Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 130331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adhissa Qonita
"Siswa dengan ADHD komorbiditas lamban belajar memiliki kesulitan dalam menyelesaikan PR atau kinerja mengerjakan PR. Pada umumnya siswa dengan kondisi tersebut tidak menyelesaikan PR, menyelesaikan namun lalai mengumpulkan PR, membuat kesalahan karena tidak mendengarkan dan tidak menyiapkan materi yang dibutuhkan. Kesulitan tersebut membutuhkan penanganan yang perlu dilakukan untuk menghindari kegagalan akademik melalui kegiatan pengerjaan PR sebagai komponen penilaian akademik siswa. Penerapan intervensi manajemen diri merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kinerja mengerjakan PR. Penelitian ini merupakan penelitian subjek tunggal yang bertujuan menguji penerapan intervensi manajemen diri dalam meningkatkan kinerja mengerjakan PR pada siswa SMP dengan ADHD komorbiditas lamban belajar. Data diperoleh dari insepeksi visual pada grafik pemantauan harian dan pengujian statistik reliability change index RCI pada alat ukur Homework Management Scale HMS , Homework Performance Questionnaire Parent HPQ-P dan Teacher HPQ-T . Hasil menunjukkan bahwa intervensi manajemen diri dapat meningkatkan kinerja mengerjakan PR dilihat dari peningkatan stabil pemantauan harian dan peningkatan signifikan nilai RCI pada alat ukur HMS RCI= 2.87, signifikan pada p<0.01).

Students with ADHD co morbidity slow leaner have difficulty in completing homework or homework performance. Generally students with this condition do not complete homework, complete but didn rsquo t collect homework, make the mistake of not listening and not preparing material needed. This difficulties need special treatment to prevent academic failure through homework as a component of academic grades. Implementation of self management intervention is one of alternative to improve homework performance. This study is a single subject design that aims examine of self management interventions in enhance homework performance on junior high school student with ADHD co morbidity slow learner. Data were obtained from visual inspection on daily monitoring graphs and statistical testing on Homework Management Scale HMS , Homework Performance Questionnaire Parent HPQ P and Teacher HPQ T measurements. The results show that self management interventions can enhance the homework performance who can be seen from stable enhance of daily monitoring and significant RCI values from HMS RCI 2.87, significant at p <0.01)."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T49045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risanita Fardian Farid
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas program SDLMI dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah sosial pada slow-learner. Penelitian ini menggunakan desain subyek tunggal dan efektivitas program diukur dengan membandingkan kondisi sebelum (pretest) dan setelah intervensi diberikan (posttest). Pada penelitian ini, subyek tidak hanya menunjukkan adanya peningkatan keterampilan pemecahan masalah sosial, tetapi juga dapat mempertahankan keterampilan tersebut seminggu setelah diberikan instruksi pemecahan masalah. Edukasi mengenai SDLMI perlu diberikan kepada orangtua dan guru yang menghadapi siswa berkebutuhan khusus atau siswa dengan karakteristik seperti slowlearners.

The purpose of this study is to investigate the efectiveness of SDLMI in increasing social problem solving skills for slow-learner. This research used single subject design and program effectiveness was measured by comparing pretest and posttest data. Research's result not only suggested an improvement but also maintenance in partisipant's problem-solving skill, one week after problem solving instruction was given. Furthermore, educations about SDLMI need to be given for parents and teacher who struggle with special-need or slow-learner student."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45438
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priska Emiliana
"ABSTRAK
Diabetes Melitus Tipe 1 DMT1 merupakan salah satu masalah utama pada anak karena terganggunya fungsi pankreas. Dibutuhkan manajemen diri dan tingkat kepatuhan yang baik dalam pengendalian glukosa darah. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan edukasi PRISMA terhadap manajemen diri dan tingkat kepatuhan anak DMT1. Penelitian ini menggunakan design quasi experiment without control. Pemberian edukasi PRISMA diberikan pada kelompok intervensi. Responden mengisi kuesioner manajemen diri dan tingkat kepatuhan pretest dan dievaluasi pada hari kedelapan posttest . Sampel dalam penelitian ini berjumlah 31 anak di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Tangerang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian edukasi PRISMA terhadap manajemen diri

ABSTRACT
Type 1 Diabetes Mellitus T1DM is one of the main problems in children because of disruption of pancreatic function. It takes good self management and good adherence in blood glucose control. This study aims to examine the effect of PRISMA education on self management and compliance level of T1DM children. This research uses quasi experiment without control design. PRISMA education was given to the intervention group. Respondents filled out the self management questionnaire and the level of compliance pretest and were evaluated on the eighth day posttest . The sample in this study amounted to 31 children in Jakarta, Bogor, Depok and Tangerang. The results of this study indicate that there is influence of PRISMA education to self management p"
2018
T50383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haniva Az Zahra
"[Underachiever adalah kondisi yang banyak terjadi di kalangan pelajar, termasuk siswa SMP. Baslanti dan McCoach (2006) serta Bondurant (2010) menyatakan bahwa kondisi underachievement terjadi karena siswa tidak mampu melakukan regulasi diri di dalam belajar yang baik. Oleh karena itu, Zimmerman, Bonner, dan Kovach (1996) mengajukan model intervensi untuk siswa dengan underachievement melalui pengajaran 5 keterampilan akademik. Keterampilan akademik tersebut diajarkan kepada siswa guna meningkatkan kemampuan regulasi diri dalam belajar yang mereka miliki. Peneliti menggunakan model
tersebut untuk memberikan intervensi kepada P, siswa SMP dengan tipe
disorganized underachiever. Keterampilan akademik yang diajarkan kepada P adalah keterampilan manajemen waktu dan belajar yang lebih efektif. Model intervensi tersebut dikombinasikan dengan sistem organisasi informasi sekolah oleh Peters (2000). Efektivitas dari program intervensi ini dilihat dari kenaikan skor pre dan post-test yang diukur dengan Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) karya Pintrich dan DeGroot (1990). Peneliti menggunakan versi adaptasi dalam Bahasa oleh Puteri (2013), sehingga lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program intervensi manajemen waktu meningkatkan kemampuan regulasi diri dalam
belajar pada diri P.;Underachiever is a condition that is quite common among students, including junior high school students. Baslanti and McCoach (2006) and Bondurant (2010) states that the condition of underachievement occurs because students are not capable to do self-regulated learning. Therefore, Zimmerman, Bonner, and Kovach (1996) propose a model of intervention for students with underachievement through teaching academic skills. There are five academis skills. The academic skills taught to students in order to improve their ability to do
self-regulated learning. Researchers used the model to provide intervention to P, junior high school students with disorganized underachiever type. One of academic skills which taught to P is a time-management skills. The intervention model is combined with a system of organization of school information by Peters (2000). The effectiveness of this intervention program be seen from the increase
in scores pre and post-test were measured with the Motivated Strategies for Learning Questionnaire (MSLQ) works by Pintrich and DeGroot (1990). Researchers use the Bahasa version, adaptation version by Putri (2013), so it is more appropriate to the conditions in Indonesia. The results showed that the time management intervention program increases the ability of self-regulated learning., Underachiever is a condition that is quite common among students, including
junior high school students. Baslanti and McCoach (2006) and Bondurant (2010)
states that the condition of underachievement occurs because students are not
capable to do self-regulated learning. Therefore, Zimmerman, Bonner, and
Kovach (1996) propose a model of intervention for students with
underachievement through teaching academic skills. There are five academis
skills. The academic skills taught to students in order to improve their ability to do
self-regulated learning. Researchers used the model to provide intervention to P,
junior high school students with disorganized underachiever type. One of
academic skills which taught to P is a time-management skills. The intervention
model is combined with a system of organization of school information by Peters
(2000). The effectiveness of this intervention program be seen from the increase
in scores pre and post-test were measured with the Motivated Strategies for
Learning Questionnaire (MSLQ) works by Pintrich and DeGroot (1990).
Researchers use the Bahasa version, adaptation version by Putri (2013), so it is
more appropriate to the conditions in Indonesia. The results showed that the time
management intervention program increases the ability of self-regulated learning.]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rizkia
"Hipertensi merupakan komorbid yang dapat menyebabkan perburukan prognosis pasien COVID-19. Pasien hipertensi perlu menerapkan perilaku manajemen diri meliputi integrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan, monitoring tekanan darah, dan mematuhi regimen pengobatan. Namun, pasien hipertensi belum menerapkan perilaku manajemen diri secara adekuat yang menyebabkan tidak terontrolnya tekanan darah hingga menyebabkan komplikasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku manajemen diri pasien hipertensi pada masa pandemi COVID-19. Penelitian ini melibatkan 144 responden dengan desain penelitian cross sectional yang diseleksi menggunakan systematic random sampling. Perilaku manajemen diri klien hipertensi diukur menggunakan Hypertension Self-Management Behavior Questionnaire (HSMBQ). Hasil penelitian menunjukkan 65,9% perilaku manajemen diri pasien hipertensi dalam kategori cukup. Sekitar 70,1%, 66%, 63,2%, 74,3%, 85,4% pasien hipertensi memiliki kategori cukup dalam intergrasi diri, regulasi diri, interaksi dengan tenaga kesehatan, monitoring tekanan darah, dan kepatuhan regimen pengobatan. Pandemi COVID-19 berkontribusi dalam perilaku manajemen diri pasien hipertensi, dimana pasien menyadari perilaku manajemen diri penting sebagai upaya perawatan diri. Peran edukator dan konselor perawat komunitas perlu dimaksimalkan untuk meningkatkan perilaku manajemen diri pasien dengan memanfaatkan berbagai teknologi digital.

Hypertension is a comorbid condition that can worsen the prognosis of COVID-19. Hypertensive patients need to apply self-management behaviors including self-integration, self-regulation, interaction with health workers, monitoring blood pressure, and complying with treatment regimens. However, hypertensive patients have not implemented adequate self-management behavior which causes uncontrolled blood pressure to cause complications. This study was conducted to identify the self-management behavior of hypertensive patients during the COVID-19 pandemic. This study involved 144 respondents with a cross sectional using systematic random sampling. Management behavior of hypertensive clients was measured using Hypertension Self-Management Behavior Questionnaire (HSMBQ). The results showed that 65.9% of the self-management behavior of hypertensive patients was in the sufficient category. Approximately 70.1%, 66%, 63.2%, 74.3%, 85.4% of hypertensive patients had sufficient category in self-integration, self-regulation, interaction with health workers, blood pressure monitoring, and adherence to medication regimens. The COVID-19 pandemic has contributed to the self-management behavior of hypertensive patients, where patients realize that self-management behavior is important as a self-care effort. The role of community nurse educators and counselors needs to be maximized to improve patient self-management behavior by utilizing various digital technologies."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Pratiwi
"Karakteristik anak usia sekolah dasar yang berusia 6 - 11 tahun antara lain adalah lebih menguasai kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan matematika Santrock (2004: 20). Tugas perkembangan dan tuntutan belajar yang harus dilalui anak sekolah dasar, membuat anak hares dipersiapkan agar mampu menghadapi tugas perkembangan dan tuntutan di sekolah dasar. Kesiapan masuk sekolah adalah persyaratan keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkan seorang peserta didik memanfaatkan semaksimal mungkin suatu jenjang pendidikan Kesiapan anak dilihat dari lima aspek, yaitu a) perkembangan fisik dan motorik b) perkembangan sosial dan emosional c) pendekatan terhadap pembelajaran d) perkembangan bahasa e) kognisi dan pengetahuan umum.
Masing-masing anak memiliki kesiapan sekolah yang berbeda-beda. Untuk anak-anak yang secara usia kronologis seharusnya sudah slap masuk sekolah dasar, namun temyata usia mentalnya belum mencapai kematangan atau kesiapan sekolah, maka diperlukan bantuan ekstra untuk mempersiapkan kesiapan sekolah anak tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai peningkatan kesiapan sekolah anak melalui intervensi program pembiasaan belajar.
Sesuai dengan definisi belajar yaitu perubahan perilaku yang teijadi secara permanen, yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman (Morgan,et al., 1986: 140), maka perilaku belajar dapat dibentuk melalui pembiasaan. Kebiasaan belajar yang balk (good study habits) akan membuat anak mencapai nilai baik, slap untuk mengikuti pelajaran dan bisa berpartisipasi di kelas (Peters, 2000: 13).
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah seorang anak berusia 6 tahun yang telah duduk di kelas I sekolah dasar sejak tahun ajaran 2005/2006. Selama duduk di kelas 1, dapat dikatakan subyek belum memiliki kesiapan sekolah yang dapat dilihat dari tidak memiliki minat belajar dan menolak untuk belajar terutama dalam hal menulis, membaca dan berhitung, baik di rumah maupun di sekolah. Pada akhirnya, subyek tidak dapat naik ke kelas 2 karena tidak ada nilai rapor yang bisa is peroleh selama kelas I.
Peneliti menggunakan kuesioner asesmen kesiapan sekolah yang diadaptasi dan dimodifikasi dari Assessment School Readiness Indicators yang digunakan di 3 negara bagian Amerika Serikat yang dikembangkan oleh SECPTAN (State Early Childhood Policy Technical Assistance Network). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini lebih mengacu pada kuesioner yang dibuat negara bagian Missouri_ Kuesioner yang disusun peneliti terdiri dari 55 item yang dikelompokkan dalam 5 aspek kesiapan sekolah berserta indikator-indikatornya, ditambah dengan 1 aspek serba-serbi atau pemikiran matematika dan ilmiah. Herdasarkan hasil asesmen kesiapan sekolah, subyek belum memiliki kesiapan sekolah pada aspek pendekatan terhadap pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat 5 perilaku yang diintervensi dalam penelitian ini yaitu perilaku mempertahankan perhatian pada tugas yang diberikan, menyelesaikan tugas yang diberikan, mampu mengatasi frustrasi dan kegagalan, memiliki kebiasaan belajar di rumah dan memiliki sikap belajar yang positif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui program pembiasaan belajar yang telah dilaksanakan sebanyak Sembilan kali pertemuan, memperlihatkan terjadinya peningkatan kesiapan sekolah pada subyek. Melalui rangkuman basil program pembiasaan belajar, dapat dilihat bahwa subyek mengalami peningkatan pada semua perilaku yang ingin ditingkatkan. Hanya saja, peningkatan perilaku-perilaku tersebut masih belum belum stabil. Perilaku yang masih perlu ditingkatkan adalah kemampuan subyek dalam menoleransi frustrasi dan kegagalan. Subyek masih mudah patah semangat dan merajuk apabila menemui kegagalan atau hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Selain itu subyek juga seringkali tampak ragu-ragu dalam memulai sesuatu yang baru."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18104
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukmah Fitriani
"Penyakit hipertensi merupakan sillent killer sebagian yang meningkat pada usia 60 tahun ke atas. Peningkatan prevalensi hipertensi memerlukan perawatan jangka panjang berupa manajemen diri yang mengacu pada kemampuan lansia untuk mempertahankan perilaku positif secara efektif dan mandiri. Intervensi keperawatan Gerakan Lansia Sadari Hipertensi dengan Manajemen Diri (GESIT MANDIRI) diberikan pada 57 lansia dengan hipertensi. Intervensi meliputi pendidikan kesehatan, aktifitas fisik, diet, interaksi dengan tenaga kesehatan, monitoring tekanan darah dan kepatuhan terhadap regimen pengobatan. Hasil pre dan post menunjukkan terjadinya peningkatan rata-rata nilai pengetahuan 3.84, sikap 7.78, keterampilan 9.86 (terjadinya peningkatan 2SD), manajemen diri terjadinya peningkatan 5.54 dan terjadinya penurunan tekanan darah sistolik 13 mmHg dan diastolik 8,6 mmHg. Manajemen diri disarankan untuk dilakukan karena memberikan dampak pada peningkatan kesadaran status kesehatan dalam menjalani gaya hidup sehat.

Hypertension as a silent killer has increased on insidence at 60 years old. Hypertension requiries a long term treatment by having self management. It refers to the older ability to maintain daily positive behavior effectively and independently. GESIT MANDIRI a provided to 57 olders with hypertension. As a nursing intervention includes health education, physical activity, diet, interactions with health professionals, blood pressure monitoring and adherence to treatment regimen. The results showed that there was an increased of knowledge, attitude and skill. Scores before and after intervention 3,84; 7,78 and 9,86. Self managements score also increased 5,54. Sistolics and diastolics pressures mean decreased 13 mmHg;8,6 mmHg. Therefore, self management is suggested to be done becase ts impact to awareness of applying healthy life style.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erwin
"Penderita gagal jantung di negara maju dan negara berkembang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penanganan yang optimal klien gagal jantung akan membantu perkembangan kondisi klien. Dukungan dan pendekatan yang holistik juga dibutuhkan sejak klien terdiagnosa. Peran perawat sangat penting dalam memberikan pelayanan yang berorientasi pada masalah psikososial. Penelitian ini bertujuan untuk menciptakan model intervensi keperawatan psikososial pada klien gagal jantung yang mampu meningkatkan kemampuan manajemen diri dan kemandirian klien gagal jantung. Penelitian ini terdiri dari 2 tahap. Tahap pertama penelitian kualitatif fenomenologi dan review literatur , tahap kedua penelitian quasi eksperimen. Besar sampel 156, 78 kelompok intervensi, 78 kelompok kontrol. Penerapan model intervensi berupa edukasi, motivasi, dan konsultasi diberikan kepada kelompok intervensi, sedangkan kelompok kontrol diberikan tindakan standar rumah sakit. Hasil penelitian sebagian besar responden berusia < 60 tahun berjenis kelamin laki-laki, beragama islam, dari suku luar Jawa, masih bekerja, berstatus menikah, dengan penghasilan diatas 2 juta rupiah dan tinggal dirumah sendiri. Model intervensi keperawatan psikososial berpengaruh secara signifikan pada kemampuan manajemen diri (p<0.05) dan kemandirian (p<0.05) klien gagal jantung. Model intervensi keperawatan psikososial dapat dijadikan bagian asuhan keperawatan dalam merawat klien gagal jantung untuk meningkatkan kemampuan manajemen diri dan kemandirian klien.

Heart failure (HF) patients are increasing in both developed and developing countries. Since the client has been diagnosed, holistic support and approach are also required. Nurses have a critical role in providing treatment aimed at addressing psychosocial issues. The goal of this study is to develop a model of psychosocial nursing intervention for HF failure patients that can increase their self-management skills and independence. This study is divided into two sections. The first stage consists of phenomenological qualitative research and a literature study, followed by quasi-experimental research. The sample size is 156, with 78 in the intervention group and 78 in the control group. The intervention group received the intervention model in the form of education, motivation, and consultation, whereas the control group received normal hospital measures. According to the study's findings, the majority of respondents aged 60 were male, Muslim, from ethnic groups other than Java, still working, married, and living alone at home. The psychosocial nursing intervention model has a substantial effect on self-management (p <0.05) and Self-reliance (p <0.05) in clients with HF. The psychosocial nursing intervention approach can be utilized as part of nursing care for clients with HF to increase self-management capacities and self-reliance."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betti Astriani
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas teknik Mediated
Learning Experience (MLE) dalam meningkatkan kualitas interaksi pengasuh
dengan anak usia 24 - 36 bulan saat kegiatan berpakaian melalui pelatihan yang
dilakukan. Penelitian ini menggunakan pretest and post-test design. Peneliti
melakukan dua kali pengambilan data terhadap subjek (pengasuh anak) pada saat
sebelum pelatihan dan setelah pelatihan dengan metode observasi. Pelatihan yang
dilakukan menggunakan beberapa metode yaitu ceramah, diskusi, brainstorming,
dan roleplay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik MLE efektif
meningkatkan kualitas interaksi pengasuh dengan anak usia 24 ? 36 bulan saat
kegiatan berpakaian. Hasil uji statistik Wilcoxon Signed-Ranks Test menunjukkan
perbedaan yang signifikan dari skor hasil pretest dan post-test sebesar p = 0,039
(p<0,05).

Abstract
The objective of the research is to observe effectiveness of the Mediated Learning
Experience (MLE) technique in increasing interaction the caregiver with children
aged 24-36 months during dressed activity. The study employed pre-test and posttest
design. The data on the subject (i.e. caregiver) was taken twice, i.e. before
and after training by observation method. Training was conducted through
several methods comprising lecture, discussion, brainstorming and role play. The
findings indicated that MLE technique was effective in increasing quality of
interaction between caregiver and children aged 24 - 36 months during dressed
activity. Statistical Wilcoxon Signed-Ranks Test showed significant difference
from the pre-test and post-test scores by the value of p = 0,039 (p<0,05)."
2012
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Kusumaningrum
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode Mediated Learning Experience (MLE) yang diberikan melalui pelatihan kepada pengasuh anak efektif mengubah perilaku pengasuh anak dalam kegiatan pemberian makan yang berkualitas pada anak usia 3 hingga 4 tahun. Metode Mediated Learning Experience (MLE) merupakan metode yang mengajarkan berbagai keterampilan kepada anak melalui peningkatan interaksi antara mediator dan anak serta penggunaan berbagai pengalaman sebagai media bagi anak untuk mencapai tingkat pemahaman yang lebih baik (Klein, 1996). Penelitian ini menggunakan desain penelitian one group pretest/posttest design. Manipulasi yang akan dilakukan terhadap variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian metode MLE dalam konteks kegiatan pemberian makan pada anak usia 3 hingga 4 tahun melalui pelatihan. Materi yang diberikan pada pelatihan kegiatan pemberian makan yang berkualitas pada anak usia 3 hingga 4 tahun adalah karakteristik anak usia 3 hingga 4 tahun, fungsi makanan sehat, dan MLE dalam konteks mengenai kegiatan makan yang berkualitas. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari metode kualitatif dan kuantitatif, dengan menggunakan Tes Wilcoxon. Hasil analisis data kuantitatif dihitung dengan menggunakan alat ukur MLERS dan kuesioner yang diisi oleh orang tua anak. Kedua perhitungan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi (p<0.05), artinya metode MLE efektif untuk meningkatkan kegiatan pemberian makan yang berkualitas oleh pengasuh pada anak usia 3 - 4 tahun.

Abstract
The purpose of this study is to examine whether Mediated Learning Experience (MLE) method that given through training for child caregiver can change caregiver habit in children 3 to 4 years old feeding activity. Mediated Learning Experience (MLE) is a method to teach many skill in children through interaction between caregiver and child, and also the use of experience as a medium for child to achieve a better understanding level (Klein, 1996.This research study use one group pretest/posttest design. Manipulation is made for the independent variable, the giving of MLE?s method in the context of 3 to 4 years old children feeding activity through the training. The materials are: the characteristics of 3 to 4 years old child; the benefit of healthy food; and MLE method in the context of qualified feeding activity. Data was analyzed using the combination of qualitative and quantitative method, using Wilcoxon Test. Data was assessed by Mediated Learning Experience Rating Scale (MLERS and questionnaire for parents. Both of them shown that there were significant difference before and after intervention (p<0.05).
"
2012
T30479
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>