Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99596 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mutiara Shinta Noviar Unicha
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas gambaran kekerasan seksual terhadap anak perempuan di Pusat Krisis Terpadu RSUPN dr. Ciptomangunkusumo berdasar temuan dari 49 data rekam medis tahun 2016 ndash; 2017 yang dikumpulkan peneliti. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas korban berusia 6 ndash; 11 tahun 38,8 , berstatus pendidikan SD/ tamat SD, dan datang dengan permintaan visum. Jenis kekerasan seksual terhadap anak perempuan didominasi kasus pemerkosaan oleh pelaku berusia 25 ndash; 40 tahun berjenis kelamin laki ndash; laki yang dikenal dan memiliki hubungan kedekatan dengan korban, seperti tetangga, pacar, teman, guru, dan pengasuh. Mayoritas korban kekerasan seksual terhadap anak perempuan memiliki status ekonomi menengah ndash; menengah ke bawah, status perkawinan orangtua dan hubungan dengan orangtua baik tetapi kurang pengawasan. Diketahui mayoritas kemampuan sosialisasi dan kondisi psikis korban dalam kategori baik ndash; cukup. Kejadian kekerasan seksual mayoritas dilakukan di tempat privasi dan tertutup pada jam 10.01 ndash; 16.00 saat orangtua bekerja dan 16.01 ndash; 22.00 saat anak bebas bermain dan lepas dari pengawasan orangtua. Sebanyak 59,2 korban mengaku mendapatkan paksaan/ ancaman/ iming ndash; iming, unsur pornografi, dan obat/ alkohol menggunakan makanan atau minuman dari pelaku. Mayoritas korban menyatakan tidak memberi perlawanan karena adanya ancaman/ iming ndash; iming dari pelaku, atau tidak tahu hal yang ia lakukan adalah salah, atau dilakukan atas dasar suka sama suka. Diharapkan bagi orangtua melakukan upaya ndash; upaya untuk mencegah anak menjadi korban maupun mencegah kejadian kekerasan seksual terulang kembali dengan mengajarkan anak tentang batasan antara lawan jenis, menggunakan baju yang sopan dan tidak terbuka, bagian tubuh yang tidak boleh disentuh, sentuhan boleh dan sentuhan tidak boleh, cara memberi respon penolakan, perilaku seksual yang berisiko dan akibatnya, serta orangtua meningkatkan pengawasan terhadap anaknya.

ABSTRACT
This thesis discusses the description of child sexual abuse on girls in Integrated Crisis Center RSUPN dr. Ciptomangunkusumo based on the findings of 49 medical records from 2016 to 2017 collected by researcher. This research is a quantitative research with descriptive design. The results showed that the majority of victims aged 6 11 years 38.8 , in elementary school education primary school, and come with a visum request. Types of sexual abuse are dominated by rape cases by perpetrators of 25 40 year old who are known and have close relationships with victims, such as neighbors, boyfriends, friends, teachers, and caregivers. The majority of victims have lower middle to lower economic status, parental marital status and good parent relationship but lack of parental supervision. Given the majority of socialization skills and the psychological condition of the victim in either good ndash enough category. The majority of sexual abuses conducted in private place and happen at 10.01 a.m 04.00 p.m. when parents are working and 04.01 p.m. 10.00 p.m. when children are free to play out and out of parental supervision. As many as 59.2 of victims claimed to have coercion threat lure, pornography, and drugs alcohol using food or drink from the perpetrators. The majority of victims said they did not give any rejections caused by the threats lures of the perpetrators, or not knowing what she was doing was wrong, or done the sexual activity on the basis of loving each other. It is desirable for parents to make efforts to prevent children from becoming victims and prevent the occurrence of sexual abuse from recurring by teaching children about the boundaries between the opposite sex, using proper dresses, untouchable body parts, part of ldquo permitted touch rdquo and ldquo not permitted touches rdquo , how to give rejections, risky sexual behaviour and these consequences, also increase parental supervision of their children. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiyyah Mutsla
"Adanya transisi epidemiologi menjadikan penyakit tidak menular menjadi masalah baru di dunia kesehatan. Kanker leher rahim merupakan salah satunya. Penelitian Globocan tahun 2008 mengungkapkan bahwa kanker leher rahim merupakan kanker kedua penyebab lebih dari 80% kematian pada perempuan yang hidup di negara-negara berkembang. Di Indonesia dilaporkan terdapat 15.000 kasus baru kanker leher rahim pada tiap tahunnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder di bagian rekam medis RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan desain studi kasus kontrol dan sampel sebanyak 100 orang masing-masing pada kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Faktor-faktor yang diidentifikasi dapat meningkatkan risiko kanker leher rahim adalah umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, dan paritas. Diketahui bahwa faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian kanker leher rahim di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2012 adalah paritas ≥3 anak (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 - 184,67) dan berhubungan seksual pertama kali pada usia <16 tahun (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
Untuk mengurangi kejadian kanker leher rahim diharapkan bagi instansi terkait dapat lebih mengutamakan upaya pelayanan promotif dan preventif dengan meningkatkan cakupan pelayanan deteksi dini kanker leher rahim dan penyuluhan kesehatan mengenai kanker leher rahim yang lebih massal sehingga dapat mencapai semua lapisan masyarakat.

Transition of epidemiology has made a non-communicable diseases becoming the new health problems in the world. Cervical cancer is one of the problems. Globocan study in 2008 have shown that cervical cancer is the second most common cancer that leading causes more than 80% of deaths in women living in developing countries. In Indonesia there are 15.000 new cases of cervical cancer reported each year.
The purpose of this study is to know the prevalence of cervical cancer itself and risk factors that associated with cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, 2012. The research was conducted by taking secondary data on the medical record of RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta with case-control study and the sample size is 100 subjects in the case group and control group, respectively.
Factors that have been identified to increase the risk of cervical cancer are age, education level, employment status, age at first sexual intercourse, number of sexual partners, and parity. It is known that the most dominant factors that affecting the incidence of cervical cancer in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta in 2012 are high parity (≥3) (OR = 51,8; 95% CI: 14,53 – 184,67) and first sexual intercourse at age <16 years (OR = 40,91; 95% CI: 8,96 - 186,81).
To reduce the incidence of cervical cancer the related agencies are expected to be more emphasis on promotive and preventive programs to improve the coverage of early detection of cervical cancer and health education about cervical cancer to be more mass so it can reach to all levels of society.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frilya Rachma Putri
"ABSTRAK
Pendahuluan
Didapatkan peningkatan kasus kekerasan pada anak. Pemahaman tentang efek
kekerasan pada perkembangan anak masih sangat terbatas. Sebagian disebabkan
karena terbatasnya penelitian dalam bidang ini. Penelitian sebelumnya hanya
berdasarkan pada studi-studi deskriptif yang berbasis klinis dan juga survey
retrospektif dari orang dewasa yang mempunyai riwayat kekerasan ketika masa
kanak. Maka penelitian pada anak dengan kekerasan yang berkunjung ke Pusat
Krisis Terpadu RSUPN Cipto Mangukusumo ini perlu untuk dilakukan.
Tujuan
Mengetahui gambaran dan proporsi gangguan jiwa pada anak dengan kekerasan
yang berkunjung ke Pusat Krisis Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Metode
Penelitian ini merupakan studi cross sectional. Pengambilan sampel ditetapkan
secara consecutive sampling. Subyek adalah anak berusia 6-18 tahun yang
mengalami kekerasan di Pusat Krisis Terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo
sebanyak 185. Penegakkan diagnosis gangguan jiwa dengan wawancara
menggunakan instrumen MINI KIDS (Mini Internationale Neuropsychiatry
Interview) ICD-10. Data demografi diperoleh dari wawancara dan data kekerasan
diperoleh dari data sekunder.
Hasil
Jenis kekerasan terbanyak yang dialami oleh anak adalah kasus kekerasan seksual
sebesar 78,46%. Ditemukan 3 gangguan jiwa terbanyak pada subyek penelitian
sebanyak 185 responden berupa Gangguan Penyesuaian sebesar 41,84%,
Gangguan Stress Pasca Trauma sebesar 17,35% dan Episode Depresi Berat
sebesar 15,31%.
Kesimpulan
Pada penelitian ini menunjukkan 42,16 % anak-anak dengan kekerasan
mengalami gangguan jiwa. Dengan demikian, data-data yang diperoleh pada
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk menyusun,
mengimplementasikan dan mengevaluasi intervensi lanjut guna menurunkan atau
mencegah terjadinya gangguan jiwa pada anak.

Abstract
Background
Increase in child abuse is accompanied by increasing concerns in its effect on
child's development. Although concerns keep arising, understanding on effect on
child abuse to child's development is limited. It is partly due to limited studies in
this field. Up to now, understanding on child abuse on child's development has
been based on descriptive clinical studies and retrospective studies on adults with
history of child abuse. Therefore, there is a need to do this research on child abuse
in RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Aim
To describe mental disorder and proportion in children with history of abuse at
Pusat Krisis Terpadu ( One Stop Crisis Center) RSCM.
Method
This is a cross sectional study using consecutive sampling. Subject population is
185 children aged 6-18 years old who suffered from abuse at Pusat Krisis Terpadu
(One Stop Crisis Center) RSCM. Diagnosis of mental disorder is made using
MINI KIDS (Mini International Neuropsychiatry Interview) ICD-10. Demografi
data collected by interview and violence data collected by secondary data.
Result
Type of child abuse suffered were mainly sexual abuse (78.46%). Three most
common mental disorder suffered by the subject population were adjustment
disorder (41.84%), Post Trauma Stress Disorder (17.35%) and Severe Depression
(15.31%).
Conclusion
The study shows that 42.16% children with history of abuse suffered from mental
disorder. It is expected that further intervention to minimize or avoid mental
disorder in children should be set up, implemented and evaluated."
2012
T31432
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hafna Ilmy Muhalla
"Insiden disfungsi seksual pada pria diabetes sangat banyak dan sampai saat ini belum pernah dilakukan eksplorasi mendalam tentang pengalaman mereka. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran pengalaman disfungsi seksual pada klien pria diabetes di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dengan metode penelitian kualitatif dan pendekatan fenomenologi. Dilakukan wawancara mendalam kepada 7 partisipan. Temuan memberikan informasi rinci tentang pengalaman pria diabetes menghadapi disfungsi seksual dengan 11 tema utama, diantaranya gambaran disfungsi seksual, dampak, respon support sistem dan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Disimpulkan bahwa disfungsi seksual terjadi < 5 tahun semenjak terdiagnosa diabetes mellitus yang berdampak pada diri; pasangan dan sosial, klien berupaya mencari cara penyelesaian sesuai persepsinya dan mengharapkan dukungan keluarga, tenaga dan pelayanan kesehatan untuk memperbaiki fungsi seksual mereka.

The incidence of sexual dysfunction on diabetic men clients is prodigious and until now has not been done in-depth exploration of their experiences. The research purpose is to identify the description of sexual dysfunction experiences oin diabetic men at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, using qualitative research methods and phenomenology approach. In-depth interviews were conducted with 7 participans. The findings provide detailed information on diabetic men sexual dysfunction experiences, 11 themes were derived, including sexual dysfunction experiences overview and it's impact, the responses of support system and health care needs.
Concluded that sexual dysfunction was occured < 5 years since diagnosed of diabetes mellitus. It is to be an effect to them self, social and couple relationship. Clients was seeking the problem solving by their perception with all the hope and support from family (couple), health professionals and health services to improve their sexual function."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puti Naindra Alevia
"ABSTRAK
Latar belakang: Sejak tahun 2000 sampai dengan Juli 2010 terdapat 2579 anak mengalamiperlakuan salah seksual yang terdaftar di Pusat Krisis Terpadu PKT Rumah Sakit CiptoMangunsukomo RSCM . Perlakuan salah seksual memiliki dampak negatif pada korban,keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Karakteristik perlakuan salah seksual perludiidentifikasi sehingga dapat dilakukann upaya pencegahan.Tujuan: Mengetahui karakteristik korban, keluarga dan lingkungan, serta pelaku danpencetus perlakuan salah seksual pada anak di Jakarta.Metode: Studi deskriptif retrospektif dengan pengumpulan data dari rekam medis anakkorban perlakuan salah seksual di PKT RSCM dengan mengolah data kasus tahun 20142015.Variabel yang dinilai yaitu faktor anak, lingkungan, pelaku, dan pencetus.Hasil: Terdapat 103 rekam medis yang masuk dalam penelitian. Perlakuan salah seksualterbanyak adalah genito-genital 48,5 , lebih dari 50 disertai kekerasan fisik maupunancaman fisik dan senjata, 47,6 diketahui dari cerita korban. Sebanyak 86,4 korbanadalah perempuan, 42 berusia 13-18 tahun, 32,1 pendidikan tingkat menengah pertamadan atas, dengan pengawasan keluarga yang kurang, dan 26,2 mengalami dampakpsikososial. Sebagian besar orangtua korban bekerja di luar rumah dan 33 berada di bawahgaris kemiskinan. Pelaku 33 merupakan pelajar, tidak bekerja, atau pensiunan. Sekitar 20 pelaku memiliki riwayat penyalahgunaan obat dan alkohol.Simpulan: Anak perempuan, usia rerata 9,97 tahun, berpendidikan menengah dan/atau putussekolah, dengan orangtua yang bekerja, tinggal di lingkungan kumuh dengan penghuni rumahlebih dari 4 orang memiliki peluang lebih besar menjadi korban perlakuan salah seksual.Pelaku memiliki karakterisik laki-laki dewasa, berusia rerata 30 tahun, memiliki hubungantetangga, teman/kenalan dan anggota keluarga, merupakan pelajar, buruh, atau pengangguran,dan sebagian memiliki riwayat konsumsi alkohol dan obat terlarang.Kata kunci: Perlakuan salah seksual anak, karakteristik korban perlakuan salah seksual anak,karakteristik pelaku perlakuan salah seksual anak
ABSTRACT Background Data from Integrated Crisis Center Cipto Magunkusumo Hospital reveals thatfrom 2000 untul 2010, 2759 children became victims of sexual abuse. Sexual abuse has anegative effect on the victims children , their families, and people around them.Characteristics of these cases must be identified to help formulate preventive measures.Objective To identify the characteristics of the victims, families, environment, as well asperpetrators and triggers of child sexual abuse cases in Jakarta.Methods A retrospective descriptive study was conducted between July 25th and September19th 2016 by collecting data from the medical records of child sexual abuse victims atIntegrated Crisis Center Cipto Mangunkusumo Hospital from 2014 2015. Variables identifiedinclude characteristics of the victims, families and environment, perpetrators, and triggers.Results There were 103 medical records analysed in the study. Genito genital accounts forthe most frequent form of abuse 48.5 . More than 50 of abuse were conducted alongwith physical abuse or verbal threat of physical abuse with our without weapons. Close to50 of cases were discovered through confession by the victims. Most of the victims werefemale 86,4 , aged 13 18 years of 42 . Almost a third were students of junior and highschools. More than a quarter of the victims 26.2 suffered from psychosocial effects ofabuse. Most of the parents had occupations but a third of the families lived below povertyline. Around 40 of the perpetrators were students, retired civil servants, or jobless. Around20 of them had history of subtance and alcohol abuse.Conclusion Female children, with mean age of 9.97 years old, with middle schooleducation, working parents, living in poor neighborhood, with more than 4 people in thesame house have greater risk of becoming victims of sexual abuse. Characteristics ofperpetrators include adult male, with mean age of 30 years old, with relationship of neighborfriends acquaintance, and family members, jobless, blue collar workers, or students, andsome have history of alcohol and illicit drugs consumption.Keywords sexual abuse, child, characteristics, prevention "
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tivania Wiradinata
"ABSTRAK
Mucocele adalah lesi jinak yang terdapat pada mukosa mulut dan merupakan gangguan yang sering terjadi pada kelenjar saliva minor. Mucocele termasuk dalam 17 lesi yang sering terjadi pada rongga mulut yang disebabkan oleh trauma dan obstruksi pada kelenjar saliva. Mucocele dapat terjadi pada berbagai kelompok usia, namun pada umumnya terjadi pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda. Penelitian mengenai distribusi dan frekuensi mucocele perlu dilakukan untuk mengetahui epidemiologi dari mucocele, sehingga dapat memberikan informasi berupa prognosis dan kesuksesan perawatan berdasarkan kondisi yang dialami oleh pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo periode 2016-2017. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif retrospektif dengan menggunakan rekam medik pada pasien di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Analisis 8 kasus mucocele berdasarkan umur, jenis kelamin, jenis pekerjaan, lokasi terjadinya lesi, ukuran lesi, kondisi lesi, etiologi, jenis perawatan, dan kasus rekurensi. Sebagian besar pasien berumur 11-20 tahun (37,5%) dengan pekerjaan sebagai pelajar (50%). Rasio antara pasien laki-laki dan perempuan adalah 1:3. Lesi paling banyak ditemukan pada bibir bawah (50%) dengan ukuran 6-10 mm (50%) dalam keadaan yang tidak pecah. Etiologi berasal dari trauma dan kebiasaan menggigit bibir. Pilihan perawatan yang sering dilakukan adalah eksisi, yaitu sebanyak 4 kasus. Terdapat 4 kasus rekurensi pada mucocele setelah dilakukan perawatan.

ABSTRACT
Mucocele is a benign lesion found in the oral mucosa and it is a disorder that often occurs in minor salivary glands. Mucoceles are included in 17th common lesions in the oral cavity caused by trauma and obstruction in the salivary glands. Mucocele can occur in various age groups but usually in children, adolescents, and young adults. Research on the distribution and frequency of mucocele needs to be done to determine the epidemiology of mucocele, so it can provide the information of prognosis and success of treatment based on the conditions that experienced by patients at National Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo from 2016-2017. The method of this research is retrospective descriptive study from medical records of National Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo patients. 8 cases of mucocele was analyzed based on age, gender, occupation, location of the lesion, size of lesion, condition of lesion, etiology, type of treatment, and recurrence cases. Most of the patients were 11-20 years old (37.5%) and most of them were students (50%). The ratio between male and female patients is 1:3. Most of the lesions are found in the lower lip (50%) in sizes 6-10 mm (50%) in a non-ruptured condition. The etiology of mucocele are trauma and lip biting habits. The choice of treatment that is often done in 4 cases of mucocele is excision. There were 4 cases of recurrence in mucocele after treatment."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Febrianti
"Tesis ini dilatarbelakangi oleh banyaknya penggunaan obat non DPHO dan tingginya beban cost sharing obat pada pasien ASKES di rawat inap gedung A RSCM. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan peresepan obat non DPHO yang terdiri dari faktor Dokter Penanggung Jawab Pasien (pendidikan, spesialisasi), faktor pasien (umur, jenis kelamin), faktor kelas ruang rawat terhadap rerata biaya obat non DPHO. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross sectional.
Hasil penelitian menunjukkan rerata biaya obat non DPHO per pasien adalah Rp 1.511.626 atau 55,3% dari total biaya obat. Pendidikan dan spesialisasi DPJP, umur dan jenis kelamin pasien, serta kelas ruang rawat berhubungan dengan rerata biaya obat non DPHO. Rerata biaya obat non DPHO Konsultan lebih tinggi daripada Spesialis, rerata biaya obat non DPHO paling tinggi pada spesialisasi Syaraf dan paling rendah pada Gigi Mulut, rerata biaya obat non DPHO tertinggi pada pasien kelompok umur tua dan paling rendah pada anak, rerata biaya obat non DPHO pasien laki-laki lebih tinggi daripada perempuan,dan rerata biaya obat non DPHO paling tinggi pada kelas VIP (4 bed) dan VVIP, paling rendah pada kelas 2 dan 3.

This study is triggered by the heavy use of drugs of non-DPHO and the high burden of drug cost sharing for ASKES? patients hospitalized in Gedung A RSCM. The purpose of the study was to determine the factors associated with the prescriptions of non-DPHO comprising factors of Responsible Patient Physician (i.e. education, specialization), patient factors (i.e. age, gender), the room class factor toward the average cost of non-DPHO drugs. This study is an analytical one using cross-sectional design.
The results showed that the average drug cost per patient non DPHO is Rp. 1,511,626 or 55.3% of total drug costs. Education and specialization of DPJP, age and sex of the patient, as well as room class have relationship toward non-DPHO average drug costs. The average of cost of medication non DPHO from Consultant is higher than that of drugs prescribed by Specialist. The highest cost for non-DPHO is neural specialization while Dental Mouth is the lowest. Furthermore, the average cost of non DPHO in older age groups are the highest whilst children are the lowest. Finally, male patients are higher than the female, as well as VIP class (4 beds) and VVIP are the highest and the class 2 and 3 are the lowest.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T33197
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubita Rahmarianti
"Salah satu komplikasi mikroangiopati dari penyakit DM dan merupakan penyebab kematian terpenting pada penderita DM adalah Nefropati Diabetik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian Gangguan Ginjal pada penderita DM serta faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian tersebut di RSCM tahun 2012. Penelitian ini dilakukan pada penderita DM yang berobat baik di rawat jalan (Poli DM) maupun rawat inap dengan menggunakan desain cross sectional. Sampel penelitian terdiri dari 255 pasien DM yang terpilih seara random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebanyak 34,9% sampel mengalami Gangguan Ginjal. Hasil dari analisis chi square menunjukan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan lama menderita DM dengan kejadian Gangguan Ginjal.

One of the microangiopathic complications and the most important cause of death in people with diabetes is Diabetic Nephropathy. The purpose of this study was to describe the incidence of renal disorders in patients with diabetes and the factors that influence the event at the RSCM in 2012. The study was conducted in patients with DM were treated well in the outpatient (Poly DM) and hospitalizations using cross-sectional design. The research sample consisted of 255 patients who elected seara DM random sampling. The results showed that as many as 34.9% of the sample had Kidney Disorders. Results of chi-square analysis showed that there is a relationship between sex and the incidence of long- suffering DM Kidney Disorders."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laras Unggul
"Proses penuaan mengakibatkan lansia rentan mengalami penyakit degeneratif, kondisi ini mengharuskan lansia menjalani perawatan di rumah sakit dan membutuhkan dukungan keluarga untuk meningkatkan status kesehatan. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga pada lansia diruang rawat inap gedung A RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo dengan desain deskriptif yang melibatkan 89 keluarga pendamping lansia selama perawatan dirumah sakit sebagai responden dan dipilih secara consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan rerata usia lansia yang menjalani perawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah 60-69 tahun dengan jenis kelamin perempuan dan rerata usia keluarga yang mendampingi lansia saat menjalani perawatan di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah 18- 40 tahun dengan jenis kelamin perempuan dan 52,8% responden memberikan dukungan keluarga yang baik. Penelitian ini diharapkan keluarga dapat meningkatkan dukungan keluarga pada lansia yang menjalani perawatan dirumah sakit.

The aging process results in the elderly susceptible to degenerative diseases, these conditions require the elderly undergoing treatment at the hospital and needed family support to improve health status. This research aims to describe the family support to the elderly inpatient building A RSUPN Dr.Cipto Mangunkusomo, descriptive design involving 89 elderly family companion during hospitalization as a respondent and selected by consecutive sampling.
Results showed the mean age of the elderly undergoing treatment at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo is 60-69 years with female sex and mean age of the family who accompany the elderly while undergoing treatment at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo is 18- 40 years with female sex and 52.8% of the respondents gave a good family support. This research is expected to families can increase family support for the elderly undergoing treatment in hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duta Liana
"ABSTRACT
The Factors Which Related with the Operation Delay in Central Surgery Installation at Dr.Cipto Mangunkusumo General HospitalIn accordance with scientific and technology development, surgery procedures are becoming a specialist and expensive health services.
There is a trend to minimize the cost of hospital services by establishing centralized of the high cost units such as operation rooms.
Dr. Cipto Mangunkusumo general hospital is the type A and National top referral hospital which has full array of experts/specialists physician while the tariff of the services is relatively lower than the surrounding private hospitals. The consequence of this condition, bring this hospital has to serve patients beyond its capacity which in turn overburdened the services. This condition is also affected at the central operation room, i.e. Central Surgery Installation.
In performing elective surgery procedures, the patients should wait for operation schedule. The preliminary observation showed that there were many delayed and canceled of the scheduled surgery, so that affected the hospital management and hospital performance.
The aim of this study is to know the percentage of delayed operations and affecting factors. This is a cross sectional study using observation and interviews. The sample is all of the surgery procedures during 6 working days at 12 operation rooms, in June 1996. The data was collected as primary data by filling the form and questionnaires.
The results:
1. Delayed surgery level is 90.9 %.
The delayed percentage of the arrival of consultant surgeon who needed for teaching the resident is 80.8 %, with average time of delay is 40 minutes. Then the delayed percentage of the arrival of anesthesiology resident is 60.6 % with the average time of delay is 36.6 seconds and the delayed percentage of arrival of patients is 62.1 % with the average time of delay is 4.2 minutes.
There is statistically significant correlation between the operation delay and the arrival delay of paramedic, anesthesiology resident, surgeon assistant, surgeon, surgeon consultant, the patients and the duration of operation. But there is no statistically significant correlation between the operation delay and the kind of surgery. This study is also revealed the percentage of operation cancel lance by 12.4 % with the common cause is patient subjectivity (28.6 %).
2. There are many operations which its duration are not appropriate with allocated time.
3. Lack of appropriate and adequate amount of linen, both for patients and provider, i.e. surgery linen such as jas pack, lap pack.
Suggestions :
1. Good communication between provider inside and outside of Central Surgery Installation.
2. It is necessary to make the evaluation about the report of tasks and responsibility of Central Surgery Installation and the procedure of surgery especially about the arrival of the provider.
3. It is necessary to make good cooperation with the medical committee of the hospital to take an appropriate action in case of any mistakes.
4. It is necessary to give special attention from the hospital administrator according to linen budgeting in the Central Surgery Installation.
5. It is necessary to make the longitudinal study about surgery duration according to the kind of surgery, to increase the optimal utilization of the operation room.
Bibliography : 24 ( 1969 - 1995 )
xi + 124 pages + 36 tables + 2 figures + 5 annexes;Sejalan dengan perkembangan IPTEK maka kebutuhan pelayanan kesehatan melalui tindakan bedah menjadi bentuk pelayanan kesehatan yang spesialistik, mahal.

ABSTRAK
Terdapatnya kecenderungan penghematan biaya pada pelayanan Rumah Sakit dengan melakukan sentralisasi unit-unit yang memerlukan biaya tinggi atau unit sebagai cost center diantaranya adalah kamar operasi.
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo sebagai rumah sakit tipe A dan rujukan tingkat nasional mempunyai tenaga ahli yang lengkap dan tarif yang relatif murah menyebabkan pasien yang datang melebihi kapasitas dan perlu mengalami antrian yang panjang. Hal ini dapat terjadi di kamar operasi yang dikenal dengan nama Instalasi Bedah Pusat. Dalam melaksanakan tindakan operasi efektif pasien harus menunggu antrian jadwal operasi, sedangkan dari pengamatan awal didapatkan masih adanya keterlambatan atau pembatalan operasi sehingga pasien harus menunggu jadwal antrian berikutnya. Tentunya hal ini selain mempunyai dampak kepada pasien juga terhadap manajemen rumah sakit serta penampilan kerja rumah sakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase keterlambatan/pernbatalan operasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan cara pengamatan kegiatan operasi dan wawancara. Adapun sampel pada penelitian ini adalah seluruh operasi pada 12 kamar operasi selama 6 hari kerja pada bulan Juni 1996 di Instalasi Bedah Pusat RSCM. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer berupa formulir pengisian dan kuesioner. Analisa statistik yang dilakukan adalah analisis univariat dan bivariat.
Hasil penelitian yang didapat :
1. Tingkat keterlambatan operasi 90,9%.
Diantara anggota provider, kedatangan konsulen operator yang dibutuhkan untuk bimbingan/ujian pada 26 operasi mempunyai persentase keterlambatan sebesar 80,8% dengan rata-rata waktu keterlambatan yaitu 40 menit, diikuti keterlambatan PPDS Anestesi 60,6% dengan rata-rata waktu keterlambatan 37,6 menit. Sedangkan pasien mempunyai persentase keterlambatan 62,1% dengan rata-rata waktu keterlambatan 4,2 menit. Adanya hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan keterlambatan kedatangan paramedik, PPDS anestesi, asisten operator, operator, konsulen operator, pasien, lama operasi. Sedangkan tidak ada hubungan bermakna secara statistik antara keterlambatan operasi dengan jenis operasi. Pada penelitian ini juga terdapat pembatalan operasi sebesar 12,4%. Dimana alasan terbanyak disebabkan faktor subyektivitas pasien (28,6%).
2. Adanya lama operasi yang belum sesuai dengan alokasi waktu (rencana) yang di tentukan.
3. Kurang tersedianya linen khususnya linen pasien, linen operasional (Jas pack, Lap pack) didalam kegiatan operasi.
Saran-saran yang diusulkan antara lain :
1. Adanya hubungan komunikasi (HAM) yang baik antara anggota provider baik yang berada di bawah atau yang tidak berada di bawah Instalasi Bedah Pusat, begitu pula dengan ruang rawat yang terkait.
2. Perlunya evaluasi terhadap laporan tertulis tentang tugas/tanggung jawab IBP dan tata tertib laksana tindakan bedah khususnya mengenai kedatangan provider yang telah disetujui oleh semua pihak yang terkait.
3. Perlunya bekerja sama dengan Direktur RSCM (komite medik) untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu apabila peraturan tertulis tersebut tidak dipatuhi.
4. Perlunya perhatian administrator Rumah Sakit terhadap anggaran pengadaan linen di Instalasi Bedah Pusat.
5. Perlu diadakan suatu survai lama operasi (alokasi waktu) berdasarkan jenis operasi untuk memudahkan dalam pembuatan waktu rencana operasi, sehingga dapat meningkatkan utilisasi kamar operasi.
Daftar Pustaka : 24 (1969-1995)
xi + 124 halaman + 36 tabel + 2 gambar + 5 lampiran
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>