Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104363 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudista Atmaji, Author
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi data terus berkembang dengan pesat, saat ini teknologi informasi memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi dan sharing informasi tentang pelanggan, produk dan proses segera ketika dibutuhkan. Beberapa contoh aplikasi yang mengintegrasikan antara teknologi informasi dan telekomunikasi seperti :internet, automatic teller machine (ATM), reservasi tiket pesawat.
Disamping itu, sector lain yang tidak kalah menarik adalah industri televisi dan hiburan (multimedia) dengan permintaan sebelumnya hanya peningkatan jumlah kanal dan kualitas gambar yang saat dapat dilayani melalui kabel (TV cable) berkembang menjadi TV digital dan TV interaktif seperti video on demand dan pay per view TV.
Dengan memanfaatkan media transmisi saluran digital berkapasitas besar (broadband access) yang sudah ada, timbul konvergensi an tara telekomunikasi (suara), computer (computing) dan industri televise hiburan (entertainment) yang akan terus berkembang mengikuti kebutuhan pelanggan yang tidak terbatas.
Industri telekomunikasi di Indonesia berkembang sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia yang semakin terbuka dan be bas, sehingga Pemerintah pada tahun 1999 mengeluarkan Undang-Undang Telekomunikasi No.36 tahun 1999 yang berlaku efektif tanggal 8 September 2000, untuk menggantikan Undang-Undang Telekomunikasi No.3 tahun 1989, Undang-Undang baru tersebut bertujuan untuk mendorong efisiensi pada sector telekomunikasi dan kualitas layanan yang lebih baik dan menjabarkan hal-hal prinsip dari reformasi di bidang telekomunikasi, termasuk liberalisasi industri, provisi bagi investor baru serta peningkatan yang luas dari struktur persaingan industri telekomunikasi.
Potensi yang tersimpan dalam industri telekomunikasi dan komunikasi data adalah sangat besar. Pengembangan produk dan jaringan tetap dilaksanakan oleh perusahaa-perusaahaan agar ketika krisis tersebut berakhir dan daya beli perusahaan yang semakin baik permintaan untuk produk dan jasa telekomunikasi akan meledak dan hampir semua perusahaan membutuhkan sarana telekomunikasi, dan informasi data.
Untuk menunJang bisnisnya sebagai perusahaan listrik, PLN telah membangun, mengopersikan dan memelihara infrastruktur telekomunikasi sendiri, yang terdiri dari kabel bertegangan, jaringan radio microwave, dan sejak 1994 mengembangkan jaringan broadband fiber optik digital. Sistem telekomunikasi ini digunakan untuk komunikasi internal dan transmisi data bagi keperluan operasi tenaga listrik PLN di pulau Jawa.
Sampai akhirnya pada tanggal 3 Oktober 2000 berdirilah PT Indonesia Comnet Plus sebagai anak perusahaan dari PT PLN (Persero). ICON+ didirikan untuk mendukung perkembangan teknologi telekomunikasi dan informasi di Indonesia.
Pada karya tulis ini, dicoba untuk mengembangkan strategi pemasaran saat ini bagi PT Indonesia Comnet Plus (ICON+) yang bergerak di dalam industri jasa komunikasi data dan. informasi teknologi. Analisa strategi itu dimulai dari analisa eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang ada di industri ini. Kemudian, analisa internal perusahaan digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.
Kemudian hasil dari analisa internal dan ekstemal tersebut diselaraskan melalui analisa TOWs yang hasilnya akan diseleseksi menggunakan matriks QSPM.
Pada karya tulis ini, strategi yang paling atraktif adalah strategi penetrasi pasar untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas dan peningkatan penjualan.
"
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprayogi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25374
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad A. Alfarisji
"Pada awal milenia ke-3 ini bangsa Indonesia dihadapkan pada banyak masalah. Utamanya pada disintegrasi bangsa dan pemulihan ekonomi nasional. Telekomunikasi yang berfungsi untuk meneniskan pesan dari asal ketujuan sangat dibutuhkan untuk mampu mendukungnya bukan saja pada masa sekarang bahkan pada masa yang akan datang diperiukan terus menerus secara lebih baik, aritara lain dengan saling berinteraksi, demi mendorong psningkatan produkiivitas dan efesisnai usaha meialui pertuksran informasi diberbagai bidang, antara lain sosial, ekonomi, teknologi dan lain sebagainya. Fungsi pertukaran informasi inilah yang perlu terus dikembangkan melalui telekomunikasi, lebih khusus melalui telckomunikasi nirkabel dimasa mendatang.
Komselindo sebagai salah satu operator seluler yang mengoperasikan dua macam teknologi yaitu AMPS (teknologi analog) dan CDMA (teknologi digital). AMPS yang memakai teknologi analog mempunyai banyak kekurangan dibandingkan GSM yang memakai teknologi digital, sehingga banyak peianggan AMPS yang beraiih ke GSM. Untuk mengimbangi GSM dan memberi pelayanan yang lebih baik kepada peianggan, PT. Komselindo mulai tahun 1997 menggunakan CDMA di seluruh wilayah layanannya. Namun sangat disayangkan krisis moneter yang melanda Indonesia, telah menyebabkan tertundanya peluncuran CDMA secara besar besaran hingga saat ini. Nilai tukar Rupiah terhadap Amerika Dollar yang terus melemah menyebabkan harga handset CDMA yang hams diimport menjadi sangat mahal saat dtjual di Indonesia, sehingga tidak terbeli oleh sebagian besar masyarakat, terlebih pada situasi krisis saat itu.
Kondisi perekonomian yang mulai membaik dan pasar telepon seluler mulai tumbuh kembali dengan pesat, tetapi CDMA belum bisa beroperasi sepenuhnya menggantikan AMPS. Penyebab yang membuat pelanggan AMPS maupun GSM enggan untuk memakai CDMA, dikarenakan antara lain harga handset yang masih lebih mahal dibandingkan handset GSM, model handset kurang menarik dan daerah pelayanan yang tidak seluas GSM. Faktor keterbatasan ini membuat pelanggan Komselindo yang kurang puas dengan AMPS berpindah ke GSM.
Menurunnya jumlah pelanggan membuat pendapatan Komselindo ikut nienurun sehingga struktur keuangan perusahaanpun tidak kuat. Struktur keuangan yang lemah membuat KomseHndo tidak mempunyai dana yang cukup untuk melakukan promosi besar-besaran, sehingga CDMA kurang dikenal oleh masyarakat luas. Seperti diketahui bahwa untuk memperkenaikan sesuaru yang baru diperlukan promosi yang besar dan intensif. Ditainbah lagi akan masuknya beberapa pemain bara yang mengoperasikan teknologi DCS 1800 (GSM 1800) pada tahun 2001 ini yang akan didukung oleh modal yang besar dan teknologi selular baru akan rrienjadi ancaman berat untuk Komselindo.
Trend teknologi seluler masa depan (3G) yang berbasis teknologi digital CDMA, pertumbuhan pasar telepon seluler yang makin pesat dan didukung faktor-faktor internal yang menguntungkan seperti pengaiaman sebagai operator seluler sejak tahun 1991, bangkitnya riset dan development menjadi dasar bagi Komselindo untuk menerapkan strategi growth untuk jangka waktu lima tahun kedepan. Permasalahan internal Komselindo seperti struktur keuangan yang lemah, kondisi SDM dengan loyalitas kerja rendah, koordinasi internal kurang baik merupakan hambatan tersendiri untuk mencapai tujuan pertumbuhan jangka panjang. Untuk itu hams disusun strategi jangka pendek untuk dua tahun ke depan yang terdiri dari beberapa strategi fungsional seperti pemasaran yang selektif, keuangan mandiri, memberdayakan SDM, mengaktifkan R&D dan mengefektifkan operasional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Hapsari Suryani
"ABSTRAK
Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia yang dimulai pada akhir tahun 1997, banyak terjadi perubahan-perubahan pada industri khususnya industri telekomunikasi. Salah satunya adalah penjualan saham INDOSAT sebagai operator telekomunikasi Indonesia yang mendapatkan minat yang cukup besar pada proses penjualannya. Terjadinya peningkatan pertumbuhan industri telekomunikasi menjadi 7,4 persen menunjukkan adanya penggunaan sektor telekornunikasi sebagai sarana penunjang dunia usaha di Indonesia dimana seiring juga dengan pertumbuhan perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan multinasional yang membutuhkan sarana telekomunikasi dalam berhubungan dengan pihak luar maupun antar cabang-cabangnya Melihat potensi pasar industri telekomunikasi khususnya komunikasi data ini ditunjang juga dengan adanya deregulasi dari industri telekomunikasi mebuat semakin terbukanya peluang bagi investor luar maupun investor lokal untuk ikut terjun ke industri ini.
Dengan terbukanya peluang di industri telekomunikasi ini menyebabkan semakin tingginya persaingan di industri ini. Salah satu tolak ukur bagi pelanggan untuk memilih penyelenggara komunikasi data diukur berdasarkan tingkat kepuasan dari pelanggan yang rata-rata adalah perusahaan small-medium enterprise sampai dengan perusahaan enterprise itu sendiri. Guna untuk memperoleh faktor kepuasan pelanggan tersebut diperlukan strategi pemasaran yang tepat sasaran dimana orientasinya adalah pada pelanggan (customer oriented). Sebagai perusahaan jasa, PT. XYZ memiliki strategi pemasaran yang berbeda dengan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang consumer goods. Dalam melakukan penelitian ini, penulis mencoba untuk mengidentifikasi penemuan masalah-masalah yang akan menjadi penghambat perusahaan dalam melakukan penetrasi pasar khususnya dalam bersaing di industri komunikasi data ini.
Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan pengambilan data sekunder yang diperoleh dari data-data internal perusahaan ditambah dengan data literatur yang diperoleh dari internet maupun data laporan keuangan perusahaan persaing. Terkait dengan analisis yang dilakukan penulis yaitu dengan menggunakan analisis 3C yaitu competitor, customer dan corporate, maka perlu untuk mengetahui besar potensi pasar industri komunikasi data ini dimana potensi pertumbuhan pasar sebesar 35 persen dan perkiraan pendapatan sebesar 5 persen menunjukkan bahwa pasar tersebut memiliki potensi besar untuk dapat digarap. Dengan mengacu pada tiga produk utama dari PT. XYZ yaitu Frame relay, VSAT dan VPN IP diperoleh data mengenai posisi produk-produk tersebut relatif terhadap kompetitornya dengan menggunakan analisis portofolio produk (Boston Consulting Group). Hasil analisis ini menunjukkan .posisi Frame relay pada star dimana kedua produk lainnya pada posisi question mark Mengingat pada produk Frame relay yang merupakan produk sejak tahun 1996 perlu dipertimbangkan kedua produk lainnya sebagai produk pengganti yang akan berada di posisi star. Analisis Product Life Cycle dari ketiga produk tersebut menunjukkan bahwa ketiganya masih menempati posisi produk growth dimana pada posisi ini perusahaan perlu menfokuskan pada strategi Segmenting Targeting Positioning (STP) serta strategi bauran pemasaran dari setiap produk tesebut. Dengan melihat PT. XYZ sebagai perusahaan jasa, maka digunakan analisis bauran pemasaran 8 P dimana 4 P lainnya adalah faktor People, Productivity and Quality, Process dan Physical evidence. Saat ini perusahaan tidak membedakan secara signifikan untuk strategi bauran pemasaran ketiga produk tersebut. Perbedaan yang terjadi adalah pada fitur- fitur yang diberikan pada setiap produk.
Setelah dilakukan analisis strategi pemasaran pada ketiga produk tersebut, diperoleh kesimpulan bahwa PT. XYZ melakukan perbedaan di pasar komunikasi data dengan memberikan total solusi end-to-end bagi pelanggannya yang merupakan perwujudan dari positioning produknya. namun terkait dengan segmeming yang dilakukan perusahaan yaitu pada segmen industri perlu dilakukan peninjauan ulang terhadap SIP ini dengan memperhatikan juga pada faktor pendekatan terkait produk (product-related approaches). Sedangkan jika melihat pada ketiga produk yang dijalankan perusahaan selama ini, produk VPN IP dengan tingkat life cycle yang sangat tinggi memerlukan pendekatan yang lebih spesifik khususnya pada faktor proinosi dan edub.si dimana produk ini masih merupakan produk yang baru bagi pasar. Secara keseluruhan yang perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah pada proses delive1y produk yang masih rendah tingkat kepuasannya jika dilihat dari hasil survey terhadap pelanggan-pelanggan PT. XYZ. Peningkatan pada proses delive1y serta peninjauan ulang terhadap program pemasarannya diharapkan dapat menjadikan PT. XYZ sebagai perusahaan komunikasi data yang terbesar di Indonesia.
"
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
"Dengan bertambahnya jumlah pengguna internet dan penyelenggara jasa akses internet (ISP) di Indonesia membuat para penyelenggara interkoneksi internet (NAP) berlomba-lomba dalam memenuhi dan menawarkan jasa interkoneksi dan bandwidth internet internasional dengan harga yang kompetitif. ICON+ yang telah mendapatkan lisensi NAP ditahun 2008 pun tidak ketinggalan akan ambil bagian untuk meramaikan bisnis layanan NAP dan diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai sumber pendapatan baru bagi perusahaan. Kondisi persaingan yang begitu ketat akan sangat menentukan sekali dalam pemilihan strategi bersaing yang matang. Dari hasil analisis potensi kompetitif layanan NAP dengan menggunakan model Porter 5 Forces didapatkan bahwa layanan NAP IP Transit ICON+ memiliki potensi kompetitif medium dengan skala 60% dan memiliki tekanan tertinggi pada kekuatan pembeli. Sedangkan dari hasil analisis SWOT yang dilakukan terhadap layanan NAP IP Transit ICON+ didapatkan bahwa layanan tersebut berada di kuadran 1 sehingga harus didukung dengan strategi yang berorientasi tumbuh dan agresif dengan memanfaatkan kekuatan internal dan mengoptimalkan peluang yang ada. Pada tahap pemilihan strategi dari hasil analisis QSPM untuk layanan NAP ICON+ didapatkan bahwa ICON+ dapat menerapkan strategi mengembangkan produk NAP seperti IPLC (International Private Leased Circuit) dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan fiber optik eksisting dan bekerjasama dengan potensial partner maupun konsorsium kabel laut.

With the increasing number of internet users and internet service providers (ISP) in Indonesia make the network access providers (NAP) compete to fulfill and offer interconnection services and international internet bandwidth at competitive prices. ICON+ which has got the NAP license in 2008 will also take a place in NAP service businesses in order to give contribution to the company as a new revenue generator. Competition is so tight conditions will determine the election once in a mature competitive strategy. From the analysis of potential competitive NAP service using Porter 5 Forces model results medium competitive potential value with 60 % scale and has the highest pressure at bargaining power of buyer and rivalry among competitors. While from SWOT analysis results NAP IP Transit ICON+ service in quadrant 1 and must be supported with growth and aggressive orientation strategy . The last analysis using QSPM method to choose attractive strategy is resulted that ICON+ can launch NAP product development as IPLC by utilizing the existing fiber optic network infrastructure and cooperation with potential partners as well as a submarine cable consortium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31548
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Apollonius Thomas Alexander
"ABSTRAK
PT. PETRIMEQ adalah perusahaan yang bergerak dalam industri jasa yang dijual kepada perusahaan real estate, yang dalam inti bisnisnya adalah perusahaan desain dan kontruksi. PT. PETRIMEQ melihat peluang pasar di bisnis property management. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan strategi bisnis PT. PETRIMEQ dalam mengembangan bisnis pengelolaan pemukiman real estate di wilayah Jabodetabek. Formulasi yang disusun berdasarkan identifikasi masalah eksternal meliputi suku bunga bank dan perilaku masyarakat atas pembelian aset property dan kondisi persaingan industri jasa property. Pada analisis ini didapatkan peluang dan acaman yang berpengaruh kepada perkembangan industri konstruksi dan property untuk mendapatkan KSF. Selain analisis eksternal, dilakukan pula analisis internal untuk mendapatkan kekuatan dan kelemahan. Berdasarkan analisis eksternal dan internal tersebut dilakukan analisis EFE dan IFE and SWOT.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman yang berpengaruh kepada formulasi strategi PT. PETRIMEQ adalah (1) Peluang yang berpengaruh diantaranya adalah :
(a) Tingginya pertumbuhan pasar property; (b) Bergesarnya perilaku pembelian masyarakat untuk membeli aset property; (c) Tingginya aktivitas kerja masyarakat sehingga terbatasnya waktu mereka untuk mengelola kawasan hunian; (d) Terbukanya diversifikasi produk yang lebih beragam pada manajemen property dan (e) Pengembang yang menyerahkan pengelolaan kepada penghuni.
Sedangkan ancaman yang berpengaruh meliputi a) Jika pengembang membuat unit bisnis property management; (b) Masuknya beberapa pemain besar seperti Jardine ke segmen hunian; (c) Masuknya para pemain baru dari industri outsourcing ke bisnis property management; (d) Berubahnya keinginan pengguna jasa property management.
Untuk faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan yang berpengaruh kepada formulasi strategi PT. PETRIMEQ (1) Kekuatan yang berpengaruh meliputi : (a) Kemampuan dan pengalaman dalam mengelola property kawasan hunian; (b) Kredibilitas perusahaan yang telah dikenal oleh beberapa pengembang; (c) Kemampuan perusahaan dalam mengembangkan keragaman produk jasa pengelolaan property; (d) Tersedianya sistem dan prosedur jasa manajemen property; (e) Memiliki modal yang memadai; (f) Harga yang terjangkau; (g) Memiliki jaringan kerja sama kepada mitra kerja dengan baik;
Sedangkan (2) kelemahan yang berpengaruh meliputi : (a) Informasi perusahaan belum di kenal luas; (b) Manajemen keluarga atau perkawanan; (c) Keterbatasan jumlah SDM yang memiliki kapabilitas dalam jasa manajemen property; (d) Belum standarisasi layanan marketing; (e) Tidak fokus karena pengembangan bisnis; (f) Belum mempunyai pimpinan marketing.
Strategi bersaing dengan analisa SWOT adalah SO merebut peluang pengelolaan kawasan untuk cluster baru serta kawasan yang akan di tinggalkan pengembang. Dengan memanfaatkan pengalaman, kredibilitas, aset SDM, sistem dan prosedur serta harga yang terjangkau. BO fokus kepada terget yang benar-benar sangat membutuhkan dan mempunyai ketertarikan kepada PT. PETRIMEQ. Serta memanfaatkan keragaman produk yang di jual untuk menambah peluang penjualan. ST harga yang terjangkau serta memanfaatkan pengalaman kredibilitas perusahaan untuk mengatasi ancaman dari pemain yang akan masuk di sekmen low end. WT fokus pada segmen low end saja. Saran yang perlu dilakukan untuk implementasi strategi adalah sebagai berikut : (1) Bisnis property manajemen sebagai pengembangan bisnis dari design dan build harus tetap fokus untuk mencapai target perusahaan di bidang property manajemen; (2) Merekrut pimpinan marketing untuk membuat program-program marketing, promosi, website, target penjualan; (3) Mengirim staf untuk training property manajemen dan membuat menajemen trainee.

ABSTRAK
PT. PETRIMEQ is a company who has business in service industry that will be sold to real estate company which is the main business is design and construction company. PT. PETRIMEQ look at the big opportunity in property management business. This research was aimed to formulate business strategy of PT. PETRIMEQ to improve its business in residential real estate company in Jabodetabek areas.
Formulations were constructed bases on opportunity identification as external issue such as bank interest and competition in property management business. At this point, opportunities and threats which had influences toward the development of construction and property industry to get KSF were detected. Moreover, internal analysis was also conducted to find the strength and weakness. Analysis then was followed by implementing EFE and IFE and SWOT. Results showed that the external analysis yielded opportunity and threat influenced the formulation strategy of PT. PETRIMEQ, the opportunity as follows : the big growth of property management business, people eager to buy property as their asset, people do not have time to manage their residential area, the variety of services provided, the developer over handle their estate management to the residence. The threat aspects that should be noted as follows : the developer make property management business, the big property management company to the low end area, the outsourcing company would like to participate in this business, the changing of property management?s customer.
Internal analysis yielded strength and weakness. Strength of a company was the ability in management, credibility, product knowledge, procedures, human resources capabilities, track record, and good partnership. The weakness are the market information, customer relationship, limitation of human resources, no such well-established standards, operation range and marketing weakness.
Action strategies obtained from SWOT analyst, SO take the opportunity to manage the new cluster and the area that will be hand over by the developer. With the experiences they already had, credibility, human resources asset, system and procedures and the good prices. BO is focus on the target which is really needed and interested in PT. PETRIMEQ. And sell he variety product to make the opportunity for marketing / sales. ST is good prices and make the credibility of the company to manage the threats from other company that would like to compete. WT is focus on the low end segment.
Suggestions for strategy implementation were as follows : business directions of property management as the expansion of business design and construction company, should be focused to meet the sales target in property management business; hire the marketing supervisor to make a marketing programs, promotion, website, sales target; train the staff for property management training and make the management trainee program.
"
2007
T22919
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryanto Parwoto
"Aliansi para vehicle manufacturer dunia dan mega mergers yang terjadi di antara vehicle manufacturer menyebabkan tetjadinya konsolidasi yang cepat di dalam industri suplier otomotif. Hal ini akan memaksa supplier untuk meningkatkan kemampuan dan memperluas ruang lingkup bisnisnya. Suplier akan berusaha untuk masuk e pasar yang baru atau memperluas posisi mereka sebagaimana pihak vehicle manufacturer menekan kemungkinan teknologi baru dalam modular assemblv, kemampuan untuk mengintegrasikan perangkat elektronik dan pengembangan sistem suphier yang lebih baik.
PT. Delphi Automotive Systems Indonesia (DASI), sebagai salah satu bisnis unit Delphi Automotive Corp. yang berpusat di Troy-Michigan, Amerika Serikat, adalah salah satu pelaku di industri wiring harness di Indonesia. Saat ini Delphi Automotive Systems merupakan pemasok komponen otomotif terbesar di dunia yang menguasai hampir 26% pasar dunia untuk produk yang berupa sistem distribusi daya, signal dan sistem interkoneksi untuk kendaraan bermotor. Sedang diurutan nomer dua terbesar yaltu Yazaki Corp. yang menguasai 21.5% pngsa pasar wiring harness dunia. Di Indonesia, DASI menduduki peringkat kedua dalam hal kapasitas produksi wiring harness setelah Yazaki Corp. yang diwakilkan oleh dua perusahaan lokalnya. Dan saat ini, kurang dari 10% penjualan DASI dialokasikan untuk Original Equipment Manufacturer (OEU) lokal yaitu General Motor Indonesia, sedang sekitar 90% lainnya untuk keperluan ekspor.
yang dimliki Delphi Automtive Systems adalah bahwa General Motor Corp. (GMC) yang merupakan customer terbesar Delphi, memiliki saham Isuzu Corp., Suzuki Corp., dan Subaru Corp. masing-masing 49%, 16%, dan 20%. Diharapkan dengan terjadinya alinsi ini, GMC dapat mempengaruhi management Isuzu Corp. atau Suzuki Corp. dan terutama management lsuzu dan Suzuki Indonesia untuk mau memberikan bisnis wiring hamess-nya ke Delphi Indonesia. Dengan demikian aliansi yang terjadi antar VM pun diharapkan mampu memberikan keuntungan bagi Delphi Indonesia dalam berkompetisi di pasar lokal.
Untuk mengantisipasi trend yang sedang terjadi di industri otomotif tersebut DASI merasa perlu untuk memperluas ruang lingkup bisnisnya di pasar lokal. Tujuan dan penulisan ini adalah untuk mengidentifikasi strategi apa yang harus digunakan oleh DASI agar dapat unggul dalam persaingan di bisnis industri komponen otomotif wiring harness di Indonesia dengan mempertirnbangkan peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan Lingkungan bisnis tersebut, sehubungan dengan usaha bisnisnya dimasa yang akan Dating.
Penelitian dilakukan melalui wawancara tidak berstruktur berdasarkan model Resources Based untuk memperoleh sumber daya dan kapabilitas pembentuk kompetensi inti yang ada sekarang. Kemudian akan dicari kompetensi inti yang baru yang harus dimiliki agar berhasil dalam industri komponen otomotif dan mempertahankan keunggulan bersaingnya dengan mempertimbangkan faktor keberhasiIan utama dalam industri.
Berdasarkan analisa resources based terhadap sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki DASI, ditemukan bahwa sumber days dan kapabiitas yang telah dimiliki secara baik adalah sumber daya dan kapabilitas teknologi, inovasi dan reputasi. Sumber daya dan kapabilitas ini membentuk kompetensi inti DASI yaitu berbagai keahlian dalam mengintegrasikan teknologi, penerapan global sourcing systems, manufacturing systems yang fleksibel, corporate image, quality components-systems-modules, dan inventory control, yang semuanya terikat menjadi satu kesatuan sebagai kompetensi inti Delphi Automotive Systems indonesia. Untuk mengantisipasi trend yang terjadi di industri otomotif perlu dibangun kompetensi inti baru yaitu di bidang teknologi yaitu dengan mengembangkan global sourcing system dengan fokus pada minimum leadtime dan penerapan Electronic Data Interchange (EDI) ke vendor pada ordering systems.
Strategi yang dilakukan DASI saat ini untuk pasar lokal adalah pertumbuhan pada pasar untuk produk saat ini yang merupakan bagian dari Growth Strategy. Strategi ini digunakan sehubungan dengan lesunya ¡ndustri otomotif Indonesia karena krisis ekonomi yang antara lain mengakibatkan turunnya order produksi dari GMI ke Delphi indonesia. Melihat tingkat persaingan di industri komponen otomotif yang sangat ketat maka strategi alternatif yang tepat untuk dilaksanakan oleh DASI sehubungan dengan pembahasan dinamika persaingan dan kompetensi inti adalah grand strategy dengan berkonsentrasi pada pertumbuhan terkonsentrasi, pengembangan produk, pengembangan pasar, dan inovasi.
Ruang lingkup studi yang terbatas pada identifikasi sumber daya dan kapabilitas, pembentuk kompetensi intl DASI dan bagaimana membentuk kompetensi intl baru agar berhasil dalam industri lokal komponen otomotif membuka peluang studi lebih lanjut yaitu bagairnana implementasinya dan bagairnana cara mengukur meija perusahaan setelah perubahan strategi tersebut dilakukan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Ramawijaya
"Sebelum krisis moneter terjadi, industri rokok di Indonesia mempunyai peluang pertumbuhan yang sangat baik. Hal ini tercermin dari hampir selama sepuluh tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan industri rokok di Indonesia mencapai 5% per tahunnya dan pertumbuhan tersebut sejalan dengan rata-rata pertumbuhan industri di Indonesia sebesar 7% pertahun (GAPPRI: 1993 - 1997).
Setelah krisis moneter mulai melanda Asia yang diawali dengan merosotnya nilai mata uang Bath dipertengahan tahun 1997, gejolak ekonomi di kawasan Asia telah mengimbas hampir semua pelaku bisnisnya. Ini terlihat pada akhir tahun 1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalarni penurunan hingga tingkat 4,5% dibandingkan pertumbuhan pada tahun sebelumnya dan bahkan keadaan ekonomi tahun 1998 diperkirakan akan lebih sulit lagi.
Kondisi-kondisi tersebut mengharuskan para pelaku bisnis, khususnya dalam industri rokok untuk segera memformulasikan strateginya kembali. Pengembangan terhadap misi suatu bisnis, mengidentifikasi peluang dan ancaman pada organisasi perusahaan, rnenentukan kelebihan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, menetapkan tujuan jangka panjang adalah beberapa hal penting yang harus diformulasikan kembali untuk rnengantisipasi darnpak ketidakpastian dirnasa mendatang.
PT. Britih American Tobacco Indonesia Thk (PT. BAT Indonesia Thk) adalah salah satu perusahaan multinational dalam lingkup British American Tobacco Group yang bergerak dalarn industri rokok di Indonesia. Pada tahun 1997, PT. BAT Indonesia bk tercatat menguasai 6% dari pasar rokok di Indonesia, setelah PT. Gudang Gararn Tbk sebesar 42% dan PT. HM Sampoerna sebesar l 0% (GAPPRI: 1993 - 1997). Situasi ekonomi Indonesia yang ditandai dengan kenaikan inflasi, tingkat suku bunga yang tinggi, melemahnya nilai tukar rupiah, serta penurunan daya beli masyarakat, berpengaruh besar atas kinerja PT. BAT Indonesia Tbk. Hal tersebut ditambah lagi dengan persaingan dari industri rokok domestik yang umumnya mendominasi pasar di Indonesia.
Adapun permasalahan-permasalahan tersebut tidak akan berdampak negatif dalam waktu dekat, tetapi strategi yang tepat harus mulai direncanakan dari sekarang. Apabila perusahaan mengabaikan permasalahan tersebut dan hanya berusaha untuk mengatasinya pada saat krisis ini saja, hal tersebut akan menghadapkan pihak manajemen pemsahaan PT. BAT Indonesia Tbk pada krisis waktu dan kesempatan.
Dalam pembahasan karya akhir ini akan menggunakan pendekatan ilmiah strategic management yang memfokuskan pada pembentukan formulasi strategi. Komponen-komponen utama yang membentuk formulasi strategi ini digunakan sebagai kerangka utama dalam melakukan analisa pembahasan. Adapun komponen-komponen tersebut adalah mengenai pengembangan misi dan tujuan suatu bisnis serta identiftkasi pengaruh lingkungan eksternal dan internal perusahaan, dan terakhir merumuskan beberapa alternatif strategi.
Untuk lebih memfokuskan pada lingkungan internal PT. BAT Indonesia Tbk., maka diperlukan identifikasi kembali kompetensi khusus (distinctive competence) yang dimiliki saat ini. Kompetensi khusus yang berupa superioritas dari efesiensi, inovasi, kualitas, dan customer responsiveness yang dibutuhkan dalam upaya untuk mengembangkan keunggulan daya samg yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage). Demikian halnya dengan lingkungan ekstemal PT. BAT Indonesia Tbk., juga akan difokuskan pada perubahan faktor-faktor lingkungan makro seperti perubahan ekonomi makro, sosial, pemerintah, teknologi, dan hukum yang berdampak langsung pada kinerja perusahaan saat ini. Sedangkan untuk lingkungan industri akan dibahas mengenai pemain dalam struktur industri rokok di Indonesia.
Selanjutnya setelah terbentuknya penetapan misi dan tujuan, serta telah dilakukannya identifikasi dari peJuang dan ancaman yang terdapat pada Jingkungan ekstemal, dan kompetensi khusus yang dimiJiki beserta kelemahan-kelemahan yang terdapat pada internal perusahaan, maka secara bersama dianalisa dengan menggunakan SWOT Analysis. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor ekstemal dan internal secara sistematis untuk dapat merumuskan berbagai aJternatif strategi perusahaan.
Tahap akhir dari formulasi strategi adalah pemilihan strategi yang akan diterapkan pada perusahaan. Beberapa altematif perumusan strategi basil anaJisis SWOT tersebut, difokuskan dengan menggunakan konsep strategic business unit (differentiation, cost leadership, danfocus khususnya market niche) yang dipadukan dengan konsep strategi competing on the edge (Brown & Eisenhardt Competing on The Edge: Strategy as structured chaos: 1998). Konsep strategi competing on the edge turut digunakan dalam pembahasan ini dikarenakan mempertimbangkan terhadap perubahan yang telah teljadi secara drastis pada hampir semua faktor lingkungan makro di Indonesia yang secara langsung berdampak pada perubahan yang cepat dan tidak dapat diprediksi pada struktur industri di Indonesia khususnya industri rokok.
Dari keseluruhan kondisi-kondisi tersebut diatas, baik berupa misi PT. BAT Indonesia Tbk untuk tetap mengembangkan usahanya, situasi lingkungan eksternal yang tidak menentu dan sulit diprediksi, serta kompetensi khusus yang dimiliki PT. BAT Indonesia Tbk saat ini, maka formulasi strategi utama yang sebaiknya diterapkan oleh PT. BAT Indonesia Tbk adalah leadership strategy, yaitu strategi yang berorientasikan pada pertumbuhan usaha dalam lingkungan industri rokok Indonesia yang sedang menurun, dengan cara mengambil market share dari perusahaan rokok lainnya.
Selanjutnya strategi pendukung yang sebaiknya digunakan PT. BAT Indonesia Tbk untuk dapat mencapai posisi leadership dalam industri rokok yang kondisinya sedang menurun tersebut, adalah dengan menerapkan navigating the edge of chaos, improvisasi. Improvisasi secara umum adalah apa-apa yang memungkinkan bagi tingkatan manajemen PT. BAT Indonesia Tbk untuk melanjutkan dan menciptakan penyesuaian terhadap perubahan pasar dan secara konsisten menggerakan merek-merek rokok yang ada ke berbagai segmen pasar yang ada.
Adapun kunci sukses dari taktik startegi ini dibangun berdasarkan kombinasi pada merek, inovasi produk, dan biaya rendah untuk mencapai leadership dalam setiap segmen pasar yang dimasuki. Adapun konsep kunci dari improvisasi ini yang harus diterapkan pada PT. BAT Indonesia Tbk, adalah: adaptive culture (menciptakan keluwesan budaya perusahaan), semi-structure (menciptakan keluwesan struktur organisasi sekaligus dihara~kan tidak terjadi kekacauan mekanisme struktur yang sedang berjalan), dan real-time communication (menciptakan komunikasi berdasarkan kelompok-kelompok fungsional yang bertemu secara berkala dan dipusatkan pada pelaksanaan waktu sesungguhnya)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Susanto
"Besarnya pasar bisnis SMS Premium melalui media ponsel di Indonesia memang membuat pertumbuhan layanan ini cukup berkembang dengan pesat Selain disebabkan oleh besarnya pasar penduduk Indonesia. karakteristik masyarakat Indonesia sangat mendukung pesatnya pertumbuhan bisnis layanan SMS premium ini. Dalam penyelenggaraannya, SMS Premium melibatkan beberapa pihak yaitu Operator sebagai penyedia jaringan telekomunikasi selular atau infrastruktur dan billing dan para rekanan dari operator yang sering disebut dengan Content Provider atau CP. Para CP inilah yang secara aktif mempromosikan dan menawarkan layanan-layanan dengan memanfaatkan jaringan fisik yang dimiliki oleh operator seluler. Untuk proses transaksi dari pada SMS Premium sendiri. operator seluler biasanya menyediakan sebuah nomer khusus (biasanya terdiri dari empat digit) yang sering disebut dengan istilah Short Code. Dari masing-masing short code inilah biasanya para CP mulai membangun image dan brand dari perusahaannya. Saat ini jumlah CP yang terdaftar di beberapa operator tak lagi puluhan saat ini, tetapi sudah mencapai ratursan. Hal ini disebabkan oleh belum jelasnya peraturan dan persyaratan yang diterapkan olen sebuah operator kepada perusahaan yang ingin menjadi Content Provider. Di awal perkembangannya dengan sedikit perkecualian siapa saja yang memiliki massa bisa menjadi CP dan memiliki short code. Mulai dari perusahaan teknologi informasi, bank bahkan hingga perusahaan angkutan umum."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T23217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali A. Rachman
"Industri software mulai tumbuh di Indonesia secara alamiah, meskipun beberapa produsen software kelas dunia seperti Microsoft, Oracle, Linux, IBM dan lainnya telah mengembangkan usahanya di Indonesia. Dibandingkan dengan negara-negara ASEAN, posisi dan kondisi industri software Indonesia relatif sangat tertinggal jauh baik dalam jumlah perusahaan, tenaga kerja yang diserap, nilai produksi dan modal yang diinvestasikan. Nilai penjualan produk software di Indonesia pada tahun 1999 mencapai US$ 91,70 Juta dengan laju pertumbuhan 9% pertahun, dart jumlah tersebut 52% merupakan Janis software aplikasi baik untuk bisnis besar, finansial dan industri. Pasar software aplikasi di Indonesia diperkirakan akan tumbuh 20% pertahun. 85% dari pasar software aplikasi saat ini masih dipasok oleh produk impor sejalan dengan belum berkembangnya industri software package di dalam negeri.
PT Andal Piranti Lunak adalah perusahaan lokal yang memproduksi paket software berupa program aplikasi solusi bisnis, menghadapi persaingan yang sangat ketat perusahaan perlu menyusun dan merencanakan strategi bisnisnya dengan merespon setiap perubahan yang terjadi di lingkungan internal maupun eksternal. Dan analisis lingkungan eksternal dapat diketahui bahwa ancaman utama yang dihadapi perusahaan adalah munculnya pendatang baru. Sedangkan faktor peluang adalah perkembangan industri software dunia dimana trend pasar dunia software yang terus meningkat dan memberikan peluang yang cukup rnenjanjikan dalam bisnis IT ini. Kondisi internal perusahaan umumnya menunjukan indikasi yang kuat tercermin dad kinerja keuangan perusahaan. Hasil analisis Matrik GE menunjukan bahwa bahwa posisi bisnis PT Andal Piranti Lunak berada pada sal 2 yang berarti perusahaan harus melakukan strategi pertumbuhan. Sedangkan strategi generik yang sesuai untuk PT Andal Piranti Lunak adalah strategi diferensiasi. Untuk mengurangi risiko akibat penerapan strategi diferensiasi, perusahaan perlu memliki kemampuan dalam strategi pemasaran yang kuat, inovasi dan reputasi perusahaan dalam mutu dan teknologi pada industri software.
Hasil analisis Business Portfolio Model sebagai model perumusan strategi korporasi dengan menggunakan Matrik GE sebagai alat analisisnya. Hasil analisis Matrik GE menunjukan posisi PT Andal Piranti Lunak dalam produk aplikasi untuk segmen minimarket dan segmen perusahaan jasa/dagang/manufaktur berada pada posisi daya tarik industri yang tinggi dan kekuatan bisnis perusahaan yang tinggi, maka strategi unit bisnis dan alokasi sumber daya diarahkan untuk mempertahankan dominasi pasar, melindungi kekuatan yang ada, kelola sebaik-baiknya untuk laba sekarang dan memaksimumkan investasi. Segmen Bengkel/Service Station berada pada posisi daya tarik tinggi dan kekuatan bisnis perusahaan sedang, maka strategi unit bisnis dan alokasi sumber daya diarahkan untuk memelihara dan mempertahankan posisi sekarang, identifikasi segmen pasar yang bertumbuh, pengembangan produk dan pasar, sementara investasi dilakukan hati-hati dan selektif. Sedangkan segmen Apotek dan Bank/Perusahaan Asuransi berada pada posisi daya tarik dan kekuatan bisnis yang sedang, maka strategi unit bisnis dan alokasi sumber daya diarahkan untuk mengidentifikasi segmen pasar yang bertumbuh, pengembangan produk dan pasar, sedangkan investasi dilakukan selektif dan dipusatkan pada segmen dengan laba yang baik dan risiko yang rendah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12132
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>