Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187194 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Sabaty Shofiyah
"Gangguan penglihatan pada anak mempengaruhi perkembangan psikologis anak, termasuk kecemasan. Kedekatan anak yang memiliki gangguan penglihatan dengan ibu dapat membantu anak untuk merespon perawatan lebih baik. Kadar salivary alpha-amylase (sAA) merupakan biomarker kecemasan non invasive yang dapat diterima secara luas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kadar sAA pada ibu dan anak dengan gangguan penglihatan usia 6-9 tahun sebelum dan sesudah oral profilaksis. 21 anak dengan gangguan penglihatan beserta ibunya berpartisipasi dalam studi ini. Kadar sAA keduanya pertama diukur di ruang tunggu saat mereka sedang bersama. Anak kemudian menerima oral prophylaxis dan diukur kembali kadar sAAnya. Pada saat yang sama kadar sAA ibu kedua diukur di ruang tunggu. Analisis data menggunakan uji Spearmann. Kadar sAA ditemukan berkorelasi positif antara ibu dan anak dengan gangguan penglihatan usia 6-9 tahun sebelum dan sesudah oral prophylaxis (p≤0,05) dengan koefisien korelasi (r=0.788). Penelitian ini menunjukkan bawa kecemasan ibu dan anak dengan gangguan penglihatan sebelum dan sesudah oral prophylaxis berkorelasi secara kuat yang kemudian dapat digunakan oleh dokter gigi apakah kehadiran ibu di dalam ruang tindakan dapat menunjang kesuksesan perawatan gigi anak dengan gangguan penglihatan.

Visual impairment in children known to have profound effect on psychological development, including anxiety. However, stronger emotional relationship with their mother found in this group can possibly help them cope better. Measurement of salivary alpha-amylase (sAA) in saliva sampling is a widely used reliable non-invasive biomarker of anxiety level in clinical settings. Our objective was to evaluate sAA level in visually impaired children and their mothers before and after dental treatment. 21 children with visual and hearing-impairment and their mothers participated, sAA of both subjects were recorded together in the waiting room before treatment. Children then underwent dental prophylaxis in separated room, and had their post-treatment sAA measured right after. At the same time, mother's post-treatment sAA recorded in the waiting room. Data analyzed using Spearmann correlation test. sAA levels found to be significantly correlated between mothers and children with visual impairment pre- and post-oral prophylaxis (p≤0,05) with strong correlation coefficient (r=0.788). Our research found that anxiety in children with visual impairment and their mothers before and after oral prophylaxis were strongly correlated, which can be used as aid to decide whether mother's company inside dental operatory is beneficial in providing treatment for children with visual impairment."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha Sovaria
"ABSTRAK
Anak dengan gangguan pendengaran mempunyai masalah dalam berkomunikasi yang menimbulkan dampak perkembangan psikologisnya. Hubungan emosional antara ibu dan anak dapat membantu memberikan pengaruh emosi pada anak dengan gangguan pendengaran. Kecemasan terhadap perawatan gigi merupakan masalah psikologis yang sering muncul dan menjadi masalah pada anak dengan gangguan pendengaran. Salivary alpha amylase sAA merupakan biomarker non invasif yang dapat menilai kecemasan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa kadar sAA antara ibu dan anak dengan gangguan pendengaran usia 4-6 tahun sebelum dan sesudah oral prophylaxis. 21 ibu dan anak dengan gangguan pendengaran usia 4-6 tahun ikut dalam penelitian ini. Keduanya duduk bersama di ruang tunggu untuk diambil sAA pertama. sAA kedua diambil setelah anak menerima oral prophylaxis di ruangan yang terpisah dan saat bersamaan sAA ibu diambil diruang tunggu. sAA yang terkumpul kemudian diukur dengan sAA monitor. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji Spearmann. Terdapat korelasi positif kadar sAA antara ibu dan anak dengan gangguan pendengaran sebelum dan sesudah oral prophylaxis p=0.001 dengan kekuatan koefisien korelasi r=0.817 . Penelitian ini menunjukkan kecemasan ibu dan anak dengan gangguan pendengaran berkorelasi sangat kuat sehingga untuk mencapai keberhasilan perawatan dalam kedokteran gigi anak dapat dilakukan pendekatan melalui ibu untuk menurunkan tingkat kecemasan anak.ABSTRACT
Children with hearing impairment have a communication problem that has impact on their psychological developmental. Stronger emotional relationship between mother and her child can give positive emotional feedback to children with hearing impairment. Dental anxiety is one of psychological problems that often appear in children with hearing impairment. Salivary alpha amylase sAA is a non invasive biomarker that can assess anxiety. The purpose of this research is to analyze sAA level between mothers and their 4 ndash 6 years old children with hearing impairment, before and after oral prophylaxis. 21 mothers and their 4 6 years old children with hearing impairment join this research. Their first sAA was taken while sitting together in the waiting room. Second sAA was taken after the children given oral prophylaxis in the separated room at the same time as mothers rsquo are collected in the waiting room. Collected sAA are measured with sAA monitor. Collected data are analyzed with Spearmann test. There is a positive anxiety correlation between mothers and their children with hearing impairment, before and after oral prophylaxis p 0.001 with correlation coefficient strength r 0.817 . This research showed anxiety of mothers and their children with hearing impairment strongly correlated so that to achieve a successful dental treatment in pediatric dentistry, an approach to mother can reduce dental anxiety level in a child."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Natalia Hardjakusumah
"Kunjungan ke dokter gigi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman. Hal ini dapat menjadi sumber rasa cemas atau takut pada semua tingkat usia khususnya pada anak. Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan tersebut adalah dengan memberikan video training mengenai perawatan gigi yang merupakan modifikasi manajemen perilaku modeling. Indikator dalam mengukur kecemasan anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar alpha amylase dan kalsium saliva. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan video training 'Berkunjung ke Dokter Gigi' dan tingkat kecemasan anak usia 7 tahun. Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional. Sebanyak 23 anak usia 7 tahun diberikan video training 'Berkunjung ke Dokter Gigi' dan dinilai tingkat kecemasan sebelum dan sesudah video training menggunakan indikator kadar alpha amylase dan kalsium saliva. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan video training 'Berkunjung ke Dokter Gigi' dan penurunan tingkat kecemasan anak usia 7 tahun berdasarkan kadar alpha amylase dan kalsium saliva. (p=0,001).

A visit to the dentist can cause discomfort. This can be a source of anxiety or fear at all age levels, especially in children. One way to reduce the anxiety in dental care is to provide video training, which is a modification of modeling behavior management. Indicators in measuring anxiety in this study are the level of salivary alpha amylase and salivary calcium. The purpose is to analyze the correlations of video training 'Visit to the Dentist' and level of anxiety in children aged 7 years old. The study design is analytic cross-sectional. A total of 23 children aged 7 years old given video training "Visit to the Dentist" and assessed the level of anxiety before and after watching the video training using indicators of levels of salivary alpha amylase and salivary calcium. The result is that there is a correlations of video training 'Visit to the Dentist' and reduced level of anxiety in children aged 7 years old based on the levels of salivary alpha amylase and salivary calcium (p=0,001)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rahmah
"Adanya situasi pandemi Covid-19 membuat isu keterbatasan lowongan kerja yang dapat membuat para mahasiswa tingkat akhir mengalami kecemasan dan kebimbangan dalam keputusan kariernya. Kondisi ini membuat mereka perlu mencaricara untuk menghadapi kecemasan dan kebimbangan dalam keputusan karier mereka. Peran strategi coping diketahui dapat membantu mahasiswa dalam mengurangi tingkat kecemasan karier dan juga kebimbangan dalam keputusan karier.Tujuan penelitian ini adalah ingin melihat peran strategi coping dalam memoderasi hubunganantara kecemasan karier dan kebimbangan dalam keputusan karier pada mahasiswa tingkat akhir.Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain non-eksperimental. Partisipan pada penelitian ini sebanyak 400 mahasiswa tingkat akhir dari berbagai rumpun ilmu dan kota di Indonesia. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner Career Decision Scale, Career Anxiety Scale dan Ways of Coping Checklist Revised.Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi coping terbukti memoderasi hubungan antara kecemasan karier dan kebimbangan dalam keputusan karier. Penelitian ini memiliki implikasi bahwa strategi coping dapat menurunkan tingkat kecemasan karier dan kebimbangan dalam keputusan karier pada mahasiswa tingkat akhir. Selain itu, hasil penelitian ini memberikan beberapa manfaat bagi praktisi pengembangan karier di perguruan tinggi

The Covid-19 pandemic situation gives impact of the uncertain conditions on the working world that make senior year college students causing anxiety and career indecision. This condition makes them need to find ways to deal with the anxiety and career indecisions. The role of coping strategies is apparently known to help students reduce the career anxietylevels as well as career indecision. The purpose of this study was to investigate the role of coping strategies in moderating the relationship between career anxiety and career indecision amongsenior year college students. This research was a quantitative study with a non-experimental research design. Participants in this study were 400 senior year college students from various faculties and cities in Indonesia. Research instruments such as Career Decision Scale questionnaire, Career Anxiety Scale and Ways of Coping Checklist revised were used in this study. The results indicated that coping strategies had a moderation in the relationshipbetween career anxiety and career decisions in senior year college students. This study had the implication that coping strategies can reduce career anxiety and also career indecision among senior year college students. In addition, the results of this study provided several benefits for career development practitioners in higher education."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anadia Wanda Putri
"Sebagai mahasiswa, berada pada masa transisi dari remaja akhir menuju dewasa awal dan memiliki berbagai tuntutan yang diemban dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan mental salah satunya yakni kecemasan. Fenomena kecemasan ini dapat berdampak buruk hingga fatal pada individu jika terus meningkat. Oleh karena itu, penting bahwasannya untuk mengetahui hal-hal yang berperan dalam menurunkan tingkat kecemasan pada mahasiswa. Penelitian ini memiliki bertujuan untuk mengetahui apakah peran dari perceived social support terhadap kecemasan dimoderasi self-esteem. Variabel kecemasan diukur dengan 10 item dimensi kecemasan dari Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), perceived social support diukur dengan Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), dan self-esteem diukur dengan Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Sebanyak 747 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia merupakan responden dalam penelitian ini. Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa perceived social support berhubungan secara negatif terhadap kecemasan, namun hubungan di antara keduanya tidak dimoderasi self-esteem.

As a college student, being in the transition from late teenage to young adult and have a lot of role demands may leads to increase mental illness which one of them is anxiety. This anxiety phenomenon can bring bad impact up to fatalities if it keeps on escalating. Therefore, it is important to know the matters that have impact on reducing the anxiety level of college students. This research’s goal is to know the role of perceived social support to anxiety level and moderated by self-esteem. The anxiety variable was measured using 10 items anxiety dimension of Hopkins Symptom Checklist-25 (HSCL-25), the perceived social support was measured using Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS), and the self-esteem was measured using Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES). Total of 747 college students from various colleges in Indonesia were respondents in this research. The result of this research indicates that perceived social support has a negative relationship to anxiety, but the relationship between both is not moderated by self-esteem."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Fobia ialah kelompok gangguan yang kecemasannya dictuskan oleh
adanya obyek yang jelas, yang sebenarnya secara umum tidak berbahaya; dan
sebagai akibatnya situasi obyek yang demikian secara khusus dihindari atau
dihadapi dengan perasaan terancam.
Fobia dapat mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari_ Penderita fobia
membutuhkan terapi agar mereka dapat rnenjalankan fungsi kehidupan sehari-
hari dengan nyaman. Menumt beberapa kepustakaan desensitisasi sistematik
merupakan terapi yang efektif untuk mengatasi fobia. Atas dasar ini penulis
ingin meneliti tentang penerapan terapi desensitisasi sistematik terhadap
penderita fobia.
Desensitisasi sistematik, suatu teknik terapi perilaku yang diciptakan
oleh Wolpe (1982) untuk menghilangkan respon cemas ini didasarkan pada
prinsip counterconditioning dan recivrocal inhibition yang menyatakan bahwa
jika suatu penghambat respon cemas dapat diciptakan pada saat hadirnya stimuli
yang menimbulkan cemas, maka penghambat ini akan memperlemah ikatan
antara stimuli dengan kecemasan. Caranya ialah dengan menghadapkan secara
bertahap pasien yang sedang dalam keadaan rilek kepada situasi/obyek yang
menyebabkan ia cemas.
Penulis ingin meneliti apakah ada perubahan perilaku fobia pada
subyek penelitian, khususnya apakah kecemasan terhadap obyek fobia menjadi
hilang atau berkurang sebagai hasil dari perlakuan desensitisasi sistematik.
Penulis juga ingin mengetahui bagaimana berlangsungnya prosedur penerapan
terapi desensiiisasi sistematik yang meliputi penyusunan hirarki lcecemasan,
latihan :ileksasi dan desensitization proper; apa saja yang terjadi pada subyek
selama menjalani terapi, bagaimana proses terapeutik berlangsung dan kndala
apa yang dialami subyek dalam menjalani terapi.
Metoda yang dipakai adalah studi kasus tunggal dengan desain kuasi
eksperimen ABA yang terdiri dari fase baseline A yaitu masa sebelum
periakuan, fase perlakuan B yaitu masa terapi diberikan dan fasefoilow-rqn A.
yaitu masa setelah terapi tidalc diberikan lagi. Menurut Kazdin (1992) studi
kasus tunggal kuasi eksperimen terletak di antara ekstrim studi kasus dan
penelitian eksperimen kasus tunggal mumi sehingga mempunyai sebagian ciri-
ciri kualitatif dan sebagian ciri-ciri kuantitatif yang mungkin tidak sempurna
Metoda seperti ini diperlukan karena dalam penelitian klinis persyaratan studi
eksperimen kasus tunggal mumi sulit dipenuhi_ Namun demikian Kazdin
menyarankan beberapa persyaratan yang sbaiknya diusahakan untuk
meningkatkan validitas intemal dari penelitian yang dasarnya adalah studi kasus
ini. Dalam penelitian ini sebagian besar persyaratan yang diajukan oeh Kazdin
diusahakan dipenuhi oleh penulis. Subyek penelitian terdiri dari lima orang
mahasiswi. Pengambilan sampel dilakukan secara accidema! sampling, Teknik pengumpulan data adalah wawancara, observasi dan self rating scale dengan
subjective unit of disturbance (sud) scale dari Wolpe (1982) dan alatnya ialah
kuesioner, beberapa petunjuk pedoman perlakuan, fasilitas pendukung perlakuan
dan alat-alat yang diperlukan untuk pencatatan. Analisis dilakukan dengan
melihat secara visual kepada gratik dan tabel hasil terapi serta didasarkan
kepada persyaratan yang diajukan oleh Kazdin (1992) lentang studi kasus
tunggal kuasi eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi desensitisasi sistematik dapat
menurunkan taraf kecemasan terhadap obyek Fobia pada klima kasus dan
penurunan kecemasan ini ditransfer dalam kehidupan sehari-hari bila
berhadapan dengan sitruasifobyek fobia dalam kenyataan.
Atas dasar hasil penelitian ini disarankan agar terapi desensitisasi
sistematik ini dikembangkan di bidang psikologi klinis; agar terapis yang
melakukan terapi ini juga mernperhatikan pentingnya hubungan terapeutik
terapis-Pasien, empati dan pembinaan harapan; memperhatikan persyaratan
ruang serta tempat duduk untuk rileksasi dan desensitisasi sistematik sehingga
hasil terapi bisa optimal dan agar dilakukan penelitian dengan jumlah sampel
yang lebih banyak; dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih
banyak.
"
[Depok, Depok]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38379
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifa Pediarahma
"Inflamasi gingiva adalah kondisi patologis yang paling sering disebabkan oleh plak bakteri.Secretory immunoglobulin A (sIgA) adalah immunoglobulin yang menonjol pada saliva dan merupakan mekanisme pertahanan spesifik utama rongga mulut.Secretory immunoglobulin A meningkat jika terdapat stimulus imunologi lokal, salah satunya adalah alat ortodonti cekat.Pada penggunaan alat ortodonti cekat juga terjadi peningkatan akumulasi plak dan inflamasi gingiva. Penelitian mengenai hubungan sIgA dengan inflamasi gingiva menunjukkan hasil yang bervariasi Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat. Sampel saliva didapatkan dari 16 anak yang menggunakan alat ortodonti cekat dengan inflamasi gingiva dan 16 yang menggunakan alat ortodonti cekat tanpa inflamasi gingiva. Seluruh subjek dilakukan pemeriksaan Gingival Index untuk menilai inflamasi gingiva,dan sample saliva diukur kadar sIgAnya dengan ELISA. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif lemah tidak bermakna antara kadar sIgA saliva dan inflamasi gingiva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat (r =0,282 p=0.290). Semakin tinggi kadar sIgA saliva pada anak yang menggunakan alat ortodonti cekat, maka semakin tinggi inflamasi gingivanya.

Gingival Inflammation is a pathologic condition that often caused by bacterial plaque. Secretory immunoglobulin A (sIgA) is the main immunoglobulin in saliva and specific defense mechanism in oral cavity.Secretory immunoglobulin A is stimulated by local immune factor. Orthodontic fixed appliance is one of the local factor. Fixed appliance may increase the value of plaque and gingival inflammation. Research about correlation between sIgA level and gingival inflammation shows vary results. This study aimed to analyze correlation between salivary sIgA and gingival inflammation in children with fixed ortodontic appliance.Saliva samples were collected from 32 children with ortodontic appliance. Sixteen of them have gingival inflammation, and 16 of them have no gingival inflammation. Gingival Index were examined and use ELISA to asses salivary sIgA level. The study showed there is weak and not significant positive correlation between salivary sIgA level and gingival inflammation in children with orthodontic appliance (r =0,282 p=0.290).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprillia Puspita Rachmadani
"Latar belakang: Anak tunarungu sering mengalami kecemasan yang disebabkan karena keterbatasan mereka dalam memahami bahasa melalui indera pendengaran. Hal ini yang menjadi hambatan bagi anak tunarungu dalam berkomunikasi sehingga timbul perasaan tidak aman yang dapat mengakibatkan kecemasan. Kecemasan yang dialami anak tunarungu menjadi hambatan bagi mereka dalam melakukan perawatan gigi. Buku pop-up adalah buku dengan gambar timbul tiga dimensi sehingga dapat meningkatkan imajinasi dan ketertarikkan pada anak tunarungu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh edukasi buku pop-up "Aku dan Gigiku" terhadap kecemasan perawatan gigi dinilai melalui alfa amilase saliva anak tunarungu.
Metode Penelitian: Pengukuran nilai alfa amilase pada 42 anak tunarungu dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi dengan buku pop-up "Aku dan Gigiku" dan kelompok tanpa intervensi buku pop-up "Aku dan Gigiku" masing-masing 21 anak dari usia 7–9 tahun. Anak tunarungu dalam kelompok intervensi di edukasi dengan buku-buku pop-up "Aku dan Gigiku". Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental klinis.
Hasil: Data statistik dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Terdapat  perbedaan yang signifikan secara statistik pada nilai delta alfa amilase saliva antara kelompok intervensi dengan buku pop-up "Aku dan Gigiku" dan kelompok tanpa intervensi.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh intervensi buku pop-up "Aku dan Gigiku" terhadap alfa amilase saliva pada anak tunarungu usia 7-9 tahun.

Children who have hearing impairments often experience feelings of anxiety because of both their limitations in understanding language through their auditory senses and the barriers of limitations they encounter when communicating. The anxiety experienced by children with hearing impairments becomes an obstacle for them when they receiving dental treatments. This pop-up book is a form of three-dimensional interactive literature that allows children to become involved in the story. The book has grown into a genre that delights and educates children of all ages. The aim of this study is to assess and compare the anxiety levels of hearing impaired children who were educated by using the pop-up book "Aku dan Gigiku" before receiving dental treatments to the levels of children who were not educated with the book before receiving dental treatments. The assessment and comparison were done by measuring the children's salivary alpha amylase (SAA) levels. The SAA levels were measured in 42 seven-to-nine-year-old children who had hearing impairments. The children were divided into two groups: the intervention group, which used the pop-up book "Aku dan Gigiku," and the control group, which did not. This study used the experimental design for clinical research. The Mann-Whitney U test was used to compare measurements of any decreases in SAA levels between the two groups. Statistical comparison of how much the SAA levels changed indicated significant differences between the intervention group that used pop-up book "Aku dan Gigiku" and the control group, p = 0.001 (p < 0.05). Analysis of the changes in the SAA levels showed that the pop-up book was effective in reducing anxiety among hearing impaired children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarningsih
"ABSTRAK
Bencana alam yang terjadi di Indonesia dengan angka kejadian yang cukup tinggi dan memakan korban jiwa pada lansia salah satunya adalah longsor. Dampak psikologis akibat longsor yaitu terjadinya ansietas dan koping yang digunakan oleh lansia yaitu berfokus pada aspek spiritual. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi penggunaan koping lansia dalam menurunkan ansietas di wilayah rawan bencana longsor, dengan menggunakan rancangan cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 165 responden. Analisis yang digunakan uji kai kuadrat dan regresi logistic berganda. Hasil penelitian menunjukkan gambaran koping yang digunakan adalah Emotion-focused coping meliputi venting, self distraction dan denial, tidak adanya hubungan antara koping dengan tingkat asnietas pada lansia yang tinggal diwilayah rawan bencana longsor Kabupaten Bandung p value=0.229, ?=0.05 dan status pernikahan merupakan faktor yang paling mempengaruhi tingkat ansietas pada lansia. Perlu dilakukan pendidikan kesehatan mengenai penggunaan koping adaptif serta penatalaksanaan ansietas dan penelitian lanjutan dengan variabel sub koping, aspek spiritual, pengetahuan dan support sistem pada lansia.

ABSTRACT
Natural disasters that occurred in Indonesia with a fairly high number of incidents and casualties in the elderly one of which is a landslide. The psychological impact of the landslide is the anxiety and coping used by the elderly that is focused on spiritual aspects. The purpose of this study to identify the use of coping elderly in reducing anxiety in the potential for landslides, using cross sectional design and a total sample of 165 respondents. The analysis used chi square test and multiple logistic regression. The results showed a picture of coping used are Emotion focused coping include venting, self distraction and denial, no relationship between coping with the level asnietas the elderly who live in the region prone to landslides Bandung regency p value 0229, 0.05 , and status marriage is a factor that most affects the level of anxiety in the elderly. Health education regarding the use of adaptive coping and anxiety management and advanced research with the variable sub coping, spiritual aspects, knowledge and support system in the elderly."
2017
T47106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deffy Maryati
"

Latar Belakang: Perawatan gigi pada anak Gangguan Spektrum Autisme (GSA) sering menimbulkan stres karena kesulitan dalam berkomunikasi. Untuk mengurangi stres anak GSA, komunikasi verbal ditingkatkan dengan sarana pembelajaran seperti modul pedagogi visual dan video modeling. Alfa amilase saliva merupakan salah satu biomarker stres yang terdapat dalam saliva. Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat stres anak GSA dengan intervensi Modul Pedagogi Visual dan Video Modeling Berkunjung ke Dokter Gigi melalui analisis kadar alfa amilase saliva. Metode Penelitian: Subjek penelitian sebanyak 18 anak usia 6-10 tahun dengan GSA ringan, dibagi dalam 2 kelompok intervensi, yaitu kelompok Modul Pedagogi Visual (MPV) dan Video Modeling (VM) Berkunjung ke Dokter Gigi. Pengukuran kadar alfa amilase saliva dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil: Pada kedua kelompok Kadar Alfa Amilase Saliva sesudah intervensi menunjukkan penurunan. Analisis statistik dengan uji Mann-Whitney U-test menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna (p >0,05) pada penurunan tingkat stres antara kelompok dengan intervensi MPV dan VM Berkunjung ke Dokter Gigi. Kesimpulan: MPV dan VM Berkunjung ke Dokter Gigi menurunkan tingkat stress anak GSA.

Kata kunci: Alfa amilase, Gangguan Spektrum Autisme, Saliva, Pedagogi


Background: Dental treatment in children with Autism Spectrum Disorder (ASD) often causes stress because of difficulty in communicating. To reduce stress for ASD children, verbal communication is enhanced with learning tools such as visual pedagogy modules and video modelling. Salivary alpha amylase is one of the stress biomarker found in saliva. Objective: To determine the differences in stress levels of ASD children with the intervention of the Visual Pedagogy Module and Video Modelling Berkunjung ke Dokter Gigi through the analysis of salivary alpha amylase levels. Methods: Subjects were 18 children aged 6-10 years with mild ASD, divided into 2 intervention groups, namely The Visual Pedagogy Module (VPM) and Video Modeling (VM) Berkunjung ke Dokter Gigi group. Measurement of salivary alpha amylase levels was carried out before and after intervention. Result: In both groups the alpha amylase levels of saliva after the intervention showed a decrease. Statistical analysis using The Mann-Whitney U-test showed that there was no significant difference (p>0.05) in the reduction in stress levels between the VPM and VM Berkunjung ke Dokter Gigi intervention groups. Conclusion: VPM and VM Berkunjung ke Dokter Gigi reduce the stress levels of ASD children.

Keywords : Autism, alpha amylase, saliva, pedagogy

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>