Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148736 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Erlianda
"Latar belakang: Flavonoid propolis FP memiliki efek antibakteri dan etanolmerupakan salah satu standar emas agen antibakteri yang telah banyak digunakansebagai bahan bahan dasar obat. Tujuan: Menganalisis perbedaan efek pemberianFP berbagai konsentrasi dan etanol 10 terhadap aktivitas ATPase S. mutans.Metode penelitian: Bakteri S. mutans dipaparkan dengan FP konsentrasi 0,5 ,0,25 , 0,1 , 0,075 , 0,05 dan etanol 10 . Selanjutnya dilakukan uji aktivitasATPase dengan uji kolorimetrik. Hasil: Terdapat perbedaan tidak bermaknaantara rerata nilai aktivitas ATPase bakteri S. mutans setelah pemberian FPberbagai konsentrasi dan etanol 10 . Kesimpulan: FP konsentrasi 0,5 , 0,25 ,0,1 , 0,075 dan 0,05 memiliki efek antibakteri yang setara dengan etanol10 dalam menurunkan aktivitas ATPase S. mutans.

Background Flavonoids propolis FP has been known have antibacterial effectand ethanol is one of the gold standard antibacterial that has been widely used asbasic ingredient of drugs. Objective To analyze the differences in the effects ofvarious concentrations and ethanol 10 againts ATPase activity S. mutans.Methods S. mutans were exposed to FP 0.5 , 0.25 , 0.01 , 0.075 , 0.05 and etanol 10 . Afterwards, ATPase activity testing with colorimetric assay.Results There was no significant difference between ATPase activity of S.mutans after administration of FP various concentration and etanol 10 .Conclusion FP 0.5 , 0.25 , 0.01 , 0.075 , 0.05 have an antibacterial effectsimilar to ethanol 10 in reducing ATPase activity S. mutans."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melvin Onassis
"Diabetes melitus tipe 2 (T2DM) terus meningkat di Indonesia, dengan prevalensi 10,8% pada 2021. Stres oksidatif akibat hiperglikemia kronis berperan dalam patogenesis T2DM, sehingga penggunaan antioksidan dan penghambatan alfa-glukosidase menjadi strategi potensial. Penelitian ini mengevaluasi aktivitas antioksidan dan penghambatan enzim alfa-glukosidase dari ekstrak daun jati cina asal Tawangmangu, Jawa Tengah, menggunakan metode DPPH dan Alpha-Glucosidase Inhibitor Screening Kit. Hasil menunjukkan ekstrak memiliki IC50 sebesar 135.6 μg/mL, dibandingkan dengan asam askorbat (IC50 0.57 μg/mL). Aktivitas inhibisi alfa-glukosidase oleh ekstrak mencapai 23%, sedangkan acarbose mencapai 88%. Kadar total flavonoid dan fenolik masing-masing adalah 0.1092% dan 0.049%. Meskipun aktivitasnya lebih rendah dibandingkan standar, ekstrak jati cina memiliki potensi sebagai terapi tambahan untuk T2DM. Penelitian lanjutan diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan ini melalui uji in vivo, uji klinis, dan evaluasi keamanan jangka panjang.

Type 2 diabetes mellitus (T2DM) continues to rise in Indonesia, with a prevalence of 10.8% in 2021. Oxidative stress due to chronic hyperglycemia plays a role in the pathogenesis of T2DM, making the use of antioxidants and alpha-glucosidase inhibition a potential strategy. This study evaluates the antioxidant activity and alpha-glucosidase inhibition of *Senna alexandrina* leaves extract from Tawangmangu, Central Java, using the DPPH method and the Alpha-Glucosidase Inhibitor Screening Kit. The results show that the extract has an IC50 value of 135.6 μg/mL, compared to ascorbic acid (IC50 0.57 μg/mL). The alpha-glucosidase inhibition activity of the extract reached 23%, while acarbose achieved 88%. The total flavonoid and phenolic content were 0.1092% and 0.049%, respectively. Although its activity is lower than the standard, *Senna alexandrina* extract shows potential as an adjunct therapy for T2DM. Further research is needed to confirm these findings through in vivo studies, clinical trials, and long-term safety evaluations."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avira Tri Cahyani
"Hipertensi merupakan kondisi patologis ketika tekanan darah terlalu tinggi yang di atas normal. Diperkirakan 13 miliar orang menderita hipertensi dan penyakit ini menjadi salah satu penyebab utama kematian dini di seluruh dunia. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) memiliki peran penting dalam pengaturan tekanan darah arteri. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) merupakan salah satu lini pertama untuk pengobatan hipertensi. Obat ini dapat menginhibisi ACE yang memecah angiotensin I untuk membentuk vasokonstriktor poten angiotensin II. Penelitian dilakukan dengan metode penapisan virtual menggunakan AutoDock Vina yang terdapat dalam PyRx untuk mencari kandidat ACEI yang berasal dari senyawa bahan alam flavonoid. Flavonoid telah diketahui bertindak sebagai komponen dalam diet yang efektif dalam menghambat ACE. Flavonoid, terutama glikosidanya, merupakan fitokimia yang paling vital dalam diet dan sangat menarik karena diketahui bioaktivitasnya yang beragam. Struktur kristalografi target makromolekul diperoleh dari pangkalan data PDB (PDB ID: 1O86). Optimasi dilakukan dengan ukuran grid box yang divariasikan serta ion Zn2+, Cl- & 6 molekul air yang dipertahankan terhadap makromolekul. Berdasarkan hasil penapisan virtual, didapatkan 10 senyawa bioaktif peringkat teratas diantaranya yaitu epigallocatechin 3-O-gallate-7-O-glucoside-4-O-glucuronide, theaflavin 3-O-gallate, theaflavin 3,3-O-digallate, eriocitrin atau eriodictyol 7-O-rutinoside, luteolin 7-O-diglucuronide, malvidin 3-O-(6-caffeoyl-glucoside), narirutin 4-O-glucoside, quercetin 3,4-O-diglucoside, peonidin 3-O-(6-p-coumaroyl-glucoside) dan delphinidin 3-O-glucosyl-glucoside. Senyawa tersebut menunjukkan afinitas pengikatan optimum terhadap target makromolekul ACE dengan energi ikatan berada direntang -10,3 kkal/mol hingga -10,9 kkal/mol yang dibandingkan dengan standar moeksipril (-9,1 kkal/mol). Hasil menunjukkan 10 senyawa tersebut dapat menjadi ligan potensial untuk mengobati hipertensi.

Hypertension is defined as condition of blood pressure that abnormally too high. An estimated of 1.13 billion people worldwide has hypertension and this disease is one of the most cause of premature death worldwide. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) has an importent role in arterial blood pressure regulation. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI) is one of the first line treatment for hypertension. This drug can inhibit ACE which cleaves angiotensin I to the form potent vasoconstrictor angiotensin II. This study was conducted by virtual screening method used AutoDock Vina in PyRx to search ACEI candidate from flavonoid natural compounds. Flavonoids have been known to act as components in the diet that are effective to inhibit ACE. Flavonoids, especially their glycosides, are the most vital phytochemicals in diet and are of great general interest due to their diverse bioactivity. The crystallographic structure of macromolecule target was obtained from PDB database (PDB :1O86). Optimization was performed by variying grid size and maintaning Zn2+, Cl- & 6 water molecules in the macromolecule. Based on virtual screening results, the top ten ranking bioactive compounds was obtained. They are epigallocatechin 3-O-gallate-7-O-glucoside-4-O-glucuronide, theaflavin 3-O-gallate, theaflavin 3,3-O-digallate, eriocitrin atau eriodictyol 7-O-rutinoside, luteolin 7-O-diglucuronide, malvidin 3-O-(6-caffeoyl-glucoside), narirutin 4-O-glucoside, quercetin 3,4-O-diglucoside, peonidin 3-O-(6-p-coumaroyl-glucoside) and delphinidin 3-O-glucosyl-glucoside. Those compounds showed optimum binding affinity to ACE macromolecule target with binding energy range -10,3 kcal/mol to -10,9 kcal/mol as compared to the moexipril standard (-9,1 kcal/mol). The results indicated that 10 compounds could be the potential ligands to treat hypertension.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70486
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajrina Busri
"Latar belakang: Kadar Bunuh Minimal (KBM) ekstrak etanol temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) terhadap Streptococcus mutans 25% dan 15% terhadap Streptococcus sanguinis single species (in vitro). Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis saling berkompetisi untuk memperoleh nutrisi.
Tujuan: Menganalisis efek antibakteri ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus in vitro.
Metode: Uji antibakteri dengan metode perhitungan koloni dan kuantifikasi dengan Real-time PCR. Analisis data menggunakan Kruskal Wallis, Mann-Whitney dan Unpaired T-test.
Hasil: KHM ekstrak etanol temulawak terhadap dual species Streptococcus 0,2% dan KBM 10%. Di dalam biofilm dual species Streptococcus, proporsi S.mutans lebih tinggi daripada S. sanguinis (p<0.05).
Simpulan: Konsentrasi efektif ekstrak etanol temulawak sebagai antibakteri terhadap S.mutans dan S.sanguinis dalam dual species lebih rendah dari pada terhadap kedua bakteri tersebut sebagai single species. Di dalam biofilm dual species, S. sanguinis lebih sensitif terhadap ekstrak temulawak daripada S.mutans.

Background: Minimal Bactericidal Concentration (MBC) of Java turmeric (Curcuma xanthorriza Roxb.) ethanol extract against Streptococcus mutans is 25% and 15% against Streptococcus sanguinis. In dental biofilm S.mutans and S.sanguinis competes each other to obtain nutrients.
Objectives: Analize the antibacterial effect of Java tumeric ethanol extract (MIC and MBC) against dual species Streptococcus in vitro.
Methods: Antibacteria activity of the extract was analyzed by measuring the growth of the bacteria after being exposed to the extract by counting colony formation and by quantifying the existing bacterial cell number using real-time PCR. Statistic analysis using Kruskal Wallis, Mann Whitney test and Unpaired t-test.
Results: The MIC of the extract was 0,2% and the MBC was 10%. After exposure of the extract to the dual species biofilm, the growth of S.mutans was higher than S.sanguinis (p<0,05).
Conclutions: Java tumeric ethanol extract is more effective against S.mutans and S.sanguinis as dual species Streptococcus than as single species. S.sanguinis is more sensitive to Java tumeric ethanol extract than S. mutans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Nur Indah Sari
"Latar belakang: Adanya karies gigi pada anak usia di bawah 71 bulan dikenal dengan istilah Early Childhood Caries (ECC). ECC disebabkan salah satunya oleh kehadiran biofilm co-species S. mutans dan C. albicans. Untuk mencegah terjadinya ECC dibutuhkan penggunaan pasta antimikroba yang tepat. Kandungan bahan aktif alami VCO yang aman bagi anak-anak dan memiliki efek antiinflamasi serta antioksidan diharapkan juga memiliki efek antimikroba terhadap biofilm kombinasi S. mutans dan C. albicans. Belum diketahui konsentrasi VCO dalam sediaan pasta yang efektif menurunkan pertumbuhan biofilm kombinasi S. mutans dan C. albicans. Tujuan: Menganalisis perbedaan pertumbuhan biofilm kombinasi S. mutans dan C. albicans terhadap pasta VCO yang berbeda kandungan dan konsentrasi. Metode Penelitian: Penelitian dilakukan secara in vitro menggunakan stok klinis S. mutans dan C. albicans yang sudah teridentifikasi dan strain laboratorik. Efek antimikroba dilihat dari selisih nilai optical density (OD) biofilm kombinasi S. mutans dan C. albicans sebelum dan sesudah diberikan perlakuan menggunakan VCO konsentrasi 8% maupun 80% dalam dua sediaan pasta yang berbeda Hasil: Analisis data menggunakan uji komparatif One Way Anova menunjukkan penurunan yang efektif jumlah biofilm kombinasi S. mutans dan C. albicans setelah pemberian VCO konsentrasi 80% (p<0,05). Kedua sediaan pasta tidak menunjukkan adanya perbedaan kemampuan antimikroba yang bermakna (p>0.05). Kesimpulan: pasta VCO konsentrasi 80% baik pada kedua sediaan memiliki efek antimikroba terhadap biofilm kombinasi S. mutans dan C. albicans. Kedua sediaan dapat digunakan untuk mencegah terjadinya ECC.

Background: Dental caries in children under 71 months is known as Early Childhood Caries (ECC). ECC is caused by the presence of S. mutans and C. albicans biofilm combination. To prevent the occurrence of ECC it is necessary to use the appropriate antimicrobial paste. The natural active ingredient of VCO which is safe for children and has anti-inflammatory and antioxidant effect is also expected to have antimicrobial effect on S. mutans and C. albicans biofilm combination. The concentration of VCO paste that can effectively reduce the growth of S. mutans and C. albicans biofilm combination is not yet known. Objective: To analyze the differences of S. mutans and C. albicans biofilm combination growth against VCO paste with different content and concentration. Methods: The study was conducted in vitro using clinical stocks of S. mutans and C. albicans that are already identified and also laboratory strains. The antimicrobial effect was measured by calculating the difference in the optical density (OD) value of S. mutans and C. albicans biofilm combination before and after treatment with VCO 8% and 80% concentration in two different paste preparations. Results: The data was analyzed using One Way Anova comparative test which showed an effective decrease in the amount of S. mutans and C. albicans biofilm combination after administration of VCO 80% concentration (p <0.05). Both paste preparation showed no significant difference in antimicrobial ability (p> 0.05). Conclusion: VCO paste 80% concentration in both preparations had antimicrobial effects on S. mutans and C. albicans biofilm combination. Both preparations can be used to prevent ECC."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Rosyana
"Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol temulawak teridentifikasi (EETT) dalam mengeradikasi biofilm S.mutans dan P.gingivalis tunggal maupun kombinasi.
Metode: Model biofilm S. mutans dan P. gingivalis pada fase perkembangan yang berbeda dipapar dengan EETT konsentrasi 0,5%,1%,5%, 10%,15%,20%,25% dan diinkubasi selama 60 menit. Efektivitas eradikasi biofilm diuji dengan MTT.
Hasil: Efektivitas EETT dalam mengeradikasi biofilm S.mutans bergantung pada konsentrasi, sedangkan pada biofilm P.gingivalis dan S.mutans-P.gingivalis tidak bergantung pada konsentrasi. Efektivitas EETT dalam mengeradikasi biofilm S.mutans, P.gingivalis, dan S.mutans-P.gingivalis juga bergantung pada fase perkembangan biofilm.
Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi dapat mengeradikasi biofilm S.mutans dan P.gingivalis sebagai biofilm tunggal maupun kombinasi.

Objective: To analyze the effectivity of identified java turmeric ethanol extract (IJTEE) in eradicating S.mutans and P.gingivalis biofilm.
Methods: S.mutans and P.gingivalis biofilm at different phase of growth were exposed to IJTEE 0,5%,1%,5%,10%,15%,20%,25% for 60 minutes. Biofilm eradication was analyzed using MTT assay.
Results: The effectiveness of IJTEE in eradicating S.mutans biofilm was dependent on the concentration, while on P.gingivalis and S.mutans-P.gingivalis biofilm wasn’t. The effectiveness of IJTEE in eradicating S.mutans, P.gingivalis, and S.mutans-P.gingivalis biofilm was also dependent on the phase growth of biofilm.
Conclusion: The IJTEE can eradicate S.mutans and P.gingivalis as single and dual species biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Liza Noah Febriana
"Latar belakang: Temulawak memiliki efek antibakteri terhadap S.mutans dan P.gingivalis. Namun efektivitas pada biofilm butuh penelitian lanjutan.
Tujuan: Mengevaluasi efektivitas ekstrak etanol temulawak teridentifikasi (EETT) dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans dan P.gingivalis tunggal maupun kombinasi.
Metode: S.mutans ATCC 25175 dan P.gingivalis ATCC 33277 diuji untuk menetapkan KHM dan KBM menggunakan teknik microdilution. Efektivitas penghambatan biofilm diuji dengan crystal violet.
Hasil: Nilai KHM dan KBM EETT terhadap S.mutans adalah 5% dan 15%. Konsentrasi inhibisi biofilm minimum S.mutans 1%; P.gingivalis 15%; dan biofilm kombinasi 0,5%.
Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi efektif menghambat pembentukan biofilm S.mutans dan P.gingivalis tunggal maupun kombinasi.

Background: Java Turmeric had antibacterial effect against S.mutans and P.gingivalis but effectiveness for biofilm needed further research.
Objective: To evaluate the effectiveness of identified java turmeric ethanol extract (IJTEE) against S.mutans and P.gingivalis single and combination biofilm.
Methods: S.mutans ATCC 25175 and P.gingivalis ATCC 33277 were tested for MIC and MBC using microdilution technique and inhibition biofilm formation was analyzed using crystal violet assay.
Results: MIC and MBC of S.mutans is 5% and 15%. Minimum inhibition biofilm of S.mutans 1%; P.gingivalis 15%; and combination 0,5%.
Conclusion: IJTEE was effective inhibiting S.mutans and P.gingivalis single and combination biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Linggriani
"Karies gigi merupakan penyakit rongga mulut yang sering terjadi. Prevalensi karies pada anak di berbagai negara masih tinggi. Cara mencegah karies dapat dilakukan dengan pemberian agen antibakteri, dimana penggunaan antibakteri alami semakin diminati. Flavonoid yang berasal dari bahan alam dapat menghambat glukosiltransferase GTF . GTF memfasilitasi pembentukan plak/ biofilm. Dari penelitian terdahulu, flavonoid propolis diketahui memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans namun belum ada penelitian yang menggunakan strain S.mutans klinis. S.mutans diisolasi dari plak gigi anak, kemudian dilakukan uji biofilm dengan crystal violet pada 96-microwell plate. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh flavonoid propolis konsentrasi 0,05 dan 0,1 terhadap pembentukan biofilm S.mutans p>0,01 . Hal ini berarti flavonoid propolis 0,05 memiliki efek antibakteri yang sama dengan flavonoid propolis 0,1 dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans.

Objective This study was conducted to analyze the effects obtained with different concentrations 0.5 and 0.1 of propolis flavonoids on in vitro biofilm formation by clinical Streptococcus mutans S. mutans strains isolated from children rsquo s dental plaque. Methods S. mutans isolated from children 39 s dental plaque was assayed for biofilm formation in 96 microwell plates using crystal violet. Results The effects on S. mutans biofilm formation were the same for propolis flavonoids administered at concentrations of 0.05 and 0.1 p 0.01 . Conclusion A 0.05 propolis flavonoids concentration was deemed as effective as a 0.1 concentration at inhibiting S.mutans biofilm formation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Timothy Aholiab Dien
"Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut masih menjadi suatu permasalahan utama di Indonesia. Menurut Riskesdas tahun 2018 sebanyak 57,6% orang Indonesia memiliki permasalahan gigi dan mulut.Dalam risetnya, Prevalensi karies di Indonesia mencapai 88,8%. Faktor utama yang dapat menyebabkan permasalahan ini ialah bakteri patogen dalam rongga mulut, salah satunya yang paling patogenik ialah Streptococcus mutans. Karies terjadi ketika terjadi disbiosis dalam rongga mulut, yaitu ketika jumlah Streptococcus mutans berlebih sehingga menyebabkan kondisi asam pada rongga mulut. Tidak hanya menguntungkan bagi Streptococcus mutans, bakteri non-patogenik seperti Staphylococcus aureus akhirnya dapat memperburuk kondisi karies. Secara kimiawi, obat kumur Klorheksidin telah dimanfaatkan sebagai antibakteri yang secara akut dapat mengurangi jumlah bakteri rongga mulut. Tetapi dalam pemakaiannya ternyata klorheksidin menyebabkan efek samping jika dipakai untuk jangka panjang. Maka saat ini diperlukan pengembangan dari agen menggunakan herbal atau bahan alam. Salah satu bahan alam yang dapat digunakan sebagai agen antibakteri adalah Paku Acel. Kandungan yang terdapat daun paku acel yaitu terdapat flavonoid, terpenoid, tanin, saponin, dan alkanoid yang dapat berperan sebagai antibakteri. Tujuan: Mengetahui dan menganalisis efektivitas ekstrak daun paku acel (Nephrolepis cordifolia) dalam menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus serta membandingkan efektivitas ekstrak daun paku acel dengan chlorhexidine (kontrol positif). Metode: Efektivitas ekstrak daun paku acel terdapat bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dilihat dari uji Kadar Hambat Minimum (KHM) mikrodilusi dengan ELISA Reader dan uji Kadar Bunuh Minimum (KBM) dengan konsentrasi ekstrak daun paku acel yang digunakan adalah 50%, 25%,12,5%, 6,25%, 3,25% Selanjutnya hasil tersebut dianalisis dengan uji statistik One Way Anova. Hasil: Ekstrak daun paku acel (Neprolephis cordifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus dengan nilai KHM 12,5% dan 6,25% secara berurutan. Melalui uji statistik One Way Anova didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna pada efektivitas ekstrak daun paku acel dengan chlorhexidine (p < 0,05). Kesimpulan: Ekstrak daun paku acel (Nephrolepis cordifolia) dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus sehingga dapat menjadi agen antibakteri yang efektif terhadap karies gigi tetapi kemampuannya masih dibawah klorheksidin

Background: Dental and oral health is still a major problem in Indonesia. According to Riskesdas in 2018 as many as 57.6% of Indonesians had dental and mouth problems In his research, the prevalence of caries in Indonesia reached 88.8%. The main bacterial factors that can cause this problem are pathogens in the oral cavity, one of the most pathogenic is Streptococcus mutans. Caries occur when dysbiosis occurs in the oral cavity, namely when the amount of Streptococcus mutans is excessive, causing an acidic condition in the oral cavity. Not only beneficial for Streptococcus mutans, but non-pathogenic bacteria such as Staphylococcus aureus can also finally oppose caries conditions. Chemically, Clorhexidine mouthwash has been used as an antibacterial which can acutely reduce the number of bacteria in the oral cavity. But in its use it turns out that Clorhexidine causes side effects if used for the long term. So at this time it is necessary to develop agents using herbs or natural ingredients. One of the natural ingredients that can be used as an antibacterial agent is Erect Sword Fern. Erect Sword Fern or Nephrolepis cordifolia has many benefits in the medical field, one of which is as an antibacterial agent. Objectives: To determine and analyze the effectiveness of acel nail extract (Nephrolepis cordifolia) in inhibiting the growth and killing of Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria colonies and to compare the effectiveness of acel nail extract with chlorhexidine (positive control). Method: The effectiveness of acel fern leaf extract contained Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus as seen from the microdilution Minimum Inhibitory Concentration (MIC) test with ELISA Reader and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) test with the concentration of acel fern leaf extract used was 50%, 25%, 12.5%, 6 .25%, 3.25% Then the results were analyzed with the One Way Anova statistical test. Results: Leaf extract of Erect Sword Fern (Neprholepis cordifolia) only can inhibit growth Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria with MIC values ​​of 12,5% and 6,25%. Through the One Way Anova statistical test, it was found that there was a significant difference in the effectiveness of Erect Sword Fern leaf extract and Clorhexidine (p <0.05). Conclusion: Erect Swordfern leaf extract (Nephrolepis cordifolia) can inhibit bacterial growth Streptococcus mutans and Staphylococcus aureus bacteria so that it can be an effective antibacterial agent against dental caries but its ability is still below Clorhexidine
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Khumairotuz Zahra
"Latar Belakang: Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dengan prevalensi 88,8% dan masih menjadi masalah yang serius tidak hanya bagi perawatan kesehatan gigi, tetapi juga kesehatan secara umum. Karies gigi disebabkan oleh bakteri patogen utama dalam rongga mulut yaitu Streptococcus mutans yang memetabolisme karbohidrat menjadi asam. Selain itu, terdapat Streptococcus sanguinis yang tidak hanya merupakan bakteri komensal, tetapi juga bakteri perintis koloni yang turut berkontribusi dalam pembentukan biofilm sehingga memfasiltiasi perlekatan bakteri patogen ke permukaan gigi. Oleh karena itu, agen antibakteri terhadap karies gigi terus dikembangkan, termasuk tanaman obat. Sampai saat ini, 50% masyarakat Indonesia masih memanfaatkan tanaman obat dan 96% di antaranya merasakan manfaatnya. Salah satu tanaman obat yang terus diteliti khasiatnya adalah akar manis. Akar manis atau Glycyrrhiza glabra L. merupakan tanaman obat asli Indonesia yang dibudidayakan dalam skala besar dengan sistem budidaya yang telah dikenal oleh petani. Akar manis memiliki banyak manfaat di bidang medis, khususnya sebagai agen antibakteri. Akar manis mengandung senyawa kimia yaitu glycyrrhizin, flavonoid, tanin, saponin, dan glabridine yang diketahui memiliki efek antibakteri.
Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol akar manis dalam menghambat pertumbuhan serta membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis, serta membandingkan efektivitas antibakterinya dengan kontrol positif (chlorhexidine).
Metode: Aktivitas antibakteri ekstrak etanol akar manis terhadap Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis dievaluasi dengan uji kadar hambat minimum (KHM) dan uji kadar bunuh minimum (KBM) dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, 6,25%, dan 3,125% (v/v). Selanjutnya, uji statistik komparasi dengan One-way ANOVA dilakukan.
Hasil: Ekstrak etanol akar manis dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh koloni bakteri Streptococcus mutans dengan nilai KHM dan KBM yaitu 6,25% dan 50%. Sementara itu, ekstrak juga dapat mengambat pertumbuhan serta membunuh bakteri Streptococcus sanguinis dengan nilai KHM dan KBM yaitu 25% dan 50%. Hasil uji statistik One-way ANOVA tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna dalam kedua kelompok (p>0.05).
Kesimpulan: Ekstrak etanol akar manis mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Streptococcus mutans dan Streptococcus sanguinis yang dapat berpotensi menjadi agen antibakteri terhadap karies gigi. Selain itu, tidak terdapat perbedaan efektivitas antara ekstrak etanol akar manis dengan kontrol positif (chlorhexidine).

Background: Dental caries is a major problem of oral health in Indonesia faced by 88,8% Indonesian population which poses a serious problem for dental health care as well as general health. Streptococcus mutans is the major causative pathogen of dental caries which metabolize carbohydrates into acids. In the other hand, Streptococcus sanguinis which are not only commensal bacteria, but also early colonizers contribute to the formation of biofilms thereby facilitating the adhesion of pathogenic bacteria to the tooth surface. Therefore, antibacterial agents against dental caries continue to be developed, including medicinal plants. To date, 50% of Indonesian people have been used medicinal plants and 96% of them feel the benefits. One of the medicinal plants which efficacy continues to be studied is licorice. Licorice or Glycyrrhiza glabra L. is a native Indonesian medicinal plant that has been cultivated on a large scale with cultivation system which has been known by farmers. Licorice has many benefits in the medical field, especially as an antibacterial agent. Licorice contains various chemical compounds such as glycyrrhizin, flavonoids, tannins, saponins, glabridine which are known to perform antibacterial effects.
Objective: To analyze the effectiveness of ethanol extract of licorice in inhibiting growth and killing Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies and comparing the effectiveness of its antibacterial properties with the positive control (chlorhexidine).
Methods: The antibacterial activity of ethanol extract of licorice against Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis was evaluated by minimum inhibitory concentration (MIC) test and minimum bactericidal concentration (MBC) with the concentrations of 50%, 25%, 12.5%, 6, 25%, and 3.125% (v/v). Furthermore, One-way ANOVA comparative statistical test was performed.
Results: The ethanol extract of licorice inhibit growth and kill Streptococcus mutans colonies with MIC and MBC values of 6.25% and 50%, respectively. The extract can also inhibit growth and kill Streptococcus sanguinis with MIC and MBC values of 25% and 50%. The One-way ANOVA statistical test results did not show any significant difference within the two groups (p> 0.05).
Conclusions: The ethanol extract of licorice can inhibit growth and kill Streptococcus mutans and Streptococcus sanguinis colonies which may potentially be antibacterial agents against dental caries. In addition, there was no difference in effectiveness between ethanol extract of licorice root and positive control (chlorhexidine).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>