Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ezra Pradipta Hafidh
"ABSTRAK
Tuberculosis TB masih menjadi salah satu masalah utama kesehatan di dunia. Masalah penyakit TB menjadi lebih rumit karena munculnya penyakit Multidrug Resistant Tuberculosis MDR-TB . Masalah kontrol optimal pada pengontrolan penyebaran penyakit TB dan MDR-TB dilakukan dengan memberikan intervensi berupa pemberian vaksin BCG u1 , pengobatan OAT lini pertama u2 , dan pengobatan OAT lini kedua u3 . Tujuan dari masalah kontrol optimal pada skripsi ini adalah untuk meminimalkan jumlah individu terinfeksi sekaligus meminimalkan biaya dari setiap intervensi kesehatan yang diberikan. Kontrol optimal diperoleh dengan menerapkan prinsip minimum Pontryagin, kemudian diselesaikan secara numerik dengan metode gradient descent. Dilakukan simulasi numerik untuk beberapa skenario. Hasil simulasi numerik menunjukkan bahwa kombinasi dari ketiga intervensi yang diberikan dapat mengurangi jumlah individu terinfeksi serta meminimumkan biaya intervensi yang diberikan pada semua skenario.

ABSTRACT
Tuberculosis TB remains one of top world rsquo s health problem. Problem of TB becomes more complicated because of the presence of Multidrug Resistant Tuberculosis MDR TB . Optimal control problem on controlling TB and MDR TB transmission with giving intervention, namely BCG vaccination u1 , treatment with first line anti TB drug u2 , and treatment with second line anti TB drug u3 . Optimal control problem aims to minimize the number of infected individuals also minimize cost of the interventions that given. Optimal control derived using Pontryagin minimum principle and then solved numerically using the gradient descent method. Numerical simulations are performed for some scenarios. The results from numerical simulation show that the combination of the three interventions given can reduce the number of infected individuals and minimize the cost of the interventions given in all of scenarios."
2017
S70140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Aulida Darajat
"Tuberculosis TB adalah salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB dapat berkembang menjadi Multidrug Resistant Tuberculosis MDR-TB apabila penderita TB tidak menjalankan pengobatan sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Kedua penyakit tersebut dimodelkan dalam skripsi ini dengan menggunakan sistem persamaan diferensial biasa berdimensi sepuluh, dan juga melibatkan intervensi vaksinasi dan pengobatan sebagai parameter konstan. Untuk menjelaskan keberadaan titik keseimbangan dan basic reproduction number R0 dari model dilakukan melalui kajian analitik dan numerik. Dari kajian analitik, diperoleh bahwa R0=Max R01,R02 dimana R01 menggambarkan basic reproduction number untuk penyakit TB, sedangkan R02 untuk penyakit MDR-TB. Dari kajian numerik, diperoleh titik keseimbangan bebas penyakit stabil asimtotik lokal saat R011 serta R01>1 dan R02.

Tuberculosis TB is one of the infectious diseases caused by Mycobacterium tuberculosis. TB can mutate into Multidrug Resistance Tuberculosis MDR TB if the TB patient does not start with an appropriate treatments. These two diseases are modeled in this skripsi by using system of ten dimensionals ordinary differential equation, and also involving vaccination and treatment interventions as constant parameter. Analytic and numerical analysis are implemented to explain the existence of equilibrium points and the basic reproduction number R0 of the model. The analytic analysis shows that R0 Max R01,R02 where R01 describes the basic reproduction number for TB disease, while R02 for MDR TB disease. The numerical analysis results show that the disease free equilibrium point locally asymptotically stable when R011 also R01 1 and R02."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S68665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Ayumi
"Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang menyebabkan kematian di dunia. TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan umumnya menyerang paru-paru. Berbagai pendekatan matematika telah dilakukan dalam menganalisis penyebaran TB. Pada skripsi ini, dikonstruksi model matematika penyebaran TB dengan pendekatan sistem persamaan diferensial dimana populasi manusia dibagi menjadi empat kompartemen. Fakta penting yang dipertimbangkan dalam model ini adalah adanya manusia yang terinfeksi TB laten dan intervensi perawatan terpantau. Selanjutnya, model tersebut dikembangkan menjadi masalah kontrol optimal untuk memperoleh strategi intervensi yang optimal dalam mengendalikan sistem dinamik yang digambarkan oleh variabel state (manusia) dan variabel kontrol (intervensi perawatan terpantau). Masalah kontrol optimal dikonstruksi dengan menggunakan prinsip minimum Pontryagin. Kajian analitik meliputi analisis eksistensi dan kestabilan secara lokal dan global dari titik-titik keseimbangan model dan hubungannya dengan bilangan reproduksi dasar (R_0). Selanjutnya, simulasi numerik terhadap model dengan membuat berbagai skenario kontrol dan analisis efektivitas biaya untuk mengetahui strategi yang terbaik. Analisis efektivitas biaya pada skripsi ini menggunakan dua pendekatan, yaitu IAR (Infection Averted Ratio) dan ACER (Average Cost-Effectiveness Ratio). Dari hasil simulasi numerik, diperoleh bahwa skenario terbaik dalam upaya mereduksi kasus infeksi TB dengan biaya yang efektif adalah melakukan intervensi perawatan terpantau sejak awal infeksi dengan kontrol bergantung waktu.

Tuberculosis (TB) is one of the infectious diseases that causes death worldwide. TB is caused by Mycobacterium tuberculosis which commonly attacks the lungs. Various mathematical approaches have been used to analyze the spread of TB. In this thesis, the mathematical model of TB transmission is constructed using the approach of an ordinary differential equation system, where the human population is divided into four subpopulations. Important facts considered in the model are the existence of latent TB and monitored treatment intervention. Furthermore, the model was developed into an optimal control problem to obtain the optimal intervention strategy in controlling the dynamic system described by state variables (humans) and control variables (monitored treatment intervention). The optimal control problem is constructed by using Pontryagin minimum principle. Analytical study including an analysis of the existence of equilibrium points, local and global stability of the equilibrium points, and how they related to the basic reproduction number (R_0). Then, numerical simulations were carried out by making several control scenarios and cost-effectiveness analysis to find out the best strategy. Cost-effectiveness analysis in this thesis used two approaches, namely IAR (Infection Averted Ratio) and ACER (Average Cost-Effectiveness Ratio). From the results of the numerical simulation, the best strategy to reduce TB infection with effective cost is to do the monitored treatment in the early infection with time dependent control.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugi Nurdin
"Tuberculosis Multidrug resistant TB MDR adalah salah satu jenis resistensituberkulosis terhadap minimal dua obat anti tuberkulosis lini pertama, yaituIsoniazid INH dan Rifampicin R dengan atau tanpa resisten terhadap obat antituberkulosis lain. Prevalensi TB MDR di dunia menurut WHO tahun 2012 sebesar 12 dari kasus TB baru dan 20 dari kasus TB dengan pengobatan ulang. Hal ini masihmerupakan masalah kesehatan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor puskesmas yang dapatmempengaruhi individu terhadap kejadian TB MDR, serta menggali faktor levelpuskesmas yang dapat menjelaskan kejadian TB MDR. Desain penelitian inimenggunakan kasus kontrol dengan mixed methods. Pengumpulan data dilakukandengan wawancara menggunakan kuesioner, diskusi terarah, wawancara mendalam danobservasi. Analisis data menggunakan regresi logistik multilevel. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa ada variasi risiko antar puskesmas/ fasilitas kesehatan tingkatpertama yang dapat mempengaruhi individu terhadap kejadian TB MDR. Faktor-faktorpada level individu yaitu pendidikan, riwayat hasil pengobatan, kepatuhan menelanobat, dan pengetahuan, PMO dan level puskesmas yaitu penjaringan suspek dan kotakerat pasien TB/TB MDR, pengobatan TB sesuai ISTC berpengaruh terhadap prevalensiTB MDR di Provinsi Sumatera Selatan. Faktor kontekstual puskesmas dapatmenurunkan variasi risiko antar puskesmas terhadap kejadianTB MDR sebesar 18 Pengembangan strategi intervensi pengendalian TB MDR yang sesuai dengan kondisiProvinsi Sumatera Selatan adalah mengkolaborasikan penjaringan suspek TB/TBMDR, pengobatan TB/TB MDR sesuai ISTC dan jejaring eksternal ISTC.

Multidrug resistant tuberculosis MDR TB is one type of tuberculosis resistance to atleast two first line anti tuberculosis drugs, Isoniazid INH and Rifampicin R with orwithout resistance to other anti tuberculosis drugs. World prevalence of MDR TBaccording to WHO 2012 is 12 of new TB cases and 20 of TB cases with retreatment.This is still a public health problem of the world, including in Indonesia. Thisstudy aims to determine the magnitude of the influence of puskesmas factors that canaffect the individual to the incidence of MDR TB, as well as to explore the level factorof puskesmas that can explain the incidence of MDR TB. This research design use casecontrol with mixed methods. The data were collected through interviews usingquestionnaires, directional discussions, in depth interviews and observations. Dataanalysis using multilevel logistic regression. The results showed that there werevariations in risk among puskesmas that could affect individuals against MDR TBincidence. Factors at the individual level of education, history of treatment outcomes,medication adherence, and knowledge, PMO and Puskesmas levels are suspect and tightsquares of TB TB MDR patients, TB treatment according to ISTC has an effect on theprevalence of MDR TB in South Sumatera Province. Contraceptive factors puskesmas first level health facilities can reduce risk variation among puskesmas to the incidenceof MDR TD by 18 . Development of MDR TB control intervention strategyappropriate to South Sumatera Province condition is to collaborate on suspected TB TB MDR screening, TB TB MDR treatment according ISTC and ISTC externalnetwork."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia Nuriah Hikmawati
"Pengobatan TB MDR yang berlangsung lama menimbulkan isolasi sosial, kehilangan pekerjaan, efek sosioekonomi dan psikologis jangka panjang pada pasien. Faktor individu, sosial budaya dan lingkungan serta kemungkinan efek samping psikiatri menjadikan pasien TB MDR cenderung mengalami gejala depresi. Depresi dapat mempengaruhi kualitas hidup. Penelitian ini menilai perubahan status depresi dan hubungannya dengan kualitas hidup pasien TB MDR. MetodePenelitian ini menggunakan metode kohort observasional di Poliklinik TB MDR RSUP Persahabatan. Dua puluh sembilan subjek TB MDR dinilai status depresi dan kualitas hidupnya dengan kuesioner Beck Depression Inventory BDI dan WHOQOL BREF sebelum dan setelah 6 bulan pengobatan TB MDR. HasilProporsi pasien depresi sebelum pengobatan sebesar 75,9 22 subjek . Setelah 6 bulan pengobatan TB MDR, 13 orang skor BDInya menurun, 9 orang meningkat dan terdapat 4 orang yang sebelumnya tidak depresi mengalami depresi. Skor WHOQOL BREF mengalami peningkatan pada ranah fisis, psikologis dan peningkatan bermakna pada ranah lingkungan. Pada ranah sosial, skor kualitas hidup mengalami penurunan. Tidak didapatkan hubungan bermakna antara perubahan status depresi dan kualitas hidup. Keterkaitan antara faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status ekonomi, lama sakit TB dan atau TB MDR serta beratnya merokok dengan depresi tidak dapat dibuktikan pada penelitian ini. KesimpulanSebanyak 22 subjek 75,9 mengalami gejala depresi sebelum memulai pengobatan TB MDR. Setelah 6 bulan, 13 orang gejala depresinya membaik, 9 orang memburuk dan terdapat 4 orang mengalami onset baru depresi. Kualitas hidup ranah fisis, psikologis dan lingkungan mengalami kenaikan.Kata-kata kunci: tuberkulosis multidrug resistant, depresi, kualitas hidup

IntroductionTreating drug resistant TB MDR TB which requires longer courses resulting in social isolation, loss of employment, and long-term socioeconomic and also psychological impacts for patients. Individual factors, sociocultural and environment condition also psychiatric adverse events lead the patients tend to have depression symptoms. Depression can majorly affects patients rsquo; quality of life. This study assesses the alteration of depression and its rsquo; relation with the quality of life among MDR TB patients. MethodsThis study used observational cohort methods in MDR Outpatients Clinic of Persahabatan Hospital. Twenty nine patients were diagnosed with MDR, measured depression status and the quality of life with Beck Depression Inventory BDI and WHOQOL BREF questionnaire from baseline and after 6 months therapy. ResultsPropotion of depression at baseline is 75,9 22 subjects . After 6 months treatment, the BDI score of 13 subjects were decreased, 9 subjects were increased and there were 4 subjects experienced new onset depression. The WHOQOL BREF improved in physical, psychological and significantly increased in environmental domain. In social domain, it was decreasing. This study didn rsquo;t find relation between depression status changes and the quality of life. The association between age, gender, level of education, economic status, duration of illness and smoking with depression could not be proven by this study. ConclusionsThere are 22 subjects 75,9 have already been depressed at baseline. After 6 months treatment, 13 subjects improving the symptoms, 9 subjects worsening and 4 subjects have experienced new onset depression. The quality of life in physical, psychological and environmental domain have improved. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
Sp-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Noerfitri
"ABSTRAK
Tingginya angka insidens TB MDR di Indonesia, dibarengi dengan tingginya tingkatLost to Follow-up LTFU pada pengobatan pasien TB MDR. Pasien TB resisten obatmemiliki kemungkinan LTFU lebih besar dibandingkan pasien TB sensitif obatdikarenakan durasi pengobatan yang lebih lama. Selain itu, pasien TB MDR yang tidakmelanjutkan pengobatannya sampai tuntas memiliki peningkatan risiko kematian akibatTB. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh rujuk balik dan tipe pasien terhadapkejadian LTFU pada pasien Multidrug-Resistant Tuberculosis TB MDR di Indonesia.Studi dilakukan pada Mei-Juni 2018 di Subdit TB ndash; Direktorat P2PML, Ditjen P2PKementerian Kesehatan RI. Desain studi yang digunakan adalah desain studi kohortretrospektif. Jumlah sampel pada studi ini adalah 961 pasien. Sampel diambil secaratotal sampling. Berdasarkan status rujuk baliknya, 86,3 pasien dilakukan rujuk balikdan 13,97 pasien tidak dirujuk balik. Berdasarkan kategori tipe pasien, 35,17 kasuskambuh, 5,52 pasien baru, 13,94 pasien pernah LTFU, 23,10 kasus gagalpengobatan kategori 1, 20,29 kasus gagal pengobatan kategori 2, 1,9 lain-lain pasien tidak diketahui riwayat pengobatan TB sebelumnya . Dari studi ini, diketahuibahwa proporsi kejadian LTFU sebesar 28,40 dengan kumulatif hazard LTFU sebesarsebesar 1,12 selama 39 bulan pengamatan, sehingga didapatkan hazard rate sebesar2,88/100 orang-bulan. Hasil analisis multivariabel dengan regresi cox time-dependentmenunjukkan bahwa rujuk balik menurunkan peluang terjadinya LTFU sebesar 46 HR 0,54; 95 CI 0,35-0,84 pada kondisi variabel tipe pasien dan umur sama adjusted . Untuk tipe pasien, tipe pernah LTFU, gagal pengobatan kategori 2 dan tidakdiketahui riwayat pengobatan TB sebelumnya meningkatkan peluang terjadinya LTFUmasing-masing sebesar 50 HR 2,02; 95 CI 1,18-3,45 , 53 HR 2,13; 95 CI1,240-3,66 , dan 74 HR 3,80; 95 CI 1,54-9,36 dibandingkan dengan tipe pasienkambuh baseline pada kondisi variabel rujuk balik, jenis kelamin, dan umur sama adjusted . Pada laki-laki, efek tipe gagal pengobatan kategori 2 lebih rendah 0,26 kalidibandingkan dengan pasien wanita dengan tipe gagal pengobatan kategori 2. Petugaskesehatan perlu meluangkan waktu yang lebih banyak untuk memberikan komunikasi,informasi, dan edukasi mengenai pengobatan TB serta mengenai manfaat rujuk balikkepada pasien TB MDR. Risiko LTFU meningkat pada pasien yang bertipe pernahLTFU, gagal pengobatan kategori 2, dan tidak diketahui riwayat pengobatan TBsebelumnya dibandingkan pasien dengan tipe kambuh, karena tipe kambuh sudah terujikepatuhannya terhadap pengobatan sebelumnya. Perlunya skrinning tipe pasien denganbaik untuk mengidentifikasi risiko LTFU berdasarkan tipe pasien sejak awal pasienmemulai pengobatan.Kata kunci: LTFU, rujuk balik, tipe pasien, TB MDR

ABSTRACT
The high incidence rate of MDR TB in Indonesia is accompanied by high rate of lost tofollow up LTFU in the treatment of MDR TB patients. Drug resistant TB patients havea greater risk of LTFU than drug sensitive TB patients due to longer treatmentduration. In addition, MDR TB patients who did not continue treatment completely hadan increased risk of dying from TB. The aims of this study were to determine thedecentralization influence and patient type on the incidence of LTFU in Multidrug Resistant Tuberculosis MDR TB patients in Indonesia. This study was conducted inMay June 2018 at Subdirectorate of TB Directorate of Prevention and CommunicableDisease Control, Directorate General of Prevention and Disease Control Ministry ofHealth of the Republic of Indonesia. The study design was retrospective cohort. Thenumber of samples in this study was 961 patients. Samples were taken in total sampling.Based on the decentralization status, 86.3 of patients were decentralized. Based onthe type of patient category, 35.17 of relapse, 5.52 of new, 13.94 of after LTFU,23.10 of failure category 1, 20.29 of failure category 2, 1.9 of other patients unknown history of previous TB treatment . The proportion of incidence of LTFU is28.40 with cumulative hazard of LTFU equal to 1.12 during 39 months ofobservation, so hazard rate is 2.88 100 person month. In multivariable analysis withcox regression time dependent revealed that decentralization reduced the probability ofLTFU up to 46 HR 0.54, 95 CI 0.35 0.84 after controlled by type of patient andage. For patient type, treatment after LTFU, failure category 2 and unknown history ofprevious TB treatment increased the probability of LTFU by 50 HR 2,02 95 CI1,18 3,45 , 53 HR 2,13 95 CI 1,240 3,66 , and 74 HR 3,80 95 CI 1,54 9,36 consecutively compared with the type of relapse patients baseline after controlled bythe decentralization, gender, and age. In male patients with failure treatment category2, the effect was 0.26 times lower compared with failure category 2 in female patients.Health workers need to spend more time in communicating, informing and educatingabout TB treatment and the benefits of decentralization to MDR TB patients. The risk ofLTFU increased in type of patient after LTFU, treatment failure category 2, andunknown history of previous TB treatment compared with patients with relapse types.The need for good patient type screening to identify the risk of LTFU by type of patientfrom the initial of treatment.Keywords LTFU, decentralization, type of patient, MDR TB"
2018
T49937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aniza Dwi Sukma
"ABSTRACT
Campak (morbili atau measles) adalah penyakit sangat menular yang disebabkan oleh virus dalam keluarga Paramyxovirus melalui kontak langsung dan udara. Di Indonesia, sejak tahun 2014 hingga Juli 2018, Kementerian Kesehatan mencatat terdapat 57.056 kasus terduga campak dan rubella (campak Jerman), dengan 8.964 kasus di antaranya merupakan kasus positif campak. Pada skripsi ini dibahas mengenai model matematis yang digunakan untuk menggambarkan perilaku dari data insiden lapangan penyakit campak di DKI Jakarta. Pada model tersebut, estimasi parameter laju penularan penyakit campak dilakukan agar parameter dapat menggambarkan data insiden lapangan penyakit campak di DKI Jakarta. Pendekatan yang digunakan dalam estimasi parameter adalah teori kontrol optimal dengan metode langsung yang meminimumkan selisih antara hasil I simulasi dan I data insiden penyakit campak di DKI Jakarta. Simulasi dilakukan untuk membahas skenario yang mungkin dapat menghasilkan estimasi parameter β terbaik. Hasil simulasi numerik menunjukkan bahwa hasil estimasi parameter terbaik diperoleh jika menggunakan dengan 1 sebagai koefisien pemberat pada selisih antara hasil simulasi I dan data I. Hasil simulasi numerik juga menunjukkan bahwa hasil estimasi parameter hanya baik digunakan untuk menghampiri satu periode kejadian penyakit campak, tetapi kurang baik dalam memprediksi kejadian campak di masa mendatang.

ABSTRACT
Measles is a highly contagious disease caused by a virus in the Paramyxovirus family through direct contact and air. In Indonesia, from 2014 to July 2018, Ministry of Health noted 57,056 cases of suspected measles and rubella, with 8,964 cases were positive cases of measles. In this thesis, a mathematical model explaining the behavior of incident data of measles in DKI Jakarta, is discussed. On the model, parameter of the rate of transmission of measles ( ) is estimated so the parameter could describe the behavior from incident data of measles in DKI Jakarta. The approach used is the optimal control theory with the direct method which minimizes the difference between the simulation results and the incident data in DKI Jakarta. Simulations are carried out to disscus which scenario that can provide the best parameter estimation. The numerical simulation results indicate that the estimated parameter is best generated if with 1 as the weight coefficient on the difference between the results of the I simulation and I data. Numerical simulation results also show that the results of parameter estimation are only good for approaching a period of measles incidence, but not good at predicting the incidence of measles in the future."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tryna Tania
"Latar Belakang : Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) adalah masalah kesehatan masyarakat yang utama di dunia, termasuk di Indonesia. Analisis menggunakan whole-genome sequencing (WGS) masih jarang digunakan untuk investigasi penyakit TB dan MDR-TB di Indonesia.
Tujuan: Mengevaluasi potensi penggunaan WGS untuk melakukan drug susceptibility testing (DST) dan mengetahui strain Mycobacterium tuberculosis resisten obat antituberkulosis di Jawa, Indonesia.
Metode: Tiga puluh isolat MDR-TB dilakukan DST menggunakan Mycobacteria Growth Indicator Tube 960 (MGIT) dan WGS. Analisis filogenetika dilakukan menggunakan data dari WGS. Hasil DST yang didapatkan dengan menggunakan MGIT dan WGS dibandingkan.
Hasil:. Kesesuaian antara WGS dan MGIT adalah 93,33% untuk rifampicin, 83,33% untuk isoniazid, dan 76,67% untuk streptomycin tetapi hanya 63,33% untuk ethambutol. Kesesuaian yang moderat ditemukan pada obat antituberkulosis lini kedua termasuk amikacin, kanamycin, dan fluoroquinolone (73,33%-76,67%). MDR-TB lebih sering ditemukan pada isolat yang berasal East Asian Lineage (63,33%).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan penerapan dari WGS untuk DST dan epidemiologi molekular dari TB resisten obat di Jawa, Indonesia.

Background: Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) is a major public health problem globally, including in Indonesia. Whole-genome sequencing (WGS) analysis has rarely been used for the study of TB and MDR-TB in Indonesia.
Aim: We evaluated the use of WGS for drug susceptibility testing (DST) and to investigate population structure of drug-resistant Mycobacterium tuberculosis in Java, Indonesia.
Method: Thirty suspected MDR-TB isolates were subjected to MGIT-960 system (MGIT)-based DST and WGS. Phylogenetic analysis was done using the WGS data. Results obtained using MGIT-based DST and WGS-based DST were compared.
Result: Agreement between WGS and MGIT was 93.33% for rifampicin, 83.33% for isoniazid and 76.67% for streptomycin but only 63.33% for ethambutol. Moderate WGS-MGIT agreement was found for second-line drugs including amikacin, kanamycin, and fluoroquinolone (73.33-76.67%). MDR-TB was more common in isolates of the East Asian Lineage (63.33%).
Conclusion: This study demonstrated the applicability of WGS for DST and molecular epidemiology of DR-TB in Java, Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Enggar Purnaningsih
"ABSTRAK
Nama : Enggar PurnaningsihProgram Studi : Magister KeperawatanJudul : Hubungan Efikasi Diri Dan Stigma Dengan Kepatuhan Pasien Multidrug Resistant Tuberculosis Dalam Menjalani Pengobatan Fase Lanjutan Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan Multidrug Resistant Tuberculosis TB MDR adalah kepatuhan menjalani pengobatan, termasuk pada fase lanjutan. Efikasi diri dan stigma berperan dalam kepatuhan menjalani pengobatan TB MDR fase lanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan efikasi diri dan stigma dengan kepatuhan pasien TB MDR dalam menjalani pengobatan fase lanjutan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif analitik dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 80 responden. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif bermakna antara efikasi diri r = 0.470; p < 0.001 dan stigma r = 0.602; p < 0.001 dengan kepatuhan menjalani pengobatan TB MDR fase lanjutan. Hasil analisis multivariat didapatkan efikasi diri dan stigma menjadi prediktor kepatuhan menjalani pengobatan TB MDR fase lanjutan. setelah dikontrol akses ke fasilitas layanan kesehatan. Perawat dapat meningkatkan kepatuhan pasien TB MDR dalam menjalani pengobatan fase lanjutan dengan meningkatkan efikasi diri, menurunkan stigma dan meningkatkan keterjangkauan akses ke fasilitas layanan kesehatan.Kata kunci : efikasi diri, fase lanjutan, kepatuhan pengobatan, Multidrug Resistant Tuberculosis, stigma

ABSTRACT
Name Enggar PurnaningsihStudy Program Master of NursingTitle Correlation between self efficacy, stigma and patient adherence to continuation Multidrug Resistant Tuberculosis treatment phase In the continuation phase of treatment, patient adherence is one contributing factor to achieve a successful treatment in patients with Multidrug Resistant Tuberculosis MDR TB . Self efficacy and stigma have an important role in adherence to continuation MDR TB treatment phase. This study aimed to investigate the correlation between self efficacy, stigma and patient adherence to continuation MDR TB treatment phase. A cross sectional study was conducted with 80 participated patients with MDR TB. The results revealed that there was a positive significant relationship between self efficacy r 0.470 p 0.001 , stigma r 0.602 p 0.001 and patient adherence to continuation MDR TB treatment phase. Additionally, multivariate analysis showed that self efficacy and stigma were the predictor of patient adherence, in which patients were controlled to access healthcare facilities. This study results indicate that nurses can improve patient adherence to continuation MDR TB treatment phase by increasing self efficacy reducing stigma and improving access to healthcare facilities.Keywords adherence, continuation treatment phase, Multidrug Resistant Tuberculosis, self efficacy, stigma"
2017
T46934
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>