Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108886 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Kumalaratri
"ABSTRACT
Waktu memiliki keberagaman kondisi dalam melingkupi kehidupan
manusia. Waktu merupakan kondisi yang menerus dan memutar, dan juga paradoksikal. Paradoksikal menjelaskan waktu sebagai kondisi yang berpotongan dan tidak terprediksi disebabkan oleh keberagaman intuisi dan antisipasi manusia dalam menyusun perjalanan. Paradoksikal waktu mendefinisikan kegiatan manusia pada keseharian sebagai present yang merupakan akibat dari pengalaman past dan antisipasi future. Dalam arsitektur, belum banyak tersedia representasi yang mengakomodasi sifat paradoksikal waktu. Medium arsitektur kadang menghadirkan waktu sebagai keadaan yang statik, sedangkan waktu adalah keadaan dinamis yang multidimensi dan multiperspektif. Paradoksikal waktu membutuhkan representasi yang tidak konvensional untuk menjelaskan karakternya. Sehingga, paradoksikal waktu beralih pada media yang memiliki kualitas praktik keseharian berupa perjalanan spasial dan temporal yang bersifat subyektif. Film adalah media representasi waktu yang memberikan visualisasi arsitektur berupa perjalanan temporal. Film memiliki kemampuan untuk menampilkan subyektivitas present sebagai kemungkinan yang terikat pada past dan future melalui narasi. Hal tersebut merupakan potensi film sebagai visualisasi arsitektur yang mampu menjelaskan present sebagai kondisi yang beragam. Komponen abstraksi dan visualisasi film mampu menjelaskan paradoks melalui media sinematik, yaitu media yang bercerita akan perjalanan ruang melalui waktu. Melalui penelusuran komponen film tersebut, didapatkan pengertian paradoksikal waktu dalam kehidupan sebagai keseharian yang mengikat kemungkinan kondisi past-future.

ABSTRACT
Time encompasses human in their lives through its various conditions. Time is linear and cyclical, and it is also paradoxical. Paradoxs describe time as an intersecting and unpredictable conditions caused by the diversity of human intuitions and anticipations in composing journey. Paradoxical in time defines human activities in everyday life as present that is caused by past experiences and future anticipations. In architecture, there have not been many representations that accomodate the paradoxical nature of time. Architectural mediums tend to present time as a static state, while time dynamically is multidimensional and multiperspective. Paradoxs needs unconventional representation to unfold its character. It is then shifting to media with everyday practices quality, which is a journey of subjectivity. Film is the time representation media that delivers architecture visualisation through temporal experience. Its abstraction and visualisation components are able to explain paradoxs of time through cinematic media, the media that tells the story of space through time. Film has the ability to project subjectivity in present as possibilities that binds past and future through narration. It is film potential of explaining present as a diverse condition. By searching the components of film, we can understand the paradoxical sense of time as everyday life that binds the possibilities of past future conditions."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrul Helen
"Komik merupakan medium unik yang menggabungkan dua jenis representasi yaitu gambar dan teks untuk menyampaikan informasi dengan harapan dapat menghasilkan respon tertentu dari pembaca. Arsitektur di dalam komik tidak hanya digunakan sebagai background untuk menginformasikan kepada pembaca dimana suatu adegan terjadi (sense of place) dan untuk membangun emosi tertentu (sense of depth), namun arsitektur juga dapat digunakan sebagai elemen pembangun cerita di dalam komik. Studi kasus yang digunakan adalah komik "Yes is More, An Archicomic of Architectural Evolution" oleh BIG dan komik "Durarara" oleh Ryohgo Narita, Suzuhito Yasuda dan Akiyo Satorigi.

Comic book is a unique medium which combines two kinds of representations, images and words, to convey informations in hope to gain response from the readers. Architecture in comic book is not only used as background to establish sense of place and sense of depth to the readers, but also can be used as the constructor elements of the story in the comic book. The cases study for this topic are "Yes is More, An Archicomic of Architectural Evolution", a comic book by BIG and "Durarara", a comic book by Ryohgo Narita, Suzuhito Yasuda and Akiyo Satorigi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siegel, Curt
Bandung: Universitas Parahyangan, [date of publication not identified]
724.91 SIE st
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wiranti Sitoresmi
"Arsitektur didesain oleh arsitek untuk memenuhi sebuh fungsi yang diharapkan, namun pada akhirnya bagaimana objek arsitektur itu digunakan ditentukan oleh penggunanya; dimana mungkin saja sama seperti yang diharapkan ataupun tidak sama sekali. Untuk menganalisis bagaimana objek arsitektur „menyampaikan‟ baik itu fungsi fisik ataupun simbolis, diperlukan pemahaman untuk melihat objek tersebut sebagai sinyal dan melihat arsitektur sebagai sebuah sistem tanda melalui sebuah analisis semiologi. Analisis tersebut akan coba diaplikasikan pada Margo City, sebuah pusat perbelanjaan di Margonda Depok yang dikenal sebagai ikon Margonda, untuk memahami bagaimana sebuah bangunan mengkomunikasikan fungsinya pada pengguna melalui bentuk.

There is a phenomenon in architecture that even though an architect designs an architectural object with an intended function, the user would use it the way they perceive about the object, which maybe either exactly the same intended function or anything else. To analyze how the architectural object delivers the function ─ both physical and symbolical, there is a need to see it as a signal and to see architecture as a system of sign through the analysis of semiology. The analysis would be applied to Margo City, a shopping mall in Margonda Depok which is known as an icon of Margonda, to understand how the building communicate the function to the users through the forms."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharam Noor
"Perusahaan jasa konsultan arsitektur merupakan salah satu cakupan area industri jasa konstruksi yang memerlukan pembenahan terutama dalam peningkatan kinerja waktu dan kinerja mutu untuk mencapai kesuksesan di dunia persaingan yang semakin ketat dan global. Pembenahan terhadap penyimpangan faktor internal merupakan satu langkah awal yang perlu dilakukan, karena masalah internal dihasilkan sendiri oleh perusahaan dan berada dalam kendali organisasi perusahaan, antara lain terdiri dari manajemen, sumber daya manusia, manajemen sumber daya manusia, keuangan, budaya perusahaan, dan sumber daya lainnya. Pendekatan yang tepat untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan jasa konsultan arsitektur adalah dengan mengidentifikasi dan menganalisa pengaruh faktor-faktor internal perusahaan jasa konsultan arsitektur. terhadap peningkatan kinerja waktu dan kinerja mutu proyek.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal pada perusahaan jasa konsultan arsitektur yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja waktu dan mutu proyek. Dari hasil survey atau penyebaran kuesioner dan analisa AHP dapat diketahui faktor-faktor internal yang paling berpengaruh terhadap peningkatan kinerja waktu dan mutu proyek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor manajemen dan faktor sumber daya manusia merupakan faktor utama yang mempengaruhi indicator kinerja waktu dan kinerja mutu proyek sehingga dapat disimpulkan pengelolaan yang baik terhadap faktor internal tersebut dapat meningkatkan kinerja waktu dan kinerja mutu proyek perusahaan jasa konsultan arsitektur.

The architecture firm is one area from many area in the construction industry, it need reconciliation in project performance especially in time and quality performance to gain success in global world competition. Reconciliation in internal factors is a one step need to be done, because internal factors are created by the firm and control by the firm, the internal factors consists of management, human resources, management of human resources, finance, culture of the firm, and other resources. The exact approach to improve performance of the architecture firm is to identified and analyzed internal factors in architecture firm that effect the improvement of project performance especially in time and quality performance.
This research objective is to identified and analyzed internal factors in architecture firm that effect the improvement of project performance especially in time and quality performance. From the survey?s result and the use of Analytical Hierarchy Process (AHP) we should found the internal factors that significantly effect the improvement of project performance especially in time and quality performance.
This research has shown that the management factor, and human resources factor are significant factors that effect the improvement of project performance especially in time and quality performance, hence it will be concluded that proper organize for the management factor and human resources factor should improve the project performance of architecture firm especially in time performance and quality performance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T25061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kurniawan Adi Chandra
"Musik dan arsitektur merupakan dua bidang seni yang memiliki kaitan satu sama lain dalam aspek tertentu. Salah satunya pada prinsip dalam mendesain yaitu komposisi. Komposisi pada musik dibentuk dari elemen dasarnya yaitu melodi, harmoni dan ritme. Jazz sebagai salah satu jenis musik memiliki keunikan pada komposisinya yaitu improvisasi dimana melodi yang dimainkan merupakan ekspresi kebebasan dari sang pemain. Skripsi ini akan menganalisa komposisi pada arsitektur untuk mencari tahu apakah komposisi pada musik Jazz dapat ditemui dalam arsitektur.

Music and architecture are two different disciplines of art that related each other in some ways. Musical composition is formed by its elements; melody, harmony and rhythm. Jazz as one of musical style has a distinctive sound of its composition which is formed by improvisation, an expressive form of freedom from players. This thesis will analyze composition in architecture to find out whether jazz composition can be found in architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53272
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Anjani
"Dalam arsitektur grid banyak menjadi dasar untuk memberi bentuk, dimensi, dan susunan dalam skala interior maupun eksterior. Selain fungsi yang mewujud grid juga dapat digunakan sebagai proses yang memberi kerangka pada rancangan. Dengan memelajari grid dalam proses merancang Le Corbusier dan Peter Eisenman, dapat terlihat peran grid dalam praktek arsitektur dan arsitektur interior. Penggayaan dan konsep merancang dari masing-masing arsitek tersebut memengaruhi bagaimana grid diaplikasikan ke dalam rancangan. Terdapat dua realitas penggunaan grid yang bertolak belakang dari kedua arsitek. Le Corbusier menginginkan keteraturan dalam rancangannya, sedangkan Eisenman menciptakan dislokasi sebagai aturan baru dalam merancang.
Le Corbusier bermain dengan dimensi dan permukaan bidang grid yang diproyeksikan secara tiga dimensi untuk menghasilkan elemen interior dan keseluruhan bangunan, sedangkan Eisenman memanipulasi bidang-bidang grid dalam rancangannya sehingga terjadi ruang-ruang interior dan eksterior bangunan. Akan tetapi keduanya memiliki kesamaan yaitu adaptasi grid sebagai proses sistematis. Dalam hal ini grid menghasilkan elemen-elemen interior dan ruang-ruang yang tersusun dalam keseluruhan bangunan. Penggunaan grid sangat beragam sesuai tujuan yang ingin dicapai masing-masing arsitek. Elemen arsitektural dan elemen interior dapat dieksplorasi dan diekspresikan melalui berbagai metode merancang berbasis grid.

In the architecture grid is widely used as bases in providing the shape, dimension and structure in the interior as well as exterior scale. Beside its forming function, grid is also utilised as a process which provides structure in the design. By studying the grid in Le Corbusier and Peter Eisenman designing process, one can notice the role of grid in the practice of architecture and interior architecture. Styling and designing concept of both architects influence how grid being applied in the designs. There are two opposite use of grid between the two. Le Corbusier desires order in his designs, while Eisenman creates dislocation as new rules in designing.
Le Corbusier plays with dimension and grid plane which are projected into three dimension in order to create interior elements and the whole building, while Eisenman manipulates grid planes in his designs in such a way that creating interior spaces and the exterior of building. However, they have similarity, i.e. the adaptation of grid as systematic process. In this instance grid creates interior elements and structured spaces in the whole building. The use of grid can be so varies, depends on the goal of individual architects. Architectural and interior elements can be explored and expressed through all kind of grid-based designing methods.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ching, Francis D.K., 1943-
JAkarta: Erlangga, 1985
720.2 chi c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Didha Igasi Marindra
"Definisi permukaan adalah sebagai lapisan teratas ataupun terluar dari sesuatu. Dalam dunia arsitektur, permukaan berkaitan dengan bangunan sebagai produk utamanya. Oleh karena itu permukaan dalam arsitektur didefinisikan sebagai lapisan terluar dari bangunan, dengan muka/kulit/fasad/cover sebagai wujudnya. Permukaan memberikan tampilan pada bangunan dengan fungsi utama sebagai media representasi. Melalui permukaan, sebuah bangunan berkespresi baik secara arsitektural maupun fungsional. Wujud permukaan bangunan melalui suatu tahapan pembentukan sehingga mencapai hasil representasi yang diinginkan. Dalam usaha mewujudkan hal tersebut, permukaan berhubungan dengan penilaian visual akan kualitas yang dimilikinya. Penelitian ini mencoba mengidentifikasi sifat maupun karakter yang ada pada permukaan bangunan dalam usaha merepresentasikan dirinya.

Surface defined as the outside/uppermost layer of something. In architecture, surface related to the building as its main product. Hence the surface in architecture is the outermost layer of the building and has face/skin/facade/cover as its form. As the outermost layer, the surface gives the appearance of the building with the main function as a medium of representation. Building express both architecturally and functionally through the surface. The form of surface pass through a stage formation to achieve the desired outcome of representation. Aiming this goal, surface deal with visual assessment of the quality it has. This study tried to identify the nature and character of the building surface in an attempt to represent itself."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Fitri Ridayanti
"Arsitektur dan film di era modern ini tidak dapat dipisahkan dari segi generasi persepsi ruang Arsitektur dibangun di dan mengitari suatu ruang yang dapat menjadi setting untuk film sedangkan film adalah sebuah medium dua dimensi untuk mengeksplorasi dan menyajikan arsitektur sebagai kerangka sebuah narasi Arsitektur adalah komponen fundamental dalam rangka film dapat memberikan narasi Skripsi ini membahas bagaimana representasi arsitektur disampaikan sebagai kerangka narasi spasial film dan peran penting yang mereka pegang dalam menyampaikan pesan narasi yang mendasari dan pengalaman spasial dalam sebuah film.
Skripsi ini membahas pengerjaan dari real ke reel meminjam istilah Nezar AlSayyad yang merujuk realitas dan sinema menggunakan arsitektur modern di film Playtime Jacques Tati 1967 sebagai studi kasus Real dan reel adalah sebagai fokus utama skripsi ini Akhirnya skripsi ini mengamati konsep reel ke real bagaimana arsitektur dan film yang dapat mempengaruhi perspektif kita dalam hidup dan digunakan sebagai parameter untuk desain.

Architecture and film in this modern era are inseparable concerning the generation of perceptual spaces. Architecture is built in and around spaces, which may provide the setting for a film, whereas film stands as a two-dimensional medium to explore and present architecture as a narrative framework. Architecture is a fundamental component in order that film can deliver its narrative.
This thesis discusses how architectural representation is conveyed to encase the spatial narrative of a film and the important role they hold in conveying messages, underlying narratives, and the spatial experiences in a film. It discusses the workings of real to reel, borrowing Nezar AlSayyad's term in reference to the reality and the cinema, using the modern architecture in Jacques Tati's Playtime (1967) as a case in point. The real and reel stand as the main focuses of this thesis. Finally, it observes the concept of reel to real, how the architecture and film can affect our perspectives in life and be used as parameters for design.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>