Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139976 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mohd. Rusdi Bin Yaacob
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7100
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uke Widjayana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji korelasi antara variat pelatihan dan motivasi kerja dengan produktivitas kerja teller, baik hubungan secara sendiri-sendiri, muapun bersama-sama.
Populasi pada penelitian ini adalah teller PT Bank X (Persero) T Cabang Jakarta Kota, yang telah bekerja sekurang-kurangnya satu tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai, sampel penelitian berjumlah 51 orang, yang diambil dengan menggunakan teknik proporsior purposive probability dari 62 orang populasi.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data pelatihan dan motivasi kerja berupa kuesioner dengan menggunakan skala Likert, dima masing-masing variabel memuat 24 butir pernyataan. Produktivitas kerja diperoleh dari efisiensi pelayanan kepada nasabah yaitu membandingkan teller, dimana rata-rata efisiensi kerja teller diperoleh dari jumlah transaksi dengan membandingkan jam kerja efektif.
Teknik analisis data menggunakan deskriptip statistik yang ditujukan untuk mendiskripsikan masing-masing variabel penelitian, selanjutnya tabulasi silang ditujukan juga untuk menguji kaitan antara karakteristik responden dengan produktivitas. Sedangkan untuk mengkaji hubungan dan kontribusi masing-masing variabel digunakan analisis korelasi dan regresi.
Dari hasil analisis data terungkap bahwa : Pertama sebanyak 66,7% teller merasakan adanya manfaat pelatihan bagi peningkatan pengetahuan dan keterampilannya. Dan, sebanyak 621% teller memiliki motivasi kerja baik yang timbul dari dalam individunya masing-masing maupun dorongan dan pihak organisisi tempatnya bekerja untuk berusaha dengan kemampuannya agar hasil terbaik dapat dicapai.
Kedua, secara statistik produktivitas kerja terdapat korelasi yang positip antara pelatihan dan motivasi dengan kontribusi yang diperoleh dari besarnya nilai koefien determinasi sebesar 0,767 pada tingkat signifikansi 0.01. Secara bersama-sama, kedua varians ini memberikan kontribusi sebesar 76,70% terhadap produktivitas kerja.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa karakteristik yang dimiliki pegawai, pelatihan dan motivasi kerja, secara individual maupun bersama-sama, turut menentukan adanya variasi produktivitas kerja teller pada PT Bank X (Persero) Tbk Cabang Jakarta Kota."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T9703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gunarwan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel pendidikan, pelatihan dan motivasi kerja dengan produktivitas kerja. Subjek penelitian ini adalah operator mesin Two For One (TFO) merk Muratex dibagian persiapan pada perusahaan tekstil PT. Alenatex , penelitian dilakukan dengan metode survai dengan jumlah sampel sebanyak 64 orang yang diambil dengan menggunakan teknik proporsi random sampling dari jumlah populasi 160 orang.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu pendidikan, pelatihan dan motivasi kerja berupa angket/kuesioner dengan menggunakan metode Skala Likert dimana untuk variabel pendidikan angket pertanyaan identitas responden , untuk variabel pelatihan dan motivasi kerja kuesioner sedangkan variabel produktivitas kerja diperoleh dari waktu rata-rata penyelesaian tugas melaksanakan pemasangan benang dan doffing oleh operator. Teknik analisis data yang digunakan korelasi dan regresi yang dilanjutkan dengan uji t dan F pada taraf signifikansi 0,05. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa : Terdapat hubungan yang positif antara ketiga variabel bebas dengan variabel terikatnya yaitu untuk variabel pendidikan dengan produktivitas kerja walaupun pelatihan dan motivasi kerja telah dikontrol dengan koefisien korelasi r(y.x1 ? x2x3 ) = 0,478 dan persamaan regresinya Y^ = 87,430 + 1,410 XI, kontribusi pendidikan terhadap produktivitas kerja sebesar 22,9 %.
Untuk variabel pelatihan dengan produktivitas kerja meskipun variabel pendidikan dan motivasi kerja telah dikontrol , koefisien korelasinya r(yx2- xlx3 ) = 0,466 dan persamaan regresinya Y^= 47,602 + 0,595 X 2 , kontribusi pelatihan terhadap produktivitas kerja sebesar 21,7%. Untuk variabel motivasi kerja dengan produktivitas kerja dengan variabel pendidikan dan pelatihan dikontrol , koefisien korelasinya r(yx3_ xix2 ) = 0,491 dan persamaan regresinya Y^= 26,797 + 0,775 X3 , kontribusi motivasi kerja terhadap produktivitas kerja sebesar 24,1%.
Secara bersama-sama ketiga variabel bebas mempunyai hubungan positif dengan variabel terikatnya ,koefisien korelasinya r y-x1 x2x3 = 0,681 dan persamaan regresinya Y^ = 2,283 + 0,874 X1 + 0,365 X 2 + 0,608 X3, secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 46,4 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan, pelatihan dan motivasi kerja turut menentukan variasi produktivitas kerja operator pada PT Alenatex."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T1991
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tika Chandra Pratiwi
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S16237
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunis Farida O.T.
"Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul Khotimah Jakarta (PSPP Khusnul Khotimah) merupakan salah satu panti sosial yang ditunjuk oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai tempat pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadu (One Stop Centre). Keberhasilan PSPP Khusnul Khotimah dalam melaksanakan program terapi dan rehabilitasi terpadu ditentukan oleh kepuasan para klien (residenlorang yang mengikuti program terapi dan rehabilitasi) dalam menjalani program khususnya rehabilitasi sosial dalam upaya mengubah perilaku sosial akibat ketergantungan narkoba. Permasalahan kepuasan para klien yang merupakan indikator variabel yang secara implisit mengandung makna kepuasan pengguna jasa, maka dapat dijabarkan dalam penelitian ini dart dimensi pelayanan yang implisit didalamnya yaitu variabel tangibility, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy, yang merupakan kualitas pelayanan (Service Quality) menurut Servqual (Zeithami, Valerie A et.al; 1990).
Hasil pengungkapan permasalahan kualitas pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadu bagi korban penyalahgunaan narkoba di PSPP Khusnul Khotimah Jakarta dengan menggunakan analisis faktor sehingga diperoleh faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadu di PSPP Khusnul Khotimah Jakarta dengan tingkat kepuasan rata-rata masih di bawah 100% yaitu sebesar 91,32 %, yang berarti juga bahwa klien masih belum merasa puas. Adapun tingkat kepuasan klien menurut (1) dimensi tangibility dengan persentase tingkat kepuasannya sebesar 82,70%; (2) dimensi responsiveness dengan persentase tingkat kepuasannya sebesar 81,51%; (3) dimensi reliability dengan persentase tingkat kepuasannya sebesar 86,42%; (4) dimensi assurance dengan persentase tingkat kepuasannya sebesar 87,79%; dan (5) dimensi empathy dengan persentase tingkat kepuasannya sebesar 80,55%. Adapun faktor yang yang sangat berpengaruh terhadap pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadi di PSPP Khusnul Khotimah Jakarta meliputi faktor Jaminan Petugas, faktor Kehandalan Petugas, faktor Fisik, faktor Sikap Tanggap dan Perhatian Petugas.
Faktor yang sangat dominan mempengaruhi pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadu di PSPP Khusnul Khotimah adalah faktor jaminan petugas yang meliputi rasa aman dan bebas kekerasan dalam pelayanan, keterampilan dan kerampuan petugas dalam pelayanan dan membantu mengatasi masalah klien serta pengetahuan petugas dalam menangani klien.
Dengan demikian upaya untuk mengatasi permasalahan pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadu di PSPP Khusnul Khotimah dititikberatkan pada peningkatkan kemampuan SDM dalam memberikan pelayanan, yang dilakukan melalui pendidikan formal, maupun pendidikan dan latihan teknis. Kemudian meningkatkan ketrampilan petugas melalui pembinaan, magang dan studi banding serta mengadakan pertemuan koodirnasi antar petugas dalam pemecahan masalah klien. Hingga mengikutsertakan petugas dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi PSPP Khusnul Khotimah kepada petugas dengan pengarahan dan pembinaan melalui pertemuan rutin, mingguan dan bulanan. Dengan demikian upaya tersebut perlu di dukung dengan peningkatan secara terpadu dan menyeluruh serta komprehensif guna meningkatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadu di PSPP Khusnul Khotimah.

PSPP Khusnul Khotimah representing one of the social residential which showed by BNN as therapy service place and rehabilitate inwroughtly ( One Stop Centre). Efficacy of PSPP Khusnul Khotimah in executing therapy program and rehabilitate inwrought determined by satisfaction all client ( residen I one who follow therapy program and rehabilitate) in experiencing program specially rehabilitate social in the effort altering social behavior of effect depended narkoba. Problems of Satisfaction all client representing variable indicator which implicitly contain meaning satisfaction [of] service user, hence can be formulated in this research from service dimension which is implisit in it that is tangibility variable, reliability, responsiveness, assurance, and empathy, representing the quality of service (Service Quality) according to Servqual (Zeithami, Valerie A, et. al; '1990).
Result of problems expression of is quality of therapy service and rehabilitate inwrought to victim abuse of drugs in PSPP Khusnul Khotimah Jakarta by using factor analysis is so that obtained by factor influencing the quality of therapy service and rehabilitate inwrought in PSPP Khusnul Khotimah Jakarta with storey, level satisfaction of mean still below/under 100% that is equal to 91,32 %, connoting that client still not yet lick lips. As for storey;level satisfaction of client according to (1) tangibility dimension with percentage mount its satisfaction equal to 82,70%; ( 2) responsiveness dimension with percentage mount its satisfaction equal to 81,51%; ( 3) reliability dimension with percentage mount its satisfaction equal to 86,42%; ( 4) assurance dimension with percentage mount its satisfaction equal to 87,79%; and ( 5) empathy dimension with percentage mount its satisfaction equal to 80,55%. As for factor very having an effect on to therapy service and rehabilitate paddy in PSPP Khusnul Khotimah Jakarta cover Guarantee Officer factor, Mainstay Officer factor, Physical factor, Attitude factor Listen carefully and Attention of Officer.
Very dominant factor influence therapy service and rehabilitate inwrought in PSPP Khusnul Khotimah is officer guarantee factor covering security and is free of hardness in service, and skill ability of officer in service and assist to overcome the problem of client and also knowledge of officer in handling client
Thereby strive to overcome problems of therapy service and rehabilitate inwrought in PSPP Khusnul Khotimah at ability of HRH in giving service, which is through formal education, and also technical practice and education. Later; Then improve skilled of officer through construction, study and magang compare and also perform a meeting of coordination between officer in client trouble-shooting. Till involve officer in fundamental duty execution and PSPP Khusnul Khotimah function to officer with construction and guidance through routine meeting, weekly and monthly. Thereby the effort requires to in supporting with improvement inwroughtly and totally comprehensive to and also utilizes to improve therapy service and rehabilitate inwrought in PSPP Khusnul Khotimah.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahiddin
"Misi utama pelaksanaan pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan yang dilakukan Petugas Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas I Tangerang adalah mengantarkan kembalinya warga binaan tersebut setelah menjalani masa pidananya ke lingkungan masyarakat secara wajar, menjadi warga masyarakat yang baik, tidak mengulangi pelanggaran hukum lagi, dan dapat berperan serta dalam pembangunan serta berguna bagi diri, keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Misi diatas, merupakan hal yang sangat mulia namun bukan pekerjaan yang mudah untuk merealisasikannya, apalagi akhir-akhir ini kejahatan baik secara kuantitas maupun kualitas meningkat dengan tajam, tingkat hunian secara umum melebihi daya tampung, disisi lain penambahan petugas hampir tidak ada; Oleh sebab itu untuk mengatasi sekaligus merealisasikan misi diatas dibutuhkan petugas LAPAS Kelas I Tangerang yang handal, professional dan berdedikasi tinggi.
Salah satu upaya untuk mewujudkan petugas LAPAS Kelas I Tangerang yang handal, professional dan berdedikasi tinggi adalah dengan pemenuhan kepuasan kerja. Adapun yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara Iklim Organisasi, Motivasi dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja petugas LAPAS Kelas I Tangerang.
Tinjauan pustaka mengindikasikan bahwa kepuasan kerja dapat dipenuhi dengan penciptaan iklim organisasi yang kondusif, pemberian motivasi yang tinggi dan pemenuhan kompensasi yang memadai, mengacu pendapat Litwin dan Stringer dalam Gibson (1984: 322 ) ... 10 dimensi iklim organisasi untuk mewujudkan kepuasan kerja meliputi struktur tugas, tantangan dan tanggung jawab, dukungan dan interaksi, hubungan imbalan dan sanksi, konflik, resiko, status dan semangat serta kompetensi dan keluwesan; berkaitan dengan motivasi yang mewujudkan kepuasan kerja meliputi pola motivasi prestasi, motivasi afiliasi, dan motivasi kekuasaan, sedangkan berkaitan antara kompensasi yang berhubungan dengan kepuasan kerja menurut Ivancevich (1995 = 304 ) meliputi kompensasi finansial langsung, kompensasi finansial tidak langsur dan kompensasi non finansial.
Populasi penelitian ini adalah petugas LAPAS Kelas I Tangerang yang berjumlah 190 orang, berdasarkan tabel KREJCLE yang dijadikan sampel sebanyak 127 orang dengan data baik primer maupun sekunder. Data diperoleh dengan menggmakan tehnik purposive sampling artinya penentuan sampel dilakukan secara sengaja untuk tujuan yang telah ditetapkan, adapun instrumen penelitiannya berbentuk kuesioner yang dibangun atas penjabaran dari indikator-indikator tiap variabel dengan alat ukur skala Likert; Sebelum dilakukan analisis, instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya, kemudian data dianalisis berdasarkan frekwensi, median, modus dan kategori selanjutnya dilakukan analisis hubungan antar variabel penelitian dengan metode korelasi non parametric Spearman 'S rho.
Hasil penelitian ini ternyata dengan tingkat kepercayaan 99% terdapat hubungan yang sedang antara variabel iklim organisasi dengan kepuasan kerja sebesar 0.491, dan hubungan antara variabel motivasi dengan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang kuat yaitu sebesar 0.655, sedangkan hubungan antara variabel kompensasi dengan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang sedang yaitu sebesar 4.468.
Implikasi dari temuan penelitian ini, yaitu perlu pengakuan yang wajar sehubungan amanat Pasal 8 ayat (I) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan : "bahwa petugas pemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang tentunya diharapkan perlakuannya juga setara dengan penegak hukum lainnya. Bila hal ini direalisasikan berarti dapat menciptakan iklim organisasi yang kondusif, memberikan motivasi yang tinggi dan pemenuhan kompensasi yang adil serta memadai, maka kepuasan kerja akan terpenuhi, dimana pada akhirnya diharapkan mewujudkan petugas LAPAS Kelas I Tangerang yang handal, professional dan mempunyai dedikasi yang tinggi.

The Relation of Organization Climate/ Atmosphere, Motivation, Compensation and Work Satisfaction of Correctional Officers Class I TangerangCorrectional has the main mission to establish prisoners to be good human beings. The duty is done by Correctional officers Class I Tangerang, which has the function to assist and establish the prisoners capability to live in the society after their punishment is over. They were built to be involved and participated in the progress of the society.
However, it was difficult to be implemented since the quality and quantity of crime is still increased. This condition can be seen through the over capacity of detainees in Correctional , while officers to keep the programs in Correctional is lack in numbers. Therefore, in realizing this mission Correctional Class I Tangerang needs professionals competence, and high dedication officers.
To create good officers in Correctional Class I Tangerang is by fulfilled work satisfaction for the officers. The major problem in this study is to find out the relationship of organization climate, motivation and compensation with work satisfaction of officers in Correctional officers Class I Tangerang.
Library research indicated that work satisfaction can be fulfilled by creating conducive atmosphere/ climate, high motivated officers, sufficient compensation, refer to Litwin and Stringer in Gibson (1984;322) 10 dimension organization climate to create work satisfaction includes work structure, challenge and responsibility, support , competence and flexibility; related with motivation which constructs work satisfaction includes the motivation pattern award, affiliate motivation, while the relation between work satisfaction according to Ivancevich (1995:304) includes direct financial compensation, indirect financial compensation and non-financial compensation.
The population of this study is 190 officers in Correctional Class I Tangerang, based on KREJCLE table. The sample is taken for 127 persons. Data is secondary and primer. Data is taken by purposive sampling. The sample is taken for a purpose and the research instruments use questioners which form with explanation from indicators of variables which measured by Likert Scale; Before analizing, validity and reliability of instruments are examined, then data is analyzed based on frequency, median, modus and category. Later analyze the relation between research variable and correlation method Non Parametric Spreaman's rho.
The study result 99 % means median correlation between variable organization climate with work satisfaction 0.491, and relation between motivation variable with work satisfaction has high relation 0.655, while relation of compensation variable with work satisfaction has median high 0.468.
The implication of this research is the important existence of recommendation of Chapter 8 subsection 1 UU Number 12 years/1995 about Correctional : "that correctional officer is law functional officer." If this intention can be realized, it can create conducive organization climate which gives high motivation, fair and sufficient compensation fulfillment. Therefore, work satisfaction can be fulfilled and finally the professionals, competence and high motivated officers in Correctional Class I Tangerang would be performed properly."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djaelani
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Kepemimpinan dan Pelatihan dengan Motivasi kerja pegawai didalam melaksanakan tugas-tugas pembinaan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Bogor. Didasarkan pada pengalaman empiris dapat diindikasikan bahwa pegawai yang dimiliki Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bogor mempunyai motivasi kerja yang rendah. Hal ini disebabkan 1). sebagian pegawai mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat sarjana dengan jurusan dan keterampilan yang berbeda, .sedangkan pemasyarakatan mempunyai jalur pendidikan khusus untuk mempersiapkan sumber daya manusianya yaitu AKIP ( Akademi Ilmu Pemasyarakatan ), sehingga kemampuan dan keterampilan dalam bidang pembinaan pemasyarakatan yang dimiliki pegawai sangat terbatas, 2). Pegawai yang ada sebagian berasal dari Departemen Penerangan dan Depertemen Sosial dengan Budaya kerja yang berbeda 3). kurang meratanya Pendidikan dan Pelatihan Teknis Pemasyarakatan. 4) kurangnya tingkat kesejahteraan pegawai .
Kenyataan lain yang dapat dilihat yaitu masih adanya gangguan keamanan dan ketertiban seperti terjadinya perkelahian antara sesama tahanan / narapidana yang bahkan dapat menyebabkan kematian, adanya tahanan 1 narapidana yang melarikan diri dari lembaga pada siang hari tanpa melakukan bobol genteng atau peralatan lain, adanya bekas narapidana yang berulang kali masuk lembaga, sedangkan rendahnya motivasi pegawai dapat dilihat dari tingkat kehadiran yaitu : tidak masuk kerja tanpa alasan yang jelas, datang terlambat / tidak ikut apel pagi, datang absen pagi keluar kantor tanpa alasan yang jelas dan datang kembali waktu absen pulang serta datang pagi akan tetapi tidak menggunakan waktu sebagaimana mestinya.
Dengan dasar latar belakang tersebut diatas dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah dalam penelitian seperti :
1. Adakah hubungan antara Kepemimpinan dengan motivasi pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bogor.
2. Adakah hubungan antara Pelatihan dengan Motivasi Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Bogor.
3. Adakah hubungan antara Kepemimpinan dan Pelatihan Secara bersama-sama dengan Motivasi Pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bogor.
Sebagai faktor motivasional seorang pimpinan mutlak perlu menyusun program yang sistematik untuk mengembangkan bawahan baik jalur formal maupun informal, karena pentingnya pengembangan sebagai bagian integral dari usaha memberikan motivasi, maka jalur formal harus ditempuh melalui program pendidikan dan pelatihan bagi pegawai. Dalam penelitian ini digunakan konsep atau teori kepemimpinan yang efektif dengan lima landasan manajerial yang kokoh dari Chapman yang dikutip Dale Timpe dalam Hasibuan, konsep Pelatihan menggunakan teori Arep dan Mangunegara, den konsep motivasi menggunakan teori dua faktor dari Herzberg.
Untuk mencari jawab atas pertanyaan penelitian diatas, maka pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode Survey yaitu dengan teknik menyebarkan kuesioner. Teknik pengambilan sample dengan menggunakan Teknik insidental sampling, sedangkan penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan Rumus Al-Rasyid. Dari 61 sampel yang ditetapkan untuk mewakili populasi sejumlah 155 orang, telah disebarkan sebanyak 66 eksemplar angket dan semuanya kembali.
Dari data yang telah diuji validitas dan reiiabilitasnya maka dilakukan analisis korelasi Spearman Rank, Analisis korelasi Banda dan uji Signifikansi F hitung. dengan hasil :
1. Adanya hubungan yang positif, positif dan signifikan antara Kepemimpinan dengan motivasi kerja pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Bogor.
2. Adanya hubungan yang positif, kuat dan signifikan antara Pelatihan dengan Motivasi kerja pegawai Lembaga pemasyarakatan Klas II A Bogor.
3. Adanya hubungan yang positif, kuat dan signifikan antara Kepemimpinan dan Pelatihan secara bersama-sama dengan motivasi kerja pegawai Lembaga pemasyarakatan Klas IIA Bogor.
Dari hasil penelitian, disarankan untuk dapat meningkatkan dan memperbaiki motivasi pegawai dengan cara memperbaiki kualitas kepemimpinan, Pelatihan dan motivasi terutama indikator-indikator yang masih menjadi masalah dengan Cara bersama-sama atau parsial.

This research is done with an objective of exploring the relation between leadership and training with work motivation of officers in doing their rehabilitation duties for the inmates at the Class 2A Correctional Institution of Bogor. According to empiric experience, it indicates that almost all of the officers have minimum work motivation. This caused by: 1) some of the officers have different education background, from the elementary school until university with different kind of specialization, and also there is a special education program, that is AKIP (Akademi Ilmu Pemasyarakatan/Academy of Sociology Science), so the ability on rehabilitation program for the officers is limited; 2) Some of the officers transferred from the Department of Information and Social Works, which have different job description; 3) The training and education about Socialization system is not spread enough; 4) Incomplete salary for officers.
Another reality shows that there still have security obstruction, for example fight between inmates that can cause death, inmates run away from prison without open the ceiling in the afternoon, recidivist that come back again to the jail. Minimum work motivation can be shown from the level of absence officer not come to the office without any permission, officers come too late, go home before the time, and also come to the office but not using the work time properly.
Base on these realities, it can be formulated some problems in the research, such as
1. Is there any relationship between leadership with work motivation of officers at Class 2A Correctional Institutions of Bogor?
2. Is there any relationship between training with work motivation of officers at Class 2A Correctional Institutions of Bogor?
3. Is there any relationship between leadership and training together with work motivation of officers at Class 2A Correctional Institutions of Bogor?
As the motivational factor, a leader should draw a systematical program to develop the employee from formal or informal lines. But it's better if a leader takes the formal line by education and training. In this analysis, we use Chapman's Effective Leadership Concept with 5 managerial bases, taken from Dale Timpe by Hasibuan, Training Concept using Mangunegara and Arep's theory, and Motivation Concept using two factor theory of Herzberg.
To have the answers from the questions, we collect the data using survey method that is by spread questioners. The technique to collect the data is using Incidental Technique sampling, and to decide the number of samples, we using Al-Rasyid's formula. From 61 samples which represent the population of 155 employees, it has been distributed 66 sheets of questioners, and all of them are back.
From the data that the validity and the reliability already tested, we make analysis Spearman Rank correlation, double correlation analysis, and F Significant test. And the results are:
1. There is a positive and significant relationship between leadership with work motivation of officers at Class 2A Correctional Institutions of Bogor.
2. There is positive, strong, and significant relationship between training with work motivation of officers at Class 2A Correctional Institutions of Bogor.
3. There is positive, strong, and significant relationship between leadership and training together with work motivation of officers at Class 2A Correctional Institutions of Bogor.
From this analysis, we suggest to improve and correct the officers' motivation by improving the quality leadership, training and motivation, especially on the indicators that still become dilemma, done together or partial.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Iswara Martin
"Munculnya era globalisasi yang melanda dunia menyebabkan setiap negara termasuk Indonesia berupaya mempersiapkan diri dalam berbagai bidang, baik bidang politik, ekonomi, budaya maupun hankam agar tidak terlindas oleh kerasnya dampak dari globalisasi tersebut.
Khusus di bidang ekonomi, upaya yang ditempuh oleh pemerintah selain menjalin kerjasama regional maupun intemasional ,juga berupaya untuk senantiasa meningkatkan daya saing produk agar mampu bersaing di pasar internasional yang salah satu landasan pokok peningkatan daya saing produk barang dan jasa tersebut adalah peningkatan produktivitas baik secara macro maupun makro.
Penelitian ini berupaya mengungkap sejauh mana hubungan dan pengaruh latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja. Selain itu juga berupaya untuk mengungkap adanya perbedaan tingkat produktivitas karyawan berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Umum dengan karyawan berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja memiliki lwbungan positif dan signifikan dengan produktivitas kerja, atau dapat dikatakan bahwa semakin tingginya latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja akan semakin tinggi tingkat produktivitas kerjanya. Sebaliknya dengan semakin rendahnya latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi den pengalaman kerja akan semakin rendah tingkat produktivitas kerjanya.
Pada bagian lain dari penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa tingkat produktivitas kerja karyawan dengan latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Umum lebih tinggi dari karyawan dengan latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan.
Atas dasar hasil penelitian tersebut di atas, maka upaya peningkatan produktivitas kerja mutlak diperlukan bagi setiap organisasi apabila ingin metnpertahankan kontinuitas organisasi agar mampu menjawab setiap tantangan akibat adanya perkembangan domestik maupun global yang demikian cepat.
Upaya peningkatan produktivitas kerja dimaksud dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan, pemberian motivasi dan memanfaatkan pengalaman kerja yang dimiliki oleh karyawan untuk sebesar-besarnya dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Mardiyati
"ABSTRAK
Permasalahan mengenai penyalahgunaan narkoba masih menjadi bahan pemikiran bagi pemerintah dan swasta. Berdirinya panti rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba, baik milik pemerintah maupun swasta merupakan bukti usaha yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkoba melalui sistem panti dan non panti, prinsipnya memiliki tujuan untuk membantu kelayan mampu mengurangi ketergantungan dan dapat berperan secara sosial. Pendamping di panti rehabilitasi memiliki kompetensi pekerjaan sosial, khususnya adiksi. Kementerian Sosial menyiapkan pendamping adiksi melalui rekuitmen dalam menjawab kebutuhan makin meningkatnya korban penyalahgunaan narkoba yang harus direhabilitasi. Kajian ini berupaya menganalisa permasalahan korban penyalahgunaan narkoba, yang bisa sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan melalui rehabilitasi. Pendamping berperan sebagai motivator dalam menjalani tahap-tahap rehabilitasi. Peran pendamping begitu penting membantu korban dalam mengurangi ketergantungan, mengembalikan korban ke lingkungan keluarga dan menjalankan peran sosial dengan baik. Kompetensi pendamping merupakan sebuah keutamaan. Ketersediaan pendamping dalam panti rehabilitasi korban narkoba merupakan sebuah keniscayaan, tetapi suplay skill khusus yang yang berkompeten dalam pendampingan kurang memenuhi."
Yogyakarta: Balai Besar dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Yogyakarta, 2016
360 UI-MIPKS 40:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>