Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maika Christy
"Lingkungan pekerjaan di Jepang secara tradisional telah dibentuk oleh kesenjangan besar antara peran gender laki-laki dan perempuan. Masyarakat di Jepang sering kali memberikan tuntutan kepada perempuan untuk memenuhi peran sebagai ibu dalam rumah tangga, peran sebagai wanita karir yang berdedikasi, atau gabungan dari keduanya. Oleh karena itu, perempuan sering kali mendapatkan tekanan bahkan mendapatkan pelecehan atau harassment di tempat mereka bekerja. Di dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai perjuangan Osakabe Sayaka melawan maternity harassment yang ada di Jepang sebagai bentuk feminisme radikal. Teori yang digunakan adalah teori feminisme radikal menurut Tong, Crawford Unger dan Firestone. Melalui teori tersebut, perjuangan Osakabe melawan matahara dapat dilihat sebagai perjuangan untuk melawan penguasaan laki-laki terhadap kehidupan seksual dan reproduksi perempuan. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa perjuangan Osakabe dapat dikatakan sebagai wujud atau manifestasi praktek feminisme radikal.

The work environment in Japan has traditionally been shaped by a large gap between the gender roles of men and women. Communities in Japan often provide demands for women to fulfill the role of mother in the household, the role of a dedicated career woman, or a combination of both. Therefore, women often get pressure even get harassed or harassment in their workplace. On this research, writer will explain about radical feminism by Osakabe Sayaka who is fighting against Maternity Harassment in Japan. The theory that will be used on this research is the theory of radical feminism according to Tong, Crawford Unger and Firestone. Through this theory, Osakabe's movement against the 'Matahara' can be seen as a fight against male mastery of women's sexual and reproductive lives. In this study we will found that Osakabe rsquo s movement can be said as a manifestation of radical feminism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Putu Arsi Widiasih
"Kondisi Jepang yang sedang mengalami stagnansi ekonomi, dan kekurangan tenaga kerja produktif, mendorong pemerintah untuk mengeluarkan strategi ekonomi dengan tujuan untuk memecahkan kedua masalah tersebut. Strategi ini disebut dengan Womenomics, berpusat kepada usaha pemerintah memfasilitasi potensi terpendam para  perempuan Jepang agar dapat lebih aktif dalam dunia kerja tanpa harus memilih antara pekerjaan atau keluarga. Meskipun demikian, ternyata strategi ini memunculkan masalah-masalah baru. Salah satunya adalah kasus maternity harassment yang terjadi di lingkungan kerja Jepang.
Digunakan empat media massa online dalam penelitian ini, yang merupakan bagian dari dua portal media besar Jepang yaitu Yomiuri Grup dan Nikkei Grup. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif konten analisis dan purposeful sampling untuk membatasi artikel yang digunakan berfokus kepada kualitas bukan kuantitas artikel. Teori yang digunakan adalah analisis framing media oleh Entman untuk menganalisis isi berita terkait isu tersebut, dan teori dicipline and punish untuk membantu menjelaskan munculnya fenomena maternity harassment dalam perusahaan Jepang.
Dalam penelitian ditemukan keempat portal media menunjukkan peran kolaboratif dan fasilitatif dalam menyampaikan artikelnya. Media membingkai (framing) bahwa terdapat jarak antara implementasi regulasi dengan keadaan dalam perusahaan. Media membingkai bahwa iklim perusahaan Jepang menggunakan kehamilan sebagai push factor perempuan agar keluar dari perusahaan.

The condition of Japan's stagnan economic, and the lack number of productive workforce, has prompted the government to issue an economic strategy with the aim to solving these two major problems. This strategy is called Womenomics, centered on the government's efforts to facilitate the hidden potential of Japanese women to be more active in the bread workforce without having to choose between work or family. However, it turns out this strategy raises new problems. One of those problem is the case of maternity harassment that occurs in the Japanese work environment.
Four online mass media were used in this research, which are part of two major Japanese media portals Yomiuri Group and Nikkei Group. This research used qualitative content analysis and purposeful sampling method to limit the focus on quality not quantity of the articles. This research used analysis of media framing model by Entman to analyse the news content related to the issue, and the theory of discipline and punish by Foucault to help explain the emergence of the phenomenon of maternity harassment in Japanese companies.
This research found the media articles show collaborative and facilitative role in spreading maternity harassment issue. The media frame there are gap in the interaction between the government strategies implementation, companies, and female workers. Media also frame that Japanese corporate culture used pregnancy as a push factor to force women to leave their career."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T52423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora Justice Valentina
"Feminisme dan hak perempuan merupakan isu yang masuk ke Jepang pada awal abad 20. Pada masa ini perempuan hidup dibawah bayang-bayang laki-laki. Hal ini menjadi latar belakang kebangkitan gerakan feminisme di Jepang pada tahun 1868. Status perempuan Jepang pada masa sekarang, tidak lepas dari perjuangan para feminis yang menyuarakan perubahan pada Jaman Meiji. Salah satu feminis Jepang yang terkenal dan pelopor feminisme di Jepang adalah Hiratsuka Raicho. Ia dikenal sebagai aktivis yang berani menantang norma yang berlaku di Jepang, tentang dominasi laki-laki. Salah satu pemikiran feminismenya adalah perempuan tidak terlahir untuk melayani lakilaki. Ia juga berpendapat bahwa perempuan dan laki-laki seharusnya dipandang sebagai individu yang sama, dan tidak saling mendominasi. Berdasarkan tulisan ini, diharapkan pembaca memahami kebangkitan gerakan feminisme di Jepang yang dipelopori oleh Hiratsuka Raicho. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kepustakaan dengan pengumpulan data sekunder. Selanjutnya, kesimpulan ditarik berdasarkan data sekunder yang terkumpul.

Feminism and women's rights are issues which come to Japan in the early 20th century. In this period, women lived under the shadow of men. This is the background to the rise of the Japanese feminism movement in 1868. Japanese women's status in the present cannot be separated from the struggle of feminists who voiced a change in the Meiji era. One of the famous Japanese feminists and feminist pioneer in Japan is Hiratsuka Raicho. She is known as an activist who dared to challenge the norm in Japan, about men dominance. One of her feminism thought were women not born to serve men. She also argued that women and men should be regarded as the same individual, and not dominate one to another. According to this article, the reader would understand the rise of the feminist movement in Japan by Hiratsuka Raicho. The method of this research is the method of literature with secondary data collection. Moreover, the conclusions drawn based on secondary data collected.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Milania Nurwahyuwardhana
"Penelitian ini membahas dampak yang dirasakan oleh perempuan sebagai korban tindakan catcalling sebagai bentuk street harassment, dengan menggunakan teori feminis radikal dan kekerasan simbolik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui seperti apa tindakan catcalling yang dialami oleh korban dan dampak yang korban rasakan setelah mengalami tindakan catcalling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif. Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu lima perempuan sebagai followers di Instagram. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa dampak yang dirasakan oleh perempuan sebagai korban catcalling diantaranya tanpa disadari berubahnya pola pikir, merasa takut dan tidak aman saat di ruang publik, dan dampak yang paling serius yaitu terjadi pemerkosaan, serta dampak-dampak lainnya yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.

This study discusses the impact felt by women as victims of catcalling as a form of street harassment, using radical feminist theory and symbolic violence. This study aims to find out what catcalling was like for victims and the impact felt by victims after experiencing catcalling. The method used in this research is qualitative. The research subjects in this study were five women as followers on Instagram. The results of this study found that the impact felt by women as victims of catcalling included unwittingly changing mindsets, feeling afraid and insecure when in public spaces, and the most serious impact, got rape, as well as other impacts that will be discussed further in this research."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raveena Zahwa Annisa
"Artikel ini merupakan penelitian tentang childfree yang menjadi animo khusus terhadap sistem patriarki ditinjau dari pemikiran feminisme radikal libertarian yang berperan menjadi dasar teori untuk argumentasi kritis atas permasalahan yang dikaji. Childfree yang berkonotasi negatif karena ketidakpekaan masyarakat tertentu dengan persoalan perempuan childfree yang akhirnya dirugikan oleh sistem patriarki membuat para perempuan yang memilih childfree menjadi dibatasi, dihalangi, dan dirintangi hak dan pilihan hidupnya. Childfree tidak hanya menjadi masalah bagi otoritas tubuh, hak reproduksi, maupun otonomi kebebasan. Akar masalah yang lebih dalam juga muncul dari kaum perempuan lainnya, lantas fenomena childfree dipandang sebagai fenomena perempuan yang tidak berdaya. Permasalahan yang jarang disadari justru menjadi urgensi, seperti pengalaman perempuan yang memilih childfree mendapatkan situasi bermasalah. Pemberdayaan perempuan childfree membentuk diskursus baru terhadap sistem patriarki yang mengendalikan kehidupan ranah privat perempuan. Metode penelitian ini menggunakan metode kritis feminis untuk mengkritisi perdebatan childfree pada sisi pemberdayaan perempuan dan konformitas. Penelitian ini juga berdasar pada pengalaman, argumentasi, diskusi, dan kekhawatiran perempuan terhadap perdebatan childfree. Oleh karena itu, pilihan childfree harus kembali kepada perempuan yang memilih childfree tersebut dengan keputusan seorang perempuan menjadi haknya sebagai pribadi yang utuh dan memahami pemenuhan akan kebutuhannya sendiri.

This article is a research on childfree which is a special interest in the patriarchal system in terms of radical libertarian feminism which serves as a theoretical basis for critical argumentation on the issues studied. Childfree, which has a negative connotation due to the insensitivity of certain people to the problems of childfree women who are ultimately disadvantaged by the patriarchal system, makes women who choose childfree become restricted and obstructed by their rights and life choices. Childfree is not only a problem for body authority, reproductive rights, and freedom autonomy. The root of the deeper problem also arises from other women, then the childfree phenomenon is seen as a phenomenon of women who are powerless. Problems that are rarely realized actually become urgency, such as the experience of women who choose childfree to get problematic situations. The empowerment of childfree women forms a new discourse against the patriarchal system that controls women's private lives. This research method uses feminist critical methods to criticizethe childfree debate on the side of women's empowerment and conformity. This research is also based on women's experiences, arguments, discussions and concerns about the childfree. Therefore, the choice of childfree must return to the woman who chooses childfree with a woman's decision being her right as a whole person and understanding the fulfillment of her own needs."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian Thomas Djara
"Tesis ini mengkritik pendekatan human security PBB melalui implementsi resolusi Dewan Keamanan PBB 1325 dalam isu kekerasan seksual (pemerkosaan dan perbudakan seksual) di Timor Leste pada masa konflik (1975-1999). Penulis menggunakan metode studi literature dengan dokumen Chega CAVR sebagai rujukan data kekerasan seksual di Timor Leste pada masa konflik. Teori yang digunakan adalah teori feminisme radikal kultural yang menekankan pada tiga konsep dasar, yakni budaya patriarki, power dan penindasan yang berdampak pada gagasan revolusioner untuk mengakhiri penindasan. Penulis ingin menunjukkan proses pengarusutaman gender dalam operasi perdamaian PBB (UNTAET) di Timor Leste sebagai implementasi resolusi 1325 yang berimplikasi pada pembentukan CAVR namun gagal melawan budaya bisu yang disebabkan oleh budaya patriarki. Budaya bisu perempuan Timor Leste ini membentuk impunitas pelaku kekersaan seksual di Timor Leste pada masa konflik dan berlanjut hingga kini. Tesis ini menemukan dua hal, yakni secara teoritis, adanya integrasi pendekatan human security PBB dengan lensa gender dalam isu kekerasan seksual dalam konflik. Secara empiris, CAVR bukanlah implementasi gagasan revolusioner teori feminisme radikal kultural. Mobilitas CAVR hanya merekomendasikan proses peradilan bagi milisi pro-integrasi di Timor Leste tetapi kurang menargetkan militer Indonesia sebagai pelaku utama kekerasan seksual terhadap perempuan Timor Leste pada masa konflik.

This paper criticizes UN human security approach through the implementation of UN Security Council resolution 1325 on sexual violence issue (rape and sexual slavery) in Timor Leste during the conflict (1975-1999). The method used is literature study with CAVR Chega document as reference for data on sexual violence in Timor Leste during the conflict. The theory used is cultural radical feminism which emphasizes three basic concepts, patriarchal culture, power and oppression impacted on revolutionary ideas to end oppression. The author show gender mainstreaming process in Timor Leste UN peace operations (UNTAET) as the implementation of resolution 1325 and the implications for the foundation of CAVR Commission that failed to change culture of silence caused by patriarchal culture. This silent culture of East Timorese women promotes impunity for perpetrators of sexual assault in Timor Leste during conflict period. This paper discovers two main things: theoretically, the integration of the UN human security approach with gender lens in sexual violence issue during conflict. Empirically, CAVR is not the implementation of revolutionary idea based on cultural radical feminism theory. The CAVR's mobility urges judicial process for pro-integration militias in Timor Leste but lacked demanding on Indonesian military as main perpetrator of sexual violence against East Timorese women during the conflict"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Christina Oktorida
"Tulisan ini menjelaskan kebebasan merupakan sesuatu yang selalu dikejar manusia dan menjadi fokus berbagai ilmu filsafat. Kebebasan menyangkut persoalan terkait kebebasan perempuan, politik, ekonomi, hukum, dan agama. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau karya Nawal El Saadawi dalam novel Jatuhnya Sang Imam mengenai perjuangan dalam menyerukan eksistensi dan kebebasan perempuan pada budaya patriarki yang legitimasi oleh agama. Dengan menggunakan teori feminisme radikal kultural dan penelitian kritik feminis, dengan metode penelitian deskriptif, analisis, dan tinjauan pustaka bertujuan mendeskripsikan apa saja legitimasi agama dan kekuasaan dari budaya patriarki serta isu bagaimana teori kritik feminis Nawal El Saadawi, Nasaruddin Umar juga kritik feminis radikal Shulamith Firestone menganalisis tokoh perempuan dalam novel tersebut. Ditemukan bahwa dalam novel tersebut bertujuan menjelaskan belenggu patriarki di sektor budaya masyarakat. Kaum feminis radikal terkenal dengan ungkapan “the personal is political” untuk menyoroti penindasan terhadap perempuan di ranah pribadi, khususnya dalam sistem karakterisasi gender yang secara konsisten mengasosiasikan laki-laki dengan maskulinitas dan perempuan dengan feminitas berdasarkan gender. Penulis menganalisis ini dalam konteks sosial dan budaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai peran dan pengaruh tokoh Bintullah dalam perjuangan kesetaraan gender. Ditemukan bahwa kebebasan berhak diperoleh tokoh Bintullah dan Jawaher dalam bidang seperti hubungan perkawinan, budaya, dan politik.
This article explains freedom is something that humans always strive for and is the focus of various philosophical sciences. Freedom has issues related to women's freedom, politics, economics, law and religion. This research aims to review the work of Nawal El Saadawi in the novel "The Fall of the Imam" regarding the struggle to call for the existence and freedom of women in a patriarchal culture that is legitimized by religion. Using cultural radical feminist theory and feminist criticism research, with descriptive research methods, analysis and literature review aim describing the legitimacy of religion and power from patriarchal culture as well as the issue of how feminist critique Nawal El Saadawi, Nasaruddin Umar also radical feminist critique Shulamith Firestone analyze the female characters in the novel. It was discovered that in the novel aimed to depict the shackles of patriarchy in the cultural sector of society. Cultural radical feminists are famous for using the phrase to highlight the oppression of women in the private sphere, especially the gender characterization system based on sex, which always associates men with masculinity and women with femininity. The author analyzes this in a social and cultural context to gain a more comprehensive understanding of its role and influence Bintullah in the struggle for gender equality, Finds that the figures Bintullah and Jawaher has the right to freedom in area such as marriage, cultural of society, and political relations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Herenda Dwipan Putra
"Makalah ini membahas tentang wujud eksploitasi tubuh dan seksualitas perempuan yang ada dalam film “Perempuan Punya Cerita.” Film ini merupakan kumpulan empat film pendek. Satu film pendek yang akan dikupas dalam makalah ini adalah film “Cerita Pulau.” “Cerita Pulau” menceritakan tentang seorang gadis kepulauan kecil yang diperkosa oleh pemuda setempat. Makalah ini juga membahas tentang konflik-konflik yang timbul dalam kasus tersebut dilihat dari sudut pandang feminisme radikal, terutama mengenai pembebasan diri seorang perempuan atas tubuhnya.

This paper discusses about the exploitation of women’s body and sexuality in the movie “Perempuan Punya Cerita.” This movie consists of four short movies. In this paper focus on the short story “Cerita Pulau.” “Cerita Pulau” is about a girl from a small island who was raped by local boys. This paper also discusses about the conflicts that appeal from the case, seen from the point of view of radical feminism, especially about how a woman fight for her rights over her body.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Puspa Khoirunnisa
"Jurnal ini membahas cerminan dari 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita melalui kacamata feminisme radikal dengan mengamati ketujuh perempuan yang digambarkan sebagai korban kejahatan laki-laki serta keterkaitannya dengan budaya patriarki di Indonesia serta bagaimana perempuan digambarkan dalam sebuah media komunikasi massa (film). Tekanan dan kekerasan yang terjadi pada perempuan, fisik hingga emosional, berakar pada keadaan biologis yang dianggap sebagai ?objek‟ dan mengakibatkan ketidaksetaraan gender.
Kesimpulan yang didapat adalah jika perempuan mampu menjalankan hak dan kewajibannya tanpa mengikuti ?kodrat‟ dan konstruksi peran gender, perempuan mampu terhindar dari tekanan dan kekerasan seperti yang digambarkan dalam film ini.

This journal discusses the reflection of 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita the movie focusing on radical feminism point of view by observing the seven women whom illustrated as male victim of crime and its connection to patriarchy culture in Indonesia and how women is described on mass communication media (movie). The pressure and violence against women, physical through emotional, rooted out of their biological condition that considered being an ?object‟ and as a result of gender inequality.
Conclusion of this matter is that if women are able to conduct their right and responsibility without following ?nature‟ and constructed gender roles, women are able to avoid pressure and violence that‟s pictured in this movie.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Dewi Maharani
"Pengangkatan isu ini merupakan strategi penulis untuk mengangkat kembali tonggak sejarah gerakan politik Feminisme di Indonesia, yaitu Suara Ibu Peduli. Terdapat pemahaman awam yang kurang tepat mengenai Gerakan Suara Ibu peduli, yang direpresentasikan bahwa Gerakan ini hanya sekadarbentuk solidaritas  “ibu-ibu” semata. Penulisan ini meninjau kembali bahwa Gerakan Suara Ibu Peduli merupakan sebuah Gerakan politik feminisme yang sukses menggulingkan rezim otoriter Orde Baru. Peristiwa ini merupakan tonggak sejarah Gerakan Feminisme di Indonesia dalam membongkar politik otoriter yang represif. Karya ini menggunakan metode kualitatif, wawancara, dan studi literatur yang mengacu pada Feminisme Kritis Nancy Fraser untuk mengungkapkan kesenjangan dan ketidakadilan yang dialami oleh Gerakan Suara Ibu Peduli. Tujuan penulisan ini adalah pertama-tama mencoba menyoroti hubungan antara aktivitas politik dan praktiknya yang dicontohkan ke dalam Gerakan Suara Ibu peduli. Tujuan kedua yaitu merelevansikan teori Feminisme Kritis Nancy Fraser dengan Gerakan Suara Ibu Peduli. Hal yang perlu dipertahankan dari Suara Ibu Peduli adalah sifatnya sebagai Gerakan politik sekaligus moral, juga sebagai sarana pembelajaran dan solidaritas partisipasi warga. “Politik” yang dimaksudkan oleh Suara Ibu peduli adalah menyuarakan aspirasi masyarakat dalam bentuk solidaritas aksi, berekspresi, dan kebebasan berpendapat. Dengan demikian, feminisme dalam tulisan ini bukan hanya sekadar teori namun dapat diaplikasikan ke dalam Gerakan aksi yang sukses pada zamannya.

Raising this issue is the author's strategy to bring back the historical milestone of the Feminist political movement in Indonesia, namely Suara Ibu Peduli. There is an inaccurate general understanding regarding the Voice of Caring Mothers Movement, which represents that this movement is just a form of "mothers" solidarity. This writing reviews that the Voice of Caring Mothers Movement is a feminist political movement that was successful in overthrowing the New Order authoritarian regime. This event is a milestone in the history of the Feminism Movement in Indonesia in dismantling repressive authoritarian politics. This work uses qualitative methods, interviews, and literature studies that refer to Nancy Fraser's Critical Feminism to reveal the gaps and injustices experienced by the Concerned Mothers Voice Movement. The purpose of this writing is first to try to highlight the relationship between political activity and its practice which is exemplified in the Caring Mothers Voice Movement. The second goal is to make Nancy Fraser's Critical Feminism theory relevant to the Concerned Mothers' Voice Movement. What needs to be maintained about Suara Ibu Caring is its nature as a political and moral movement, as well as a means of learning and solidarity for citizen participation. The "politics" intended by Suara Ibu Caring is voicing the aspirations of society in the form of solidarity, action, expression and freedom of opinion. Thus, feminism in this article is not just a theory but can be applied to successful action movements of its time."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>