Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171315 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ati Fadhilah
"ABSTRAK
Leukemia limfositik akut merupakan jenis kanker yang paling banyak dialami anak-anak. Penyakit tersebut membutuhkan kemoterapi jangka panjang yang dalam prosesnya seringkali menyebabkan fatigue atau kelelahan. Salahsatu cara untuk menurunkan kelelahan adalah aktivitas terstruktur atau latihan yang biasanya dilakukan di rumah sakit. Padahal, anak dengan leukemia limfositik akut pun diharuskan pulang beberapa kali diantara jeda diberikannya agen kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah mencari tahu hubungan antara aktivitas di rumah dengan kelelahan. Desain penelitian ini menggunakan crossectional dan metode consequtive sampling dengan besar sampel 45 anak. Ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dan kelelahan dengan p 0,001 atau p.

ABSTRACT
Acute lymphocytic leukemia is the most common type of cancer among children. The disease requires long term chemotherapy which in the process often leads to fatigue. One way to reduce fatigue is a structured activity or exercise that is usually performed in a hospital. In fact, children with acute lymphocytic leukemia were required to go home several times between pauses given chemotherapy agents. The purpose of this study is to find out the relationship between activity at home with fatigue. The design of this study using crossectional and consequtive sampling method with a large sample of 45 children. There was a significant relationship between physical activity level and fatigue score with p 0,001 or p
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dwi Darmayanti
"Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Nyeri dan kelelahan berhubungan dengan faktor-faktor kanker dan perawatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan hubungan antara kualitas nyeri dan kelelahan pada anak-anak dengan ALL 1-3 hari setelah kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan menggunakan teknik consequtive sampling. Total sampel adalah 44 anak-anak dengan ALL (7-18 tahun) di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Simple Pain Inventory (BPI) untuk mengukur kualitas nyeri dan Kelelahan Onkologi Anak-Allen (FOA-A) untuk mengukur kelelahan. Nilai rata-rata kualitas nyeri adalah 1,63932 dan nilai rata-rata kelelahan adalah 9,25.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas nyeri dan kelelahan (p = 0,006), status kambuh dan kelelahan (p = 0,058), dan antara seseorang yang menemani anak-anak dan kelelahan (p = 0,016). Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya penilaian nyeri lebih lanjut dan pengobatan kombinasi antara farmakologi dan nyeri non-farmakologi setelah kemoterapi untuk mengurangi kelelahan pada anak-anak dengan kanker.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common type of cancer in children. Pain and fatigue are related to cancer factors and their treatments. The aim of this study was to find an association between pain quality and fatigue in children with ALL 1-3 days after chemotherapy. This research uses cross sectional design and uses consequtive sampling technique. The total sample was 44 children with ALL (7-18 years) in Jakarta. The measuring instrument used in this study was a Simple Pain Inventory (BPI) questionnaire to measure the quality of pain and Fatigue Oncology of Children-Allen (FOA-A) to measure fatigue. The average value of pain quality is 1.63932 and the average value of fatigue is 9.25.
The results of this study indicate that there is a significant relationship between quality of pain and fatigue (p = 0.006), relapse and fatigue status (p = 0.058), and between someone who accompanies children and fatigue (p = 0.016). The results of this study recommend the importance of further pain assessment and combination treatment between pharmacology and non-pharmacological pain after chemotherapy to reduce fatigue in children with cancer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrye Fernandes
"Kemoterapi memiliki dampak terjadinya kelelahan pada anak yang menderita leukemia limfoblastik akut. Kelelahan pada anak dapat diperberat oleh masalah tidur yang dialami anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan masalah tidur dengan kelelahan pada anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani satu siklus kemoterapi fase induksi. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pengukuran berulang masalah tidur dan kelelahan pada anak berumur 7-18 tahun (n=62). Pengambilan data dilakukan selama 7 hari yaitu, satu hari sebelum, lima hari selama, dan satu hari setelah kemoterapi.
Hasil analisis data menggunakan uji korelasi Pearson dengan tingkat kemaknaan 95% menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,001) antara masalah tidur dengan kelelahan. Kesimpulannya masalah tidur menjadi penyebab beratnya kelelahan pada anak sehingga penting untuk dilakukan pengkajian dan memberikan intervensi mengatasi masalah tidur untuk mengurangi kelelahan pada anak. Pelatihan manajemen masalah tidur dan kelelahan menjadi penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam mengatasi kelelahan pada anak leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi fase induksi.

Chemotherapy had an impact of disruption in sleep patterns and fatigue in children who suffer from acute lymphoblastic leukemia. Fatigue in children can be exacerbated by sleep problems experienced by children. This study aimed to analyze the relationship of sleep problems with fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia who underwent a cycle of induction phase chemotherapy. The design of this research used descriptive analytic with repeated measurements of sleep problems and fatigue in children aged 7-18 years (n = 62). The data were taken for 7 days, consist of one day before, five days during, and one day after chemotherapy.
The result of data analysis using Pearson correlation test with significance level 95% showed significant relationship (p <0.001) between sleep problems with fatigue. The conclusion were sleep problems cause severe fatigue in children so it is important to do the assessment and provide intervention to overcome sleep problems to reduce fatigue in children. Training on sleep problems and fatigue management becomes important to improve knowledge and abilities of nurses in overcoming fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia undergoing chemotherapy on induction phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ristiani Hariastuti
"Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) masih menjadi penyebab utama kematian pada pasien kanker anak, dengan prognosis yang buruk. Pasien ALL yang didiagnosis pada masa bayi memiliki kelangsungan hidup terendah, sedangkan pasien yang didiagnosis antara usia 1 dan 9 tahun memiliki peluang bertahan hidup tertinggi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui probabilitas kesintasan secara keseluruhan maupun berdasarkan kelompok usia saat diagnosis serta hubungan antara usia saat diagnosis dengan kesintasan pasien ALL pada anak. Penelitian ini merupakan studi cohort retrospective dengan menggunakan data rekam medik pasien ALL anak di RS Fatmawati yang didiagnosis pada periode tanggal 1 Januari 2017-31 Desember 2022, kemudian dianalisa dengan menggunakan cox proportional hazard. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas kesintasan pasien ALL anak di RS Fatmawati secara keseluruhan sebesar 44,34%, probabilitas kesintasan anak yang saat diagnosis berusia 1-5 tahun lebih tinggi daripada pasien ALL anak yang saat diagnosis berusia > 5 tahun yaitu sebesar 49,87%. Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara usia saat diagnosis dengan kesintasan pasien ALL pada anak, dimana pasien ALL anak yang usia saat didiagnosisnya > 5 tahun dan yang mempunyai efek samping selama pengobatan memiliki risiko kematian 2,74 kali lebih besar (HR: 2,74; 95%CI: 1,104-6,808, pvalue: 0,03) dibandingkan dengan pasien ALL anak yang saat diagnosis berusia 1-5 tahun. Diharapkan dilakukan penerapan pola hidup sehat serta memberi edukasi tentang deteksi leukemia serta dilakukannya deteksi dini/skrining leukemia secara berjenjang untuk mengurangi risiko kematian pada pasien ALL anak.

Acute Lymphocytic Leukemia (ALL) remains the main cause of death in pediatric cancer patients, with a poor prognosis. ALL patients diagnosed in infancy had the lowest survival, followed by children diagnosed between the ages of 15 and 19 years. Meanwhile, patients diagnosed between the ages of 1 and 9 years have the highest chance of survival. This study aims to determine the overall probability of survival based on age group at diagnosis and the relationship between age at diagnosis and survival of ALL patients in children. This research is a retrospective cohort study using medical record data from pediatric ALL patients diagnosed in the period 1 January 2017-31 December 2022 at Fatmawati Hospital which was then analyzed using Cox Proportional Hazard. The results of the study showed that the overall probability of survival for pediatric ALL patients at Fatmawati Hospital was 44.34%, the probability of survival for children aged 1-5 years at diagnosis was higher than those > 5 years at diagnosis, namely 49.87%. Statistically there is a significant relationship between age at diagnosis and survival of childhood ALL patients, where pediatric ALL patients who were aged > 5 years at diagnosis and who had side effects during treatment had a 2.74 times greater risk of death (HR: 2.74; 95%CI: 1.104 – 6.808, pvalue=0,03) compared with pediatric ALL patients aged 1-5 years at diagnosis. It is hoped that healthy lifestyle will be implemented and education will be provided about leukemia detection as well as early detection/leukemia screening in stages to reduce the risk of death in pediatric ALL patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dina Maritha
"Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan yang paling sering terjadi pada anak-anak. Angka kesembuhan yang besar terjadi akibat terapi kanker saat ini, namun respon toksik yang terkait dan pembentukan radikal bebas meningkatkan angka kematian akibat pengobatan daripada kematian akibat penyakitnya itu sendiri. Komplikasi kemoterapi meningkatkan rasa ingin tahu dokter untuk mempelajari penggunaan antioksidan sebagai pengobatan tambahan pada kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran N-asetilsistein ​​(NAS) sebagai terapi antioksidan pada anak-anak dengan LLA SR (standard risk) selama fase induksi kemoterapi, dan kemungkinan peran mereka dalam pencegahan dan pengendalian komplikasi hati terkait dengan penggunaan agen kemoterapi. Sebuah uji klinis acak tersamar tunggal NAS dibandingkan dengan plasebo yang dilakukan pada pasien anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Hematologi dan Onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada 11 pasien anak-anak usia mereka berkisar antara 2 dan 10 tahun dengan LLA SR yang menjalani kemoterapi fase induksi dan memenuhi kriteria inklusi. Pasien secara acak dialokasikan ke dalam dua kelompok, NAS atau kelompok plasebo. Mereka dievaluasi secara klinis untuk terjadinya komplikasi dan sampel darah dikumpulkan sebagai parameter laboratorium (plasma malondialdehid (MDA), enzim transaminase, dan bilirubin). Sebanyak 11 subjek dilakukan analisis yang terdiri dari 6 pada kelompok n-asetilsistein dan 5 pada kelompok plasebo. Karakteristik subjek didominasi oleh anak laki-laki dengan status gizi kurang. Kadar rerata MDA cenderung mengalami penurunan, sebanyak tiga subjek dari enam subjek pada kelompok perlakuan dan tiga subjek dari lima subjek pada kelompok plasebo. Insidens peningkatan kadar enzim transaminase sebesar 25%. Tidak terjadi kejadian kolestasis pada subjek penelitian. Pengobatan NAS ​​berdasarkan dosis antioksidan cenderung menurunkan kadar MDA, dan mencegah peningkatan enzim transaminase, dan bilirubin.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most commonly malignancy in children. Cancer therapies have experienced great success nowadays, yet the associated toxic response and free radicals formation have resulted in significant number of treatment-induced deaths rather than disease-induced fatalities. Complications of chemotherapy increases physicians curiosity to study antioxidant use as adjunctive treatment in cancer. This study aims to evaluate the role of N-acetylcysteine (NAC) as antioxidant therapy in children with ALL during the induction phases of chemotherapy, and their possible role in prevention and control of hepatic complications associated with the use of chemotherapic agents. A randomized single-blind clinical trial of NAC in comparison with placebo conducted in hematology and oncology pediatric patient of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. The study was performed in 11 pediatric patients with ALL with their ages ranging between 2 and 10 years, undergoing induction phase chemotherapy that fulfilled the inclusion criteria consecutively. Patient were randomly allocated into of two groups, NAC or placebo group. They were evaluated clinically for the occurance of complications and blood samples were collected as the laboratory parameters (plasma malondyaldehide (MDA), transaminase enzyme, and bilirubin). A total 11 participants were included in analysis consisted of 6 in n-acetylcysteine group and 5 in placebo group. Characteristics of subject were predominated by boys and moderate malnourished. Mean MDA levels tended to decrease, as many as three subjects from six subjects in the NAC group and three subjects from five subjects in the placebo group. Incidence of increased levels of the transaminase enzyme by 25%. There was no cholestasis events in the study subjects. NAS treatment based on antioxidant doses tends to reduce MDA levels, and prevent the increase in the transaminase enzyme and bilirubin."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khairunnisa Sita Devi
"Leukemia Limfoblas Akut merupakan salah satu jenis kanker yang banyak ditemukan pada anak-anak di Indonesia. Kemoterapi adalah salah satu pengobatan efektif untuk mengobati leukemia limfoblastik akut. Selain memberikan efek penyembuhan, kemoterapi juga memiliki efek toksik. Mucositis adalah efek samping kemoterapi yang umumnya ditemukan pada anak-anak yang menjalani kemoterapi. Pencegahan dan penatalaksanaan komplikasi rongga mulut diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Salah satu pencegahan dan pengobatannya adalah perawatan mulut. Perawatan mulut melibatkan empat komponen utama yaitu, sikat gigi, pembilasan, flossing, dan perawatan bibir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perawatan mulut dengan kejadian mucositis. Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 34 anak yang dipilih dengan metode snowball sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Oral Assessment Guide (OAG) dan kuesioner perawatan mulut yang dikembangkan oleh peneliti. Analisis data menggunakan Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak mengalami mukositis setelah menjalani siklus kemoterapi terakhir (51,5%). Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara perawatan mulut dengan kejadian mucositis (p = 0,039). Hasil penelitian ini merekomendasikan kesadaran anak dan orang tua untuk melakukan perawatan mulut secara rutin yang berguna dalam mencegah dan mengobati mucositis.

Acute Lymphoblast Leukemia is a type of cancer that is mostly found in children in Indonesia. Chemotherapy is one of the effective treatments for treating acute lymphoblastic leukemia. Apart from providing a healing effect, chemotherapy also has toxic effects. Mucositis is a side effect of chemotherapy that is commonly found in children undergoing chemotherapy. Prevention and management of oral complications is needed to improve the quality of life of children. One of the prevention and treatment is oral care. Oral care involves four main components namely, toothbrush, rinsing, flossing, and lip care. This study aims to determine the relationship between oral care and the incidence of mucositis. The research design used a cross sectional design with a sample size of 34 children who were selected by the snowball sampling method. The measuring instruments used were the Oral Assessment Guide (OAG) and the oral care questionnaire developed by the researcher. Data analysis using Chi-square. The results showed that most children had mucositis after undergoing the last chemotherapy cycle (51.5%). The results of statistical tests showed a significant relationship between oral care and the incidence of mucositis (p = 0.039). The results of this study recommend the awareness of children and parents to carry out routine oral care which is useful in preventing and treating mucositis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juan Felix Samudra
"Latar Belakang
Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan darah tertinggi pada anak dengan tingkat mortalitas yang masih tinggi di negara berkembang. Saat ini berkembang berbagai upaya tatalaksana LLA dan respons terhadap pengobatan tersebut salah satunya dilihat melalui karakteristik dan data hematologi pasien. Interleukin 10 (IL-10) merupakan marker potensial terapi LLA karena perannya dalam mekanisme progresivitas kanker. Akan tetapi, hubungan konsentrasi IL-10 terhadap karakteristik dan data hematologi pasien dalam menentukan respons pasien terhadap pengobatan belum dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengukur konsentrasi IL-10 dan melihat hubungannya terhadap karakteristik dan data hematologi pasien yang sedang berada dalam kemoterapi fase pemeliharaan.
Metode
Penelitian potong lintang menggunakan 74 sampel darah tersimpan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan pada bulan Januari sampai April 2024 di laboratorium Farmakokinetik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pengukuran konsentrasi IL- 10 dilakukan dengan metode ELISA dan dibaca melalui spektrofotometer. Karakteristik dan data hematologi pasien didapatkan melalui repositori penelitian sebelumnya. Analisis deskriptif dilakukan pada konsentrasi IL-10, karakteristik, dan data hematologi pasien. Analisis bivariat dilakukan untuk mencari hubungan antara setiap variabel bebas terhadap konsentrasi IL-10 sebagai variabel terikat.
Hasil
Konsentrasi IL-10 pada pasien anak LLA dalam kemoterapi fase pemeliharaan berada dalam rentang 9,32-451,02 pg/ml. Ditemukan hubungan antara konsentrasi IL-10 dengan kelompok usia (p=0,001) dengan OR sebesar 8,667 (95% CI; 2,376-31,611), sedangkan terhadap jenis kelamin, status gizi, dan stratifikasi risiko tidak ditemukan hubungan. Tidak ditemukan hubungan antara konsentrasi IL-10 dengan data hematologi pasien berupa hemoglobin, leukosit, dan trombosit.
Kesimpulan
Konsentrasi IL-10 berhubungan dengan variabel usia pasien LLA anak dalam kemoterapi fase pemeliharaan, tetapi tidak berhubungan dengan variabel karakteristik lain dan data hematologi.

Introduction
Acute lymphoblastic leukemia is the most common hematologic malignancy in children, with a high mortality in developing countries. Treatment strategies are being developed for ALL. Patient characteristics and hematological data are considered when evaluating patient’s response. Interleukin-10 (IL-10) is a potential marker for ALL therapy for its role in cancer progression. However, the association between IL-10 levels those variables mentioned before has not yet been investigated. This study aims to measure IL-10 levels and their association with patient characteristics and hematological data in children undergoing maintenance phase chemotherapy.
Method
This cross-sectional study utilized 74 stored blood samples from a previous study and was conducted between January and April 2024 at the Pharmacokinetics Laboratory, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia. IL-10 concentrations were measured using the ELISA method. Patient characteristics and hematological data were obtained from the prior study. Descriptive analyses were performed on IL-10 concentrations, patient characteristics, and hematological data. Bivariate analysis was conducted to examine the association between IL-10 concentration and independent variables.
Results
IL-10 concentrations in pediatric ALL patients undergoing maintenance-phase chemotherapy ranged from 9.32 to 451.02 pg/ml. IL-10 concentration was associated with age group (p = 0.001) with an odds ratio of 8,667 (95% CI; 2,376-31,611). No associations were observed between IL-10 concentration and gender, nutritional status, risk stratification, hemoglobin, leukocytes, and platelets.
Conclusion
IL-10 concentration is associated with age in pediatric ALL patients undergoing maintenance-phase chemotherapy, but no associations were observed with other patient characteristics or hematological data.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf;S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dina Maritha
"Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan yang paling sering terjadi pada anak-anak. Angka kesembuhan yang besar terjadi akibat terapi kanker saat ini, namun respon toksik yang terkait dan pembentukan radikal bebas meningkatkan angka kematian akibat pengobatan daripada kematian akibat penyakitnya itu sendiri. Komplikasi kemoterapi meningkatkan rasa ingin tahu dokter untuk mempelajari penggunaan antioksidan sebagai pengobatan tambahan pada kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran N-asetilsistein ​​(NAS) sebagai terapi antioksidan pada anak-anak dengan LLA SR (standard risk) selama fase induksi kemoterapi, dan kemungkinan peran mereka dalam pencegahan dan pengendalian komplikasi hati terkait dengan penggunaan agen kemoterapi. Sebuah uji klinis acak tersamar tunggal NAS dibandingkan dengan plasebo yang dilakukan pada pasien anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Hematologi dan Onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada 11 pasien anak-anak usia mereka berkisar antara 2 dan 10 tahun dengan LLA SR yang menjalani kemoterapi fase induksi dan memenuhi kriteria inklusi. Pasien secara acak dialokasikan ke dalam dua kelompok, NAS atau kelompok plasebo. Mereka dievaluasi secara klinis untuk terjadinya komplikasi dan sampel darah dikumpulkan sebagai parameter laboratorium (plasma malondialdehid (MDA), enzim transaminase, dan bilirubin). Sebanyak 11 subjek dilakukan analisis yang terdiri dari 6 pada kelompok n-asetilsistein dan 5 pada kelompok plasebo. Karakteristik subjek didominasi oleh anak laki-laki dengan status gizi kurang. Kadar rerata MDA cenderung mengalami penurunan, sebanyak tiga subjek dari enam subjek pada kelompok perlakuan dan tiga subjek dari lima subjek pada kelompok plasebo. Insidens peningkatan kadar enzim transaminase sebesar 25%. Tidak terjadi kejadian kolestasis pada subjek penelitian. Pengobatan NAS ​​berdasarkan dosis antioksidan cenderung menurunkan kadar MDA, dan mencegah peningkatan enzim transaminase, dan bilirubin.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most commonly malignancy in children. Cancer therapies have experienced great success nowadays, yet the associated toxic response and free radicals formation have resulted in significant number of treatment-induced deaths rather than disease-induced fatalities. Complications of chemotherapy increases physicians curiosity to study antioxidant use as adjunctive treatment in cancer. This study aims to evaluate the role of N-acetylcysteine (NAC) as antioxidant therapy in children with ALL during the induction phases of chemotherapy, and their possible role in prevention and control of hepatic complications associated with the use of chemotherapic agents. A randomized single-blind clinical trial of NAC in comparison with placebo conducted in hematology and oncology pediatric patient of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. The study was performed in 11 pediatric patients with ALL with their ages ranging between 2 and 10 years, undergoing induction phase chemotherapy that fulfilled the inclusion criteria consecutively. Patient were randomly allocated into of two groups, NAC or placebo group. They were evaluated clinically for the occurance of complications and blood samples were collected as the laboratory parameters (plasma malondyaldehide (MDA), transaminase enzyme, and bilirubin). A total 11 participants were included in analysis consisted of 6 in n-acetylcysteine group and 5 in placebo group. Characteristics of subject were predominated by boys and moderate malnourished. Mean MDA levels tended to decrease, as many as three subjects from six subjects in the NAC group and three subjects from five subjects in the placebo group. Incidence of increased levels of the transaminase enzyme by 25%. There was no cholestasis events in the study subjects. NAS treatment based on antioxidant doses tends to reduce MDA levels, and prevent the increase in the transaminase enzyme and bilirubin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Natalia
"Latar Belakang & Tujuan: Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah jenis kanker yang sering ditemukan pada pasien anak. Selama terapi, pasien akan menerima fase maintenance untuk mencegah remisi dengan diberikan obat utama 6-merkaptopurin. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi berjalannya fase maintenance, diantaranya kejadan anemia. Studi ini bertujuan untuk memperoleh prevalensi, karakteristik, dan faktor risiko dari pasien yang mengalami anemia selama fase maintenance diperlukan untuk membantu mengantisipasi dan mencegah diberhentikannya fase maintenance yang dapat berakibat pada kejadian relaps.
Metode: Penelitian ini menggunakan studi observational cross sectional. Sebanyak 101 rekam medis pasien anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang memenuhi kriteria inklusi digunakan sebagai sampel.
Hasil: Usia (p = 0.0025) dan jenis kelamin (p=0.004) memiliki hubungan yang signifikan dengan terjadinya anemia selama fase maintenance terapi ALL dengan 6-merkaptopurin. IMT (p = 0.052), kelompok risiko (p = 0.067), dan kadar serum albumin (p = 0.21) tidak menunjukkan hubungan yang signifikan.
Kesimpulan: Prevalensi kejadian anemia pada pasien LLA yang menjalankan fase maintenance terapi adalah 79.2% dengan karakteristik dimana pasien didominasi oleh pasien laki-laki, median usia 4 tahun, median BMI 16.10 kg/m2, mayoritas tergolong pasien LLA risiko standard, dan median kadar albumin dalam serum 4.50 g/dL. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia selama fase maintenance terapi LLA mencakup usia dan jenis kelamin.

Background & Aim: Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common form of malignancies among children. During the therapy, ALL patients undergo maintenance phase therapy at the end of the protocol with 6-mercaptopurine as the main drug to prevent relapse. However, maintenance phase therapy may be interrupted in several conditions (i.e. anemia) increasing the risk of relapse. This study is done to obtain the prevalence, characteristics and contributing factors to anemia to prevent treatment interruptions and lower the risk of relapse.
Method: This research utilizes observational cross-sectional study. A total of 101 medical records of children patients in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) that fulfil the inclusion criteria were used as samples.
Result: Age (p = 0.0025) and gender (p = 0.004) have significant relationship with the occurrence of anemia during the maintenance phase of ALL treatment with 6-mercaptopurine. BMI (p = 0.052), risk groups (p = 0.067), and serum albumin level (p = 0.21) do not show significant relationship to anemia in this population.
Conclusion: The prevalence of anemia in ALL patients that underwent maintenance phase therapy is 79.2%, with the several characteristics, including domination by male children patients, median age of 4 years old, median BMI of 16.10 kg/m2, categorized as standard risk group, and median serum albumin level of 4.50 g/dL. The contributing factors to anemia during maintenance phase therapy include age and gender.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yulianti
"Kemoterapi fase induksi merupakan fase pertama tahap pengobatan pada anak dengan LLA dan dilakukan hampir segera setelah diagnosis ditegakkan, dimulai dan berlansung selama 4-6 minggu (28-42 hari). Hasil yang dicapai pada fase ini akan menentukan prognosis dan fase kemoterapi selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan lama rawat kemoterapi fase induksi pada anak penderita LLA. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross sectional, dengan jumlah sampel 94 melalui consecutive sampling.
Analisis yang digunakan dengan uji Spearman. Hasil menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat neutropenia (p value = 0,003) dan riwayat infeksi (p value = 0,000) dengan lama rawat kemoterapi fase induksi. Perawatan atau intervensi yang tepat selama kemoterapi fase induksi perlu menjadi perhatian untuk mencegah atau menurunkan kejadian neutropenia dan infeksi pada anak dengan LLA.

Induction chemotherapy phase is the first stage of the treatment in children with ALL and carried out immediately after been diagnosed, started and occurred at 4 to 6 weeks (28-42 days). The results achieved in this phase will determine the prognostic and the next chemotherapy phase. This study aimed to identified factors related to the length of stay of induction chemotherapy phase in children with ALL. The design used in this study is a cross-sectional design, with 94 samples got through consecutive sampling.
The Spearman test is used for analysis. Result showed a significant relationship between a history of neutropenia (p value = 0.003) and infection history (p value = 0.000) with the length of stay of induction chemotherapy phase. Appropriate treatment or intervention during the induction phase of chemotherapy needs to be concern to prevent or decrease the incidence of neutropenia and infection in children with ALL.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>