Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86659 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tati Ruslin Yanuarti
"ABSTRAK
Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) merupakan rumah sakit swasta yang memberikan pelayanan kesehatan bagi pegawai pertamina maupun pasien umum dan merupakan pusat rujukan dari seluruh rumah sakit yang berada di bawah PT PERTAMEDIKA, sehingga diharapkan mampu memberikan pelayanan yang lebih sempurna dibanding rumah sakit asal rujukan. Karena itu memerlukan kesiapan SDM yang berkualitas dan bertangung jawab dalam memberikan pelayanan, dalam hal ini kesehatan adalah modal utama.

Salah satu upaya perusahaan untuk memenuhi kriteria sehat tersebut adalah perlunya menyelenggarakan upaya kesehatan kerja bagi seluruh pekerja rumah sakit tanpa terkecuali. Program kesehatan kerja di RSPP berada di bawah tanggungjawab Unit LK3, yang salah satu kegiatannya adalah menyelenggarakan kegitan pemeriksaan kesehatan atau medical check-up (MCU) secara rutin tiap tahun untuk semua pekerja. Namun dalam kenyataannya cakupan MCU pekerja RSPP masih terbilang rendah, yaitu tahun 2003 sebesar 55,8%, tahun 2004 menurun menjadi 47,6%. Di tahun 2003 tersebut dari yang melaksanakan MCU ditemukan sekitar 18% pekerja mempunyai keluhan atau gejala penyakit yang diduga berhubungan dengan pekerjaan. Diantaranya Carpal Tunnel Syndrome, Cervical Syndrom, Iritasi Radix, Hernia Nucleo Plasmyd, Low Back Pain, Varices, Tremor, Abortus, Vertigo, Migrain, Neuropaty dan masih banyak yang lainnya.

Sistem lnformasi Kesehatan Kerja RSPP dikelola oleh Unit LK3 khususnya Bagian Kesehatan Kerja, dimana sistem ini merupakan salah satu bagian dari Sistem Informasi Rumah Sakit. Bagian Kesehatan kerja sebagai pengelola program wajib membuat laporan kesehatan kerja baik intern maupun ekstem. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bagian Kesehatan Kerja RSPP diketahui belum adanya efisiensi pada sistem informasi kesehatan kerja dimana prosesnya belum memaksimalkan komputer dan jaringan yang sudah tersedia, karena itu perlu pengembangan sistem informasi yang mampu menghasilkan informasi :kesehatan kerja yang berkualitas, akurat dan efisien.

Pengembangan Sistem lnformasi Kesehatan Kerja bertujuan selain untuk memudahkan dalam hal pencatatan dan pelaporan juga diharapkan dapat menghasilkan informasi yang dibutuhkan secara lengkap, akurat dan cepat, kemudian dapat digunakan pihak manajemen dalam upaya memonitor dan mengevaluasi kesehatan pekerja. Metodologi yang digunakan adalah Siklus Hidup Pengembangan Sistem, melalui tahap identiftkasi masalah; peluang dan tujuan; penentuan syarat dan analisis kebutuhan, merancang sistem yang direkomendasikan; mengembzmgkan dan mendokumentasikan perangkat lunak dan uji coba prototipe. Pengujian sistem dilakukan di lab. Departemen Biostatistika UI menggunakan data kesehatan pekerja tahun 2005. Pengumpulan data dan infomasi melalui wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi.

Hasil penelitian adalah suatu otomasi pengolahan data berupa prototipe Sistem Informasi Kesehatan Kerja (SIKK) yang akan di terapkan di RSPP. Analisis sistem yang dilakukan terhadap sistem kesehatan kerja yang berjalan saat ini adalah: analisis masukan, analisis basis data dan analisis keluaran, sehingga dapat ditetapkan kebutuhan sistem dan informasi. Kebutuhan sistem adalah sistem yang terintegrasi dengan menggunakan sharing basis data dengan unit-unit terkait sebagai sumber data yaitu Unit Medical Check Up, Unit Medical Record dan SDM melalui jaringan lokal yang tersedia (LAN) yang dapat melakukan otomasi dalam pengolahan data sehingga menghasilkan suatu keluaran yang diinginkan. Keluaran dari sistem ini menghasilkan informasi yang lebih informatif dengan adanya tabel dan grafik berupa Laporan Kesehatan Kerja yaitu Laporan Bulanan, Tahunan dan Indikator Kesehatan Kerja. Selanjutnya informasi ini dapat digunakan rumah sakit dalam rangka monitoring dan evaluasi kesehatan pekerjaa.

"
2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Baharudin
"Rumah Sakit Pusat Pertamina ( RSPP ) diresmikan penggunaannya pada tanggal 6 Januari 1972, dengan tujuan untuk memberikan layanan kesehatan bagi karyawan Pertamina beserta keluarga, Kontraktor Asing, Corps Diplomatik, Pejabat Tinggi Pemerintah dan masyarakat umum termasuk didalamnya yang tidak mampu.
Dalam usianya yang telah mencapai 20 tahun, RSPP telah mengalami perkembangan baik dan segi pelayanan kesehatan yang terus menerus ditingkatkan, baik dari segi kualitas dan kemutakhiran peralatan kedokteran yang dimilikinya, kekuatan dan produktìvitas pegawai, sistim informasi serta penerapan quality assurance yang sesuai dengan standar National Association of Quality Assurance Profesionals ( NAQAP ) yang merupakan sebuah badan pengawas mutu layanan rumah sakit di Amerika, yang mana semua itu ditujukan untuk memberikan layanan kesehatan yang sebaik mungkin bagi para pasiennya.
RSPP untuk tetap dapat exist dan terus mendapatkan kepercayaan dari masyarakat yang menggunakan jasanya dituntut untuk inovatif dalam pengembangan layarian kesehatan yang diberikan, hal ini direalisasikan dengan kebijakan divisionalisasi dari Direksi pertamina yaitu dengan ditetapkannya RSPP sebagai investment center, hal ini dilakukan dengan berdasarkan pertimbangan untuk meningkatkan kemampuan operasional secara terpadu.
Kebijakan divisionalisasi tersebut dicerminkan dengan pemberian wewenang kepada RSPP untuk menyelenggarakan layanan kesehatan atas pengobatan, perawatan kesehatari dan pencegahan periyakit serta merencanakan kebutuhan obat serta sarana medis yang disesuaikan dengan kebutuhan dalam lingkungan perusahaan. Dengan kebijakan tersebut, maka seluruh poliklinik dan rumah sakit pertamina diseluruh wilayah Indonesia berada dibawah koordinasi RSPP.
Implikasi dan pengembangan organisasi tersebut tentu mempunyai dampak pula terhadap personnel resources, machine resources, money resources serta information resources. Semua resources tersebut pada akhirnya akan bermuara pada information resources, yang dicerminkan dalam bentuk informasi yang dibutuhkan manajernen dalam pengambilan keputusan.
Pengembangan organisasi yang konsekuensinya memberikan span of control yang jauh lebih luas dan kompleks, membuat manajemen mulai menyadari bahwa sistim inforinasi juga harus dikembangkan sejalan dengan pengembangan organisasi, hal tersebut dikaitkan dengan produk yang dihasilkan yaitu informasi yang cepat, tepat serta terintegrasi Untuk keperluan pengambilan keputusan.
Perubahan atau pengembangan dalam sistim informasi Sering kali terkait pada masalah-masalah dalam hardware, software maupun brainware, untuk menanggulangi masalah-masalah tersebut perlu pula kiranya suatu system life cycle yang terdiri dan planning, analysis and design, implementation, and operation.
Pendekatan yang dilakukan dalam pengembangan suatu sistiin informasi dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, namun dalam kasus RSPP pendekatan yang dipakai ialah pendekatan Bottom?Up versus Top-Down. Dasar pemikirannya ialah bahwa requirements top manajemen mengenai informasi yang dibutuhkan, dapat diterjemahkan dalam bentuk pengembangan hardware, software serta brainware yang pada akhirnya mempunyai alur dan bawah ke atas ( bottom-up ), jika dikaitkan dengan final productnya yaìtu informasi yang sesuai dengan requirements top manajemen.
Pengembangan sistem dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti mengembangkan sistem yang telah ada, atau mengganti sistem dengan yang baru sama sekali. Ditinjau dari segi biaya, mengembangkan sistem yang telah ada jauh lebih ekonomis, biaya-biaya yang timbul hanya mencakup penggantìan maupun penambahan hardware, sedangkan dar segi software maupun brainware tinggal dikembangkan. Penggantian Sistem dengan yang baru sama sekali tidaklah memberikan jaminan bahwa sistem tersebut bisa mencakup seluruh requirement informasi yang dibutuhkan oleh manajemen, kadangkala sistem yang baru tersebut tidak match dengan hardware yang telah dimiliki oleh perusahaan, yang mana hal tersebut tentu membutuhkan investasi yang tidak sedikit disamping kemungkinan adanya faktor employee resistance.
Pengembangan sistem yang telah ada merupakan alternatif yang dipilih dalam kasus RSPP, mengingat aplikasi-aplikasi yang dimilikinya telah berjalan dengan baik sehingga tinggal mengembangkan pada sentra-sentra yang masih dikelola secara manual, sedangkan penggantian serta penambahan hardware merupakan konsekuensi dan pemakaian yang telah optimal serta dampak dan pengembangan organisasi RSPP."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatimah Haniyah
"Skripsi ini membahas pengembangan sistem informasi pelayanan poliklinik berbasis rekam medis di Rumah Sakit Medika Permata Hijau untuk dapat menghasilkan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap tentang proses pelayanan medis dan kesehatan. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan sistem incremental dan iterative dengan pembuatan prototype jenis I.
Hasil penelitian ini menyarankan bahwa prototype ini masih harus dikembangkan lebih lanjut sebelum digunakan untuk menghindari kesalahan dalam proses menghasilkan informasi. Selain itu, prototype ini perlu diintegrasikan ke unit penunjang medis dan farmasi, pelatihan kepada user, penyediaan fasilitas, pemeliharaan yang berkelanjutan serta yang terpenting adalah dukungan dari pihak manajemen.

The focus of this study is about medical record based system information development of ambulatory care in Medika Permata Hijau Hospital for get accurate, timelines, relevant and complete information of medical and health services. This project use incremental and iterative system development method by making prototype type 1.
The researcher suggest that this prototype must still developed again before used for reduce mistakes for getting information process. In addition, this prototype must be integrated with medical support and pharmacy unit, training for user, facility supply, continues maintenance and the most important is support from the management.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fuad Bawardi
"Salah satu komponen pendukung keberhasilan program kesehatan yaitu adanya suatu sistem informasi yang memberikan dukungan ketersediaan data dan informasi untuk keperluan monitoring dan evaluasi program. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu sistem informasi berupa prototype aplikasi komputer yang dapat mendukung manajemen program kesehatan lanjut usia di instansi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara.
Penelitian pengembangan sistem ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan memperoleh gambaran sistem informasi yang sedang berjalan saat ini. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, studi dokumen dan observasi. Informasi yang diperoleh menjadi dasar membuat rancangan sistem yang merujuk pada metodelogi pengembangan sistem yang berdasarkan tahapan utama pada System Development Life Cycle ( SDLC ) yang meliputi tahap analisis, perancangan, dan implementasi berupa simulasi prototye aplikasi.
Penelitian ini menghasilkan prototype sistem informasi program kesehatan lanjut usia berupa aplikasi berbasis web. Sistem ini mempermudah proses pengumpulan dan pengolahan data secara cepat dan akurat karena prosesnya secara otomasi dengan teknologi komputer. Penyimpanan data menggunakan teknologi basis data sehingga memudahkan penelusuran data. Keluaran sistem berupa penyajian informasi yang lebih berkualitas untuk mendukung pelaksanaan monitoring dan evaluasi program kesehatan lanjut usia. Aplikasi ini dapat dijadikan model bagi pengembangan sistem informasi program kesehatan lansia maupun program lain di wilayah lain dengan kondisi yang serupa dengan Sudinkes Jakarta Utara.
Aplikasi Sistem informasi ini dapat diimplementasikan dengan menginterasikan pada website institusi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Namun, diperlukan dukungan berupa komitmen manjemen melalui kebijakan yang mengatur implementasi sistem serta perlunya kegiatan sosialisasi dan pelatihan bagi para petugas calon pengguna aplikasi sebelum implementasi di lapangan.

One component of health programs is to support the success of an information system that provides support for data availability and information for the purposes of monitoring and evaluation program. This study aims to develop a prototype information system in the form of computer applications that can support the management of elderly health program in the institution of Health Office of North Jakarta.
The study of development of this system uses a qualitative approach which aims to obtain an information system that is currently running. The data was collected through in-depth interviews, document study and observation. Information obtained form the basis to design a system that refers to a system development methodology based on the main stage at the Systems Development Life Cycle (SDLC) which includes the stages of analysis, design, and implementation of simulation prototye application.
The study produces a prototype system of the elderly health program information in the form of web-based applications. The system facilitates the process of collecting and processing data quickly and accurately because the process is automated with computer technology. The data storage uses database technology to facilitate data retrieval. The system output in the form of a higher quality presentation of information to support the implementation of monitoring and evaluation of elderly health program. This application can be used as a model for the development of information systems and the elderly health program in other regions with similar conditions with Sudinkes North Jakarta.
This information system applications can be implemented by institutions and reffered on the website of Tribes of North Jakarta Health Office. However, it takes a commitment of support through the iterative implementation of the policies that govern the system and the need for socialization and training of prospective officers before the implementation of user applications in the field.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31068
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Subirosa Sabarguna
Yogyakarta: Konsorsium RS Islam Jateng, 2004
362.11 BOY s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Karlina
"ICU Rumah Sakit Pusat Pertamina merupakan salah satu ICU dengan kapasitas besar yang terdapat di Indonesia. Fasilitas yang dimilikinya cukup lengkap, standar operasional prosedur maupun jumlah serta kompetensi tenaga kerja yang bekerja didalamnya membuat instalasi ini dapat disetarakan dengan ICU tersier yaitu ICU pada level tertinggi yang biasanya terdapat pada rumah sakit rujukan atau pendidikan yang mampu mengatasi berbagai macam kondisi kritis pasien karena lengkapnya fasilitas yang dimiliki.
Akan tetapi ICU RSPP ini masih perlu mendapatkan perhatian lebih demi tujuan pelayanan yang optimal kepada pasien sesuai dengan visi dan misi RSPP kedepan. Melihat sumber daya dan kesempatan yang ada, maka pilihan model open pada sistem tata laksana pasien di ICU yang diterapkan selama ini dinilai sudah kurang sesuai hal ini disebabkan karena masih tingginya angka mortalitas, dokter intensivis maupun anestesi yang masih membagi waktunya dengan pembiusan di ruang operasi, panjangnya rantai pengambilan keputusan terapi dan masih bercampurnya antara pasien yang sungguh-sungguh membutuhkan ICU dengan pasien yang belum sepenuhnya memerlukan tindakan intensive.
Oleh karena itu peneliti mencoba menemukan model manajemen pasien yang dianggap lebih sesuai, efisien dan efektif bagi pasien maupun untuk rumah sakit. Metoda yang dipilih adalah Focus Group Discussion (FGD), indepth interview dan observasi karena topik yang diangkat merupakan topik yang sangat khusus dan belum banyak penelitian tentang ICU di Indonesia, juga karena sedikitnya waktu responden untuk dapat berkumpul serta metoda ini dapat memberikan jawaban yang lebih kaya karena adanya interaksi responden. Peneliti juga melakukan studi banding di 2 (dua) rumah sakit top referral di Jakarta dan Surabaya.
ICU RSPP memiliki sumber daya yang cukup besar yaitu 1 orang tenaga intensivis dan 3 orang tenaga anestesi yang siap mengikuti pelatihan intensivis, tenaga paramedis yang telah mendapat sertifikat intensive care sebanyak 75% dan terdapat 19 macam keahlian spesialis serta kapasitas jumlah tempat tidur sebanyak 22 buah membuat ICU RSPP pantas disetarakan dengan ICU tersier. Bukan hanya itu, standar prosedur tata laksana pasien telah disusun sesuai dengan semi-close model, hanya pelaksanaannya yang belum sesuai.
Dari hasil FGD dan indepth interview didapatkan bahwa sebagian besar peserta FGD menyatakan komposisi tempat tidur ICU saat ini masih kurang dan perlu adanya pemisahan fungsi ICU seperti ICCU dan ICU anak. Sedangkan dari hasil indepth interview menyatakan sebagian besar jumlah tempat tidur ICU sudah cukup dan sebagian kecil menyatakan kurang, dengan terbanyak menyatakan perlu adanya pemisahan.
Tentang jumlah dan kompetensi tenaga kerja sebagian besar peserta FGD menyatakan jumlah tenaga kerja dan kompetensinya dinyatakan cukup, sedangkan sebagian kecil menyatakan kurang. Untuk pertanyaan ini sengaja hanya ditanyakan pada kelompok FGD dikarenakan kelompok FGD adalah personil yang bekerja di unit ICU RSPP. Sedangkan kelompok indepth interview adalah kelompok dokter spesialis yang mengirimkan pasien ke ICU, sehingga penilaian atas kebutuhan jumlah tenaga kerja di kelompok ini kurang relevansinya.
Pertanyaan selanjutnya adalah tentang siapakah yang berwenang menentukan penilaian kritis pasien yang masuk ke ICU, pada kelompok FGD seluruhnya menyatakan dokter intensivis yang berwenang sekaligus mengukuhkan perlunya kehadiran dokter intensivis tersebut di ICU. Sedangkan kelompok indepth interview sebagian besar menyatakan dokter intensivis yang berwenang, dan sebagian kecil menyatakan dokter ruangan-lah yang berwenang.
Untuk menemukan jawaban pada pertanyaan apa yang lebih baik antara open model atau close-model pada kelompok FGD peneliti menggunakan teknik bertanya melalui bagaimana penentuan pasien masuk dan siapa yang bertanggung jawab, seluruh informan FGD menyatakan dokter intensivis dalam semi-close model ICU-lah yang terbaik. Sedangkan kelompok indepth interview sebagian besar menyatakan close model atau paling tidak semi-close adalah yang lebih baik dan sebagian kecil menyatakan open model-lah yang lebih cocok. Pada jawaban responden yang sebagian kecil tersebut ketika digali tentang kompetensi dokter yang merawat pasien kritis, keseluruhannnya menjawab dokter intensivis-lah yang lebih berkompeten akan tetapi pemilihan manajemen di ICU tetap diinginkan open model dengan asumsi dokter yang merawat sejak awal lebih memahami penyakitnya.
Selanjutnya harapan dan saran untuk perbaikan ICU mendatang seluruh dari informan FGD maupun responden pada indepth interview menyatakan perlu adanya perbaikan yang didukung oleh adanya kebijakan dari manajemen rumah sakit.
Sedangkan hasil studi banding yang telah peneliti lakukan di 2 (dua) rumah sakit top referral didapatkan hasil indikator yang lebih rendah dari hasil di Rumah Sakit Pusat Pertamina dikarenakan sebagai rumah sakit rujukan terakhir, kondisi pasien yang dirujuk seringkali berada dalam keadaan terminal atau sangat buruk. Tentu saja kondisi ini membuat angka harapan hidup pasien menjadi lebih kecil.
Bila melihat kondisi kegawatan pasien yang dirawat di ICU kiranya perlu suatu nilai standar yang disepakati bersama oleh persatuan dokter intensive care sebagai tolok ukur hasil kinerja medis yang dapat dievaluasi setiap bulan atau setiap tahun. Nilai standar ini dapat pula dijadikan sebagai target pencapaian keberhasilan suatu upaya pertolongan kritis pasien. Nilai standar dapat diambil dari nilai skor kritis pasien yang digunakan untuk menilai keadaan awal pasien sebelum pasien masuk ICU.
Dari keseluruhan hasil kegiatan penelitian ini di dapatkan kesimpulan bahwa pilihan semi-close model ICU menjadi pilihan yang paling sesuai yaitu dengan menempatkan dokter spesialis intensivis sebagai captain di ICU yang bekerja sama berkolaborasi dengan dokter spesialis yang merawat pasien tersebut sebelumnya."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41273
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asep Zaki Mulyatno
"Sistem informasi geografis bidang kesehatan dapat digunakan untuk melihat status kesehatan (outcome) melakukan perencanaan program, perencanaan infrastruktur dan peralatan, untuk melihat kemajuan indikator kesehatan (sebagai sistem evaluasi & monitoring), melihat cakupan pelayanan kesehatan, dan hubungan antar sektor.
Pemantauan wilayah setempat (PWS) adalah alat manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah (Puskesmas/kecamatan) secara terus menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat lerhadap wilayah yang cakupan pelayanan KIA nya masih rendah.
Kabupaten Majalengka telah lama melaksanakan program KIA namun masih memiliki permasalahan sistem informasi, diantaranya masih belum baiknya dalam penyediaan informasi yang cepat, tepat, dan akurat.
Tujuan dikembangkannya SIG PWS KIA adalah guna menghasilkan informasi yang berkualitas dalam rangka membantu para pengambil kebijakan dalam melakukan evaluasi dan intervensi program kesehatan ibu dan anak secara cepat, tepat dan akurat di Kabupaten Majalengka.
Pengembangan SIG PWS KIA ini mengikuti tahapan siklus hidup pengembangan sistem (system developmemf Iife cycles) yang dibatasi sampai pada tahap implementasi sistem (ujicoba prototype).
Hasil uji kelayakan (feasibility study) pengembangan SIG PWS KIA di Kabupaten Majalengka dilihat dari aspek kelayakan ekonomis, teknis, operasi maupun organisasi cukup layak untuk dikembangkan.
Hasil wawancara menyatakan bahwa sebenamya data yang dihasilkan dari sistem pelaporan PWS KIA yang telah berjalan selama ini sudah cukup memadai. Hanya perlu di tambahkannya beberapa indikator penunjang seperti kualitas pelayanan ANC, dikarenakan saat tidak adanya instrumen rutin dalam laporan yang melihat kualitas pelayanan ANC oleh Bidan. DO Pelayanan ANC yang tidak tersedia dalam Iaporan PWS, Kantong taksiran partus dan kunjungan luar wilayah, distribusi kematian ibu dan bayi berdasarkan penyebab, waktu terjadinya dan penolongnya yang belum tersedia secara rutin pada laporan PWS bulanan. Juga disetujui jika output SIG PWS KIA berupa peta geografis, yang memperlihatkan status kerawanan tertentu di suatu daerah.
Sistem Informasi Geografis PWS KIA di Kabupaten Majalengka dapat berjalan dengan baik di seluruh Puskesmas jika ada beberapa prasyarat di antaranya adalah : Semua Bidan di desa I di puskesmas melakukan pengisian kartu ibu, kohor bayi dan format autopsi verbal dengan baik dan benar, tersedianya sarana komputer di Puskesmas dan di Dinas Kesehatan, tenaga pengelola SIG PWS KIA di Puskesrnas maupun di Dinas harus terlatih terlebih dahulu Software SIG PWS KIA."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T21127
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Rumah sakit merupakan salah satu bentuk organisasi yang kompleks. Hal
ini sebagai akibat dari kemajuan teknologi sehingga mengharuskan suatu organisasi
rumah sakit ini untuk mempekerjakan berbagai profesi untuk menunjang jalannya
bisnis rumah sakit tersebut. Sebagai rumah sakit yang baru berdiri pada awal bulan
April 2002 Rumah Sakit Z memerlukan perancangan sistem informasi yang tepat
sesuai fungsinya sebagai lembaga sosial sekaligus lembaga yang bertujuan profit.
Penelitian ini merancang Sistem Informasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Z
dengan sistem yang terkomputerisasi. Dengan mengambil model Rumah Sakit Y
sebagai model sistem informasi rawat jalannya, ada beberapa hal mendasar yang
menjadi pertimbangan untuk menerapkan model yang ada menjadi ke dalam Sistem
Informasi Rawat Jalan Rumah Sakit Z. Pertimbangan keterbatasan jumlah
komputer dan sumber daya manusia yang tersedia adalah salah satu pertimbangan
untuk menyesuaikan model yang ada dengan apa yang nantinya akan diterapkan.
Selain itu adanya kebijakan pemerintah mengenai sistem pembayaran pada rumah
Sakit Umum Daerah yang mewajibkan pasiennya untuk membayar biaya pelayanan
sebelum pasien mendapatkan jasa pelayanan kesehatan adalah suatu hal yang akan
sangat membedakan antara model yang ada yakni Rumah Sakit Y dengan objek
yang alcan dirancang sistem informasi rawat jalannya.
Dengan penyesuaian-penyesuaian yang dilakukan pada kendala-kendala
yang ada penelitian ini menghasilkan suatu alur proses sistem informasi rawat jalan
dalam bentuk flowchart dan diagram alir data. Dan selain itu model data yang
dibuat untuk perancangan model database penunjang Sistem Informasi Rawat Jalan
Rumah Sakit Z serta estimasi kebutuhan sumber daya manusia dan komputer untuk
operasional sistem informasi rawat jalan dibuat juga dalam penelitian ini."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hartono
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2002
004 BAM p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Sekolah merupakan suatu bentuk lembaga pendidikan yang di dalamnya berlangsung kegiatan belajar mengajar, serta berbagai kegiatan lain yang mendukung terlaksananya proses belajar mengajar tersebut. Pihak-pihak yang berperan dalam sebuah sekolah formal, yaitu: guru, siswa, kepala sekolah, wakil kepala sekolah, petugas tata usaha, petugas perpustakaan, petugas piket, dan lain-lain. Semua pihak saling berhubungan satu sama lain dalam proses bisnis yang berjalan di sekolah. Hampir semua proses bisnis di sekolah memiliki keluaran berupa laporan yang diserahkan ke kepala sekolah secara berkala, misalnya laporan keuangan sekolah. Akantetapi, saat ini umumnya sekolah masih menggunakan cara yang tradisional dalam pengumpulan, pengolahan, dan pengelolaan data atau informasi yang dibutuhkannya, sehingga pelaksanaan proses bisnis dirasakan kurang efektif dan efisien. Hal ini disebabkan tidak terintegrasinya satu proses bisnis dengan proses bisnis yang lain, serta lamanya waktu pemrosesan data atau informasi dalam pembuatan laporan. Sebagai solusi dari permasalahan di atas, dibuatlah sebuah Sistem Informasi Sekolah.
Sistem ini mengintegrasikan berbagai proses bisnis di sekolah, menjadi sarana pengumpulan data atau informasi, mengolah data atau informasi tersebut ke dalam bentuk laporan, serta mengelola data atau informasi tersebut. Kehadiran sistem ini diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat proses pengumpulan, pengolahan, dan pengelolaan data atau informasi, serta mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Laporan ini akan membahas mengenai pelaksanaan Proyek Mahasiswa dengan topik Pengembangan Sistem Informasi Sekolah, yang dilakukan dalam kurun waktu satu semester. Tahapan pengembangan sistem mengacu pada metodologi waterfall, yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap analisis, tahap perancangan, tahap implementasi, dan tahap pengujian sistem. Proses yang terjadi pada setiap tahapan tersebut akan dijabarkan masing-masing pada Bab 3, Bab 4, Bab 5, dan Bab 6 dalam laporan ini."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>