Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Allifna Lie Ulin Nuha
"ABSTRAK
Masjid memiliki arti penting dalam kebudayaan dan peradaban Islam di Indonesia. Masjid Mantingan Jepara merupakan salah satu masjid yang dibangun pada akhir abad XV pada masa kesultanan Demak. Masjid ini memiliki keterkaitan dengan perkembangan kebudayaan Jawa, yang pada masanya dibangun saat masyarakat Jawa masih dominan menganut agama Hindu. Sehingga ketika Islam masuk ke Pulau Jawa, beberapa adaptasi dan perubahan terjadi pada penerapan budaya Jawa dan tercermin dalam arsitektur masjid dan makam. Masjid Mantingan dibangun dengan dilengkapi Kompleks Makam Mantingan dan mengadopsi bentuk, orientasi kosmologi, dan arsitektur Jawa. Tujuan penulisan naskah ini adalah untuk menganalisis elemen-elemen arsitektur Kompleks Masjid dan Makam Mantingan dan memahami hubungan arsitektur Kompleks Masjid dan Makam Mantingan dengan arsitektur budaya Jawa menurut sistem kosmologi dan kepercayaan Jawa. Naskah ini menemukan bahwa adanya kosmologi pada tiap-tiap elemen arsitektur masjid maupun makam saling membentuk sumbu yang menggambarkan aplikasi dari konsep dualitas pada kosmologi secara utuh, sehingga memberikan gambaran adanya suatu proses menerus dalam arsitektur Kompleks Masjid dan Makam Mantingan, Jepara.

ABSTRACT
Mosque plays a significant role in Islamic culture and civilization in Indonesia, on the Island of Java. The Mantingan Mosque in Jepara, Central Java, is one of the early mosques build at the end of the fifteenth century during the Demak sultanate. This mosque has a close relationship with the development of Islam in Java because during the mosque was built when Javanese people were still dominated with Hinduism. Hence, when Islam come to Java, some adaptation and changes happened to the application of Javanese culture for built environment, and those adaptations were reflected in the architecture of the mosque and the cemetery complex in Mantingan. The mosque was built next to the cemetery complex of Mantingan and adopted forms, cosmological orientation and architecture of Javanese people. The purpose of this thesis is to analyze architectural elements of Mantingan Mosque and Cemetery Complex in order to understand the connection of the architecture of Mantingan Mosque and Cemetery Complex with Javanese cosmology. The finding iof this thesis is that Javanese cosmology plays an important role in the formation of the mosque and cemetery complex through the creation of an axis. Moreover, the axis also relates to the duality concept in Javanese cosmology that shows balance and unity including in the architecture and the development of Mantingan Mosque and Cemetery Complex. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 11 (3-4) 2010 (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Subiyantoro
"ABSTRAK
Seni ukir adalah aset bangsa, bukan hanya dari segi budaya tetapi juga dari aspek sosial ekonomi, Sehingga harus dilestarikan bahkan dikembangkan untuk memperoleh peningkatan kesejahteraan masyarakat dan derajat kehormatan bangsa, sebagaimana yang diamanatkan pasal 32 UU 1945. Untuk mewujudkan amanat tersebut sangat berkaitan dengan kegiatan enkulturasi, yang memerlukan, pewaris-pewaris kreatif yang mampu meneruskan pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap serta nilai-nilai seni ukir kepada generasi berikutnya secara berkesinambungan. Apalagi pada masa-masa seperti sekarang ini, laju modernisasi telah menuntut pergeseran nilai-nilai kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Masalah penelitian yang dikaji adalah bagaimana proses enkulturasi seni ukir berlangsung, meliputi: unsur-unsur maupun proses-proses dan cara-cara serta pola-pola enkuturasi (pembudayan) dari generasi ke generasi terhadap berbagai sarana atau instisirsi sosial yang terkait satu sama lain dalam kerangka kebudayaan masyarakat setempat.
Penulisan ini bersifat deskripstif dan analisis. Model penjelasan mengacu pada konsep enkulturasi (Herkovits, 1964: 325; Theodorson, 1979: 131; Seymour, 1992: 92-93) kerangka proses enkulturasi konsep Fortes (dikutip Koentjaraningrat, 1990: 229-231) dan teori pola enkulturasi ((Devault, 1971: 315; Baumrind,1963: 479; Jaeger, 1977: 96).
Penelitian bersifat kualitatif, dilakukan dengan field voile research, menggunakan metode survey, pengamalan dan pengamatan terlibat (participant observation) serta wawancara mendalam (indepfh interview) terutama dalam menghimpun individual life history.
Hasil studi menunjukkan bahwa
1. Hal-hal yang melatarbelakangi proses enkulturasi nilai seni ukir berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi, telah didasari oleh motif ekonomi dan kesadaran sosial terutama para pewaris (pihak pembudaya) yang dilandasi oleh faktor historis masyarakat setempat (budaya).
2. Sarana proses berlangsungnya enkulturasi dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan. Golongan pertama adalah proses enkulturasi yang bersifat langsung (eksplisit) dan golongan kedua adalah proses enkulturasi yang bersifat tidak langsung (implisit). Sarana proses enkulturasi yang bersifat langsung terjadi di sekolah dan di tempat magang seni ukir. Samua proses enkulturasi yang bersifat tidak langsung terjadi melalui: institusi keluarga, kelompok sebaya atau peer group, tempat pekerjaan, lembaga agama seperti masjid, dan media massa.
3. Sistem magang merupakan sarana proses berlangsungnya enkulturasi secara langsung dan efektif yang membentuk pribadi perajin seni ukir, Nilai-nilai seni ukir yang dienkulturasikan pada instltusi ini ada empat, yakni nilai keindahan, nilai teknik dan nilai kegunaan yang dilandasi oleh nilai ekonomi. Proses enkulturasi melibatkan dua peran, pertama peran orang yang belajar yaitu melalui tahapan: meniru [mitas), identifikasi, internalisasi dan eksternalisasi; kedua peran pendidik ukir sebagai, pembimbing yang memberikan: instruksi, persuasi, rangsangan dan hukuman. Cara enkulturasi melibatkan anak langsung ke dalam kegiatan praktek sehari-hari di tempat magang, baik sistem magang model ginaon maupun model ngenek,
4. Keseluruhan dalam proses mengenkulturasikan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan maupun sikap dalam proses pembudayaan seni ukir, pola yang diterapkan adalah bervariasi dan cenderung berbeda pada setiap model sistem magang. Pola enkulturasi merupakan perpaduan, dan bukannya menggambarkan pada satu pola tertentu. Pola-pola tersebut adalah: (1) pola otoriter demokratis, (2) pola otoriter-dominan demokratis (3) pola demokratis. Pola yang diterapkan pada pewaris generasi terdahulu dengan pola enkulturasi yang diterapkan pada generasi sekarang telah mengalami perubahan, yakni dari pola yang semula demokratis bergeser ke pola perpaduan antara otoriter demokratis, hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang merupakan motif dominan mereka di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan melalui seni ukir sebagai medianya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galuh Anisa Putri
"Dalam membangun masjid, Islam tidak memiliki aturan mengikat mengenai bentuk masjid karena prinsip utama dalam masjid adalah fungsi (function) (Omer, 2010). Hal tersebut ditunjukan dalam arsitektur Masjid Nabawi (622 M) yang dibangun sederhana sesuai fungsi yang dibutuhkan, tapi di saat yang sama, Masjid Nabawi berperan sebagai ruang publik kota Madinah sehingga masjid sejatinya merupakan tempat beribadah sekaligus pusat komunitas. Namun, perkembangan zaman kemudian mendorong aspek fungsi tidak lagi menjadi hal utama dalam membangun masjid, seperti masjid di era Imperium Ottoman yang menekankan aspek forma. Transformasi tersebut berdampak pada peran masjid menjadi alat birokrasi pemerintah. Fenomena tersebut menunjukan relasi antara aspek fungsi dengan realisasi peran masjid di dalam komunitas muslim yang dipengaruhi oleh praktek kuasa setempat, sehingga arsitektur masjid berpotensi sebagai indikator dalam melihat praktek kuasa. Indonesia di tahun 1950-1965, di bawah pimpinan Sukarno, membangun dua masjid yang signifikan dalam sejarah perkembangan masjid Indonesia, yakni Masjid Istiqlal dan Masjid Salman, yang keduanya menggunakan langgam arsitektur modern yang menekankan aspek fungsi dalam proses perancangannya. Skripsi ini bertujuan untuk melihat bagaimana aspek fungsi dijawantahkan dalam kedua masjid tersebut dan bagaimana hubungannya dengan praktek kuasa Sukarno dan peran masjid sebagai ruang publik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Canisa Cahya Aulia Katri
"Tubuh dan ruang dipahami sebagai produk produk budaya dan sejarah yang saling berkorelasi dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang penari menggunakan ruang sebagai media untuk menghadirkan pengalaman gerak tubuh. Dengan mengkaji sebuah tarian, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki cara tubuh bergerak, berinteraksi dengan ruang, dan bagaimana budaya mempengaruhi hubungan tersebut. Masyarakat tradisional Jawa memiliki keyakinan kosmologis yang menunjukkan bahwa manusia hanyalah sebagian kecil mikrokosmos yang harus mengetahui posisinya dengan kekuatan yang lebih besar di alam semesta makrokosmos. Masyarakat tradisional Jawa menggunakan kepercayaan ini untuk membentuk arsitektur, yang juga tarian tradisional mereka. Tari Srimpi adalah salah satu tarian tradisional Jawa yang berkaitan erat dengan budaya dan tradisi daerah yang diadakan sebagai upacara sakral oleh Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Kraton Jogja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan memeriksa rekaman pertunjukan tari Srimpi di Bangsal Sri Manganti di Keraton Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kepercayaan kosmologis yang mereka pegang mempengaruhi bagaimana penari Srimpi bergerak di dalam ruang dengan mengacu pada kekuatan pusat dan orientasi utara selatan.

Body and space are both cultural and historical products which correlate and affecting each other. Dancers present body movements experience as spatial performance in the architectural environment it takes place. By examining dance, this study aims to investigate the way bodies move through and interact with space and how cultural cognition affects their relationship. Javanese traditional people have the cosmological belief that humans are just a small part microcosmos who must know their position with the more significant power in the universe macrocosmos. Javanese traditional people use this belief to form architecture, which also their traditional dance. Srimpi Dance is one of the most known traditional Javanese dance, which closely related to the regional culture and tradition that held as a sacred ceremony by Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat Kraton Jogja. The study uses the qualitative approach by examining the Srimpi dance performance recording at Bangsal Sri Manganti Ward of Kraton Yogyakarta. The result indicates the cosmological belief they hold influence how the dancer of the Srimpi dance embodied the space by the power of the center and north south oriented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Zahra Azindani
"The objective of this writing is to see how cosmology affects architecture, especially architecture in Sumur Gumuling. It tried to describe any cosmic elements in Sumur Gumuling?s well edifice. Sumur Gumuling is a meditation place for Sultan of Yogyakarta during Sultan HB I till Hb IV inside Taman Sari (Royal Garden). That unique shape is believed having a strong relation with cosmological meaning. That issue becomes important point in this writing. For that reason, it is necessary to approach this writing through cultural aspects under
description and analytical explanation. The method is by reviewing some theories and collected data which related with the discussion, such as architecture; cosmology; and Javanese culture values and view. After analytical process, it proves that unusual shape of Sumur Gumuling has a relation and similar characteristics with Javanese cosmology. It reflected the sacredness of the building at the same time. Architecture of Sumur Gumuling, moreover, is a representation of a journey between one cosmos to another.

Tulisan ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana kosmologi mempengaruhi arsitektur, khususnya pada aristektur Sumur Gumuling. Selain itu juga untuk mencoba menjabarkan unsur-unsur kosmik apa saja yang berada pada bangunan Sumur Gumuling. Sumur Gumuling merupakan sebuah bangunan tempat Sultan Yogyakarta bersemadi yang berada di dalam kompleks Taman Sari. Ia digunakan selama masa Sultan HB I hingga HB IV. Bentuknya yang unik memunculkan dugaan bahwa ia memiliki hubungan yang kuat dengan makna kosmologis.
Permasalahan itulah yang kemudian menjadi poin penting dalam tulisan ini. Untuk itu dalam penulisan ini perlu dilakukan pendekatan aspek budaya dengan penjelasan secara deskriptif dan analitis. Metode yang dilakukan adalah dengan mengkaji teori dan menghimpun data-data yang berkaitan dengan pembahasan tersebut, seperti mengenai arsitektur, kosmologi dan nilai-nilai budaya serta pandangan masyarakat Jawa. Setelah melakukan analisis, terbukti bahwa bentuk
tidak lazim yang dimiliki oleh Sumur Gumuling memiliki hubungan dan
kesamaan karakteristik dengan kosmologi Jawa. Hal ini sekaligus merefleksikan kesakralan bangunan tersebut. Lebih dari itu, arsitektur Sumur Gumuling bahkan merupakan sebuah penggambaran dari perjalanan antar tingkat kosmik."
Universitas Indonesia Fakultas Teknik, 2015
S60727
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priatna Sudrajat
"Pada Al qur'an dan Sunnah Rasul, tidak terdapat definisi yang jelas mengenai bentuk masjid. Oleh karena itu penerjemahan bentuk masjid ke dalam wujud arsitektur lebih disebabkan oleh bagaimana ia menerjemahkan kata masjid itu sendiri. Kehadiran masjid berarsitektur modern merupakan sebuah pertanda bahwa sebuah bangunan masjid dapat dibangun berdasarkan trend gaya arsitektur yang sedang berkembang. Kehadirannya dilatarbelakangi oleh munculnya kalangan masyarakat muslim modern. Mereka mempunyai pemikiran yang terbuka dan mau menerima adanya pembaharuan dalam hidup mereka. Selain faktor masyarakat, faktor lingkungan baik secara umum maupun khusus juga melatarbelakangi timbulnya masjid jenis ini. Walau bagaimana pun juga, penggunaan arsitektur modern sebagai arsitektur masjid bukanlah suatu hal umum / biasa. Karena pada saat ini arsitektur modern lebih banyak diterapkan pada bangunan komersial seperti pada gedung perkantoran maupun pada bangunan rumah tinggal. Oleh karena akan sangat menarik sekali apabila kita dapat mengkaji bagaimana penerapan kaidah-kaidah arsitektur modern pada bangunan masjid tersebut.
Skripsi ini membahas mengenai sejauh mana pengaruh arsitektur modern terhadap desain bangunan masjid. Pembahasan dalam skripsi ini melalui studi literature dan studi kasus, dengan meninjau pada kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar, prinsip serta ciri yang diterapkan pada masjid berarsitektur modern, serta yang menjadi permasalahan utama mengenai pengaruh arsitektur modern terhadap desain bangunan masjid. Studi kasus yang diambil adalah masjid yang benar-benar menggunakan arsitektur modern sebagai arsitektur masjidnya. Dari tinjauan yang dilakukan, terlihat bahwa ternyata arsitektur modern sangat mempengaruhi wujud fisik dari bangunan masjid tersebut, yang dapat terlihat pada bentuk bangunannya, denahnya, tampaknya, pengolahan ruang dalam, dan bahkan juga mempengaruhi komponen arsitektur masjidnya itu sendiri.

On holly Qur'an and Sunnah Rasul there isn't any clear definition on the form of mosque. Because of that, the translation of mosque form into architectural form was based on how he / she translates the word of mosque by his or herself. The existence of modern architectured mosque is an indication that a mosque can be build based on architecture style which is popular at that time. It existence was based on the appearance of modern moslem society. They have an open minded mind and also can accept the transformation on their life. Besides that, environment , generally or specifically, also become a background on the appearance of this kind of mosque. However, the implementation of modern architecture on mosque architecture is an uncommon / unusual thing. Since in the present day, modern architecture is more implemented on commercial building like office building or a residence building. Because of that it will be an interesting subject if we can investigate on the implementation of modern architecture principle on that mosque.
This writing discusses how far it could be a modern architecture will effects the design of the mosque. Literature and case study are used to explore the condition of society and environment around, principles an characteristic which is implemented to the modern architecture mosque, and also which become the main question which is the effects of modern architecture on mosque design. The case study was conducted on a mosque which is truly use modern architecture as it's mosque architecture. The case study indicates that modern architecture is give a great effects on physical form of that mosque, which can be seen on it's form, it's ground plan, it's facade, on the way the architect arrange the mosque inside space, and also the component of the mosque architecture itself.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
"Geomorphology of coastal zones in Jepara, Indonesia."
Bulaksumur, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2014
333.917 SUN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Prasetyo Hutomo
"Tulisan ini untuk memahami sejarah dan arsitektur masjid di Aceh yang dibangun diatas rertuntuhan Candi Hindu. Studi ini penting untuk memahami pengaruh dari Hindu terhadap arsitektur masjid di Indrapuri. Tulisan ini terdiri dari konten, metodologi dan kesimpulan.

This paper aim is to understand the history of mosque architecture in Aceh which was built on the former site of Hindu temple. This study is important to understand the influence of Hindu to mosque architecture in Indrapuri. This following paper will along with the content, methodology and conclusion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Janah Dwi S.
"Masjid merupakan bangunan tanpa aturan yang kaku sehingga membuat masjid menjadi bangunan yang dinamis. Masjid dapat menunjukkan pengetahuan masyarakat pembuatnya. Melalui Masjid Perempuan diharapkan dapat memperlihatkan ciri khas Masjid Perempuan Yogyakarta dan Surakarta. Penelitian ini membahas tentang Masjid Perempuan Kauman, Yogyakarta dan Masjid Perempuan Keprabon, Surakarta. Analisis dilakukan dengan melakukan kajian perbandingan terhadap Masjid Umum abad 18 dan 20.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat tujuh ciri yang muncul pada Masjid Perempuan antara lain; berpondasi masif, beratap tumpang, tidak memiliki pawestren atau ruang untuk laki-laki, tidak memiliki mimbar, memiliki bangunan tambahan berupa dapur dan gudang, memiliki ornamen hias kaca es pada pintu atau jendela, dan memiliki kanopi. Melalui kajian terhadap Masjid Perempuan maka tampak bahwa perempuan muslim pada masa itu telah memiliki kedudukan yang kuat dalam masyarakat dan mampu menunjukkan keberadaan dan identitas mereka.

The mosque is a building without the rigid rules that make a mosque to be dynamic building. Mosques can demonstrate knowledge of the society. Through the Women's Mosque is expected to show typical of Woman Mosque at Yogyakarta and Surakarta. This research discusses about the Women's Mosque at Kauman, Yogyakarta and Women's Mosque at Keprabon, Yogyakarta, Surakarta. Analysis is performed by a comparison of the 18th and 20th century Common Mosque.
The results showed that there were seven characteristics that appear in Women's Mosque among others ; has a massive structure, overlapping roof, do not have pawestren or space for men , do not have a pulpit , having additional buildings such as kitchens and warehouses, has stained glass decorative ornament on the door or window, and has a porch gate. Women's Mosque suggests that Muslim women in the past have had a strong foothold in the community and be able to demonstrate the existence and identity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53115
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>