidity, as terreby result of examination, can be overcame (everything is under control). As result of correlation result between germ colonies of a cubic meter air rate prior to setting devices at the first and second treatment room and each comparison are namely 1466, 1471 and 147 colonies. Otherwise, Anova examination of those all experimented rooms are without result or unmeaningful in statistically (P > 0,05). However, as result of correlation between germ colonies of a cubic meter air after setting devices at the first and second treatment room and each comparison room are namely 459, 436 and 1456 colonies. In comparison with the requirement ruling of Minester of Health RI No. 986IMenkes/Per/XI11922, the rate of first and second treatment rooms are under maximized control allowed (700 colonies of a cubic meter air). In statistically, the result of Anova and other tests indicated that there is a meaningful different between the first treatment room and comparison room and between the second treatment room and the comparison one (p > 0,05).
However, the first treatment room and the second treatment room have no meaningful difference (p > 0.05) In comparison with the quantity germ colonization rate between before and during carried out treatment indicated that the results of the first treatment room and the second treatment room, in statistically, there's a meaningful difference (p > 0,05), otherwise, in statistically, there's no difference between before and during the treatment done in the comparison room (p > 0,05). Having observed the result of `Enviracaire', more effectively useful until the third week. This device or instrument timing is efficiently used for researches approximately 70 %, otherwise the contribution of cleaning air device succeeded in reducing the quantity germ colonization of 94,2 %. Descriptively, decreasing germ colonization are following decreasing incidentally accured. Nosocomial Infection in ICU (from 14,81% reducing of 6,25 %). Following further information whether there's a correlation between setting cleaning air conditioning system off and occurred disease germ rate of Nosocomial Infection should be done.
Suggestion should be great done for reducing or decreasing occurred disease germ of Nosocomial Infection by mean of `Enviracaire', the well cleaning air system, in accordance with this potentially of device. However, this sophisticated facility or device should be kept cleaned and well maintained periodically at least three times a week of it's filter.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Rohani
"Infeksi nosokomiaJ penting mendapatkan perhatian, karena infeksi nosokomial menjadi salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas. Menurut Thamrin (1993) penularan melalui tenaga perawat ditempatkan sebagai penyebab utama infek:si nosokomial. Karena itu kepatuban perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial sangat penting sebagai upaya menjaga mutu pelayanan di rumah sakit. Salah satu upaya pencegahan tersebut dilakukan dengan memutus malaran!al infeksi nosokomial melalui perllaku perawat yang lebih ascptik dan menerapkan tindakan keperawatan berdasarkan prinsip standard precaution.
Hasil penelitian infeksi nosokomial infeksi luka infus di RSUD Kota Bekasi tahun 2007 didapatkan angka kejadian infeksi nosokomial sangat tinggi yaitu rata-rata 15,2% sedangkan Depkes (2007) menetapkan angka infeksi nosokomial harus <1,5%. Rumusan masalah dalam penelitian ini bagaimana gambaran perilaku kepatuhan perawat dalam tindakan pencegahan INOK pada saat melak-ukan tindakan keperawatan di ruang rawat inap serta faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tersebut.
Penelitian ini termasuk penelitian survei dengan desain cross sections dengan tujnan memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuban perawat dalam pencegahan INOK di ruang rawat inap. Populasi meliputi semua perswat yang uktif beke!ja di 8 ruangan rawat inap kecuali kepala ruangan yang beijumiah 148 orang Sampel penelitian 80 orang.
Pengumpulan data diJakukan dengan wawancara melalui kuesioner untuk variabel independen dan untuk variabel dependen berupa observasi dengan mengunakan dalblr tilik. Variabel dependen adalah kepetuban perawat dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial sedangkan variabel independen adalah fuktor predispesisi (pendidikan perawat, pengetahuan, siknp), fuktor pemungkin (ketersediaan sarana, ketersediaan pedaman/SOP INOK, lama kruja perawat), dan faktor penguat (pelatiban, supervisi dan sanksi).
Hasil penelitian menunjukkan proporsi perawat yang patuh terbndap upaya pencegaban INOK sebesar 52,5% dan yang tidak patuh 47,5%. Dari sembilan variabel yang dianalisis bivariat ada 4 {empat) variabel yang terbnkti secara statistik berhubungan dengan kepatuhan perawat yaitu pengetahan, ketersediaan sarana, ketersediaan pedoman/SOP INOK, dan supervisi. Sedangkan pada basil akhir analisis multivariat (mu!tivariat tahap II) dari 4 (empat) variabel didapstksn keempat variabel terbukti secara statistik berhubungan dengan kepatuhan perawat yaitu pengetahuan, ketersediaan sarana, ketersediaan pedoman/SOP INOK dan lama kerja. V ariabel lama keg a memiliki hubungan kearab negatif yaitu semakin lama bekerja semakin tidak patuh, sedangkan yang lainnya mcmiliki hubungan kearah positif. Dari keernpat variabel tersebut kerersediaan sarana terbukti sebagai faktor yang paling dominan berhubungan dengan perilaku kepatuban perawat ruang rawat inap dalam upaya pencegahan infeksi nosokomial di RSUD Kota Bekasi dengan p value= 0,008 dan nilal odd ratio 4,350 (CI 1,478 sd 12,804).
Hasil penelitian ini menunjukkan perlunya kornitmen dari Direksi RSUD Kota Bekasi terhadap pentingnya pengendalian dan pencegahan INOK dalam bentuk duknngan nyata berupa perbaikan sarana, kemudaban dalam mendapatkan instrumen dan baban habis paka1 dalam jumlah sesuai kebutuban, serta menyediakan alokasi anggaran program PPIN dengan prioritas program peningkatan pengetahuan perawat secara terns menerus dan berkesinambungan balk melalui pembuatan baku saku pencegaban INOK. pelatihan, seminar serta penyampaian informasi terbaru,dimana pengetahuan menjadi dasar dari berkelanjutannya suatu perilaku yang baik.

Nosocomial infection need to be noticed as the one of mortality and morbidity causes. According to Thamrin (1993}, the infection spreading via nurses is the main cause of Nosocomial infection. Therefore. adherence of the nurses in efforts to prevent nosocomial infection is very important to maintain the quality of hospital service. One of the efforts is to cut·off chain of nosocomial infection through improving aseptic behavior to the nurses and implementing actions based on the principle of standard precaution.
Research of the nosocomial infection (Nl) by intravenous feeding injury at Bekasi Hospital in 2007 have resulted that a number of nosocomial infection incidence was very high that the average was about 15.2% while the Ministry of Health (MOH-2007) set the number of nosocomial infection must be
This research included survey with cross sectional design and the purpose was to obtain information about factors related the adherence of the nurse in efforts to prevent NI at inpatient's room, Population including all active nurses who work in 8 Inpatient's rooms except the head of the room was 148 people nad 80 of them were used for sample.
Collecting data through interviews was conducted with the questionnaire and the independent and dependent variable through observations were conducted with list glance. Dependent variable was the adherence of the nurse in efforts to prevent nosocomial infection while independent variables are predisposition factors (education, knowledge, attitudes}, enabling factors (availability of theilities nad guidelines/ NI-SOP, long wurk), and lasing thetors (training. supervision and punishment).
The results have indicated that the proportion of dutiful nurses in efforts to prevent NI was 52.5% and 47.5% did not obey. From the nine variables, analyzed bivariate, have 4 (four) variables related statistically associated with compliance of the nlll'SCS; Knowledge, the availability of facilities and guidelines I NI-SOP and supervise. Meanwhile, the end result of Multivariate analysis (Multivariate phase II) from 4 (four) variables obtained that the four variables related statistically associated with tlte compliance of nu..-scs; Knowledge, availability of facilities and guidelines I Nl-SOP nad long work. Long working variable had a negative relation that longer work became less obey, while the other have positive relations. From the fourth variable, the availability of facilities became the dominant factor associated with the compliance of nurse behavior at Inpatient's room in efforts to prevent nosocomial infection at Bekasi Town Hospital with p value= 0.008 and the value of odd ratio 4.350 (CI 1.478 -12.804).
Results of this research showed the need of commitment from the Bekasi Town Hospitals government that the importance of prevention and controlling Nl are by improving facilities, the ease in getting the instruments and consumable materials as needed, and providing a budget a!location to the PPIN pregram with priority for increasing knowledge of nurses continuously through making pocket book of Nl prevention, training, seminars and the delivery of up to date information, while knowledge sustained a good behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32498
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Armen Muchtar, Author
Jakarta: UI-Press, 2006
PGB 0173
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ahmad Djojosugito
"ABSTRAK
Nosokomial berasal dari kata Nosos yang berarti penyakit dan kooeo yang berarti merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat penyakit atau rumah sakit, sehingga nosokomial berarti yang berhubungan dengan rumah sakit dan infeksi nosokomial berarti infeksi yang berasal dari atau terjadi di rumah sakit. Ada 4 macam infeksi nosokomial yang menonjol yaitu infeksi luka operasi (ILO), infeksi saluran kencing (ISK), infeksi saluran napas (ISN) dan bakteremia.
Dalam sejarah kedokteran, tercatat kejadian infeksi nosokomial berupa epidemi gangren gas di rumah sakit di Leipzig sekitar tahun 1800, yang menyebabkan ditutupnya rumah sakit.
Dalam sejarah penelitian kedokteran tercatat nama Semmelweis (LaForce.F.M 1987) yang mempublikasikan penelitiannya pada tahun 1860 setelah pengamatannya terhadap febris puerperalis sejak tahun 1847. Semmelweis menemukan bahwa angka kematian pada wanita yang melahirkan dengan pertolongan bidan hanya 3% sedangkan angka kematian dari wanita yang melahirkan dengan pertolongan dokter atau mahasiswa kedokteran adalah 10% . Berdasarkan hal itu, dia membuat hipotesis bahwa penyebab tingginya angka kematian itu adalah karena dokter dan mahasiswa yang menolong proses kelahiran, sebelumnya telah melakukan autopsi, dan ini menyebabkan terjadinya kontaminasi yang berasal dari kadaver pada tangan dokter atau mahasiswa dan kontaminasi inilah yang kemudian menjadi penyebab terjadinya febris puerperalis yang menyebabkan kematian itu. Semmelweis kemudian berhasil menurunkan angka kematian dari ibu melahirkan itu dengan menekankan dan mengharuskan para dokter dan mahasiswa kedokteran yang akan menolong melahirkan untuk mencuci tangan mereka dalam larutan kapur chlor sebelum menolong kelahiran bayi. Kemudian Lister (Wilson & Miles 1964, Altemeier 1976, LaForce.F.M. 1987) pada tahun 1874, dengan di pengaruhi penelitian Pasteur mengenai adanya kontaminasi oleh mikroba pada proses fermentasi, menyimpulkan bahwa mikroba itulah yang menyebabkan terjadinya pernanahan (infeksi) pada luka. Infeksi ini dapat dicegah dengan membunuh mikroba pada luka. Berdasarkan hal itu Lister memperkenalkan penggunaan larutan asam karbol untuk mencuci luka fraktur terbuka dan usaha ini ternyata memberikan hasil yang sangat menggembirakan. Sejak Lister mempublikasikan hasil penelitiannya, konsep antisepsis menjadi sangat dikenal dalam bidang ilmu bedah. Sesudah Lister, beberapa ahli bedah Jerman antara lain V.Bergmann dan Schimmelbusch mengajukan konsep cara mematikan kuman dengan mempergunakan panas, sehingga konsep asepsis menjadi terkenal juga dalam bidang ilmu bedah dan kemudian-penggunaan peralatan, pakaian, masker dan sarung tangan yang disterilkan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 1990
D110
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Molita Marliana
"Pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial yang baik merupakan salah satu langkah penting dalam upaya pengendalian infeksi nosokomial. Saat ini belum diketahui bentuk pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial yang ideal dan dapat diterapkan di RSUD Koja.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan bentuk analisa terhadap pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Koja. Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara mendalam kepada mereka yang menduduki posisi ketua pada organisasi pengendalian infeksi nosokomial RSUD Koja dan pembagian kuesioner pada para anggotannya yang terdiri dari 10 kepala ruangan. Pengumpulan data primer juga dilakukan dengan melakukan telaahan terhadap dokuemen-dokumen yang berhubungan dengan pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Koja. Hasil penelitian menunjukan pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial di RSUD Koja masih kurang baik. Sasaran organisasi telah ditentukan tetapi belum dterjemahkan ke dalam serangkaian tujuan yang lebih dapat diterapkan. Telaahan terhadap lingkungan organisasi mengidentifikasikan beberapa faktor yang dinilai sebagai pendukung dan penghambat pencapaian tujuan organisasi. Struktur organisasi yang ada saat ini belum tepat. Diagram organisasi, uraian tugas, dan dokumen-dokumen lain yang berhubungan dengan pegorganisasian juga belum dilengkapi.
Kesimpulan analisa pengorganisasian pengendalian infeksi nosokomial ini adalah belum dilaksanakannya pengorganisasian dengan baik.
Saran yang diajukan adalah perbaikan dalam pengorganisasian, yaitu dengan menetapkan tujuan, pemanfaatan faktor-faktor peluang, mengantisipasi faktor ancaman, perbaikan dalam struktur organisasi, dan melengkapi dokumen-dokumen yang terkait dengan pengorganisasian.

Analysis the Organizing of Nosocomial Infection Control at Koja Hospital, JakartaEstablishing well organized nosocomial infection control is one of the important steps in controlling nosocomial infection. At present the ideal organizing of nosocomial infection control that can be applied at Koja Hospital is still unknown.
Qualitative method is used to analyze the organizing or nosocomial infection control at Koja Hopital. Primary data was collected by interviewing all chairman in nosocomial infection control organization, distributing questioners to 9 members, and reviewing all documents related to the organizing process of the nosocomial infection control.
The result shows that some basic steps in organizing have been done. The organization of nosocomial infection control has stated its goal, but has not been translated to several objectives which are more applicable. The environmental review identifies some factors that support and inhibit the organizing process. This research also shows that the organizational structure is not suitable for the organization
The conclusion of the analysis is the organizing of nosocomial infection control in RSUD Koja has not been done properly.
The suggestion are translate the organizational goal into some objectives organization wishes to achieve, take advantage of factors that can support the nosocomial infection control organization, anticipate factors that can inhibit the organization, change the organizational structure, and complete documents related to the organizing process of nosocomial infection control.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T 4633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>