Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 186061 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salsabila Andara Siskania Alyani
"Sense of place rsquo; merupakan sebuah konsep mendasar dalam disiplin urban design. Pada tatanan praktis/professional, sense of place lebih banyak ditekankan pada aspek fisik sebuah ldquo;tempat rdquo;, yang merupakan atribut utama mereka. Akan tetapi, kajian akademis menyatakan bahwa sense of place merupakan konsep multidimensi yang melampaui hanya atribut fisik sebuah lokasi. Di sisi lain, inisiatif tactical urbanism yang sedang berkembang populer, merupakan sebuah gerakan dan alternatif yang muncul dari komunitas sebagai respon terhadap metode formal spasial perencanaan yang kaku dan cenderung mono-dimensi ke arah sistem perencanaan yang lebih responsif terhadap kebutuhan dan keseharian pengguna. Dalam tactical urbanism, semua berfokus pada satu hal, yaitu: tindak an atau action. Di Indonesia, sense of place selain sebagai tujuan akhir perancangan formal, ia sebetulnya sangat erat dengan keseharian masyarakat Indonesia. Ruang kota dalam skala mikro pada keseharian masyarakat Indonesia, seperti street corner/pojokan jalan, hawkers spaces maupun negosisasi pemanfaatan ruang trotoar, yang dapat dikatakan sebagai aksi tactical urbanism, berperan besar dalam menciptakan sense of place suatu tempat. Skripsi ini berfokus kepada bagaimana secara khusus sebuah kawasan publik yang didesain dengan prinsip mono-dimensi fisik dalam penggunaan atau implementasinya berinteraksi dengan tindakan lsquo;tactical urbanism rsquo; para penggunanya, sehingga dapat tercipta sense of place yang berbeda.

Sense of place is a mandatory concept and aim within urban design. In the realm of formal city planning, sense of place is likely correlated with physical feature of a city. However, academic studies shows that sense of place is multidimensional, which involves factors that is beyond mere physical attributes. In the other hand, tactical urbanism as an emerging concept which describes intervention that is implemented in a city, is conceived as public's opportunistic response to formal spatial planning. Being associated as interventions throughout the city, one of tactical urbanism's main character is its bottom up nature which responds certain issues that lie behind the movement. Moreover, tactical urbanism focuses on action. In Indonesia, negotiation of micro scale spaces such as pedestrian, street corners, and hawker spaces can be considered as tactical urbanism action, as it defines the character of an area which eventually generates certain sense of place. The focus of this study is to investigate the creation of sense of place within a public realm that undergoes tactical urbanism initiation by interrogating whether the factors of tactical urbanism contribute to enhancement of a certain area's sense of place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifatun Nada Hassanal Fajriy
"Sense of place yakni sebuah ikatan antara manusia dengan tempat yang berdasarkan pengalaman inderawi, dapat ditemukan melalui perpaduan antara penataan fisik (physical setting), aktivitas (activity) dan makna (meaning). Sense of place dapat digunakan untuk melihat dan memahami suatu tempat secara holistik, terlebih terhadap tempat ataupun kawasan yang memiliki nilai sejarah atau budaya. Tradisi budaya batik sudah menjadi salah satu bagian budaya di Pekalongan bahkan di Indonesia. Dengan budaya yang sudah turun temurun dan berkembang, terbentuklah sebutan kampung batik untuk perkampungan dengan mayoritas warganya pengrajin batik. Salah satunya Kampung Batik Kauman Pekalongan. Kawasan Kampung Batik Kauman termasuk dalam kawasan pusaka di Kota Pekalongan. Kawasan ini memiliki tradisi budaya batik yang kental dan masih meninggalkan bukti bangunan zaman Kolonial Belanda yang dahulu digunakan untuk produksi batik. Sebagai kampung wisata, Kampung Batik Kauman ini belum memiliki showroom batik bersama. Karena itu, Paguyuban Kampung Batik Kauman (PKBK) mengadaptasi salah satu bangunan kuno yaitu Omah Lawang Sanga yang difungsikan sebagai showroom batik bersama dan destinasi wisata.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sense of place dengan dipengaruhi budaya batik dalam adaptasi Omah Lawang Sanga di Kawasan Kampung Batik Kauman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang disampaikan secara deskriptif naratif, yang digunakan untuk memperoleh gambaran secara detail mengenai sense of place terhadap objek skripsi yang diangkat. Pengumpulan data dilakukan dengan proses kajian literature (studi pustaka), wawancara, pengamatan, dan observasi/penelusuran di lapangan. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa sense of place di Kampung Batik Kauman tergolong tinggi, dikarenakan identitas tempat dan identitas masyarakat sudah kuat dari sejarah leluhur akan budaya batik. Lalu karakteristik kawasan yang banyak ditemui bangunan zaman kolonial dengan sejarah sebagai rumah tinggal pengrajin batik. Dan hal yang tidak kalah penting adalah kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk melestarikan tradisi budaya batik sebagai dasar pengembangan kawasan.

Sense of place, which is a relationship between humans and places based on sensory experience, can be found through a combination of physical settings (penataan fisik), activity (aktivitas) and meaning (makna). Sense of place can be used to see and understand a place holistically, especially to places or areas that have historical or cultural values. The cultural tradition of batik has become a part of the culture in Pekalongan and even in Indonesia. With a culture that has been passed down from generation to generation and developed, the term batik village was formed for a village where the majority of its citizens are batik craftsmen. One of them is Kauman Batik Village, Pekalongan. The Kauman Batik Village area is included in the heritage area in Pekalongan City. This area has a thick cultural tradition of batik and still leaves the Dutch Colonial era buildings used for batik production. As a tourist village, Kampung Batik Kauman does not yet have a joint batik showroom. Therefore, the Kauman Batik Village Association (PKBK) adapted one of the ancient buildings, namely Omah Lawang Sanga, which functioned as a joint batik showroom and tourist destination.
This study aims to determine how the sense of place with the influence of batik culture in the adaptation of Omah Lawang Sanga in the Kauman Batik Village area. This study uses a qualitative method that is delivered in a descriptive narrative, which is used to obtain a detailed description of the sense of place for the object of the thesis that is raised. Data was collected by means of a literature review process, interviews, observations, and searches in the field. Based on the results of the study, it shows that the sense of place in Kampung Batik Kauman is classified as high society, because the identity of the place and has been strong from the ancestral history of batik culture. Then the characteristics of the area where many colonial era buildings are found with a history as a residence for batik craftsmen. And what is no less important is the awareness and responsibility of the community for the batik cultural tradition as the basis for regional development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Valentina Reiyan
"Skripsi ini menelusuri proses individu dalam membentuk safe place yang anonim di ruang publik melalui penerapan boundary regulation. Penelusuran di skripsi ini yang mengacu pada perilaku individu berkaitan dengan proxemics, orientation, body language, dan physical barriers yang berperan dalam menjaga privasi dan mencapai kondisi anonim. Pendekatan ini melibatkan konsep privasi, anonimitas, dan kontrol personal terhadap informasi serta interaksi sosial. Studi dilakukan di Taman Literasi Blok M, ruang publik yang ramai pengunjung yang dianggap dapat menjadi safe place. Melalui observasi dan wawancara, penelusuran ini menganalisis bagaimana individu menggunakan strategi boundary regulation untuk menjaga privasi dan anonimitas mereka. Hasil studi ini menunjukkan bahwa individu aktif menerapkan boundary regulation sebagai perilaku dalam mengelola privasi dan anonimitas mereka di ruang publik.

This study explores the process of individuals forming anonymous safe places through the application of boundary regulation. The exploration in this study focuses on individual behaviors related to proxemics, orientation, body language, and physical barriers that play a role in maintaining privacy and achieving anonymity. This approach involves concepts of privacy, anonymity, and personal control over social interactions. The study is conducted at Taman Literasi Blok M, a public space bustling with visitors, considered capable of becoming a safe place. Through observations and interviews, this investigation analyzes how individuals employ boundary regulation strategies to maintain their privacy and anonymity. The study’s results show that individuals actively apply boundary regulation as a behavior in managing their privacy and anonymity in public spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Rusmayanti
"Urban tourism merupakan bentuk pariwisata yang dilakukan dengan mengunjungi sebuah destinasi di lingkungan perkotaan salah satunya melalui tur jalan kaki. Tur jalan kaki adalah kegiatan wisata yang dilakukan dengan jalan kaki untuk menjelajahi dan mengalami kehidupan dinamis perkotaan, menyaksikan beragam kegiatan kota yang menarik dan unik hingga berinteraksi dengan penduduk setempat. Tidak hanya menyusuri sebuah tempat dengan jalan kaki, wisata ini juga dilengkapi dengan sebuah narasi urban yaitu sebuah rangkaian cerita yang disampaikan pemandu maupun warga lokal untuk menjelaskan sejarah, budaya, dan identitas tempat yang dikunjungi sehingga dapat menciptakan ikatan emosional antara wisatawan dan tempat yang mereka kunjungi atau yang dikenal dengan konsep sense of place. Konsep sense of place merupakan sebuah hubungan antara manusia dan tempat yang dihasilkan dari pengalaman individu terhadap suatu tempat yang membedakan tempat tersebut berbeda dengan tempat lainnya. Sense of place dapat hadir melalui tiga elemen pembentuk yaitu, penataan fisik (physical setiing), aktivitas (activity), dan makna (meaning).
Adapun tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana pembentukan sense of place yang hadir dan dirasakan oleh peserta walking tour berkaitan dengan narasi yang disampaikan pemandu maupun warga lokal. Penulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif naratif untuk memudahkan penulis dalam menjelaskan hasil penelusuran secara kronologis sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih detail mengenai pembentukan sense of place terhadap objek studi kasus yaitu pada Sisi Timur Batavia dan juga Kota Lama Gresik. Berdasarkan hasil penelusuran menunjukkan bahwa melalui walking tour individu dapat mengeksplorasi kehidupan lingkungan perkotaan dan narasi berperan untuk memperkuat sense of place pada wisatawan dalam membangun pemahaman yang lebih holistik tentang kota, meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai budaya dan lingkungan, serta mendorong partisipasi aktif dalam melestarikan sejarah dan budaya sehingga dapat membangun sebuah kota yang identitasnya terjaga.

Urban tourism is a form of tourism that is carried out by visiting a destination in an urban environment, one of which is a walking tour. A walking tour is a tourist activity that is carried out on foot to explore and experience dynamic urban life, witness various interesting and unique city activities, and interact with local residents. Not only does this tour include exploring a place on foot, but it is also equipped with an urban narrative, which is a series of stories told by guides and local residents to explain the history, culture, and identity of the places visited so as to generate an emotional bond between tourists and the places they visit. or what is known as the concept of sense of place. The concept of sense of place is a relationship between humans and places resulting from individual experiences of a place that distinguishes that place from other places. A sense of place can be generated through three elements: physical setting, activity, and meaning.
The purpose of this writing is to find out how the formation of a sense of place is present and felt by walking tour participants related to the narration conveyed by guides and local residents. This writing uses a qualitative research method with a narrative-descriptive approach to facilitate the writer in explaining the search results chronologically so that a more detailed picture of the formation of a sense of place for the object of the case study can be obtained, namely on the Sisi Timur Batavia and also in the Kota Lama Gresik. Based on the research results, it shows that through walking tours, individuals can explore urban environmental life, and narratives play a role in strengthening the sense of place in tourists by building a more holistic understanding of the city, increasing awareness of cultural and environmental values, and encouraging active participation in preserving history. and culture so as to build a city whose identity is maintained.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradana Ghalib Ramadhan
"Kawasan wisata Pantai Padang mengalami revitalisasi di beberapa titik sehingga mengalami perubahan dari tahun 2016. Kawasan wisata ini juga termasuk ke dalam salah satu kawasan wisata terpadu (KWT) yang direncanakan oleh Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Padang. Pembangunan yang terjadi di kawasan wisata Pantai Padang ini antara lain disebabkan oleh pandangan negatif pengunjung saat berkunjung ke pantai ini. Ditambah lagi, pantai ini dikenal dengan payung atau tenda ceper sebagai tempat kegiatan negatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kepekaan pengunjung terhadap kawasan wisata Pantai Padang dan kaitannya dengan branding tempat yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah pada kawasan wisata ini. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terhadap informan yang telah ditentukan dan observasi lapangan. Proses analisis dilakukan dengan memetakan tempat yang bernilai bagi pengunjung dan verbatim hasil wawancara. Data yang digunakan berasal dari data primer yaitu saat langsung di lapangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kawasan wisata Pantai Padang memiliki 3 tempat yang bernilai bagi pengunjung, Tempat tersebut antara lain Monumen Merpati Perdamaian, Tugu IORA, dan Masjid Al-Hakim. Ketiga tempat ini dapat disebut sebagai landmark Pantai Padang yang membedakan pantai ini dengan yang lain. Fungsi atau nilai tempat tersebut berbeda, seperti Masjid Al-Hakim yang memiliki identitas tempat spiritual. Berkaitan dengan branding yang diterapkan oleh Pemerintah Daerah yaitu LUCINDA dan Padang Halal Tourism, Pantai Padang memiliki kesesuaian ciri dengan tujuan dari branding tersebut. Namun, dari perspektif pengunjung masih belum mengenal kedua branding ini. Branding ini diterapkan untuk mengubah citra dari Pantai Padang sekaligus mengenalkan kawasan wisata pantai yang berbeda. Hal ini selaras dengan tujuan Gubernur Provinsi Sumatera Barat dan Renstra Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang tahun 2019-2024 untuk meningkatkan potensi wisata dan mengenalkan Padang Halal Tourism.

Padang Beach tourist area has undergone revitalization at several points so that it has changed from 2016. This tourist area is also included in one of the integrated tourism areas (KWT) planned by the Padang City Culture and Tourism Office. The development that occurred in the Padang Beach tourist area was partly due to the negative views of visitors when visiting this beach. In addition, the beach is known for its umbrella or flat tents as a place for negative activities. This research was conducted to find out the sensitivity of visitors to the Padang Beach tourist area and its relation to the place branding that has been determined by the Regional Government in this tourist area. Data collection was carried out by interviewing predetermined informants and field observations. The analysis process was carried out by mapping places that are valuable to visitors and verbatim interview results. The data used comes from primary data, namely directly in the field. The results of the analysis show that the Padang Beach tourist area has 3 places that are valuable to visitors, these places include the Peace Dove Monument, the IORA Monument, and the Al-Hakim Mosque. These three places can be referred to as landmarks of Padang Beach that distinguish this beach from others. The function or value of the place is different, such as Al-Hakim Mosque which has the identity of a spiritual place. In relation to the branding applied by the Local Government, namely LUCINDA and Padang Halal Tourism, Padang Beach has the characteristics in accordance with the purpose of the branding. However, from the visitors' perspective, they still do not recognize these two branding. This branding is applied to change the image of Padang Beach while introducing a different beach tourism area. This is in line with the objectives of the Governor of West Sumatra Province and the Strategic Plan of the Tourism and Culture Office of Padang City in 2019-2024 to increase tourism potential and introduce Padang Halal Tourism. "
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Syafitri
"Skripsi ini membahas bagaimana sense of community warga kampung kota di kawasan Transit Oriented Development (TOD). Sense of community dapat dipahami sebagai pengalaman seseorang dalam komunitas yang melibatkan rasa kepemilikan dalam pemukiman. Komunitas yang dibahas berbentuk kampung kota, pemukiman perkotaan utama di Indonesia. Dalam skripsi ini, penerapan TOD di Indonesia yang diiringi pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) dibahas dari segi komunitas. Hal ini dilakukan karena konsep awal TOD adalah mengenai komunitas berkelanjutan yang tersedia melalui integrasi penggunaan lahan dengan transportasi. Skripsi ini menggunakan metode kualitatif, yaitu kajian literatur dan studi kasus berupa observasi dan wawancara. Studi kasus dilakukan terhadap dua kampung kota di Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang berada dalam kawasan perencanaan TOD di sekitar MRT Jakarta. Tulisan ini menghasilkan pemahaman bahwa dalam membentuk sense of community warga Kampung Kota di kawasan TOD, daerah hunian yang memiliki peran yang paling penting, diikuti dengan daerah ruang publik, pemberhentian transit, dan perkantoran.

This thesis discusses the sense of community among kampung kota dwellers in the Transit-Oriented Development (TOD) area. Sense of community can be understood as an someone's experience within a community that involves a sense of belonging in the settlement. The community discussed here takes the form of kampung kota, the primary urban settlement in Indonesia. In this thesis, the implementation of TOD in Indonesia, that is accompanied by the development of Mass Rapid Transit (MRT), is discussed in the context of community. It is because the original concept of TOD revolves around sustainable communities created through the integration of land use and transportation. The methods used in this research are literature review and case study that involves observation and interview. The case study is conducted in two kampung kota locations in the Tanah Abang, Central Jakarta, which are within the TOD planning zone of the Jakarta MRT. The findings provide the understanding that in the TOD zone, residential areas play the most significant role in forming a sense of community of kampung kota dwellers, followed by public spaces, transit stops, and offices."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Binaditia
"ABSTRACT
Drying clothes by hanging them outside is commonly found in tropical countries, such as in Indonesia, Singapore, and Malaysia, because of the abundant supplies of direct sunlight. However, many neighborhoods regulate the practice of hanging clothes outside, since it is often viewed as polluting the neighborhood rsquo s visualization. In populated places, like Jakarta, drying clothes by hanging them outside is also practiced due to a limited space. This undergraduate thesis aims to research about the relation between laundry practice and architectural aesthetics, which uses a methodology of observation and interview that took place in Kampung and Rusun in Jakarta. Investigation of case studies discovers a new discussion about domestic laundry practices that is vital to architectural aesthetics.

ABSTRAK
Mengeringkan pakaian dengan menggantungnya di luar rumah biasanya ditemukan di negara tropis, seperti di Indonesia, Singapura, dan Malaysia, karena banyaknya pasokan sinar matahari langsung. Namun, beberapa perumahan di negara lain banyak yang mengatur praktik menggantungkan pakaian di luar, karena sering dipandang mencemari lingkungan sekitar. Di tempat-tempat berpenduduk padat, seperti Jakarta, mengeringkan pakaian dengan menggantungnya di luar rumah juga dilakukan karena keterbatasan ruang. Skripsi ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara praktik binatu dan estetika arsitektur, yang menggunakan metodologi pengamatan dan wawancara di Kampung Kerapu, Kampung Tongkol, dan Rusun Benhil. Investigasi pada studi kasus membuahkan diskusi baru mengenai praktik binatu dalam negeri yang ternyata penting bagi estetika arsitektur."
2017
S67900
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jackson, John Brinckerhoff, 1909-
New Haven: Yale University Press, 1994
978.9 JAC s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Shofagi Raniyah
"Salah satu alasan kuat bagi wisatawan dalam melakukan aktivitas travelling adalah untuk mendapatkan pengalaman baru, baik dari segi budaya, sosial, dan lingkungan. Aktivitas travelling ini kemudian berkaitan erat dengan space atau ruang yang berperan sebagai tempat terciptanya pengalaman bagi para wisatawan. Interaksi yang terjadi antara manusia dengan elemen-elemen physical dan social di sebuah setting kemudian dapat menghasilkan sesuatu yang disebut dengan sense of place. Sense of place merupakan sebuah bentuk lain dari pengalaman yang dialami oleh wisatawan saat berada di sebuah tempat wisata. Sebuah tempat wisata yang mengadaptasi konsep community-based tourism dapat dikatakan memiliki sense of place yang baik karena dapat memberikan pengalaman nyata dan berkesan bagi wisatawan yang datang berkunjung. Skripsi ini bertujuan untuk mencari tahu elemen-elemen apa saja yang terdapat pada tempat wisata berbasis komunitas yang pada akhirnya dapat menciptakan sense of place bagi wisatawan dan kemudian memberikan pengalaman yang nyata dan berkesan bagi mereka di tempat wisata tersebut.

One of the main reason for people to go for traveling is to experience the cultural, social, and environmental differences. Traveling is then closely related to the 'space' as a place for the creation of traveler's experience. The interaction between human and the elements physical and social which can be found in the setting produces something called a sense of place. Sense of place is another form of experience that traveler get at the tourism spot. A tourism spot that adapt the concept of community based tourism is said to have a good sense of place because it can provide a real and memorable experience for traveler who come to visit. The aim of this thesis is to find out which elements can be found in community based tourism that ultimately can create a sense of place for traveler and then provide a real and memorable experience for them."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dliya Pharahita Sudranto
"Skripsi ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek ruang yang dapat membangun escapism melalui sense of place sebagai interaksi antara manusia dengan ruang. Skripsi ini akan membahas sense of place sebagai pengalaman ruang yang dapat memengaruhi persepsi manusia untuk memahami adanya kondisi yang kontra dengan kondisi yang membuat seseorang butuh escape. Pembahasan yang ada akan dilakukan melalui penelusuran berupa pengamatan langsung Tebet Eco Park sebagai wujud escapism dari lingkungan kota. Melalui aspek ruang yang ada, kondisi pada Tebet Eco Park memiliki kondisi yang berbeda dengan kondisi perkotaan yang menjadi alasan dibalik kebutuhan escapism. Dari hasil penelusuran, terdapat tiga aspek penting, yang dapat membangun koneksi spasial, yaitu material dan materialitas, proporsi dan jarak, serta sensory pleasure.

This thesis aims to explore spatial aspects that can build escapism through a sense of place as an interaction between humans and space. This thesis will discuss the sense of place as a spatial experience that can influence human’s perception to understand the existence of conditions that are contrary to the conditions that make someone need to escape. The discussion will be carried out through exploration in the form of direct observation of Tebet Eco Park as a form of escapism from the city. Through the existing spatial aspects, Tebet Eco Park has different conditions compared to urban conditions, which is the reason behind the need of escapism. From the search results, there are three important aspects that can build spatial connections, which are material and materiality, proportion and distance, and sensory pleasure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>