Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131366 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Adriana Lutfiani
"ABSTRACT
Kupu-kupu berperan sebagai polinator bagi tumbuhan. Kupu-kupu juga membutuhkan tumbuhan sebagai tempat peletakan telur dan sumber pakannya. Hubungan mutualisme tersebut diduga merupakan salah satu penyebab terjadinya evolusi mutualistik antara panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung bunga yang secara spesifik dikunjunginya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara panjang probosis kupu-kupu famili Nymphalidae dengan panjang tabung bunga penghasil nektar di Kampus Universitas Indonesia, Depok. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2018 di sembilan lokasi penelitian di Universitas Indonesia, Depok. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang probosis kupu-kupu famili Nymphalidae yang ditemukan berkisar 5,3 mdash;17,0 mm, sedangkan rata-rata panjang tabung bunga yang dikunjunginya berkisar 2,7 mdash;20,0 mm. Asystasia gangetica merupakan merupakan spesies tumbuhan yang paling disukai kupu-kupu famili Nymphalidae karena memiliki karakteristik sindroma bunga yang disukai kupu-kupu dan ketersediannya melimpah. Kupu-kupu Nymphalidae cenderung mengunjungi tabung bunga yang lebih pendek daripada probosisnya. Hasil analisis korelasi Spearman menunjukkan angka koefisien korelasi sebesar 0,25 dengan P = 0,32. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat korelasi panjang probosis kupu-kupu famili Nymphalidae dengan panjang tabung bunga penghasil nektar di Kawasan Universitas Indonesia, Depok. Tidak adanya korelasi antara panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung bunga penghasil nektarnya disebabkan karena perilaku kupu-kupu yang adaptif ketika ukuran panjang probosis dan tabung bunga berbeda.

ABSTRACT
The role of butterflies in the ecosystem is as a pollinator of plants. Butterflies also need plants as a place to lay eggs and feed sources. The relationship of mutualism is considered to be one of the causes of mutualistic evolution between the length of the butterfly proboscis and the length of the specially visited flower tube. The aim of the research is to know the correlation between proboscis length of Nymphalidae and length of the tube of nectar producing flower at Universitas Indonesia, Depok. The research was conducted from April to May 2018 in nine sites at Universitas Indonesia, Depok. Data were analyzed using the Spearman correlation test. The results showed that the proboscis length of Nymphalidae ranged from 5.3 to 17.0 mm, while the average length of the visited flower tube ranged from 2.7 to 20.0 mm. Asystasia gangetica is the most preferred plant of the Nymphalidae butterfly because it has characteristics that correspond to the butterfly flower syndrome and its abundant availability. Nymphalidae tends to visit a shorter flower tube than their proboscis. The results showed that the correlation coefficient was 0.25 with P 0.32. In conclusion, there is no correlation between the proboscis length of Nymphalidae and the length of the nectar producing flower tubes in the Universitas Indonesia, Depok. The absence of a correlation between the proboscis length of Nymphalidae and the length of the nectar producing flower tube is due to the adaptive butterfly behavior when the length of the proboscis and the flower tube are different."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Diah Rachmawati
"ABSTRACT
Kupu-kupu termasuk serangga yang memanfaatkan nektar pada bunga sebagai sumber pakannya. Kupu ndash;kupu mengisap nektar dari bunga menggunakan probosis. Panjang probosis kupu ndash;kupu berhubungan dengan jenis bunga penghasil nektar yang dapat dikunjunginya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui korelasi antara panjang probosis kupu-kupu famili Pieridae dengan panjang tabung bunga penghasil nektar di Kampus UI Depok. Pengamatan kupu-kupu dan bunga yang dikunjungi dilakukan di sembilan lokasi dari bulan Maret hingga Mei 2018. Penelitian diawali dengan pendataan jenis kupu-kupu dan bunga yang dikunjunginya dengan metode purposive sampling, kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampel jenis kupu-kupu dan bunga untuk diukur panjang probosis dan panjang tabungnya, masing-masing sebanyak tiga kali pengulangan. Kupu-kupu famili Pieridae yang berhasil ditemukan sebanyak sembilan jenis. Rata-rata panjang probosis kupu-kupu famili Pieridae berkisar 9-15,9 mm, dengan rata-rata panjang tabung bunga yang dikunjunginya berkisar 4,3-16,4 mm. Uji korelasi Spearman terhadap data panjang probosis kupu-kupu dan panjang tabung bunga, menghasilkan nilai r = 0,88, dengan nilai signifikasi sebesar p = 0,02, yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara panjang probosis kupu-kupu dengan panjang tabung bunga. Hasil tersebut mengindikasikan kupu-kupu Pieridae cenderung mengunjungi bunga penghasil nektar yang memiliki panjang tabung bunga tidak lebih dari panjang probosisnya.

ABSTRACT
Butterflies are insects that utilize nectar from flowers as a source of feed. Butterflies are sucking nectar from flowers using proboscis.The length of the butterfly proboscis is related to the type of nectar producing flowers that can be visited. The objective of this research is to know the correlation between proboscis length of the butterfly family Pieridae with the tube length of the nectar producing flower at UI Depok Campus. Observations of butterflies and flowers visited were conducted in nine locations from March to May 2018. The research begins with the data collection of butterflies and flowers visited by purposive sampling method, then continued by taking samples of butterflies and flowers to measure the length of proboscis and tube length, each of them with three repetitions. Butterflies of family Pieridae that was found during research are nine types. The average proboscis length of the butterfly family Pieridae ranges from 9 to 15.9 mm, with the average of tube length of flowers range from 4.3 to 16.4 mm. Spearman correlation test against data of the length of proboscis of butterfly and the length of the flower tube generate r 0.88, with a significance value of p 0.02, so there was a correlation between the length of the butterfly probes and the length of the flower tube. These results indicate Pieridae butterflies tend to visit nectar producing flowers that have a tube length of flowers no longer than the length of the proboscis."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Aliya Harimurti
"Kupu-kupu merupakan salah satu polinator yang membantu tumbuhan melakukan polinasi. Hubungan kupu-kupu dengan tumbuhan saling menguntungkan. Saat ini, kupu-kupu di daerah perkotaan tengah mengalami ancaman kepunahan karena adanya pengalihan fungsi lahan, sehingga jumlah vegetasi menurun yang juga mempengaruhi penurunan populasi kupu-kupu. Padahal, kupu-kupu berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah taman-taman yang berada di Fakultas UI Depok bisa menjadi habitat yang ramah bagi kupu-kupu dengan dua aspek utama yaitu untuk mengetahui perbedaan keanekaragaman kupu-kupu di taman fakultas Kampus UI Depok serta menganalisis korelasi antara kupu-kupu dengan tumbuhan yang ada di taman fakultas Kampus UI Depok. Pengambilan data dilakukan pada bulan April hingga Mei 2023 dengan metode modifikasi dari transek Pollard (1977) dan menggabungkannya dengan metode jelajah. Terdapat 13 spesies kupu-kupu dari 4 famili yang teramati, dengan famili yang paling dominan adalah Nymphalidae. Kupu-kupu paling banyak ditemukan di taman Fakultas Hukum, namun indeks keanekaragaman Shannon-Wiener paling tinggi terdapat di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Kupu-kupu dan tumbuhan yang terdata di lima taman fakultas di Kampus UI Depok memiliki korelasi positif, yakni semakin banyak tumbuhan yang terdapat di taman tersebut maka kehadiran kupu-kupu akan semakin banyak. Pemilihan tumbuhan dan luas area hijauan yang tepat di sebuah taman akan menciptakan taman yang ramah bagi kupu-kupu.

Butterflies are one of the pollinators that help plants to pollinate. The relationship between butterflies and plants is mutually beneficial. These days, butterflies in urban areas are facing the threat of extinction due to the land conversion which causes a decreasing of the vegetation. On that account, it affects the decline in the butterfly populations. This fact is crucial since butterflies play an important role in maintaining the balance of the ecosystem. Therefore, this research was conducted with a purpose which is to find out whether the gardens at the Faculty of UI Depok could be a friendly habitat for butterflies with the main objective to find out the differences in the butterfly diversity in the faculty parks of the UI Depok Campus and to analyze the correlation between butterflies and plants in the faculty garden of the UI Depok Campus. Data collection was carried out from April to May 2023 by using a modified method from the Pollard transect (1977) and combining it with the cruising method. There were 13 species of butterflies that were observed from 4 families which the most dominant family is Nymphalidae. Butterflies with the most abundant were found in the gardens of the Faculty of Law. However, the highest of the Shannon-Wiener diversity index was found in the Faculty of Mathematics and Natural Sciences. Those butterflies and plants that were recorded in five faculty gardens at the UI Depok Campus turned out have a positive correlation which is the more plants there are in the park, the more butterflies will be present. The selection of the plants and the right area of ​​forage in a garden will create a butterfly-friendly garden."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Nurlaila Utami
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, keanekaragaman, kemerataan, dan kesamaan jenis antar empat tipe habitat di Kampus UI, Depok. Penelitian menggunakan metode transek pada 11 lokasi pengamatan. Data dianalisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wienner, indeks kemerataan, dan indeks kesamaan jenis antar tipe habitat. Kupu-kupu yang berhasil terkoleksi dan teramati sejumlah 856 individu yang termasuk ke dalam 46 spesies. Leptosia nina adalah jenis yang ditemukan di semua lokasi pengamatan dan Ypthima philomella adalah jenis yang paling melimpah (158 individu). Indeks keanekaragaman jenis tertinggi terdapat pada lokasi penelitian Hutan Kota titik 7 (H? = 2,81) dan terendah di Tanah Lapang Boulevard (H? = 1,21). Indeks kemerataan jenis tertinggi pada lokasi penelitian Hutan Kota titik 6 (E = 0.92), sedangkan yang terendah pada lokasi penelitian Tanah Lapang Boulevard (E = 0,49). Nilai indeks kesamaan jenis kupu-kupu antar lokasi penelitian tertinggi pada Hutan Kota 4 dan Hutan Kota 7 (IS = 0,71), sedangkan yang terendah pada Hutan Kota titik 6 dan Tanah Lapang Boulevard (IS = 0,15).

A study of butterflies community was conducted in University of Indonesia Campus, Depok. The purpose of this study was to assess abundance, species diversity, evenness, and community similarities at four type of habitat located in University of Indonesia Campus, Depok. Observation were carried out in a standard transect method at 11 sites of habitats. Number of individuals of each species butterfly found in the transects were recorded. Data were analyzed using Shannon-Wienner diversity index, evenness index, and Sorensen index of similarities. This study observed 856 individuals of butterflies which consist of 47 species. Leptosia nina was found in all transects. Ypthima philomella was the most abundant species (158 individuals). The highest species diversity index was found in the urban forest at location 7 (H '= 2.81), and the lowest was in the open space area at Boulevard (H' = 1.21). The highest evenness index (E) was observed in the urban forest at location 6 (E = 0.92), and the lowest was the open space area at Boulevard (E = 0.49). This study found that the urban forest at location 4 and 7 had the highest similarity index (IS = 0.71), and the lowest was found between the urban forest at location 6 and the open space area at Boulevard (IS = 0.15)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1344
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiki Hermawan
"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap aktivitas kupu-kupu dalam berinteraksi dengan herba Asystasia gangetica di lahan terbuka Kampus Universitas Indonesia UI, Depok, Jawa Barat. Penelitian juga bertujuan untuk mengetahui periode kupu-kupu paling aktif mengunjungi herba A. gangetica. Penelitian dilakukan pada bulan Maret mdash;Mei 2018 di lima lokasi lahan terbuka. Lokasi penelitian merupakan lahan terbuka yang memiliki herba A. gangetica dalam jumlah besar. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah random sampling. Ukuran setiap lokasi penelitian adalah 10 meter dan dibagi menjadi 8 plot penelitian berukuran 1m x 1m. Penentuan lokasi plot dilakukan menggunakan sistem grid. Kelimpahan kupu-kupu dibandingkan tiap jam untuk mengetahui periode terpadat kupu-kupu mengunjungi herba A. gangetica. Kupu-kupu yang ditemukan selama penelitian sebanyak 506 individu dari 26 jenis. Terdapat 6 jenis kupu-kupu yang selalu hadir di seluruh lokasi penelitian, yaitu Junonia atlites, Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii, Appias olferna, Pelopidas conjunctus, dan Telicota augias. Pelopidas conjunctus merupakan jenis yang paling banyak mengunjungi herba Asystasia gangetica 104 individu dan frekuensi di atas 50 di seluruh lokasi penelitian . Iklim diduga menyebabkan P.conjunctus memilih herba A. gangetica sebagai tumbuhan pakan di Kampus UI, Depok. Perubahan iklim diduga menyebabkan kupu-kupu beraktivitas lebih awal untuk mengunjungi herba A. gangetica. Periode paling aktif kupu-kupu terjadi saat 09.00 mdash;10.00, pada saat itu kelimpahan jenis dan individu kupu-kupu tertinggi. Belum diketahui apakah pergeseran waktu mekar bunga herba A. gangetica akibat perubahan iklim.

The study was conducted to determine the effect of climate in butterflies interactions with Asystasia gangetica herb in Universitas Indonesia UI, Depok, West Java open land. The study also used to determine butterflies most active periods when visiting Asystasia gangetica. The research was conducted in March mdash May 2018 at five open land locations. The research sites is an open land that had alot of Asystasia gangetica herbs. This study used random sampling method. The research locations is 10 meters that were divided into 8 plots of 1m x 1m. Plot locations was determined by using grid system. Butterflies abundance data was compared to each hour to find out the most active periods of butterfies visit Asystasia gangetica herb. During the study, there were 506 individuals from 26 species of butterflies that were found. There were 6 species of butterflies found in all research locations, namely Junonia atlites, Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii, Appias olferna, Pelopidas conjunctus, and Telicota augias. Pelopidas conjuctus was found the most visiting Asystasia gangetica herbs 104 individuals and frequency more than 50 in all research locations . Climate is suspected make P. conjunctus choose A. gangetica as food plant in UI Depok campus. Climate change was thought of causing butterflies visit A. gangetica more early. The most active period occur during 09.00 mdash 10.00, due to the highest abundance of individuals and species of butterflies. There was no known shift in blooming periods of A. gangetica herb due to climate change."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reno Agassi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan struktur komunitas dan melengkapi data mengenai famili Asteraceae di Kampus Universitas Indonesia UI. Penelitian dilakukan selama bulan September dan Oktober 2017. Lokasi pengambilan sampel dibagi menjadi tujuh kompartemen dengan membuat petak berukuran 1x1 meter sebanyak seratus plot menggunakan metode purposive sampling. Data yang diperoleh berupa kehadiran dan diameter tutupan tiap spesies Asteraceae. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan empat belas spesies Asteraceae. Spesies yang ditemukan di kompartemen 1 hingga 7 masing-masing terdiri dari 10 spesies, 9 spesies, 10 spesies, 11 spesies, 8 spesies, 7 spesies, dan 8 spesies. Berdasarkan nilai INP, Mikania micrantha mendominasi hanya pada kompartemen 2 dengan nilai INP sebesar 39,56. Synedrella nodiflora mendominasi pada kompartemen 1, 4, dan 5 dengan nilai masing-masing sebesar 50,28, 34,89, dan 59,08. Sedangkan, Tridax procumbens mendominasi pada kompartemen 3, 6, dan 7 dengan nilai masing-masing sebesar 64,02, 66,47, dan 59,29. Secara keseluruhan, ketujuh kompartemen memiliki indeks keanekaragaman yang rendah hingga sedang H 1,41-2,03, tingkat kemerataan yang tinggi E 0,67-0,84, dan tingkat dominansi yang rendah D 0,14-0,27.

ABSTRACT<>br>
Research on the community structure of Asteraceae family in Universitas Indonesia UI campus has been done. The study was conducted during September to October 2017. A hundred plots sampling with a size of 1 x 1 meter was made purposively on seven compartments that became the sampling location. The data obtained are the presence and coverage area of each species. The total species of Asteraceae found were fourteen. Each compartment has a different number of species. Species found in compartment 1-7 were ten, nine, ten, eleven, eight, seven, and eight species respectively. Based on IVI values, Mikania micrantha dominates only in compartment 2 with an IVI value of 39.56. Synedrella nodiflora dominates in compartments 1, 4, and 5 with IVI values of 50.28, 34.89, and 59.08, respectively. Meanwhile, Tridax procumbens dominates in compartments 3, 6, and 7 with IVI values of 64.02, 66.47, and 59.29 respectively. Overall, the seven compartments had a low to moderate level of diversity H 39 1.41 2.03, high level of evenness E 0.67 0.84, and low level of dominance D 0.14 0.27."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Nur Huwaida
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui preferensi pakan kupu-kupu terhadap beberapa jenis herba liar yaitu Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, dan Oxalis barrelieri yang ada di lahan terbuka Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok. Selain itu, untuk mengetahui kupu-kupu juga memanfaatkan herba tersebut sebagai tumbuhan inang untuk peletakkan telurnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari?April 2016 di lima lokasi lahan terbuka Kampus UI Depok yaitu dekat gedung sabda widya, dekat pintu masuk hutan kota wales barat, belakang gedung PSJ, dekat area parkir motor gedung PPMT, dan dekat gedung DRPM. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 11 jenis kupu-kupu dari famili Papilionidae (Papilio demoleus), Pieridae (Appias olferna, Delias hypareta, Eurema hecabe, Leptosia nina, Catopsilia pomona, Delias periboea) dan Nymphalidae (Junonia orithya, Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii, dan Junonia almana) mengunjungi ke-empat jenis herba liar. Sebanyak 8 jenis kupu-kupu menyukai herba liar Tridax procumbens dan Asystasia gangetica. Lima jenis kupu-kupu menyukai Oxalis barrelieri dan 2 jenis menyukai Cyanthillium cinereum. Preferensi pakan kupu-kupu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu struktur dan daya tarik bunga, ketersediaan tumbuhan di lokasi penelitian, dan sindroma bunga yang disukai oleh kupu-kupu. Tumbuhan pakan kupu-kupu dewasa berbeda dengan tumbuhan tempat kupu-kupu meletakkan telur.

This study was conducted to determine the preferences of butterflies feed on some kind of wild herbs such as Tridax procumbens, Asystasia gangetica, Cyanthillium cinereum, and Oxalis barrelieri at the Universitas Indonesia (UI) Depok open land. Moreover, the study also conducted to determine whether the butterflies also use herbs as host plants for laying eggs. The experiment was conducted in February ? April 2016 in five locations open land UI Depok Campus. The locations are closed by Sabda Widya Building, near by the entrance of the Wales Barat Woods, behind the PSJ Building, parking area near by the PPMT Building, and near by the DRPM Building. The results revealed that there are 11 species of butterfly of the family Papilionidae (Appias olferna), Pieridae (Appias olferna, Delias hypareta, Eurema hecabe, Leptosia nina, Catopsilia pomona, Delias periboea), and Nymphalidae (Junonia orithya, Hypolimnas bolina, Ypthima horsfieldii, dan Junonia almana) visited all four kinds of wild herbs. Eight species of butterflies like Tridax procumbens andAsystasia gangetica. Five species of butterflies like Oxalis barrelieri and two species like Cyanthillium cinereum. Butterfly feeding preferences are influenced by the structure and appeal of the flower, plant availability in the study site, and the syndrome of flowers favored by butterflies. Plants that is adult butterfly?s feed preference is different from plants where butterflies lay its eggs."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnia Putri
"Situ Salam merupakan salah satu situ di Kampus Universitas Indonesia yang memiliki keanekaragaman ikan yang cukup melimpah. Salah satu spesies yang dapat ditemukan di Situ Salam adalah ikan Amphilophus labiatus. Ikan tersebut merupakan ikan introduksi sekaligus kompetitor ikan lokal Situ Salam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan hubungan panjang-berat A. labiatus di Situ Salam, Universitas Indonesia. Panjang dan berat ikan diukur di lapangan, sedangkan saluran pencernaan diawetkan dalam formalin 4% dan dianalisis di laboratorium Biologi Laut FMIPA UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa A. labiatus bersifat omnivora dengan komposisi makanan meliputi fitoplankton, Ancylidae, ikan, artropoda, dan fragmen tumbuhan. A. labiatus berukuran <20 cm cenderung memilih makanan berupa fitoplankton, sedangkan A. labiatus dengan ukuran >20 cm cenderung memilih makanan berupa Ancylidae, ikan kecil, dan artropoda. A. labiatus memiliki relung yang luas sehingga termasuk ke dalam kelompok ikan generalis atau dapat memanfaatkan berbagai sumber daya makanan di perairan. Analisis hubungan panjang-berat menunjukkan bahwa A. labiatus memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif, dan faktor kondisi menunjukkan Situ Salam masih dalam kondisi optimal serta dapat mendukung kehidupan ikan. Infomasi tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan A. labiatus yang berkelanjutan.

Salam Lake is one of the lakes located in Universitas Indonesia Campus, Depok. This lake has fairly abundant biodiversity, one of them is Amphilophus labiatus which is a competitor of native and introduced fish. This study aimed to determine the feeding habits and length-weight relationship of A. labiatus in Salam Lake, Universitas Indonesia. The length and weight of individual fish were measured in the field, while stomachs were preserved in 4% formalin and taken to the marine biology laboratory of FMIPA UI for gut content analysis. Results showed that A. labiatus is omnivorous with a diet consisting of phytoplankton, Ancylidae, fish, arthropods, and plant fragmens. A. labiatus sized <20 cm prefer phytoplankton, whereas A. labiatus sized >20 cm prefer Ancylidae, little fish, and arthropods. A. labiatus has a wide niche breadth, so it is categorized as generalized fish or utilized any food resources in water. The length-weight relationship revealed that A. labiatus had an allometric negative growth pattern, and the condition factors indicate the lake are still in optimum condition and support fish life. The data of this study are important for a sustainable fisheries management in this area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Areska Ramadhan
"ABSTRAK
Studi literatur menemukan bahwa parameter gait telah stabil di umur 20 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetauhi apakah ada hubungan antara panjang kaki dan panjang langkah pada orang dewasa muda. Desain potong-melintang digunakan untuk penelitian ini, dengan menggunakan data primer dari subyek di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia di usia 18-22. Subyek akan diminta untuk menandatangani informed consent, dan diukur berat badan, tinggi badan, panjang langkah, dan panjang tungkai. Semua data akan dianalisis dengan menggunakan SPSS versi 23. Hasil analisis menemukan laki-laki memiliki ukuran panjang tungkai lebih panjang dari perempuan 89.42 4.42 cm, 85.14 3.40 cm; p 0,05 . Peneliti menemukan hubungan yang signifikan antara panjang langkah dan panjang kaki dalam kelompok laki-laki p 0,05, r = 0,142 . Peneliatan ini menemukan korelasi antara panjang langkah dan panjang tungkai pada laki-laki, namun tidak pada perempuan. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil adalah kecepatan berjalan bebas di tanah dan obesitas.

ABSTRACT
Literature study found that the gait parameters are already stabilized in the age of 20. This study aims to see whether there is correlation between leg length and step length in young adult. Cross sectional study design is used in this study using primary data from subjects in Faculty of Medicine, Universitas Indonesia in the age of 18 22. Subjects will be asked to sign the informed consent, then researcher will measure the weight, height, step length, and leg length. Data will be analyzed using SPSS version 23. Data obtained shows male have a higher leg length measurement than female 89.42 4.42 cm, 85.14 3.40 cm p 0.05 and male step length is not differ than female 62.31 6.90 cm, 61.79 6.43 cm p 0.05 . Researcher found a significant relationship between step length and leg length in male p 0.05, r 0.414 . In contrary, female shows no correlation between the two variables p 0.05, r 0.142 . Correlation between step length and leg length was found in male, however not in female. Factors that may contributed to the results could be due to free walking speed ground and overweight. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henny Syatiriah
"ABSTRAK
Ficus yang dioecious memiliki dua individu seks yang sangat sulit dibedakan
melalui ciri-ciri eksternal, kecuali saat Ficus berbunga atau berbuah Sebuah studi
mengenai morfologi bunga Ficus yang dioecious di Universitas Indonesia (UI),
Depok telah dilakukan dari bulan Maret 2012 sampai April 2012. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui morfologi bunga dari 4 (empat) spesies Ficus yang
dioecious di ruang terbuka hijau kampus UI. Penelitian ini juga memeriksa
hubungan di antara karakter-karakter kuantitatif dari bunga. Sebanyak total 8
(delapan) pohon, 8 (delapan) sikonia dan sekitar 750 bunga telah dipilih untuk
menjadi sampel. Setiap bunga diukur dengan mikrometer okuler untuk karakter
kuantitatif bunga, dan pada saat bersamaan morfologi bunga dari setiap spesies
dibandingkan. Kunci karakter reproduktif dalam mengidentifikasi 4 (empat)
spesies Ficus yang dioecious di kampus UI adalah jumlah stamen, bentuk stilus
dan stigma, serta bentuk perhiasan bunga (tepal) dari bunga bersari dan bunga
berputik. Berdasarkan koefisien korelasi Pearson dan koefisien variasi (KV),
hubungan di antara ciri-ciri bunga di keempat spesies menunjukkan bahwa
panjang pedisel terlihat merespon terhadap perubahan di dalam semua ciri-ciri
bunga, terutama pada stilus dan leher sehingga seluruh bunga mencapai
ketinggian yang sama. Karakter-karakter yang lain memiliki KV yang rendah,
menunjukkan karakter-karakter tersebut tidak bervariasi di dalam sikonium dan
kurang berkontribusi di dalam pertumbuhan yang seimbang.

Abstract
In functionally dioecious fig species, it is quite difficult to distinguish individuals
of the two sexes from external characteristics, except when they are in flower or
fruit. A study on flower?s morphology of dioecious figs of the Universitas
Indonesia (UI), Depok has been done from March 2012 until April 2012. The
objective of this study was to know the flower?s morphology of four dioecious
figs Ficus hispida, F. septica, F. hirta and F. montana available in open area of
UI. This study also examined the relationship among the quantitative of flower?s
characters. A total of eight fig tress, eight figs and about 750 flowers in UI were
chosen to be sampled. Each flowers were measured at ocular micrometer for their
quantitative characters and at the same time morphology of fig flowers of all fig
species were compared. The key of reproductive character to identify four
dioecious species of figs available in UI, Depok are number of stamen, style and
stigma shape, and perianth (tepal) shape of staminate and pistillate flowers. Based
on correlation coefficients of Pearson and coefficient of variation (CV),
relationship among the flower characters show that pedicel length, both in gall
figs and seed figs, appeared to compensate greatly for changes in most of floral
features such that all flowers reached a common height. Other characters had
very low CV?s, suggesting their relative invariance within the syconium and
possibly poor condition to the compensatory growth."
2012
T30912
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>