Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154269 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ryan Alfian
"ABSTRAK
Surat bunuh diri, sebagai barang bukti penting dalam teks forensik, mengandung kata-kata yang dapat menunjukkan emosi penulis surat bunuh diri tersebut secara eksplisit ataupun implisit; oleh karena itu, ini dapat merujuk kepada interpretasi ganda pada surat bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat niat dan motif penulis dalam melakukan bunuh diri melalui kata-kata yang digunakan dalam teks. Surat bunuh diri Nusadi, yang ditulis dalam bahasa Inggris, akan dianalisis dengan menggunakan teori relevansi yang menggabungkan pendekatan semantik dan pragmatis terhadap analisis teks. Untuk mendukung analisis tersebut, Linguistic Inquiry dan Word Count juga akan digunakan untuk menentukan variabel bahasa dalam teks. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Nusadi menggunakan kata sifat positif dan negatif untuk mengkomunikasikan emosi terpendam yang menyebabkan ia bunuh diri. Hal ini menunjukkan bahwa untuk menangkap maksud sebenarnya dari penulis catatan bunuh diri, seseorang tidak dapat hanya mengandalkan struktur permukaan teks. Analisis semantik dan pragmatik yang mendalam diperlukan untuk mengungkap apa yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan membunuh diri ini.

ABSTRACT
Suicide notes, as important evidence in forensic text, contain words which may explicitly or implicitly convey the emotion of the writers, and therefore, may lead to multiple interpretations of the notes. This study aims to decode the writer rsquo s intention or motive in committing suicide through the words used in the text. The suicide note by Nusadi, which is written in English, will be analyzed using relevance theory that combines the semantic and pragmatic approach to the text analysis. To support the analysis, Linguistic Inquiry and Word Count are also used to determine language variables in the text. The results show that Nusadi used both positive and negative adjectives to communicate his pent up emotion that led to his suicide. This indicates that in order to capture the real intention of the writer of the suicide note, one cannot simply rely on the surface structure of the text. An in depth semantic and pragmatic analysis is required to uncover what has led someone to this act of self killing. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Arrohman Prajitno
"Fokus penelitian ini ialah eksplorasi hubungan potensial antara percobaan bunuh diri di Jakarta pada tahun 1982/ 1983, dan diagnosis psikiatri dan faktor sosiokultural, Sistem Kesehatan Nasional 1982 dalam menyongsong tahun 2000 memperkirakan bahwa jumlah gangguan kesehatan jiwa rakyat Indonesia secara relatif lebih besar berkembang di bidang yang diakibatkan oleh tekanan hidup dengan akibat meningkatnya angka perilaku menyimpang, termasuk percobaan bunuh diri. Berdasarkan ulasan kepustakaan mengenai tindakan bunuh diri, ditinjau dari sejarah, agama, psikologi, sosiologi, patodinamika percobaan bunuh diri serta pengalaman pribadi penulis, diajukan permasalahan utama sebagai berikut. Apakah percobaan bunuh diri yang terjadi pada akhirakhir ini di Jakarta berhubungan dengan gangguan kesehatan (penyakit) jiwa dan faktor sosiokultural tertentu?
Metode penelitian iniadalah suatu studi kasus kelola dengan Cara menyelidiki kelompok pasien yang melakukan percobaan bunuh diri, kelompok pasien psikiatri yang tidak melakukannya, dan kelompok orang yang melakukan bunuh diri. Pada penelitian ini diuji sejumlah 17 hipotesis yang terdiri dari variabel utama diagnosis psikiatri menurut Sistem dan Evaluasi Multiaksial dan faktor-sosiokultural tertentu. Analisis statistik menggunakan tabel 2 x 2 untuk uji x2 risiko relatif dan kuatnya hubungan asosiasi Л(phi) dan Y (Yule). Sampel yang digunakan ialah sampel sengaja (purposive sample) dan sampel berlapis (stratified sample), yaitu wanita menikah yang berusia muda dengan tujuan agar diperoleh sampel yang spesifik untuk percobaan bunuh diri.
Hasil penelitian ini membuktikan terdapatnya asosiasi yang sangat bermakna (significant) (p <0,01) dan hubungan yang sangat kuat antara percobaan bunuh diri dan gangguan depresi, Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik, Stres Psikososial yang berat, Fungsi Adaptif Tertinggi yang lumayan pada setahun terakhir, metode yang lunak, penyalahgunaan obat dan alkohol, faktor pencetus/stres kehidupan berupa masalah pernikahan, predileksi jenis kelamin (wanita) dan usia (16--30 tahun), status menikah, dan golongan etnik Cina. Di samping itu, terdapat asosiasi yang bermakna (p < 0,05) dan hubungan yang kuat antara PBD dan Gangguan dan Kondisi Fisik yang minimal, sikap keluarga yang tergolong menerima, dan bermukim kurang dari tiga tahun di Jakarta. Hipotesis yang ditolak ialah asosiasi antara percobaan bunuh diri_dan status sosial ekonomi yang rendah, komposisi keluarga, kepatuhan beragama yang kurang, dan aktivitas kemasyarakatan yang kurang. Pada analisis regresi berganda teruji urutan prediksi variabel Stres Psikososial yang berat, gangguan depresi, dan PungsI Adaptif Tertinggi Setahun Terakhir yang lumayan. Ternyata prediksi variabel Gangguan dan Ciri Kepribadian Histrionik dan golongan etnik Cina kurang menunjukkan peran yang nyata. Hasil yang lain ialah dapat dicatat sejumlah 1.337 pasien pada tahun 1982/1983 atau angka prevalensi 2,3/100.000 orang penduduk serta peta tindakan bunuh diri menurut kecamatannya. Secara ringkas, penemuan hasil penelitian ini ialah tentang patodinamika terjadinya, profit orang yang mempunyai risiko tinggi untuk melakukannya, dan informasi terbaru mengenai peristiwa percobaan bunuh diri di Jakarta.
Implikasi studi ini ialah bahwa karena asosiasi yang sangat bermakna antara diagnosis psikiatri dan percobaan bunuh diri, diperlukan evaluasi dan terapi di bidang psikiatri untuk semua pelaku percobaan bunuh diri. Pola penanggulangan percobaan bunuh diri dengan cara pendekatan Tlmu Kesehatan Jiwa Masyarakat berupa prevensi primer, sekunder, dan tersier (pastvention) disarankan agar dikembangkan. Penelitian ini mengundang penelitian-penelitian lain di bidang epidemiologi, perilaku destruksi diri yang lain, dan masalah lain seperti depresi, stres kehidupan, dan faktor sosiokultural lainnya yang diduga ada kaitannya dengan percobaan bunuh diri.

The focus of this research is the exploration of the potential relationship between attempted suicides in Jakarta in the year 1982/1983 and psychiatric diagnosis and sosiocultural factors. The National Health System of 1982 in its approach towards the year 2000 estimates that there will be a relarively larger increase in disturbances of mental health among the Indonesian people in the category caused by life stresses resulting in deviant behavior, including attempted suicide. Based on a literature review on suicidal act concerning history, religion, psychology, sociology and the pathodynamics of attempted suicide, and the author's personal observations, the main problem is formulated as follows: Are the recent attempted suicides in Jakarta connected with mental health disturbance (mental illness) and particular sociocultural factors?
The investigation method is the case-control study in which were examined one group of patients who attempted suicide, one group of psychiatric patients who did not, and a group of persons who committed suicide. In this study, 17 hypotheses were tested, involving such variables as certain psychiatric diagnosis according to the Multiaxial System and Evaluation and sociocultural factors. For statistical analysis the 2 X 2 table for testing X2, relative risk, and associative strength between Л (phi) and Y (Yule) were used. Samples used were purposive samples and stratified samples, i.e. married young women in order to obtain a specific sample for attempted suicide.
The results of this study show a highly significant (p {0,01) association and a very strong association between attempted suicide on the one hand - and on the other: depression and Histrionic Personality Disturbance and Traits, severe Psychosocial Stress, fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year, "soft" method, drug and alcohol abuse, life stress in the from of a marital discord as precipitating factor, predilection of the female sex aged 16--30, married status, and ethnic group (Chinese). Further, the results show a significant (p < 0.05) association and strong association between attempted 'suicide on the one hand - and on the other: Minimal Psysical Disturbance and Conditions, accepting attitude on the part of the family, and residence of less than 3 years in Jakarta. Hypotheses that remain unsupported are concerning an association between attempted suicides on the one hand - and on the other: low social and economic status, family structure, loose religious adherence, and insufficient social activity. Muliple regression analysis indicates that prominent predictors to lead a person for attempting suicide are severe Psychosocial Stress, depressive disorders, and fair Highest Level of Adaptive Functioning Past Year. On the other hand, Histrionic Personality Disorder or Trait and Chinese ethnicity are relatively less prominent predictors. Another result was that 1,337 patients were registered during 1982-1983, a prevalence of 2.3 per 100,000 city residents, and were entered on a map showing the distribution by district. In summary, the findings of this research throw light on the pathodynamics, provide a profile of persons at high risk of attempted suicide and the latest information on attempted suicide in Jakarta.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1984
D260
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanisha Fortuna
"Bunuh diri sebagai persoalan kompleks sama-sama digambarkan dalam novel Gairah Untuk Hidup dan Untuk Mati karya pengarang Indonesia Nasjah Djamin (1994) dan novel Rahasia Hati karya pengarang Jepang Natsume Soseki (2016). Penelitian ini akan menganalisis sekaligus membandingkan aspek psikologis dan aspek sosial persoalan bunuh diri dalam novel Gairah Untuk Hidup dan Untuk Mati dan novel Rahasia Hati. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan sastra bandingan. Temuan penelitian ini adalah bentuk perbandingan yang terdapat dalam kedua novel tersebut ialah afinitas karena adanya beberapa keterkaitan dari segi gaya penceritaan, tema, dan suasana yang muncul dalam cerita. Adapun beberapa persamaan dan perbedaan dalam kedua novel tersebut tergambar melalui (1) kondisi psikologis tokoh, (2) penggunaan surat sebagai catatan bunuh diri, dan (3) penanaman nilai giri dalam masyarakat Jepang. Kedua novel itu juga menunjukkan bahwa bunuh diri bukan diakibatkan oleh penyebab tunggal, melainkan kombinasi dari pengalaman-pengalaman negatif yang menumpuk, ketiadaan dukungan orang sekitar, nilai budaya, dan situasi sosial.


Suicide as a complex issue is equally illustrated in the novel Gairah Untuk Hidup dan Untuk Mati by Indonesian author Nasjah Djamin (1994) and Rahasia Hati by Japanese author Natsume Soseki (2016).

This study will analyze and compare psychological and social aspect of suicide issues in the novel Gairah Untuk Hidup dan Untuk Mati and Rahasia Hati. The method used in this study is a qualitative descriptive analysis with a comparative literature as its approach. The findings of this study are the form of comparison contained in the two novels is affinity because of the existence of several interrelationships in terms of storytelling style, themes and atmosphere that appear in the story. The similarities and differences in the two novels are illustrated through (1) the psychological condition of the characters, (2) the use of letters as suicide notes, and (3) the implementation of giri in Japanese society. The two novels also show that suicide is not caused by a single cause, but rather a combination of accumulated negative experiences, lack of support from surrounding people, cultural values, and social situations."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Florensa
"Bunuh diri pada remaja merupakan salah satu persoalan serius dalam kesehatan masyarakat saat ini. Data Global School based student Health Survey tahun 2015 terhadap remaja sekolah yang berusia 13-17 tahun di Indonesia menunjukkan bahwa 5% remaja memiliki ide bunuh diri, 6% sudah merencanakan bunuh diri dan 4% sudah melakukan usaha bunuh diri. Keputusan remaja untuk melakukan bunuh diri dipengaruhi oleh berbagai macam faktor risiko maupun faktor protektif yang merupakan faktor pencegah munculnya risiko bunuh diri pada remaja. Penelitian ini bertujuan untuk mengontrol faktor risiko dan meningkatkan faktor protektif terhadap risiko bunuh diri pada remaja dengan melibatkan peran serta perawat UKS, guru dan orang tua. Metode penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap. Tahap pertama yaitu studi kualitatif dengan desain kualitatif deskriptif untuk mengetahui faktor protektif dan faktor risiko bunuh diri pada remaja. Partisipan pada tahap ini adalah remaja, guru, orang tua dan perawat UKS. Tahap ke dua adalah pengembangan model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja. Pada tahap ke tiga dilakukan uji coba model dengan menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain quasy experiment dan rancangan penelitian pre and post with control group. Intervensi diberikan kepada 212 remaja. Hasil penelitian tahap satu ditemukan dua tema pada faktor protektif terhadap risiko bunuh diri yaitu faktor individu dan faktor sosial, dua tema pada faktor risiko risiko yaitu faktor individu dan sosial. Tahap dua diperoleh model pencegahan risiko bunuh diri berbasis sekolah pada remaja dan tahap tiga menunjukkan bahwa model meningkatkan mekanisme koping, dukungan sosial dan perilaku mencari bantuan serta menurunkan depresi dan ide bunuh diri pada remaja. Rekomendasi bagi pelayanan kesehatan disekolah bahwa model ini dapat diaplikasikan untuk pencegahan risiko bunuh diri di sekolah dengan melibatkan perawat UKS, guru, orang tua serta teman sebaya.

Suicide in adolescents is one of the serious problems in public health today. Data from the 2015 Global School based Student Health Survey on school adolescents aged 13-17 years in Indonesia showed that 5% of adolescents had suicidal ideation, 6% had planned suicide and 4% had attempted suicide. Adolescent's decision to commit suicide is influenced by various risk faktors and protective faktors which are faktors that prevent the emergence of suicide risk in adolescents. This study aims to control risk faktors and increase protective faktors against suicide risk in adolescents by involving the participation of school nurses, teachers and parents. This research method is divided into 3 stages. The first stage is a qualitative study with a descriptive qualitative design to determine the protective faktors and risk faktors for suicide in adolescents. Participants at this stage were teenagers, teachers, parents and UKS nurses. The second stage is the development of a school-based suicide risk prevention model in adolescents. In the third stage, a model trial was conducted using a quantitative study approach with a quasi-experimental design and a pre and post research design with a control group. The intervention was given to 212 adolescents. The results of the first phase of the study found two themes on protective faktors against suicide risk, namely individual faktors and social faktors, two themes on risk faktors, namely individual and social faktors. In the second stage, the model of school-based suicide risk prevention in adolescents showed that the model improved coping mechanisms, social support and help-seeking behavior and reduced depression and suicidal ideation in adolescents. Recommendations for health services in schools that this model can be applied to prevent the risk of suicide in schools by involving school nurses, teachers, parents and peers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"
Artikel ini berupaya mengulas urgensi dimensi resiliensi bagi para pemuda di Indonesia dalam keseharian hidup. Secara sederhana, resiliensi dapat diterjemahkan sabgai kemampuan individu untuk bertahan, beradaptasi berikut bangkit dari berbagai bentuk penderitaan hidup yang menderanya. Persoalan ni menjadi penting mengingat masa muda merupakan periode-periode transisi yang begitu berat bagi setiap individu, di mana ketidakstabilan emosi dan psikologis besar mempengaruhi di dalamnya. Lebih jauh, artikel ini mendiskusikan karakteristik pemuda da alas an diperlukannya dimensi resiliensi, maraknya aksi bunuh diri yang dilakukan pemuda dewasa ini sebagai implikasi lemahnya dimensi resiliensi, serta berbagai upaya yang dapat ditempuh dalam rngka memperkuat dimensi resiliensi pada diri pemuda guna mengatasi persoalan tersebut, Artikel diawali dengan uraia ihwal perkembangan studi resiliensi, baik menyangkut aspek konseptual maupun kemanfaatannya."
JSPA 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Santi Marliana
"Skripsi ini menganalisa dan mengkritisi konsep pemikiran bunuh diri yang diungkapkan Emile Durkheim dengan menggunakan teori definisi sosial Max Weber dan juga kebebasan eksistensialisme. Durkheim yang memiliki paradigma fakta sosial ini menekankan segala tindakan manusia yang disebabkan karena faktor eksternal di luar dirinya, dan bukan karena dirinya sendiri, termasuk pada kasus bunuh diri. Durkheim melupakan eksistensi diri individu manusia yang bebas dan berhak atas dirinya sendiri disertai tanggung jawab. Bunuh diri adalah suatu pilihan rasional diri individu manusia secara sadar sebagai wujud kebebasan dan bukan karena faktor masyarakat.

This thesis is to analyze and criticize the concept of suicidal thoughts Emile Durkhem by using the theory of social definition Max Weber and also freedom of existentialism. Durkheim's social facts paradigm which has emphasized that human actions are caused due to external factors outside, and not based on himself, including suicide. Durkheim forget about existensialism in every human which born to be free and has a right of the body and himselfs with responsibility. Suicide is a rational choice of self-conscious human individual as an expression of freedom and not because of the community."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43724
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nerissa Netanaya Setjiadi
"Mayoritas masyarakat Indonesia masih memandang kesehatan mental sebagai hal tabu dan penderita gangguan jiwa diperlakukan seperti suatu aib. Akibatnya penderita kesulitan untuk mendapat pertolongan yang dibutuhkan dan dapat berakhir dengan tindakan bunuh diri. Mengidentifikasi faktor yang dapat menjelaskan tingkat bunuh diri dan mempelajari karakteristiknya merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bunuh diri. Penelitian ini membahas faktor apa yang dapat menjelaskan angka bunuh diri menggunakan model regresi linear berganda, pengelompokan negara berdasarkan angka bunuh diri dan faktornya menggunakan metode Ward, serta pemetaan hasil kelompok menggunakan metode Biplot. Objek penelitian adalah negara di Benua Asia dan Eropa. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh faktor tidak memiliki agama, konsumsi alkohol, dan psikiater memiliki hubungan positif signifikan terhadap angka bunuh diri. Faktor pemasukan dan pengangguran memiliki hubungan negatif signifikan terhadap angka bunuh diri. Faktor tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap angka bunuh diri. Terbentuk 2 kelompok negara, yakni kelompok 1 beranggotakan 46 negara dan kelompok 2 beranggotakan 44 negara. Hasil pemetaan kelompok menggunakan metode Biplot dapat menerangkan 63,7% keragaman data. Kelompok 1 adalah kelompok negara yang memiliki nilai persentase pengangguran yang tinggi serta nilai angka bunuh diri, persentase penduduk tanpa agama, konsumsi alkohol, Gross Domestic Product (GDP) per kapita, angka psikiater, tingkat pendidikan yang rendah. Kelompok 2 adalah kelompok negara yang memiliki angka bunuh diri, persentase penduduk tanpa agama, konsumsi alkohol, GDP per kapita, angka psikiater, dan tingkat pendidikan yang tinggi, serta persentase pengangguran yang rendah.

Many Indonesian people still view mental health as a taboo subject and people with mental disorders are treated like a disgrace. As a result, they have difficulty getting the help that they need and can end in suicide. Identifying factors that are able to explain suicide rate and studying their characteristics is one way that can be done to prevent suicide. This research discusses what factors that are able to explain suicide rate using a multiple linear regression model, grouping countries based on suicide rate and its factors using Ward's method, and mapping the group results using the Biplot method. The objects of research are countries in Asia and Europe. Based on the analysis result, it is found that factors of having no religion, alcohol consumption, and psychiatrists’ availability have significant positive relationships with suicide rate. Factors of income and unemployment rate have significant negative relationships with suicide rate. Factor of education level has no significant effect with suicide rates. Two groups of countries are formed, namely group 1 consisting of 46 countries and group 2 consisting of 44 countries. Result of mapping based on the groups using the Biplot method is able explain 63,7% of data diversity. Group 1 is a group of countries that have a high unemployment rate and low values in the suicide rate, proportion of irreligious people, Gross Domestic Product (GDP) per capita, and number of psychiatrists. Group 2 is a group of countries that have high values in the suicide rate, proportion of irreligious people, GDP per capita, number of psychiatrists, and education level while the unemployment rate is low."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okta Rizkananda Firdaus
"Penelitian ini membahas mengenai pengalaman kedukaan akibat bunuh diri dan kaitannya dengan keberfungsian sosial. Bunuh diri menjadi salah satu penyumbang angka kematian terbesar di tingkat global. Selain merenggut kesempatan hidup seseorang, bunuh diri juga meninggalkan luka mendalam dan efek jangka panjang bagi mereka yang mengalami kehilangan, seperti mengganggu keberfungsian sosial. Bunuh diri menimbulkan berbagai respon tidak hanya dari internal individu yang berduka, tetapi juga respon dari lingkungan sosial. Dengan demikian, kajian literatur dengan metode telaah kasus bertujuan untuk menganalisis keberfungsian sosial dalam pengalaman kedukaan dan strategi yang dapat dilakukan untuk menghadapi kedukaan akibat bunuh diri, khususnya strategi dengan model proses ganda untuk menghadapi kedukaan dan pembentukan makna. Kajian literatur ini menggunakan tujuh artikel penelitian terdahulu yang dijadikan referensi utama. Hasil analisis dalam kajian ini menunjukkan bahwa proses kedukaan dan emosi membawa dampak bagi keberfungsian sosial individu. Proses kedukaan yang dialami juga disertai dengan ekspresi emosi yang beragam dari hasil penilaian kognitif akan peristiwa kehilangan akibat bunuh diri. Dari sisi strategi dengan model proses ganda untuk menghadapi kedukaan ditemukan bahwa individu yang berduka melibatkan orientasi kehilangan dan berbagai bentuk pemulihan. Sedangkan dengan strategi pembentukan makna menekankan pada penggambaran ulang keyakinan, nilai, dan tujuan setelah kehilangan bunuh diri dialami yang digunakan untuk menopang keberlanjutan hidup. Pelaksanaan strategi selain ditunjukkan untuk menghadapi kedukaan juga untuk mengembalikan keberfungsian sosial individu. Kajian literatur mengenai pengalaman kedukaan dan strategi menghadapi kedukaan akibat bunuh diri ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi dan informasi tambahan terkait penyediaan layanan kesehatan jiwa untuk mendukung keberfungsian sosial, khususnya pada individu yang mengalami kedukaan akibat bunuh diri.

This research discusses the experience of grief due to suicide and its relationship with social functioning. Suicide is one of the largest contributors to the death rate at the global level. In addition to taking away a person's chance at life, suicide also leaves deep wounds and long-term effects for those who experience loss, such as disrupting social functioning. Suicide elicits a variety of responses not only from the internal grieving individual, but also from the social environment. Thus, the literature review with the case study method aims to analyze the experience of grief and strategies that can be carried out to deal with grief due to suicide, especially strategies with a dual-process model of coping with bereavement and the meaning making. This literature review uses seven previous research articles that are used as the main reference. The results of the analysis in this study show that the grief process and emotions have an impact on individual social functioning. The grief process experienced is also accompanied by diverse emotional expressions from the results of cognitive appraisal of the suicide loss event. In terms of strategies with the dual process model of coping with bereavement, it was found that grieving individuals involved loss orientation and various forms of restoration. While strategies with meaning making emphasize the redrawing of beliefs, values, and goals after suicide loss is experienced which is used to sustain life. The implementation of the strategy is not only shown to deal with grief but also to restore the individual's social functioning. This literature review on the experience of grief and strategies for dealing with grief due to suicide is expected to be useful as a reference and additional information related to the provision of mental health services to support social functioning, especially in individuals who experience grief due to suicide."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Halimah
"13 Reasons Why 2017 merupakan sebuah serial drama web TV dari Netflix yang bercerita mengenai seorang remaja bernama Hannah Baker yang bunuh diri dan meninggalkan 13 kaset rekaman berisi cerita dan alasan dibalik kematiannya. Artikel ini berfokus pada kasus bullying yang terjadi antara laki-laki ke perempuan dan bagaimana kasus tersebut berhubungan dengan teori objektifikasi seksual yang menjadi akar dari masalah ini. Dengan menggunakan teori objektifikasi seksual dari Fredrickson dan Robert, serta teori existensialisme dari Sarte, artikel ini bertujuan untuk menggali kasus-kasus yang ada dan memberikan pandangan yang berbeda dalam melihat aksi bunuh diri dari karakter Hannah sebagai bentuk kebebasannya dari masalah-masalah yang ada.

13 Reasons Why 2017 is a Netflix web TV series about a girl named Hannah Baker who commits suicide and leave 13 audio tapes that reveal the truth behind her death. This article is focusing on bullying issue related to the sexual objectification which becomes the beginning of her suicide and how the suicide is represented as well as depicted as her liberation from these issues. By using Fredrickson and Robert rsquo;s framework of sexual objectification, and Existentialism from Sartre, this article aims to discover the bullying and rape issues in Hannah rsquo;s case and how it leads to her suicide through Freud rsquo;s death drive which embodies her liberation from her problematic situation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>