Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71557 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Albertus Hadi Purnomo
"ABSTRAK
Sebagai hewan endemik, kehidupan rnonyet Buton (Macaca brunnecens Matschie, 1901) masih kurang dikenal. Untuk itu teiah dilakukan penelitian di dua teinpat yaitu Suaka Margasatwa Buton Utara dan Cagar Aiazn Napabalano (Sulawesi Tenggara) yang berupaya mengungkap keadaan habitat serta perbedaan ekologi tingkah laku di kedua tempat. Bagian yang pertama dikerjakan melalui analisis vegetasi memakai metoda kuadran (point-centered quarter method), sementara pada pengamatan tingkah laku menggunakan teknik pengamatan scan dan ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa blok hutan Lapole (Suaka Margasatwa Buton Utara) merupakan formasi hutan primer di pinggiran sungai yang
didoininasi kolaka (Parinarium coryzobosum) dan kenari (Canarium sp.), sedangkan Cagar Alam Napabalano dibentuk oleh hutan inuson sekunder yang didominasi jati (Tectona
grandis). Populasi monyet di Napabalano menunjukkan sifat yang lebih terestrial serta lebih agresif dibandingkan populasi di Buton Utara. Keadaan mi menyebabkan populasi di Cagar Alam Napabalano menghadapi bahaya kepunahan yang lebih besar.

An investigation has been carried out for Buton macaques (Macaca brunnescens Matschie) to know their habitat condition and the difference in behavioral ecology of two different places. The study areas are located in Buton Utara Game Reserve and Napabalano Nature Reserve of Southeast Sulawesi. This study revealed that Lapole forest block in Buton Utara Game Reserve is a primary riverine formation dominated by Parinarium corywbosum and Canariwn sp., while Napabalano Nature Reserve is a secondary monsoon forest dominated by teak (Tectona grandis). The monkey troops in Napabalano showed more terrestrial and aggressive habits which might be caused by more dispersed food distribution and lower tree density. Furthermore, Napabalano's troops are more vulnarable than those in Buton Utara.
ABSTRAK
"
1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
hapus4
"Sebagai hewan endemikj kehidupan monyet Buton (Hacaca brunnecens Hatschie, 1901) masih kurang dikenal. Untuk itu telah dilakukan penelitian di dua tempat yaitu Suaka Hargasatwa Buton Utara dan Cagar Alam Napabalano (Sulawesi Tenggara) yang berupaya mengungkap keadaan habitat serta perbedaan ekologi tingkah laku di kedua tempat. Bagian yang pertama dikerjakan melalui analisis vegetasi memakai metoda kuadran (point-centered quarter method), sementara pada pengamatan tingkah lakd menggunakan teknik pengamatan scan dan ad libitum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa blok hutan Lapole (Suaka Margasatwa Buton Utara) .. merupakan formasi hutan primer di pinggiran sungai yang didominasi kolaka (Pa~rinarium corylllboswa) dan kenari (Canarium sp.), sedangkan Cagar Alarn Napabalano dibentuk oleh hutan muson sekunder yang didominasi jati (Tectona g·randis). Populasi monyet di Napabalano menunjukkan sifat yang lebih terestrial serta lebih agresif dibandingkan populasi di Buton Utara. Keadaan ini rnenyebabkan populasi di Cagar Alam Napabalano menghadapi bahaya kepunahan yang lebih besar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suswanto Rasidi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Seoul : Jebyong Publications , 1986
R 709.519 KOR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Unsa Faizati Safrina
"Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa keterpaparan alam dapat memberikan pengaruh terhadap suasana hati. Namun, sedikit yang mengetahui bahwa keadaan mindfuness ketika berada di alam dapat meningkatkan pengalaman dengan alam dan memberikan pengaruh juga terhadap suasana hati. Penulis menguji kemungkinan bahwa manipulasi kondisi mindfulness akan meningkatkan suasana hati. Mindfulness yang dilakukan di alam berpengaruh lebih signifikan daripada mindfulness di dalam ruangan apalagi kondisi tanpa mindfulness dan keterpaparan alam terhadap perubahan suasana hati. Partisipan (N=30; berusia 19-26 tahun) melakukan tiga kegiatan tersebut dipandu oleh peneliti. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi partisipan mengisi alat ukur TMS dan PANAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi mindfulness di alam berpengaruh positif terhadap kenaikan suasana hati lebih signifikan daripada kondisi mindfulness di dalam ruangan. Nilai kedekatan dengan alam pada partisipan tidak memberikan efek moderasi dalam pengaruh kondisi mindfulness pada perubahan suasana hati. Hal ini dikarenakan partisipan memiliki nilai kedekatan dengan alam yang tinggi sehingga tidak terdapat variasi nilai kedekatan dengan alam.

Previous research has shown that natural exposure can have an effect on mood. However, few know that a state of mindfulness when in nature can enhance the experience with nature and have an effect on mood as well. The authors tested the possibility that manipulation of the mindfulness state would improve mood. Mindfulness that is done in nature has a more significant effect than mindfulness in the room, especially conditions without mindfulness and natural exposure to mood swings. Participants (N=30; aged 19-26 years) carried out the three activities guided by the researcher. To find out the changes that occurred, participants filled out the TMS and PANAS measuring instruments. The results showed that the state of mindfulness in nature had a more significant positive effect on mood elevation than the state of mindfulness in the room. The value of nature relatedness on the participants did not have a moderating effect on the effect of mindfulness conditions on mood swings. This is because participants have a high value of nature relatedness so that there is no variation in the value of nature relatedness."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sindy
"Diskursus lingkungan tidak terlepas dari persoalan mengenai bagaimana relasi yang terbentuk antara manusia dan alam. Sebagai salah satu pemikiran lingkungan, Sosial Ekologi yang digagas Murray Bookchin, menyoroti problem hierarki-dominasi sosial sebagai titik permasalahan ekologi. Sosial Ekologi memandang bahwa problem hierarki-dominasi sosial ini mempengaruhi persepsi dan relasi manusia dengan alam. Sosial Ekologi mengajukan perubahan sistem relasional lingkup sosial, dan menawarkan visi alternatif dari alam sebagai cerminan keberagaman dalam kesatuan dinamis dan relasi komplementer yang bebas dari unsur hierarki dan dominasi. Dalam pandangan seperti ini, baik relasi antar manusia sosial-masyarakat manusia , dan seluruh entitas alam digambarkan sebagai sesuatu yang tumbuh berdampingan dalam keberagama, serta bebas dari relasi superior dan inferior, yang ia sebut sebagai masyarakat ekologis.

An environmental discourse cannot be separated with the relation between human and its nature. As a part of environmental philosophy, Social Ecology presented by Murray Bookchin focuses on the hierarchical social domination as an ecological problem. Social Ecology argues that this problem influences the perspective and relation between human and nature. It also proposes a relational system change in the social circle and offers an alternative vision from the nature as a reflection of unity, diversity, and complementary relation which is free from any hierarchy and domination. In this point of view, both societal relationship and every entities belong to the nature shall be described as a harmonious diversity, and also free from superior inferior relationship, which Bookchin refers to as an ecological society.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69069
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Era ini ditandai dengan globalisasi informasi dan persaingan yang ketat untuk dapat
hidup dengan layak. Untuk itu, antara lain diperlakan pengetahuan dan penguasaan seseorang
pada bidang tertentu, dan hal tersebut memerlukan semangat atau motivasi yang tinggi untuk
terus-menerus mempelajari atau menekuni suatu bidang yang digeluti/ diminati.
Sehubungan dengan hal di atas, jika orangtua ingin agar anaknya
bersemangat atau rajin dalam belajar. Keinginan tersebut muncul karena antara lain orang
tua ingin agar anaknya menguasai materi pelajaran atan bertanggung jawab pada pendidikan yang
sedang dijalaninya. "Rajin"-nya seorang anak belajar sebenarnya berkaitan erat dengsn
tanggung-jawab anak tersebut pada proses belajarnya sendiri. Bacon, 1991 (dalam Bacon,
1993) menyebutkan bahwa seorang anak yang bertanggung-jawab akan mengeJjakan
tugasnya tanpa diingatkan atan dipaksa oleh orang lain Walaupuu tanggung-jawab dslam
beh!iar itu penting, pada kenyataannya, berdasarkan hasil dari suatu peuelitian yang dilakukan
oleh Bacon (1993) diketahui bahwa sebagian besar dari anak sekolah yang ditelitinya
memiliki persepsi bahwa suatu tanggung-jawab itu adalah sesuatn yang diberikan oleh orang
lain ("being held responsible, bukannya "being responsible"). Selanjntnya Bacon
mengatakan bahwa dalam situasi belajar. tindakan yang bertanggung jawab terdiri dari
pengaturan diri (self-regulation) dan kontrol diri (self control).
Menurut Zimmerman (1986), Self Regulation (selanjutnya akan disingkat sebagai
SR) dslam belajar ialah suatu tingkat dimana individu adslah partisipan yang aktif bail:
secara mengkognitif/motivasi, dan tingkah laku dalam mengarahkan proses belajarnya Jika
dilibat definisi tersebut tampak bahwa SR tidak banya sekadar menggambmkan bahwa
seseorang mandiri dalam arti melakukan suatu aktivitas sendiri atan tidak tergantung,
namun juga terlibat "aktif" dalam proses belajamya Selain itu, anak yang
SR-uya tinggi dapat mengontrol aktivitas yang dilakakannya dengan mengarah kepada suatu
tujuan, sehingga prestasi belajarnya optimal (Sc~uuk & Zimmerman, 1994).
Deri uraian di atas kita melihat betapa peulingsya seorang anak memiliki SR. Namun
SR itu sendiri perlu dipelajari, seiring dengan peudupat yang mengatakan bahwa "belajar yang
efektif" ialah proses yang dipelajari atan bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir (Resnick,
1989). Pertanyaan yang timbul kemudian Ialah dari mana seorang anak dapat mempelajari
"cara belajar" yang efektif itu (sehngga ia memiliki SR), hal tersebut tidak tercantum
dslam kurikulum di sekolah. Dengan demikian, dapat kita asumsikan bahwa suatu
intervensi di luar lingkungan sekolah yang memegang peranan penting dalam pembentukan
sikap belajar anak (tennasuk pembeutukan SR), hingga dijumpai anak-anak dengan lingkat SR
yang betbeda. Adanya intervensi itu tampaknya diperkirakan berasal dari lingkungan rumah,
atau orangtua, hasil dari berbagai penelitian menemukan bahwa keterlibatan
onmgtua dalam proses belajar anak: memegang penman penting dalam meraih prestasi belajar
yang optimal (Henderto, 1987; Bloom, 1985; Cllllk. 1933; Clark, 1987; dalarn Wlodkowski &
Jayues, 1990).
Bentuk dukungnn psikologis dari lingkungan sosial si anak bimbingan ataupun
pangarahan dari orang dewasa (oranggtua), yang dikenal dengan istilah guided participation
(Rogofl; 1990; dalam Miller, 1993), Menurnt Vygolsky, 1978, bimbingan yang dilakukan
oleh orang dewasa (oranggtua) dalam rangka mengaktualisasi potensi yang berada
dalam rentangan Zone of Proximal Development (Zl'D). Vygoteky menggambarkan betapa
pentingnya keterlibatan orang dewasa dalaro mengoptimalkan perkembangan anak.
Keterlibatan orang dewasa dalam situasi sehari-hari dapat dilihat dari pengasuhan
terhadap anaknyn.
Pengasuhan secant umumdapat diidentikkan dengan pola asah. Pola asub belum tentu sama efektifnya atau belum pasti sama positifnya bagi semua imadisi social
budaya
Berdasarkan beberapa alasan di atas, peneliti tertarik untuk meneropong sejauh mana
orang dewasa - dalam hal ini ornngtua diIndonesia (kltususnya pada populasi yang nkaa
ditcliti) mengasah anaknya, agar terbentuk ketrampilan SR yang tinggi pada anak. Di
sampiog itu, upa saja kODdisi yang barns ada (necessary conditions) sehubungan dengan
terbentuknya SR yang tinggi.
Subyak yang akan digunakan dalam pengambilan data penelitian ini adalah anak yang
berusia sekitar 12 tahun atau siswa SLTP kelas- di suatu sekolah di wilayah DKI, dan
orang tuanya. Adapun pangambilan sampel dilakukan "Insidental sampling.
lnstrumen penelitian yang akan diganakan dalam penelitian ini adalah kerangka
wawancara tingkat SR anak yang dikembengkan berdasarkan konsep Grow (1991).
Selain itu peneliti akan melakukan wawancara mendalam untuk menggali apa saja yang
Dikalukan oleh orang tua terbadap anaknya yang berkaitan dengan pengasahan. Instrument
tersebut dikembangkan berdasarlom teori pola asuh dari Banmrind, 1968 den Maccoby, 1980
(dalam Berns, 1985), ser1a teori SR dari Zimmenmm (dalaro Scimak &. Zimmetmllll, 1994).
Hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan, kareoa terbatasnya jumlah obyek.
Namun dari penetitian ini minimal diperoleh wawasan, tentang adanya suatu
kecenderungan-kecenderungan pada snbyek yang memiliki karakteristik tertentu. yaitu
tampak kecenderangan pola asuh yang antoritatif (detuokrada) pada oranglw! yang
memiliki anal: dengan SR tinggi. Necessary conditions pada peogasuhan orang tua dari anak
yang memiliki SR tinggi dari hasil penelitian ini ada beberupa faktor, yaitu: aspek ~
penerapan disiplin yang tegas dan fleksibel, konsistensi tindak orangtua, serta adanya
kebebasan bagi anak untuk menentukan materi yang nkaa dipelajari dan kapan anak belajar. Bagi pihak yaag ingin melakukan penelitian lanjutan, agar meningkatkan jumlab
snbyek, lebih mengontrol yang dapat mempengaruhi hasil penelitian dan
menggunakan metode kuantitatif untuk mengkonfirmasi seluruh hasil penelitian yang telah
ditemukan, serta menggunakan sumber yaag lebih lengkap ( ayah & ibu
diikutsertakan sebagai subyek penelitian) agar diperoleh hasil penelitian yang komptensif."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T37941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardalla Puspa Setyani
"[Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan akuntansi atas aset biologis berupa HTI akasia pada PT INHUTANI III, memperbandingkannya dengan pedoman pelaporan keuangan yang digunakan perusahaan yaitu DOLAPKEU-PHP2H, mengetahui kualitas informasi aset biologis HTI akasia pada laporan keuangan perusahaan, dan memperbandingkan perlakuan akuntansi HTI akasia di perusahaan tersebut dengan IAS 41. Hasil penelitian menunjukkan kualitas informasi atas aset biologis HTI akasia pada perusahaan dapat diperbandingkan, cukup dapat dipahami, objektif, walaupun belum sempurna. Ada perbedaan perlakuan akuntansi HTI akasia antara perusahaan dan IAS 41. Dampak penerapan IAS 41 diantaranya yaitu perubahan yang signifikan pada laporan keuangan, besarnya biaya yang dikeluarkan, dan kurang terpenuhinya aspek comparability pada laporan keuangan. Jika diadopsi, DSAK harus memberi penjelasan lebih terperinci.

, This thesis aims to determine the accounting treatment for biological assets on acacia industrial timber plantation in PT INHUTANI III, to compare it with the financial reporting guidelines used by the company that is DOLAPKEU-PHP2H, to determine the quality of information on the acacia industrial timber plantation and to compare between the company's accounting treatment and accounting treatment based on IAS 41. The results showed that the quality of information on acacia industrial timber plantation in the company are comparable, understandable enough, objective, but not perfect. There are differences between the accounting treatment of acacia industrial timber plantation in the company and IAS 41. The impacts of the application of IAS 41 in PT INHUTANI III are the significant changes to the financial statements, the expensive costs, and lack of comparability of financial statements. If adopted, DSAK should give more detailed explanations.
]
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riadzul Jannah
"ABSTRAK
Kebutuhan manusia akan biophilia menjadi suatu hal mutlak dan memerlukan strategi penerapan yang baik demi terpenuhinya kebutuhan manusia secara maksimal, baik secara psikologis maupun fisik. Penerapan biophilia ini disalurkan melalui sebuah perancangan biophilic yang melibatkan unsur-unsur alam khususnya tanaman. Karena keterbatasan ruang dan lahan, desain biophilik juga perlu disesuaikan. Elemen tanaman menjadi penting dalam hal ini karena dapat merespon kebutuhan manusia secara naturalist dan ecologist. Ternyata, strategi dalam desain biophilik yang paling sering dijumpai untuk rumah lahan terbatas ialah low planting yang dapat memberikan manfaat yang maksimal pada lahan yang terbatas dengan penyesuaian dimensi dan tata letak secara horizontal maupun vertikal.

ABSTRACT
The human rsquo s need of biophilia becomes an absolute thing and requires a good strategy for the maximum fulfillment of human needs, both psychologically and physically. The application of biophilia can be implemented through a biophilic design, that involves natural elements especially plant. Due to the limited space, the biophilic design is adjusted. The plant becomes an important element in this case, to respond the biophilia in form of naturalist and ecologist. As result, the most frequent strategy chosen in biophilic design for limited exterior space is using plants through low planting. This low planting can benefit maximally for limited exterior space through adjustment and horizontally and vertically layouts. "
2017
S67659
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otto Soemarwoto
Jakarta: Djambatan, 1983-1997
304.2 OTT e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>