Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 111991 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rossy Agus Mardani
"ABSTRAK
Latar belakang: Manifestasi klinis yang bervariasi, patogenesis yang kompleks, dan perbedaan serotipe virus membuat sulit memprediksi perjalanan penyakit dengue. Pencarian faktor-faktor prognosis sangat penting dalam memprediksi kasus yang mungkin berkembang menjadi sindrom syok dengue SSD . Anak yang dirawat di RS dapat mengalami syok. Angka kematian SSD 7,81 dan prevalens SSD 15,53 yang tinggi serta klasifikasi infeksi virus dengue terbaru menurut pedoman WHO 2011 merupakan alasan dilakukan penelitian ini. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor prognosis demam berdarah dengue DBD yang berpotensi menjadi SSD. Metode: Studi retrospektif menggunakan data rekam medik pasien anak usia 0 sampai ABSTRACT Background Various clinical manifestations, complex pathogenesis and different virus serotypes make us difficult to predict course of dengue. Prognosis factors finding is important to predict cases progressing to become dengue shock syndrome DSS . Hospitalized children may sustain shock. High mortality rate 7,81 , prevalence of DSS 15,53 1 and new dengue virus infection classification according WHO 2011 guideline are reasons doing this research. Objective To know prognosis factors in Dengue Hemorrhagic Fever DHF which have potency to become DSS. Methods Retrospective study use medical records of children age 0 until "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Triany
"Latar belakang. Dampak perubahan iklim menyebabkan tingginya penyebaran penyakit DBD, dan semakin meningkatnya jumlah KLB DBD dibeberapa wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Pada bulan Januari 2016 terjadi KLB DBD di Kabupaten Tangerang.
Metodologi. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD pada saat KLB di Kabupaten Tangerang, menggunakan desain kasus kontrol dengan analisis multivariat uji logistic regresion. Jumlah sampel 201 terdiri dari 67 kasus dan 134 kontrol. Kasus adalah penderita DBD pada saat KLB dengan konfirmasi medis yang berusia 5-44 tahun, kontrol adalah tetangga kasus yang berada pada radius 100 dari rumah kasus. Data diambil langsung kerumah kasus dan kontrol yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2016.
Hasil penelitian, Kejadian DBD dipengaruhi oleh faktor umur OR: 22,87 (95% CI: 6,67-78,51), jenis kelamin 3,62 (95% CI : 1,71-7,67), kebiasaan tidur siang OR: 2,47 (95% CI:1,20-5,12), kontak dengan penderita OR: 2.22 (95% CI: 1,05-4,68) dan lingkungan rumah yang terdapat kebun/semak OR: 2,02 (95% CI: 0,99-4,14). Umur merupakan faktor dominan yang mempengaruhi kejadian DBD.
Disarankan. Masyarakat disarankan lebih waspada terhadap penyakit DBD dan kepada pemerintah agar meningkatkan promosi kesehatan tentang penyakit DBD sehingga masyarakat dapat berperanan dan berpartisipasi aktif dalam upaya pengendalian penyakit DBD.

Background. Impact of climate change to high spread of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) and also increasing number of DHF outbreak in some district or city in Indonesia. Outbreak of dengue fever occurred in Tangerang regency in January 2016.
Methods. The aim of this study was to determine influence factors of DHF outbreak incidence. This study was conducted in Tangerang Regency. A case-control study design with logistic regresion test of multivariate analysis. The total sample was 201, 67 cases of DHF and 134 controls. Cases were 5-44 years old DHF patients during an outbreak with medical confirmation. The control was a neighbor of cases who live in the radius of 100 meter. The study was conducted from February to May 2016 using the primary data.
Results, Incidence of dengue was influenced by age OR: 22.87 (95% CI: 6.67 to 78.51), the sex OR 3.62 (95% CI: 1.71 to 7.67), the habit of napping OR: 2.47 (95% CI: 1.20 to 5.12), contact with patients DHF OR: 2:22 (95% CI: 1.05 to 4.68) and a home environment there are gardens/shrubs OR: 2.02 ( 95% CI: 0.99 to 4.14) and DHF incidence. Age is the dominant factor affecting the incidence of DHF.
Suggestion. Increasing the awareness of DHF in the community. The government increased health promotion on DHF so that people can contribute and participate actively to control DHF.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikke Yuniherlina
"Manifestasi klinis demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi permasalahan dalam kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan derajat keparahan DBD menurut kritera WHO 2011 terbagi atas DBD derajat I, DBD derajat II, DBD derajat III, dan DBD derajat IV. Di Indonesia insiden DBD meningkat walaupun angka kematiannya menurun, untuk itu penelitian ini bertujuan meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan keparahan DBD, dimana DBD derajat II, III, dan IV dikategorikan sebagai DBD parah.
Penelitian cross-sectional yang menggunakan data sekunder dari studi etiologi demam akut dari delapan rumah sakit di Indonesia, didapatkan proporsi keparahan DBD sebesar 43,3%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keparahan DBD didapatkan faktor jenis serotipe virus DENV-2 (OR = 3,06 95%CI 1,43-6,55), DENV-3 (OR = 2,62 95% CI 1,33-5,15), faktor lama demam (OR = 1,91 95%CI 1,09-3,35), dan faktor jumlah leukosit (OR = 1,79 95%CI 1,02-3,16). Skoring didapatkan sebesar 67% kemampuan untuk memprediksi keparahan.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) as a clinical manifestasion of dengue infection remains a public health problem in Indonesia. According to WHO, DHF severity grade was divided into DHF I, DHF II, DHF III and DHF IV. In Indonesia, the incidence of DHF increased eventhough the mortality rate decreased. Therefore, the study aims to examine prognostic factors related to the severity of DHF, with the category of severe DHF is including DHF II, DHF III and DHF IV.
This cross-sectional study using secondary data from the Acute Febrile Illness Etiology Study of eight Hospitals in Indonesia. The result as follow, the proportion of severe DHF category is 43.3%, the prognostic factors associated with DHF severity are DENV serotype (DENV-2, OR = 3.06 95% CI 1.43 - 6.55; DENV-3, OR = 2.62 95% CI 1.33 - 5.15), day of illness (OR = 1.91 95% CI 1.09 - 3.35), and leucocyte count (OR = 1.79 95% CI 1.02 - 3.16). The scoring with contributing of DENV serotype, day of illness, and leucocyte count as prognostic factors, has only 67% ability to predict DHF severity.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deva Anggriawan
"Di Indonesia Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit endemik yang hampir tersebar di seluruh Indonesia. Demam Berdarah Dengue (DBD) bila tidak segera ditangani, selain menyebabkan kematian, dapat memicu munculnya berbagai macam masalah kesehatan lainnya, seperti cedera hati, kardiomiopati, pneumonia, orkitis, ooforitis, kejang, ensefalopati, ensefalitis, dan sindrom syok dengue yang bisa membuat pasien mengalami syok. Jika tidak ditangani, angka kematian dapat mencapai 20%. Dengan penanganan kasus yang tepat, angka kematian dapat dikurangi hingga kurang dari 1%, tergantung pada ketersediaan perawatan suportif yang tepat. Terapi cairan merupakan penanganan utama pada pasienĀ  dengue karena membantu dalam mempertahankan volume darah dan mencegah syok. Pemberian terapi cairan perlu pemantauan yang ketat untuk mencegah kelebihan cairan pada pasien anak dengan DBD, terutama selama fase kritis karena penyerapan plasma yang keluar dari kompartemen interstisial yang dapat menyebabkan distress pernapasan. Oleh sebab itu perlu dilakukan pemantauan cairan dan pemeriksaan fisik paru-paru untuk mencegah hipervolemia pada pasien. Hasil pemantauan cairan dan pemeriksaan fisik paru terbukti efektif untuk mencegah terjadinya hipervolemia.

In Indonesia, Dengue Hemorrhagic Fever is one of the endemic diseases that is almost spread throughout Indonesia. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) if not treated immediately, in addition to causing death, can trigger the emergence of various other health problems, such as liver injury, cardiomyopathy, pneumonia, orchitis, oophoritis, seizures, encephalopathy, encephalitis, and dengue shock syndrome which can cause patients to go into shock. If not resolved, the mortality rate can reach 20%. With proper case management, the mortality rate can be reduced to less than 1%, depending on the availability of proper supportive care. Fluid therapy is the main treatment for dengue fever patients because it helps maintain blood volume and prevent shock. The administration of fluid therapy requires strict monitoring to prevent fluid overload in pediatric patients with DHF, especially during the critical phase due to the absorption of plasma that comes out of the interstitial compartment which can cause respiratory problems. Therefore, fluid monitoring and physical examination of the lungs are needed to prevent hypervolemia in patients. The results of fluid monitoring and physical examination of the lungs have proven effective in preventing hypervolemia. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Agriani Dumbela
"Demam Berdarah Dengue DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamukbetina Ae. Aegypti. Sampai saat ini, belum ditemukan pengobatan yang spesifikuntuk menyembuhkan penderita DBD, meskipun strategi vaksinasi telah dilakukandi berbagai negara tropis. WHO menyatakan bahwa strategi pencegahan palingefektif untuk mengendalikan demam berdarah yaitu dengan mengendalikan vektornyamuk, seperti melakukan intervensi mechanical control, fumigasi dan larvasida.Sebuah model matematika pencegahan Demam Berdarah Dengue DBD denganpopulasi tidak tertutup akan dibahas dalam artikel ini. Intervensi kontrol mekanik,fumigasi dan larvasida diimplementasikan ke dalam model untuk memahami carapaling efektif untuk mencegah Demam Berdarah Dengue DBD. Analisis titikkeseimbangan dan kestabilan lokal serta Basic Reproduction Number R0 ditampilkan secara analitik. Beberapa hasil numerik untuk beberapa skenarioberbeda dilakukan untuk menunjukkan situasi yang mungkin ditemukan dilapangan.

Dengue is a mosquito borne viral disease which spread by female Ae. Aegyptimosquito. Until today, there are no specific treatment to cure people, althoughvaccination strategy are undergo in many tropical countries. WHO stated that themost efective prevention strategy to control dengue spread is by controllingmosquito strategy, such as with mechanical control, fumigation and larvacideintervention. A mathematical model of dengue spread among not closedpopulation will be discussed in this article. Intervention of mechanical control,fumigation and larvacide implemented into the model to understand the mostefective way to prevent dengue spread. Analysis of equilibrium points about theirexistence and local stability criteria along with basic reproductive ratio R0 willbe shown analytically. Some numerical results for some different scenario will beperformed to show a possible situation in the field."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Purwoko Widodo
"Kota Mataram adalah salah satu daerah endemis penyakit DBD di Indonesia, karena sejak Tahun 2003 hingga Tahun 2012, selalu ditemukan kasus penyakit DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik, perilaku dan lingkungan rumah penduduk dengan kejadian DBD. Penelitian ini merupakan studi analitik dengan rancangan kasus kontrol. Populasi pada penelitian ini adalah penduduk Kota Mataram, sedangkan sampel penelitian adalah sebagian penduduk Kota Mataram yang berasal dari semua kecamatan yang ada di Kota Mataram. Kasus adalah penduduk Kota Mataram yang pernah dirawat di rumah sakit pada periode Januari?Maret 2012 dan didiagnosis menderita suspek DBD/DD/DBD. Kontrol adalah tetangga kasus yang tidak pernah diagnosis menderita suspek DBD/DD/DBD pada periode yang sama.
Penelitian ini menemukan, variabel yang berhubungan dengan kejadian DBD di Kota Mataram pada Tahun 2012 adalah variabel pekerjaan (OR bekerja=2,04 ; 95%CI=1,032-4,015 ; OR bersekolah=3,80 ; 95%CI=1,281-11,302) dan penggunaan kassa nyamuk (OR=0,42 ; 95%CI=0,218-0,810). Bagi masyarakat, perlu peningkatan upaya perlindungan diri terhadap penularan penyakit DBD, terutama saat beraktifitas di luar rumah (saat bekerja/bersekolah), diantaranya dengan menggunakan pakaian yang dapat mencegah gigitan nyamuk dan penggunaan obat nyamuk oles (repellent). Bagi Dinas Kesehatan Kota Mataram, perlu intensifikasi pemeriksaan jentik dan PSN DBD di tempat-tempat umum, khususnya di sekolah-sekolah dan perkantoran bekerja sama dengan lintas program dan lintas sektor terkait.

Mataram city is one of the endemic areas of dengue fever in Indonesia, because since the Year 2003 to 2012, is always found dengue fever cases. This study aims to determine the relationship between the characteristics, behavior and home environment of the population with the incidence of dengue. This study is an analytical study with case-control design. The population in this study were residents of the city of Mataram, while the study sample was part of the population Mataram from all districts in the city of Mataram. Case is a resident of the city of Mataram who had been treated in hospital in the period from January to March 2012 and was diagnosed with suspected DHF / DD / DHF. Control is a neighbor of cases that never diagnosed with suspected DHF / DD / DHF in the same period.
This study found that variables related to the incidence of dengue in the city of Mataram in the year 2012 is the variable of work (OR worker=2,04 ; 95%CI=1,032-4,015 ; OR student=3,80 ; 95%CI=1,281-11,302) and the use of mosquito net (OR=0,42 ; 95%CI=0,218-0,810). For society, need to increase efforts to protect themselves against dengue disease transmission, especially when activities outside the home (at work / school), such as by using clothing to prevent mosquito bites and use mosquito repellent ointment. For Mataram City Health Department, need to the intensification of larvae and eradication of DHF mosquito breeding places examination in public places, especially in schools and offices, to work with cross sector / program linked.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31924
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khalisa Zahra Khairunnisa
"Latar Belakang: Demam Berdarah Dengua (DBD) adalah infeksi virus yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Vektor utama yang menularkan virus Dengue adalah Aedes aegypti, dan Aedes albopictus. Kota dengan jumlah kejadian DBD tertinggi di Indonesia pada tahun 2021 adalah Kota Depok sebesar 3.155 kasus dengan angka Incidence Rate (IR) 151,2 kasus per 100.000 penduduk. Selama 10 tahun terakhir sejak tahun 2012-2020, trend kasus DBD di Kota Depok cenderung meningkat. Tujuan: Mengetahui hubungan antara faktor iklim dan kepadatan penduduk dengan kejadian DBD di Kota Depok tahun 2012-2021. Metode: Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan analisis korelasi untuk melihat hubungan antara faktor iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) pada bulan yang sama (non-time lag), faktor iklim dengan jeda 1 bulan (time lag 1), dan kepadatan penduduk dengan Incidence Rate DBD. Hasil: Hasil analisis korelasi menujukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kelembaban non time lag dan kelembaban time lag 1 dengan Incidence Rate DBD (p=0,000 dan p=0,000) dengan kekuatan hubungan sedang berpola positif (r=0,332 dan r-0,451). Hasil uji regresi linear ganda menghasilkan bentuk model prediksi dengan persamaan IR DBD = -47.353 + 0.784 (Suhu) + 0.394 (Kelembapan) + 0.023 (Curah Hujan). Berdasarkan hasil persamaan regresi, jika disimulasikan dengan kombinasi suhu 26,1 oC, kelembaban 82,9%, dan curah hujan 14,9 mm, maka akan terjadi peningkatan IR DBD sebanyak 10 kasus per 100.000 penduduk.

Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a viral infection transmitted to humans through the bite of an infected mosquito. The main vectors that transmit the dengue virus are Aedes aegypti and Aedes albopictus. The city with the highest number of dengue cases in Indonesia in 2021 is Depok City with 3,155 cases with an Incidence Rate (IR) of 151.2 cases per 100,000 population. During the last 10 years from 2012- 2020, the trend of dengue cases in Depok City tends to increase. Objective: To determine the relationship between climatic factors and population density with the incidence of DHF in Depok City in 2012-2021. Methods: This study uses an ecological study with correlation analysis to see the relationship between climatic factors (temperature, humidity, and rainfall) in the same month (non-time lag), climatic factors with a 1-month lag (time lag 1), and density population with DHF Incidence Rate. Results: The correlation analysis results showed a significant relationship between non-time lag humidity and time lag 1 humidity with DHF Incidence Rate (p = 0.000 and p = 0.000) with the strength of the relationship being positive (r = 0.332 and r-0.451). The results of the multiple linear regression test produce a predictive model with the equation IR DBD = -47.353 + 0.784 (Temperature) + 0.394 (Relative Humidity) + 0.023 (Rainfall). Based on the results of the regression equation, if it is simulated with a combination of the temperature of 26,1oC, humidity of 82.9%, and rainfall of 14.9 mm, there will be an increase in IR of DHF by 10 cases per 100,000 population."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Kamila
"Selama tahun 2010-2014 Kota Semarang selalu menduduki tiga besar rangking Incidence Rate DBD di Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis pembiayaan program pemberantasan DBD bersumber pemerintah pada tahun 2013-2015 serta kesenjangan sumberdaya. Pendekatan akun biaya kesehatan (health account) digunakan untuk menelusuri pembiayaan menurut sumber, fungsi, penyedia layanan. Hasil studi menunjukkan bahwa total belanja program DBD bersumber APBD tahun 2013 adalah Rp. 4.018.927.020, tahun 2014 sebesar Rp. 4.070.437.715.020, dan tahun 2015 sebesar Rp. 8.889.646.145. Program terutama dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Semarang, dan fungsi layanan kesehatan terutama adalah Surveilans Epidemiologi dan Pengendalian Penyakit Menular. Belanja untuk kegiatan administrasi lebih tinggi daripada belanja untuk program promosi kesehatan dan penangan KLB. Tidak terdapat kesenjangan antara ketersediaan sumber daya yang dipotret dari belanja kesehatan program pemberantasan DBD dengan kebutuhan program berdasarkan perhitungan kebutuhan metode SPM. Namun, terdapat kesenjangan antara ketersediaan sumber daya atau belanja kesehatan dengan perencanaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Semarang. Disarankan agar perencanaan program lebih berfokus pada kegiatan promotif dan preventif.

During Year 2010 - 2014 Semarang municipality has been stated as the Big Three city with high incidence rate of dengue in Central Java province. This tracking expenditure of DHF Preventive Program has tried to analyze spending by the Local Government for Year 2013-2015, as well as the resources gap. The health account approach was used to analyze spending by source, function, and provider. Total spending for DHF supported by the local government in 2013 was Rp. 4.018.927.020, in 2014 was Rp. 4,070,437,715,020, and in 2015 was Rp. 8,889,646,145. The key player of the program was the Semarang Municipality Health Office. By function, the highest proportion of the spending was for Epidemiological Surveillance and Control of Communicable Diseases. The study also found that higher proportion of spending on administration as compared to direct activities such as community empowerment, and program to solve the outbreak. There was no resources gap if available resources was compared to the nedd according to SPM, however there was a resource gap if compared with the plan developed by the municipality health office. The study suggested to improved planning by focusing more on the direct activities such as promotive preventive."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T45971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryani
"Kelurahan Lubang Buaya merupakan salah satu wilayah endemis Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor ? faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kelurahan Lubang Buaya Kecamatan Cipayung Jakarta Timur 2010 ? Maret 2011. Jenis penelitian ini adalah observasi dan wawancara dengan desain kasus kontrol tidak berpadanan dengan jumlah sampel kasus sebanyak 131 orang dan non kasus 131 orang. Analisis data dengan cara univariat, bivariat dengan chi square dan multivariate dengan uji regresi logistik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur, pengetahuan, perilaku, frekuensi pengurasan, keberadaan jentik pada TPA, fogging dan penyuluhan memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian DBD. Dari hasil analisis multivariat didapatkan faktor yang paling dominan adalah fogging . Namun perlu diingat fogging tidaklah efektif tanpa upaya 3M dan penyuluhan, untuk itu perlu dilakukan upaya pengembangan program yang terintegrasi dimana pelaksanaan fogging dibarengi dengan penyuluhan kepada masyarakat serta perlunya mengupayakan kegiatan 3M agar upaya pemberantasan penyakit DBD efektif dan efisien.

Lubang Buaya is one of the endemic region of Dengue Hemorrhagic Fever in subdistric of Cipayung, East Jakarta. This study aims to determine factors that affect disease incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the municipality distric of Lubang Buaya Cipayung, East Jakarta in 2010 - March 2011. This research is the observation by using method of survey and interviews with case-control design used 131 cases and 131 non-cases. The data analysis with univariate, bivariate with chi square and multivariate with logistic regression test.
The results of this study showed that age, knowledge, behavioral, frequency draining in the water reservoirs, presence of Aedes aegypti larva in the water reservoirs, fogging and counseling have significant correlation with the incidence of DHF . Based on multivariate analysis showed the factor with dominant variables is fogging. But fogging is not effective without the effort of 3M, so it is necessary to develop an integrated program where the implementation of fogging along with counseling to the community and the need to pursue activities of 3M for DHF eradication efforts effectively and efficiently.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlina Nita Sumadya
"Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk betina Aedes aegepty. Penyakit ini disebabkan oleh 4 serotipe virus yang berbeda, yaitu DENV 1, DENV 2, DENV 3, dan DENV 4. Salah satu penanggulangan penyebaran demam berdarah adalah dengan melakukan vaksinasi. Vaksin Dengvaxia merupakan vaksin penanggulangan demam berdarah terbaru yang diperuntukkan untuk seseorang yang pernah terinfeksi DBD dari suatu serotipe virus sedemikian sehingga vaksin tersebut dapat mencegah seseorang terinfeksi DBD untuk kedua kalinya dengan serotipe virus yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini mengkonstruksi model penyebaran penyakit demam berdarah dengan menggunakan dua serotipe virus dan intervensi vaksin Dengvaxia. Dari analisis model didapat empat titik keseimbangan, salah satu di antaranya merupakan titik keseimbangan bebas penyakit, sedangkan tiga titik keseimbangan lainnya menampilkan kondisi endemik dari serotipe tunggal masing-masing virus dan koeksistensi kedua serotipe. Bilangan reproduksi dasar (R0) dan eksistensi titik keseimbangan disajikan secara analitik, sedangkan kestabilan titik endemik ditampilkan secara numerik. Berdasarkan hasil simulasi numerik, dapat diketahui bahwa intervensi vaksin Dengvaxia berperan dalam mengurangi jumlah infeksi kedua dari penyakit Demam Berdarah Dengue.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an infectious disease caused by 4 serotype of viruses, namely DENV 1, DENV 2, DENV 3, and DENV 4. One way to prevent the spread of dengue fever is by vaccination. Dengvaxia vaccine is the latest dengue fever control vaccine intended for someone who has been infected with DHF from a virus serotype so that the vaccine can prevent someone from being infected with DHF a second time with a different virus serotype. Therefore, this study constructs a model for the spread of dengue fever by using two virus serotypes and the intervention of the Dengvaxia vaccine. From the analysis of the model, four equilibrium points were obtained, one of which is a disease-free equilibrium point, while the other three equilibrium points represent the endemic conditions of a single serotype of each virus and the coexistence of the two serotypes. The basic reproduction number (R0) and the existence of the equilibrium point are presented analytically, while the stability of the endemic point is presented numerically. Based on the numerical simulation results, it can be seen that the Dengvaxia vaccine intervention plays a role in reducing the number of second infections from Dengue Hemorrhagic Fever.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>