Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 157667 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanna Raisya
"ABSTRAK
Perilaku ramah lingkungan merupakan faktor yang sangat penting dalam inisiatif pelestarian alam karena proses kerusakan yang terjadi pada lingkungan dilakukan karena ketidak-pedulian manusia. Oleh karena itu, pemahaman mengenai faktor-faktor yang membentuk perilaku ramah. Ada beberapa teori yang menjelaskan perilaku ramah lingkungan, antara lain teori Value-Belief- Norm VBN dan Nature Relatedness NR . Dalam model VBN dijelaskan bahwa perilaku ramah lingkungan merupakan suatu hasil dari proses pembentukan value, yang membentuk belief, yang selanjutnya akan membentuk personal norms, dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku ramah lingkungan. Sedangkan NR dianggap sebagai sebuah trait kepribadian yang berperan dalam perilaku ramah lingkungan. Sayangnya sebagian besar penelitian yang mengggunakan VBN dan NR dilakukan dengan partisipan negara-negara Barat. Dalam penelitian ini ingin diketahui apakah model VBN dengan tambahan variabel nature dapat menjelaskan perilaku ramah lingkungan. Selain itu ingin diketahui apakah siswa yang mendapatkan pendidikan khusus melalui kurikulum sekolah alam akan menunjukkan perbedaan pada variabel- VBN maupun NR. Partisipan penelitian ini adalah siswa SMP sekolah alam 219 orang dan siswa SMP sekolah umum 196 orang. Alat ukur yang digunakan adalah General Environmental Behavior Kaiser, Oerke, 2007, The Brief Values Scale Stern, 2000, The New Environmental Paradigm: Revised Dunlap, 2007, Awareness of Adverse Consequences, Ascription of Responsibilities dan Personal Norms Han, 2015 , dan The Nature Relatedness Scale Nisbet Zelenski, 2009 . Melalui model perhitungan model SEM diketahui bahwa variabel yang dapat menjelaskan perilaku ramah lingkungan secara signifikan hanyalah nature relatedness r = 0.81 , sementara variabel biospheric values, new environmental paradigm, awareness of adverse consequences, ascription of responsibilities dan personal norms ditemukan tidak mempengaruhi Perilaku Ramah Lingkungan secara signifikan. Dengan menggunakan independent sample t-test, ditemukan tiga variabel yang secara signifikan berbeda diantara kelompok siswa sekolah alam dan umum yaitu: Ascription of Responsibility, Personal Norms, dan Perilaku Ramah Lingkungan. Pada variabel ascription of responsibilities dan personal norms, ditemukan bahwa siswa sekolah umum memiliki skor rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan siswa sekolah alam. Sementara pada variabel Perilaku Ramah Lingkungan, siswa di sekolah alam secara signifikan memiliki skor rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa sekolah umum. Hasil yang diperoleh akan dibahas lebih lanjut dalam bagian diskusi pada makalah ini.

ABSTRACT
Pro environmental behavior is a factor that is most important in explaining humans rsquo initiative to conserve nature. Thus, an understanding of how this behavior is adopted is important to know to prevent futher casualties towards the environment. The VBN model gives a thorough explanation that Pro Environmental Behavior which origins from a persons values, to their beliefs and finally their personal norms. This research also includes nature relatedness NR since it is considered more or less as a personality trait that contributes to pro environmental behavior. Unfortunately, most of the researches, which includes the VBN model and the NR variable, can only found in western contexts. Other than that, this research tries to find whether or not there will be any significant differences in the level of both VBN and NR between pupils that go to a general school and nature based schools. Participants in this research are middle school pupils from nature based schools 219 participants and from a general school 196 participants . Through Structural Equation Model, it is found that the only variabel significant to determine Pro Environmental Behavior is Nature Relatedness r 0.81 , thus the modified VBN Model that is proposed in this research cannot be applied. Other variables that do not significantly to predict pro environmental behavior are variables biospheric values, new environmental paradigm, awareness of adverse consequences, ascription of responsibilities and personal norm. Another finding in this research is that through an Independent Sample T Test, pupils from a general school curriculum have a significantly higher score in ascription of responsibilities and personal norms compared to pupils who attend a nature based school curriculum. In addition to that, pupils who attend a nature based school curriculum are proven to have a significantly higher score in Pro Environmental Behavior compared to pupils who attend a normal based school curriculum. Results that were obtained will later be discussed in the discussion section. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Benyamin
"ABSTRACT
Penggunaan plastik sekali pakai yang berlebihan oleh manusia membuat zaman ini dapat disebut sebagai zaman plastik. Dampaknya, alam menjadi rusak dan membahayakan keberlangsungan hidup berbagai spesies. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan model teoretis yang dapat menjelaskan perilaku ramah lingkungan sebagai solusi persoalan zaman plastik ini. Studi literatur menunjukkan perilaku ramah lingkungan dapat dijelaskan oleh teori value-belief-norm VBN , paparan alam, serta keterhubungan dengan alam, namun belum ada penelitian yang mengintegrasikan variabel-variabel tersebut menjadi model teoretis yang terpadu. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner, observasi perilaku, dan juga focus group discussion pada sampel 533 murid kelas lima Sekolah Dasar Alam dan Umum di wilayah Jabodetabek. Lingkungan alam di sekitar sekolah, latar belakang budaya, usia, domisili, serta lama bersekolah dikontrol. Data diolah menggunakan analisis Structural Equation Modelling SEM serta independent sample t-test. Analisis statistik menemukan dari empat model yang diuji, model 3 yang adalah integrasi VBN, paparan alam, dan keterhubungan dengan alam, paling baik menjelaskan perilaku ramah lingkungan anak. Selain itu ditemukan perbe-daan yang signifikan antar murid sekolah alam dan umum pada variabel perilaku ramah lingkungan, AC, AR, PN, serta paparan alam.

ABSTRACT
Our excessive consumption of single use plastic has made this era become a plastic age. As result, nature has been degraded and many species live on the brink of extinction. This study aims to find out a theoretical model which could explains pro environmental behaviour PEB as a solution to this plastic age issue. Literature study shows that PEB could be explained by value belief norm VBN theory, nature exposure, and nature relatedness, nevertheless none has attempted to integrate these variables into one comprehensive model. Questionnaires, observation, and focus group discussion is used to obtain data from 533 fifth grader students in Nature based Sekolah Alam and Public Elementary School in Jabodetabek. School environment, cultural background, age, length of study, and where the participants live are controlled. Data is then processed through Structural Equation Modelling SEM and independent sample t test. It is found that out of the 4 models tested, model 3 which is an integration of VBN, nature exposure, and nature relatedness, could explain PEB in children the best. Furthermore this study found out that there is a significant difference between Nature based and Pubic School students rsquo PEB, AC, AR, PN, and nature exposure variables. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Johanna Maria Agustine
"Terjadinya kerusakan alam saat ini cenderung diakibatkan oleh aktivitas konsumsi manusia yang berlebihan sehingga penting untuk menerapkan perilaku konsumsi berkelanjutan. Penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa kedekatan dengan alam dapat meningkatkan berbagai perilaku ramah lingkungan, salah satunya perilaku konsumsi berkelanjutan. Meskipun demikian, kedekatan dengan alam ternyata tidak selalu memengaruhi perilaku konsumsi berkelanjutan secara langsung dan faktor-faktor yang melatarbelakangi pengaruhnya masih kurang dibahas. Berdasarkan hasil-hasil penelitian di bidang lingkungan, penelitian ini menduga bahwa nilai biosfer dan identitas diri lingkungan berperan sebagai faktor perantara yang dapat menjelaskan pengaruh kedekatan dengan alam terhadap perilaku konsumsi berkelanjutan. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang melibatkan 308 partisipan di Indonesia dengan rentang usia 18-59 tahun (M=27.57, SD=10.73). 64.3% partisipan penelitian ini berjenis kelamin perempuan dan 35.7% lainnya berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai biosfer dan identitas diri lingkungan masing-masing memediasi pengaruh kedekatan dengan alam terhadap perilaku konsumsi berkelanjutan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa nilai biosfer dan identitas diri lingkungan dapat memediasi pengaruh kedekatan dengan alam dan perilaku konsumsi berkelanjutan secara serial atau berurutan sebagai mediator pertama dan kedua. Meskipun demikian, penelitian ini menemukan bahwa kedekatan dengan alam dapat secara signifikan memengaruhi perilaku konsumsi berkelanjutan meskipun nilai biosfer dan identitas diri lingkungan telah dikontrol sehingga terjadi partial mediation. Artinya, perilaku konsumsi berkelanjutan juga dapat dipengaruhi oleh kedekatan dengan alam tanpa melalui pengaruh dari nilai biosfer dan identitas diri lingkungan. Kedekatan dengan alam memegang peranan penting dalam meningkatkan perilaku konsumsi berkelanjutan secara langsung maupun tidak langsung melalui pembentukan nilai biosfer dan identitas diri lingkungan sehingga mempererat hubungan dengan alam dapat menjadi langkah awal bagi masyarakat Indonesia untuk mengatasi permasalahan lingkungan.

The occurrence of environmental damage tends to be caused by excessive consumption so that implementing sustainable consumption behavior is considered important. Previous studies found that nature relatedness could enhance various environmentally-friendly behaviors, one of which is sustainable consumption behavior. However, nature relatedness does not always directly influence sustainable consumption behavior and the factors underlying its influence are still under-discussed. Based on the results of previous environmental studies, the current study expects that biospheric values and environmental self-identity act as intermediary factors that can explain the influence of nature relatedness on sustainable consumption behavior. This is a correlational study involving 308 participants in Indonesia with an age range of 18-59 years old (M=27.57, SD=10.73). 64.3% of the participants in this study are female and the other 35.7% are male. The results of this study indicated that biospheric values and environmental self-identity respectively mediate the influence of nature relatedness on sustainable consumption behavior. Results also showed that biospheric values and environmental self-identity can mediate the influence of nature relatedness on sustainable consumption behavior serially or sequentially (i.e. as the first and second mediator). Nevertheless, this study found that nature relatedness can significantly influence sustainable consumption behavior although biospheric values and environmental self-identity have been controlled so there occurs a partial mediation. It implies that sustainable consumption behavior can also be influenced by nature relatedness without going through the influence of biospheric values and environmental self-identity. Nature relatedness plays an important role in promoting sustainable consumption behavior directly or indirectly through the development of biospheric values and environmental self-identity so that strengthening a close personal relationship with nature can be a first step for Indonesian society to address environmental problems."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chesylia Helmi
"Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa persepsi perilaku ramah lingkungan (PRL) dapat memprediksi PRL di masa depan. Hal ini dapat dijelaskan oleh teori behavior spillover, yang menjelaskan bahwa perilaku masa lampau memengaruhi perilaku masa depan. Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa PRL dapat ditingkatkan melalui pemberian label. Secara teoritis, ketika individu menerima suatu label, individu tersebut juga menerima ekspektasi untuk berperilaku sesuai dengan label tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh persepsi PRL dan pemberian label terhadap PRL spesifik di masa depan, yaitu perilaku mengurangi penggunaan sedotan plastik. Penelitian ini merupakan studi eksperimen lapangan yang dilakukan di kantin empat fakultas berbeda di Universitas Indonesia. Partisipan merupakan mahasiswa yang direkrut secara aksidental di lokasi penelitian dengan ajakan verbal. Di akhir sesi eksperimen, partisipan menukar kupon minuman gratis di sebuah konter minuman, di mana seorang konfederat yang berpura-pura menjadi penjual minuman mencatat apakah mereka menggunakan sedotan plastik atau tidak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemungkinan individu untuk tidak menggunakan sedotan plastik 74% lebih tinggi apabila individu memersepsikan telah melakukan banyak PRL. Sementara itu, pemberian label “Pejuang Lingkungan” dan interaksinya dengan persepsi PRL tidak memengaruhi penggunaan sedotan plastik individu.

Previous studies have shown that perception of past pro-environmental behaviors (PEB) predicts future PEBs. This phenomenon can be explained by behavior spillover theory which explains that past behaviors may predict future behaviors. Moreover, previous studies have also shown that PEB can be increased with labeling. Theoretically, when people receive a label, they also receive the expectation to behave in a way that is consistent with the label. This study aims to see the influence of PEB perception and labeling on a specific future PEB, which is reducing plastic straw usage. This study is a field experiment, which was conducted at the canteen of four different faculties in Universitas Indonesia. Participants are university students which were recruited accidentally at the experiment location. At the end of the experiment session, participants were given a free drink voucher to redeem at a counter, where a confederate pretending to be the seller records participant’s straw usage. The result shows that the probability to not use plastic straw is 74% higher if individuals perceive they have done many pro-environmental behaviors. Meanwhile, labeling participants “Pejuang Lingkungan” and its interaction with pro-environmental behavior perception does not influence individuals’ straw usage."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarah Beby Ningrum
"Kerusakan lingkungan telah terjadi hampir di semua wilayah di dunia, terutama wilayah dengan jumlah penduduk yang tinggi seperti wilayah perkotaan. Penerapan perilaku ramah lingkungan sebagai bentuk perlindungan lingkungan perlu diterapkan oleh semua orang termasuk mahasiswa. Namun, berdasarkan penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kepedulian lingkungan dan perilaku ramah lingkungan pada mahasiswa masih termasuk rendah.
Riset ini bertujuan untuk menganalisis hubungan faktor sosio-demografi (jenis kelamin, usia, dan pendapatan), kepedulian lingkungan, dan pengetahuan dengan perilaku ramah lingkungan pada mahasiswa, serta menyusun strategi untuk mengoptimalkan perilaku ramah lingkungan pada mahasiswa di wilayah kampus.
Metode yang digunakan pada riset adalah metode kuantitaf dan kualitatif. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan Spearman test dan metode AHP untuk penentuan strategi.
Hasil riset menunjukkan tidak adanya hubungan antara faktor sosio-demografi dengan perilaku ramah lingkungan pada mahasiswa. Kepedulian lingkungan yang dimiliki 46% mahasiswa termasuk kategori peduli dan 38% mahasiswa memiliki perilaku ramah lingkungan yang baik. Dari hasil penelitian juga ditemukan terdapat hubungan yang yang signifikan diantara kepedulian lingkungan dan perilaku ramah lingkungan pada mahasiswa dengan kekuatan sedang (r=0,459). Pengetahuan tentang lingkungan memiliki pengaruh yang kecil terhadap perilaku ramah lingkungan pada mahasiswa. Strategi yang dapat diterapkan sesuai kriteria yang terpenting adalah strategi kebijakan berupa imbalan dan pinalti.

Environmental damage has occurred in almost all regions of the world, especially in urban areas. Pro-environmental behavior is a form of environmental protection needs to be applied by everyone including college students. However, based on previous research shows that environmental concern and pro-environmental behavior among students is still low.
This research aims to analyze the correlation of socio-demographic factors (gender, age, and income), environmental concern, and knowledge with pro-environmental behavior to students, and develop strategies to optimize pro-environmental behavior for students in the campus area.
The method used in this research is quantitative and qualitative methods. Correlation test was carried out using Spearman test and AHP method for determining strategies. The results of the research showed no correlation between socio-demographic factors with pro-environmental behavior among college students. Environmental concern of 46% of students have good category and 38% of students have good pro-environmental behavior.
The results of the study also found a significant relationship between environmental concern and pro-environmental behavior among students with moderate strength (r=0.459). Knowledge of the environment has small influence towards pro-environmental behavior among students of SIL and SKSG. The applicable stategies in accorddance with the most important criteria are implementing policy strategy in the form of reward and penalty.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2019
T53503
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Dewi Iswari
"Perilaku manusia adalah faktor utama yang menyebabkan kerusakan lingkungan secara global. Hal ini disebabkan oleh perilaku peduli lingkungan masih sangat minim, termasuk di kalangan siswa. Salah satu upaya yang dilakukan untuk membentuk perilaku peduli lingkungan yaitu dengan jalur pendidikan. Sistem pendidikan memuat faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu faktor eksternal berupa kebijakan sekolah dan faktor internal berupa pengetahuan, sikap, dan tindakan individu. Rumusan masalah penelitian ini adalah masih rendahnya perilaku peduli lingkungan di kalangan siswa padahal adanya kebijakan sekolah sudah seharusnya mampu membentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa sehingga menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab pada lingkungan. Atas dasar deksripsi tersebut, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan gambaran mengenai kebijakan sekolah di SMP Insan Rabbany dan SMP Insan Harapan serta tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa yang kemudian dihubungkan dengan perilaku peduli lingkungan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan kebijakan sekolah di SMP Insan Rabbany dan SMP Insan Harapan sudah memiliki kriteria baik yang artinya sudah mampu untuk mendukung perilaku peduli lingkungan di kalangan siswa. Kebijakan yang paling berpengaruh terhadap pembentukan perilaku peduli lingkungan yaitu adanya peran serta guru dalam upaya pengawasan pelaksanaan aturan-aturan yang mendukung perilaku peduli lingkungan. Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan siswa mengenai lingkungan di SMP Insan Rabany dan Insan Harapan sudah baik dengan masing-masing persentase untuk pengetahuan 97 dan 98, sikap 98 dan 100 serta tindakan 72 dan 76. Perilaku peduli lingkungan yang diukur dari perilaku membuang sampah, menjaga kebersihan kelas, dan hemat energi di kalangan siswa SMP Insan Harapan lebih baik jika dibandingkan dengan SMP Insan Rabbany. Faktor yang lebih berpengaruh terhadap pembentukan perilaku peduli lingkungan ini adalah faktor eksternal kebijakan sekolah yaitu adanya faktor norma dan pengawasan dalam implementasi norma tersebut."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiah Nur Utami
"ABSTRAK
Untuk mengurangi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dihasilkan perusahaan, penting bagi perusahaan tersebut untuk melibatkan para pekerjanya. Pekerja harus didorong untuk menerapkan perilaku pro-lingkungan dan untuk itu perusahaan harus memahami motivasi dibalik perilaku tersebut. Terkait hal ini, studi ini ingin membuktikan apakah value-identity-personal norms VIP model mampu memprediksi perilaku lingkungan pekerja. Menggunakan metode Partial Least Square Structural Equation Modeling PLS-SEM, hasil analisa menunjukan bahwa biospheric value, environmental self-identity, dan personal norms to behave pro-environmentally at work terbukti terkait satu sama lain. Selanjutnya, personal norms terbukti secara signifikan terkait negatif terhadap penggunaan energi di lingkungan kerja dan positif terhadap pencegahan dan daur ulang sampah kertas. Sayangnya, personal norms tidak dapat memprediksi perilaku penggunaan energi pekerja terkait transportasi. Sementara secara keseluruhan, personal norms hanya mampu menjelaskan secara lemah ketiga tipe perilaku lingkungan pekerja tersebut yang menandakan bahwa terdapat peran dari faktor lain yang mungkin bermain, seperti faktor konstekstual. Untuk itu, studi ini merekomendasikan perusahaan untuk tidak hanya membangun biospheric value, environmental self-identity, dan personal norms to behave pro-environmentally at work dalam diri para pekerjanya, namun juga membangun linkungan kerja yang memfasilitasi mereka untuk menerapkan perilaku pro-lingkungan.

ABSTRACT
To reduce pollution and environmental degradation imposed by corporates, it is important for them to involve their workers. The workers have to be encouraged to perform pro environemental behaviors and hence corporates have to understand the antecedents behind the behaviors. This study then aims to examine whether a value identity personal norms VIP model can predict workers environmental behaviors. By utilizing Partial Least Square Structural Equation Modeling PLS SEM method, the results show that biospheric value, environmental self identity, and personal norms to behave pro environmentally at work are indeed related to one another. Further, personal norms is proven to be significantly negatively related to energy use at workplace and positively related to paper waste prevention and recycling. Unfortunately, personal norms are not succesful in predicting energy use related to transportation. Over all, personal norms weakly explain the three types of workers environmental behavior which indicates that there might be a role from other factor, such as contextual factor. Hence, this study recommends corporates not to only strengthening workers rsquo biospheric value, environmental self identity, and personal norms to behave pro environmentally at work, but also providing them with working circumstances that facilitate workers to actually perform pro environmental behaviors. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selma Amyra Ivanza
"Perilaku berkelanjutan merupakan hal yang penting untuk dimiliki mahasiswa yang dipercaya sebagai agen perubahan. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kedekatan dengan alam secara konsisten terbukti sebagai prediktor perilaku pro-lingkungan, namun masih sedikit penelitian yang meneliti hubungan kedekatan alam dengan perilaku berkelanjutan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara kedekatan dengan alam dengan perilaku berkelanjutan serta hubungan apa yang terjalin pada kedekatan dengan alam dan perilaku berkelanjutan secara spesifik pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dengan target partisipan mahasiswa aktif. Data diperoleh melalui kuesioner yang bersifat daring. . Partisipan yang didapatkan memiliki rentang usia 18 - 27 tahun (M = 20.89, SD = 1.471) dan terdiri atas 35 laki-laki dan 203 perempuan (M = 1.85, SD= 0,355). Penelitian ini menggunakan analisis statistik Pearson Correlation dan regresi linear sederhana. Hasil yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kedekatan dengan alam dan perilaku berkelanjutan, dimana kedekatan dengan alam secara signifikan dapat memprediksi perilaku berkelanjutan r(238) = , R2 = 0.402, F(1,236) = 158.730, p < 0.01. Implikasi dari penelitian ini sebagai dasar urgensi pendidikan berbasis kepedulian lingkungan untuk meningkatkan kedekatan dengan alam pada individu sehingga harapannya akan meningkatkan perilaku berkelanjutan di Indonesia.

It is crucial for college students who are believed to be the agents of change to have sustainable behavior. From previous research, it is understood that nature relatedness has consistently been proven to be a predictor of pro-environmental behavior, but there are only a handful of studies that discuss the relationship between nature relatedness and sustainable behavior. Therefore, this study aims to see whether or not there is a relationship between nature relatedness and sustainable behavior, and what kind of relationship exists between both of the variables, specifically in college students. This study applies correlational research design with active college students as the participants. The data were obtained from an online questionnaire. The participants who were obtained had an age range of 18 - 27 years (M = 20.89, SD = 1,471), consisted of 35 males and 203 females (M = 1.85, SD = 0.355). This research utilizes Pearson Correlation statistical analysis and simple linear regression. The results found in this study indicate that there is a positive and significant relationship between nature relatedness and sustainable behavior, where nature relatedness can significantly predict sustainable behavior r(238) = , R2 = 0.402, F(1,236) = 158.730, p < 0.01. The implication of this study is to serve as the basis for the urgency of environmental awareness based education to increase the nature relatedness in individuals in hope that it will increase sustainable behavior in Indonesia."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamalia
"[ABSTRAK
Kegiatan pendakian gunung di Indonesia saat ini sedang menjadi trend dikalangan anak muda dan dewasa. Namun, sejumlah masalah lingkungan di gunung meningkat seiring dengan peningkatan jumlah pendaki gunung. Banyak penelitian yang menekankan pentingnya memahami nilai personal ketika menjelaskan perilaku pro-lingkungan (Fransson & Garling 1999). Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran nilai personal terhadap perilaku pro-lingkungan pada pendaki gunung. Sebanyak 127 responden mengisi kuesioner alat ukur perilaku pro-lingkungan (Dimensi Perilaku dan New Ecological Paradigm Scale) dan nilai. Pada penelitian ini, hasil penelitian menunjukkan ada dua nilai personal yang memiliki peranan terhadap perilaku pro-lingkungan. Kedua nilai tersebut adalah nilai universalism (F=92,35, p<0,05) dan nilai power (F=46,33, p<0,05). Lebih lanjut diketahui bahwa terdapat perbedaan perilaku pro-lingkungan pada responden anggota kelompok pecinta alam (KPA) dan bukan anggota KPA, responden yang memiliki pengalaman mendaki gunung yang lebih banyak dengan yang lebih sedikit pengalaman, serta responden yang memiliki pengalaman belajar sebelumnya dengan yang tidak memiliki pengalaman belajar sebelumnya.

ABSTRACT
Mountaineering activities in Indonesia is currently a trend among young people and adults. However, a number of environmental problems in the mountains increases with increasing number of mountaineers. Many studies emphasize the importance of understanding personal values when explaining pro-environmental behavior (Fransson & Garling 1999). The aim of this research is to examine the role of personal value toward pro-environmental behavior among mountaineer. A total of 127 respondents complete questionnaires on pro-environmental behavior (Dimension of behavior and New Ecological Paradigm Scale) and value. In this research, the result indicates that two personal values have roles on pro-environmental behavior, those values are universalism (F=92,35, p<0,05) and power (F=46,33, p<0,05). Furthermore, the result points out that there are differences in pro-environmental behavior among respondents who are members of nature lovers? group and who are not, among respondents with more mountaineering experience and with less experience, and also among respondents who have previous learning experience and who have no prior learning experience.
, Mountaineering activities in Indonesia is currently a trend among young people and adults. However, a number of environmental problems in the mountains increases with increasing number of mountaineers. Many studies emphasize the importance of understanding personal values when explaining pro-environmental behavior (Fransson & Garling 1999). The aim of this research is to examine the role of personal value toward pro-environmental behavior among mountaineer. A total of 127 respondents complete questionnaires on pro-environmental behavior (Dimension of behavior and New Ecological Paradigm Scale) and value. In this research, the result indicates that two personal values have roles on pro-environmental behavior, those values are universalism (F=92,35, p<0,05) and power (F=46,33, p<0,05). Furthermore, the result points out that there are differences in pro-environmental behavior among respondents who are members of nature lovers’ group and who are not, among respondents with more mountaineering experience and with less experience, and also among respondents who have previous learning experience and who have no prior learning experience.
]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S61983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggy Febiarthy
"Peliknya masalah sampah berkaitan erat dengan perilaku dan aktivitas manusia sehingga dibutuhkan pendekatan perubahan perilaku dan partisipasi masyarakat salah satunya melalui pengelolaan sampah berbasis zero waste. Konsep zero waste dikemas oleh komunitas virtual Belajar Zero Waste (BZW) dalam inovasi kelas BZW yaitu pembelajaran daring selama 16 pekan untuk membentuk perilaku pro lingkungan. Penelitian secara kualitatif dilakukan untuk menganalisa proses perubahan perilaku pro lingkungan pada komunitas BZW menggunakan model konseptual pengambilan keputusan teori difusi inovasi. Hasil penelitian menujukkan bahwa perubahan perilaku pro lingkungan diawali dengan pembentukan kesadaran pro lingkungan melalui pembelajaran kelas BZW sehingga membentuk sikap positif dan implementasi zero waste secara konsisten. Optimalisasi praktik baik komunitas BZW melalui pengembangan panduan program BZW yang sistematis dan dukungan kemitraan dengan berbagai pihak sangat diperlukan agar praktik baik kelas BZW dapat direplikasi pada lingkup yang lebih luas.

The complexity of the waste problem is closely related to human behavior and activities so that it requires a behavior change approach and community participation, one of which is through zero waste-based waste management. The concept of zero waste is packaged by the Belajar Zero Waste (BZW) virtual community in the BZW class innovation, which is online learning for 16 weeks to shape pro-environmental behavior. Qualitative research was conducted to analyze the process of pro-environmental behavior change in the BZW community using the conceptual model of decision making of innovation diffusion theory. The results showed that changes in pro-environmental behavior began with the formation of pro environmental awareness through BZW class learning to form a positive attitude and consistent implementation of zero waste. Scaling up the good practices of the BZW community through the development of systematic BZW program guidelines and partnership support with various parties is needed so that the good practices of the BZW class can be replicated at a wider scope."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>