Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150168 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panakajaya Hidayatullah
"Tulisan ini merupakan hasil penelitian etnografi dengan menggunakan perspektif historis antropologis. Secara komprehensif artikel ini menelaah tentang; 1) Makna bagi masyarakat Madura di Situbondo; 2) Peran panjhak sebagai agen pengembang karakter budaya di Situbondo. Hasil kajian menunjukkan bahwa dalam konteks masyarakat Madura di Situbondo, panjhak dimaknai sebagai figur yang mewakili tokoh 'ghuru'. Ia mampu mengartikulasikan nilai religiutas dan sosial kepada masyarakat. Panjhak dan masyarakat merupakan suatu jalinan relasi dialektik yang mampu membangun dan mengembangkan karakter budaya di Situbondo. Panjhak menjalankan peran pentingnya sebagai agen pengembang karakter budaya melalui refleksi dan konstruksi identittas kultural dalam karya seni pertunjukkan yang bersifat estetik dan simbolik."
Yogyakarta: BALAI PELESTARIAN NILAI BUDAYA D.I. YOGYAKARTA, 2017
400 JANTRA 12:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ngurah Bagus
"Sejarah dan Tema Penelitian. Untuk memberi gambaran yang lebih lengkap tentang tema tesis ini terlebih dahulu akan kami uraikan secara singkat mengenai sejarah lahirnya penelitian ini. Fase permulaan penelitian ini hanyalah terbatas pada penelitian ilmu bahasa yang hendak mengetahui tentang sistem hentuk hormat dalam bahasa Bali, yang dikerjakan tatkala kami mendapat kesempatan belajar pada Fakultas Sastra, Universitas Leiden dari tahun 1971 - 1973. Ide tersebut timbul, setelah kami mendengar ceramah J.L. Swellcrebel yang mengetengahkan beberapa segi dalam bahasa kali yang patut diteliti menurut sarjana itu ada dua hal yang sepatutnya mendapat.pencatian lebih lanjut, yaitu pertama dialek-dialek dan kedua sistem hentuk hormat yang strukturnya belum jelas benar diketahui oleh para sarjana (Swellengrebel, 1971: hlm. 7). Adanya kenyataan ini tentu akibat dari kurangnya penelitian orang terhadap bahasa Bali dan situasi yang demikian itu sangat tepat dikatakan oleh E.M. Uhlenbeck (1967: hlm. 872) sebagai berikut: It is particularly surprising that so little attention has been paid to Balinese, the language of an internationally so videly known culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1979
D1109
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Israfyan Sofian
"Lariangi yang diajukan dalam penelitain ini adalah salah satu jenis kesenian berbentuk tari yang ada di Kec. Kaledupa Kab. Wakatobi Sulawesi Tenggara,. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap proses dan bentuk pewarisan lariangi pada masyarakat Kaledupa. Dengan menggunakan pendekatan etnografi sebagai langkah untuk memahami realitas sosial budaya masyarakat, ditunjang oleh konsep dan teori pewarisan, tradisi lisan dan formula, proses dan bentuk pewarisan lariangi pada generasi Kaledupa dapat diungkap. Hasil penelitian menunjukan bahwa lariangi mengalami perubahan dalam pertunjukannya. Perubahan tersebut disebabkan, baik oleh dinamika internal maupun faktor eksternal. Kedua faktor tersebut berimplikasi terhadap proses dan bentuk pewarisan lariangi kepada generasi Kaledupa. Proses dan bentuk pewarisan utamanya dilakukan dalam lingkup keluarga inti yakni pewarisan dari orang tua kepada anak dan kerabat dekat yang terhimpun dalam satu bhakala. Selain itu pewarisan yang ditunjang oleh kebijakan pemerintah Wakatobi melalui program pariwisata sehingga regenerasi lariangi terbina di sanggar-sanggar sekolah dan bhakala setiap desa di Kecamatan Kaledupa.

Lariangi which is presented in this research is one of a dance in Kaledupa, as as part of Wakatobi Regency in SouthEast Sulawesi. This research aims to reveal the process and form of lariangi inheritance in Kaledupa society. Revealing the process and form of inheritance in society of Kaledupa is done by using the ethnography and also the theory and concept of inheritance, oral tradition and formula. The result of this research shows that there is a change in performing process of lariangi. The change is caused both external and internal factors. Both factors imply to the inheritance process and form to Kaledupa generations. Inheritance process and form are mainly done in within the family namely from parents/senior to their children or another extended family. In other hand, the inheritance process is also supported by the Government Policy in Wakatobi through the tourism program so that the lariangi is well taught as the extracurricular at school and in every bhakala in every desa in Kaledupa.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2023
308.8 MER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Mochammad Najmul Afad
"Tulisan ini berusaha menyajikan etnografi Nyadran Gunung yang merupakan tradisi masyarakat Silurah. Riset ini menggunakan pendekatan etnografi untuk mendapatkan data yang mendalam mengenai pengetahuan dan pengalaman masyarakat Silurah tentang Nyadran Gunung. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa tradisi Nyadran Gunung merupakan budaya masyarakat yang turun temurun. Ritual ini dilakukan oleh seluruh masyarakat Silurah baik muda, tua, anak-anak, laki-laki dan perempuan. Nyadran Gunung adalah sebuah ritus keagamaan yang juga merupakan proses keselarasan agama, alam, sosial dan budaya masyarakat. Nyadran Gunung merupakan ritual yang mempertemukan aspek keseimbangan lingkungan (cosmos), agama dan budaya Masyarakat Silurah. Ritual ini memotret keterlibatan masyarakat dengan semua elemen dalam menjaga alam, dan budaya masyarakat. Nyadran Gunung menjawab pentingnya menjaga alam di tengah kerusakan lingkungan."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2022
959 PATRA 23:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Sandi Perdani
"ABSTRAK
Hilangnya batasan antara culture dan nature menghasilkan etnografi yang valid. Kajian Antropologi ekologi yang antroposentris secara tegas memisahkan antara culture dan nature. Hasilnya, Akibatnya, etnografi tidak diproduksi secara holistik karena tidak ada interaksi antara kedua pihak. Penelitian dilakukan pada Orang Kampung Laut yang tinggal di daerah Segara Anakan, Cilacap. Data dikumpulkan melalui penelitian lapangan menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi partisipatoris. Temuan dalam penelitian ini, Orang Kampung Laut yang tinggal di area sedimentasi, dalam kesehariannya berinteraksi secara resiprokal dengan alam di sekitarnya. Hubungan harmonis ini menghasilkan perspektif bahwa keadaan dirasakan oleh orang lain seperti Pemerintah, LSM sebagai bencana, tetapi Orang Kampung Laut berarti sebagai berkah. Kegiatan pertanian padi yang dilakukan di tanah sedimen, mengalami dinamika tekanan alam yang secara finansial dan power merusak tetapi Orang Kampung Laut berusaha untuk berkompromi dengan alam dengan cara menanam mangrove yang sesuai sehingga berkontribusi pada keseimbangan ekosistem. Dengan demikian, tidak hanya secara finansial Orang Kampung Laut mendapat manfaat dari penjualan tanaman bakau, tetapi alam dapat dijaga kelestariannya. Sebuah perspektif antropologis ekologis antroposentris, sering mengabaikan posisi alam sebagai subjek aktif dalam kelangsungan hidup ekosistem. Akibatnya penjelasan menjadi tidak holistik. Saya berargumentasi bahwa perspektif multispesies etnografi yang digunakan dalam penelitian ini memberikan cara pandang baru dalam membuat penjelasan-penjelasan holistik antara hubungan manusia dan alam.

ABSTRACT
The absence of a boundary between culture and nature produces a valid ethnography. Studies in ecological anthropology have been using anthropocentric perspectives that strictly divide the boundaries between culture and nature. As a result, ethnography is not produced holistically because it places humans solely as subjects and nature only as objects, not on a balanced order in the interaction between the two party. Research is take place on Orang Kampung Laut who live in Segara Anakan area, Cilacap. Data were collected through fieldwork using in depth interview and participation observations. The findings this study, Orang Kampung Laut who live in the sediment area, his life interacts reciprocally with the natural surroundings. This harmonious relationship produces a perspective that the circumstances considered by others such as the Government, NGOs as disasters, but Orang Kampung Laut mean as grace. Rice farming activities conducted in sedimentary soils, experienced the dynamics of natural pressures that are financially and power harming But Orang Kampung Laut seek to compromise with nature by planting the appropriate mangrove so as to contribute to the balance of the ecosystem. Thus, not only financially Orang Kampung Laut benefit from the sale of mangrove plants, but nature can be maintained its sustainability. An anthropocentric ecological anthropological perspective, often ignoring the position of nature as an active subject in the survival of ecosystems. As a result explanation become not holistic. I have argued that the multispecies ethnographic perspective used in this study provides a new perspective on making holistic explanations between human and nature relationships."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panakajaya Hidayatullah
"Artikel ini merupakan hasil penelitian antropologi seni dengan menggunakan metode etnografi. Secara komprehensif menyoroti persoalan mengenai pengalaman relijiusitas masyarakat Madura di Situbondo dalam pertunjukan teater tradisional: Drama Al Badar dan Tabbhuwân Wali Sanga. Hasil kajian menunjukkan bahwa pengalaman relijiusitas masyarakat Madura melalui seni lebih bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Dibuktikan dari beberapa pengalaman pelaku seni dan penonton yang memaknai seni teater tradisional sebagai bagian dari laku spiritualnya. Internalisasi nilai nilai Islam kepada masyarakat Madura cenderung lebih mudah diterima melalui seni tradisi. Relijiusitas melalui teater tradisional ini menunjukkan kecenderungan Islam tradisional, bisa dikatakan juga Islam kultural, atau Islam yang bisa integral dengan budaya lokal (sinkretis). Pengalaman relijiusitas ini juga dapat dijelaskan melalui sifat seni tradisi yang mampu menghadirkan peristiwa ambang pada pelaku seni dan penontonnya. Peristiwa ambang memberikan pengalaman yang kompleks, ambigu, pelik, serta membuka kemungkinan alternatif dan cara pandang yang baru dalam memahami dunia dan kehidupan. Melalui pengalaman relijiusitas yang dihadirkan oleh peristiwa ambang inilah masyarakat Madura menemukan momen perjumpaannya dengan Tuhan."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2018
959 PATRA 19:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Heykhal Belvage
"Penelitian etnografi ini mencoba memahami kondisi yang terjadi pada masyarakat di kawasan garis depan (frontier) Sumatra Selatan dan Kalimantan Barat di tengah arus besar kuasa investasi dan eksploitasi sumber daya alam. Introduksi pembangunan dan tawaran kemakmuran merangsek terus-menerus hingga mempertaruhkan kehidupan mereka sendiri. Relasi historis mereka dengan lingkungan perlahan-lahan tersingkirkan. Penelitian ini memilih dua karakteristik masyarakat yang berada di lahan gambut; Pertama, masyarakat lokal Dayak Kanayatn di Desa Teluk Bakung, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat dan Kedua adalah kehadiran masyarakat transmigrasi di Desa Banyubiru, Kecamatan Air Sugihan, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatra Selatan. Dua tempat ini mewakili dua karakteristik masyarakat, yakni masyarakat tempatan dan pendatang. Keduanya kini bermukim di kawasan yang oleh negara didefinisikan sebagai wilayah Kesatuan Hidrologi Gambut (KHG). Dengan memaparkan fenomena antropologis di dua lokasi KHG, penelitian ini berargumentasi bahwa eksistensi masyarakat di kawasan gambut kian terhimpit ruang hidupnya. Upaya-upaya restorasi di tengah kian meluasnya kapitalisme ekstraktif, bila tidak ditangani secara hati-hati, beresiko mengkonversi kompleksitas sistem sosial menjadi rumus-rumus teknis pembangunan belaka.

This study aimed to understand the conditions of two communities in the frontier regions of West Kalimantan and South Sumatra amidst a great flow of investment and exploitation of natural resources. The development program and the offer of prosperity continuously come until it risks their own lives. Furthermore, the relation between community’s history and the environment is gradually ignored. This study was conducted in two locations which represented different community characteristics. First, the community of Dayak Kanayatn in Teluk Bakung village, Sungai Ambawang subdistrict of Kubu Raya district, West Kalimantan, representing local people. Second, transmigrants in Banyu Biru village, Air Sugihan subdistrict, Ogan Komering Ilir district, South Sumatra, representing the immigrant. These two locations represented two characteristics of the community: the local and immigrant community. Both of them are now living in areas of Peatland Hydrological Units (KHG). By using ethnography approach to describe anthropological phenomena in two KHG areas, this study argued that the living space of community in the peatland is increasingly shrunk. If the restoration efforts in the midst of increasingly widespread extractive capitalism is not carefully handled; thus, it is at risk of converting the social system complexity into mere technical development formulas."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 2:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Tustiantina
"Tesis ini membahas tentang representasi wacana identitas masyarakat Provinsi Banten melalui sebuah lirik lagu yang berjudul "Kulit Gerintul Iwake Sate Bandeng" karya Toton Greentoel yang dirilis oleh institusi pemerintah, yaitu Dinas Pariwisata Kabupaten Serang dan seizin dari Pemda Banten. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan analisis wacana kritis. Hasil penelitian menyatakan bahwa wacana ini mengambil topik sayur kulit gerintul dan sate bandeng sebagai salah satu penanda identitas masyarakat karena kuliner ini disukai oleh masyarakat dan menjadi tradisi di wilayah tersebut.

This thesis studies about representation of identity of Banten Province Society through a sing lyrics which are titled 'Kulit Gerintul Iwake Sate Bandeng' written by Toton Greentoel. The lyrichs is released by Tourism Office of Serang Regency with the permission from Banten Local Government. This research uses qualitative method using the approach critical discourse analysis. The result of the research is that the 'sayur kulit gerintul and sate bandeng' discourse shows sayur kulit gerintul and sate bandeng as one of identity signs since the meals are favoured by the society and become tradition in that place."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T29264
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Charisma Adristy
"Skripsi ini membahas gejala bahasa pergaulan pada speech community mahasiswa Stikom Interstudi Wijaya. Nilai-nilai seperti kebebasan berekpresi, media, dan prestise mempengaruhi pemilihan bahasa pergaulan di kalangan mahasiswa. Dengan menggunakan metode etnografi komunikasi, penelitian ini berusaha menemukan kaitan antara proses pembentukan identitas dan penanda prestise dengan penggunaan bahasa pergaulan. Data penelitian dikumpulkan dengan metode kualitatif seperti wawancara serta rekaman speech events dan di analisis dengan teori Ethnography of Speaking.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ada nilai budaya tersendiri yang dianut oleh kelompok sosial mahasiswa. Representasi nilai budaya dalam penggunaan bahasa pergaulan terlihat dari penggunaan kata-kata yang sarkatis yang memperlihatkan adanya semacam reduksi makna, sehingga bagi speech community penggunanya kata tersebut tidak mengandung kekasaran dan dilihat sebagai upaya meraih prestise sosial dalam percakapan.
This thesis discusses the use of slang in the speech community college students Stikom Interstudi Wijaya. How cultural values such as freedom of expression, sexuality, and prestige affect code-switching among the students. By using the ethnography of communication methods, this research seeks to find linkages between the process of the formation of identity and prestige with the use of slang. Data were collected using qualitative technique such as interviews, and recording speech events to be analyzed by Ethnography of Speaking.
The research concluded that there is particular cultural values which are held by students of social groups. As the Representation of cultural value in using sarcastic slang indicates ?reduction? of meaning, the speech community uses the sarcastic slang to achieve social prestige in which some explicit words has no longer contain violence meaning in the conversations.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>