Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143936 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Daru Dewi G. S. Putri
"ABSTRAK
Konsep yang disampaikan oleh Descartes mengenai dualisme mind dan body menunjukkan adanya hubungan antara jiwa dan tubuh pada proses penyampaian pemikiran manusia. Makna dari pemikiran ini bergeser karena konstruksi sosial yang memperlakukan perempuan dan laki-laki secara berbeda. Hal tersebut menunjukan adanya diskriminasi dan kekurangan pada pemikiran filsafat di dalam menghadapi permasalahan manusia secara universal. Menanggapi permasalahan yang terjadi, penelitian ini menerapkan pemikiran Merleau-Ponty mengenai persepsi yang menubuh untuk mengemukakan pentingnya tubuh perempuan yang bebas sebagai media untuk memahami fenomena yang terjadi di dunia. Pemikiran lain yang diterapkan pada penelitian ini adalah kesadaran akan ambiguitas yang dikemukakan oleh Beauvoir. Kedua konsep yang disampaikan kemudian dipadukan membantu perempuan memahami pilihan-pilihan yang dapat ia tentukan sendiri. Dengan pemikiran Merleau-Ponty dan Beauvoir, proses menjadi perempuan atau becoming a woman dapat dilalui secara mandiri dan menjadi jalan keluar dari filsafat untuk permasalahan feminisme.

ABSTRACT
The relation of human rsquo s mind and body in Descartes rsquo dualism indicates how human cannot express their way of thinking without using their body. However, social construction has made this concept lost its equality and begun to use use sex and gender to differentiate human. This represents a social discrimination and a deficiency in philosophy in solving human universal issues. Responding to this issue, this research applies Merleau Ponty rsquo s thought on embodied perception and Beauvoir rsquo s thought on ambiguity. Both are applied to emphasize the importance of women bodies rsquo freedom to understand the world rsquo s phenomenons around them. These concepts can support the process of becoming a woman as a philosophical solution for femimism.Keywords embodied perception, ambiguity, philosophy, feminism. "
2018
T50502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Vicky Ardian Amir
"Keadilan dan kesetaraan adalah impian setiap manusia, namun pada kenyataannya ada setengah penduduk dunia yang belum merasakannya, dalam hal ini perempuan. Melalui feminisme, perempuan mendobrak dominasi patriarkal yang ada. Perjuangan ini sebenarnya tidak hanya dilakukan oleh perempuan, sebab melalui pemikiran filsuf laki-laki seperti, John Stuart Mill, sebagai agen perubahan pada kesetaraan perempuan dengan jalan hak pilih dan Jacques Lacan dengan konsep tahapan pembentukan manusia agar perempuan keluar dari tatanan simbolik yang maskulin, serta Jacques Derrida dengan ?alat? dekonstruksi, membongkar tradisi maskulin dan menyuarakan feminitas dengan jalan tulisan. Juga melalui konsep subjek tiga filsuf ini, diharapkan tradisi patriarkis dapat terkikis.

Equality and justice is a dream for each and every human being, but in fact, half of the world population never feel it, in this case, women. Through feminism, women smashed the patriarchal domination that still exists. Actually, this fighting not only done by women, because through the thoughts of males philosopher like, John Stuart Mill as the agent of change in women equality with way of suffrage and Jacques Lacan with human figuration phases, in order to make women come out from the masculine?s symbolic order, as well as Jacques Derrida with deconstruction?s ?tool?, breaking the masculine?s tradition and give voice to femininity through the literature. Also through the concept of subject from these three male philosophers, it is hoped that patriarchies tradition could vanish."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S1387
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Tirtarahardja
"Pembahasan dari skripsi ini adalah ambiguitas ruang kota yang terjadi akibat dari variasi persepsi akan suatu tempat publik. Studi kasus yang dipilih adalah trotoar di Bunderan Slipi. Fokus pembahasan yang digunakan adalah teori ambiguitas arsitektur kota. Mengerucut pada bagaimana aktor-aktor yang berhubungan dengan sebuah ruang menjalani kegiatan di dalam ruang tersebut. Kehidupan publik dilihat berdasarkan respon terhadap unsur-unsur yang ada di dalam tapak. Respon ini merupakan sebuah persepsi ruang yang unik dan berbeda-beda bagi tiap individu. Persepsi ruang yang berbeda-beda akan sebuah tempat menjadikan sebuah ruang kota ambigu. Ambiguitas ini sangat jelas terjadi di trotoar Bunderan Slipi dengan banyaknya pedagang liar yang ada di dalam tapak.

The study in this essay is about urban space ambiguity that happens because of various perception of one public place. The chosen case is Bunderan Slipi Sidewalk. The study focused on urban space ambiguity theory. Pursed in how the actors who have something to do with the space do something inside the space. The public life observed as an unique and different form of perception from each individual. These different perception ought to make a place become an ambiguous urban space. Bunderan Slipi sidewalk have a very clear ambiguity with many street vendor on the sidewalk.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Azzah Aprilia
"Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk untuk menjabarkan perbedaan dari stage play 2.5D Touken Ranbu The Stage Guden: Mujun Genji Monogatari sebagai adaptasi dari novel Genji Monogatari oleh Murasaki Shikibu. Penelitian ini menggunakan teori adaptasi oleh Hutcheon dan konsep subjektivitas perempuan oleh Beauvoir dengan menggunakan metode analisis teks dari sudut pandang feminisme. Dari hasil analisis diperoleh perbedaan Guden sebagai karya adaptasi adalah adanya penambahan adegan berupa eksplorasi dari gyoukan (jeda antar adegan) dan bab “Kumogakure”, serta keterlibatan karakter touken danshi sebagai pengamat dan pihak dari luar cerita Genji Monogatari. Penambahan dari bagian gyoukan mengizinkan karya adaptasi untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai karakter-karakter perempuan sebagai satu individu yang utuh. Bab “Kumogakure” yang pada cerita sumber merupakan halaman kosong, dalam karya adaptasi menjadi simbol pemberontakan para perempuan untuk mendapatkan kebebasan mereka sebagai manusia yang utuh. Sedangkan penambahan touken danshi dalam cerita adalah sebagai kritik dari sistem patriarki itu sendiri. Apabila dikaitkan dengan konteks when dan where karya adaptasi, dapat ditarik kesimpulan bahwa ketidaksetiaan yang ditemukan dalam Guden merupakan bentuk penyesuaian agar karya dapat diterima dan dipahami oleh penonton pada masa kini.

This study is qualitative research that aims to describe the differences between 2.5D Stage Play Touken Ranbu The Stage Guden: Mujun Genji Monogatari as an adaptation of Genji Monogatari by Murasaki Shikibu. This research uses the theory of adaptation by Hutcheon and female subjectivity by Beauvoir using the method of feminism reading. From the analysis, it is found that the difference between Guden as an adaptation work is the addition of scenes in the form of exploration of gyoukan (between the lines) and "Kumogakure'' chapter, as well as the involvement of touken danshi characters as observers and outsiders of Genji Monogatari story. The addition of the gyoukan part allows the adaptation to explore more deeply the female characters as a whole subjects. The chapter "Kumogakure" which in the source story is an empty chapter, in the adaptation work becomes a symbol of the rebellion of women to gain their freedom as complete human beings. Meanwhile, the addition of touken danshi characters in the story is to address criticism for patriarchal system itself. When linked to the context of when and where of the adaptation work, it can be concluded that the disloyalty found in Guden is a form of adjustment so the work can be accepted and understood by today's audience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melly Oktaviani
"Konstruksi patriarki memandang menstruasi sebagai hal yang kotor dengan berlandas pada suatu prasangka yang keliru terhadap darah yang merupakan lambang kematian. Implikasi dari hal ini adalah adanya anggapan bahwa rahim membawa penyakit yang disebut dengan “penyakit perempuan”. Bias yang terjadi menyebabkan perempuan merasa malu dengan adanya menstruasi melanggengkan narasi patriarkal mitos menstruasi. Nilai-nilai yang tertanam secara mengakar dan kontinu berdampak pada perempuan yang kehilangan otoritas atas tubuhnya. Ilmu pengetahuan dan kapitalisme yang berkembang pesat membuat opresi terhadap perempuan makin kuat, bahkan produk menstruasi kini dikapitalisasikan. Kapitalisme yang berfokus pada profit mengabaikan kerusakan alam yang diakibatkan dengan banyaknya limbah pembalut. Ekofeminisme menunjukkan adanya opresi terhadap alam dan perempuan yang masih berlanjut hingga saat ini dan tidak mungkin untuk membebaskan salah satunya tanpa mengorbankan yang lain.

The patriarchal construction views menstruation as a dirty thing based on the mistaken prejudice of blood which is a symbol of death. The implication of this is the assumption that the uterus carries a disease called "women's disease". The bias that occurs causes women to feel ashamed about menstruation, perpetuating the patriarchal narrative of the menstrual myth. Values that are deeply rooted and continuous have an impact on women who lose authority over their bodies. Science and capitalism that are developing rapidly make the oppression of women stronger, even menstrual products are now capitalized. Profit-focused capitalism ignores the natural damage caused by the abundance of sanitary napkins. Ecofeminism shows that there is an oppression of nature and women is still ongoing today and it is impossible to liberate one of them without sacrificing the other."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Christina Oktorida
"Tulisan ini menjelaskan kebebasan merupakan sesuatu yang selalu dikejar manusia dan menjadi fokus berbagai ilmu filsafat. Kebebasan menyangkut persoalan terkait kebebasan perempuan, politik, ekonomi, hukum, dan agama. Penelitian ini bertujuan untuk meninjau karya Nawal El Saadawi dalam novel Jatuhnya Sang Imam mengenai perjuangan dalam menyerukan eksistensi dan kebebasan perempuan pada budaya patriarki yang legitimasi oleh agama. Dengan menggunakan teori feminisme radikal kultural dan penelitian kritik feminis, dengan metode penelitian deskriptif, analisis, dan tinjauan pustaka bertujuan mendeskripsikan apa saja legitimasi agama dan kekuasaan dari budaya patriarki serta isu bagaimana teori kritik feminis Nawal El Saadawi, Nasaruddin Umar juga kritik feminis radikal Shulamith Firestone menganalisis tokoh perempuan dalam novel tersebut. Ditemukan bahwa dalam novel tersebut bertujuan menjelaskan belenggu patriarki di sektor budaya masyarakat. Kaum feminis radikal terkenal dengan ungkapan “the personal is political” untuk menyoroti penindasan terhadap perempuan di ranah pribadi, khususnya dalam sistem karakterisasi gender yang secara konsisten mengasosiasikan laki-laki dengan maskulinitas dan perempuan dengan feminitas berdasarkan gender. Penulis menganalisis ini dalam konteks sosial dan budaya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai peran dan pengaruh tokoh Bintullah dalam perjuangan kesetaraan gender. Ditemukan bahwa kebebasan berhak diperoleh tokoh Bintullah dan Jawaher dalam bidang seperti hubungan perkawinan, budaya, dan politik.
This article explains freedom is something that humans always strive for and is the focus of various philosophical sciences. Freedom has issues related to women's freedom, politics, economics, law and religion. This research aims to review the work of Nawal El Saadawi in the novel "The Fall of the Imam" regarding the struggle to call for the existence and freedom of women in a patriarchal culture that is legitimized by religion. Using cultural radical feminist theory and feminist criticism research, with descriptive research methods, analysis and literature review aim describing the legitimacy of religion and power from patriarchal culture as well as the issue of how feminist critique Nawal El Saadawi, Nasaruddin Umar also radical feminist critique Shulamith Firestone analyze the female characters in the novel. It was discovered that in the novel aimed to depict the shackles of patriarchy in the cultural sector of society. Cultural radical feminists are famous for using the phrase to highlight the oppression of women in the private sphere, especially the gender characterization system based on sex, which always associates men with masculinity and women with femininity. The author analyzes this in a social and cultural context to gain a more comprehensive understanding of its role and influence Bintullah in the struggle for gender equality, Finds that the figures Bintullah and Jawaher has the right to freedom in area such as marriage, cultural of society, and political relations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adriana Venny Aryani
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiara Citra Rasaski
"Modernisasi dan westernisasi yang terjadi secara masif pada masa awal Korea menyebabkan banyaknya wacana barat terinstitusi dan diimplementasi ke dalam sistemnya. Konsep feminisme, keadilan, dan kesetaraan atas hak-hak perempuan di Korea belum menjadi dikursus aktif hingga tahun 1993. Prinsip Konfusianisme yang menjadi akar dari nilai dan tradisi Korea dianggap mengopresi dan membatasi ruang gerak perempuan, sehingga menyebabkan perempuan Korea memulai perlawanannya melalui aktivisme sosial untuk menuntut hak-hak dasarnya. Menggunakan metode kritik epistemologi feminis, penelitian ini dilakukan untuk menelaah pengaruh pemikiran barat terhadap konseptualisasi dan praktik Konsep Feminisme dalam masyarakat Konfusianisme Korea dan juga perkembangannya pada era kontemporer ini. Didukung dengan teori stand point serta interseksionalitas, peneliti menemukan bahwa aktivisme perempuan di Korea hingga saat ini memancarkan retorika feminis-radikal dengan perjuangan kelas dan sedikit isu gender di dalamnya. Perbedaan budaya yang kontras juga menyebabkan kontradiksi yang kompleks dan rumit hadir dalam feminisme kontemporer Korea.

Modernization and westernization that occurred massively in the early days of Korea cause many western discourses to be institutionalized and implemented into its system. The concept of feminism, justice, and equality for women’s rights in Korea did not become an active discourse until 1993. The Confucian principles which are the roots of Korean values and traditions are considered to suppress and limit women’s movement, causing Korean women to start their resistance through social activism to claim their basic rights. Using the method of criticism of feminist epistemology, this research was conducted to examine the influence of western thought on the conceptualization and practice of the concept of feminism in Korean Confucian society and also its development in the contemporary era. Supported by Standpoint Theory by Sandra Harding and Kimberlé Crenshaw’s intersectionality concept, the author found that women’s activism in Korea exudes radical-feminist rhetoric with class struggle and gender issues in it. The contrasting cultural differences also lead to complex and complicated contradictions present in contemporary Korean Feminism.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Auralia
"Penelitian ini menganalisis novel Het Huis van de Moskee (2005) karya penulis Iran-Belanda, Kader Abdolah, dengan permasalahan penggambaran budaya patriarki yang terdapat dalam novel, dan bertujuan untuk mendeskripsikan budaya patriarki yang ada dalam novel serta menghubungkannya dengan realitas kehidupan masyarakat Iran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif, dengan menggunakan teori patriarki Sylvia Walby dan teori sosiologi sastra Sapardi Djoko Damono. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa bentuk budaya patriarki dalam novel Het Huis van de Moskee, yaitu eksploitasi seksual perempuan untuk tujuan reproduksi, penindasan melalui pengaturan pakaian perempuan oleh pemerintah, dan dominasi dalam pekerjaan dan posisi sosial perempuan. Temuan ini juga mencerminkan kehidupan masyarakat Iran. Dalam novel Het Huis van de Moskee, meskipun Kader Abdolah lebih berfokus pada kehidupan politik dan sosial di Iran, dia juga menyajikan gambaran perempuan dalam ceritanya dengan mengisahkan berbagai kesulitan yang mereka hadapi.

This study analyzes the novel Het Huis van de Moskee (2005) by Iranian-Dutch writer, Kader Abdolah, with the problem of depicting patriarchal culture contained in the novel, and aims to describe the patriarchal culture in the novel and relate it to the reality of Iranian people's lives. This study uses a qualitative approach and descriptive method, using the patriarchal theory of Sylvia Walby and the theory of sociology of literature by Sapardi Djoko Damono. The results of the study show that there are several forms of patriarchal culture in the novel Het Huis van de Moskee, namely sexual exploitation of women for reproductive purposes, oppression through regulation of women's clothing by the government, and dominance in work and social position of women. These findings also reflect the life of the Iranian people. In the novel Het Huis van de Moskee, although Kader Abdolah focuses more on political and social life in Iran, she also presents a picture of the women in the story by telling about the various difficulties they face."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zuliyatun Nurul Hidayati
"Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut adalah naskah berbahasa dan beraksara Jawa yang ditemukan pada Katalog Inventarisasi Naskah Kuno Koleksi Perpustakaan Nasional. Naskah Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut (yang selanjutnya disingkat menjadi PSNNK) merupakan naskah Jawa yang isinya membahas tentang peribahasa yang berbunyi “suwarga nunut naraka katut”. Peribahasa tersebut ditujukan pada perempuan yang sudah bersuami dan menunjukkan bahwa perempuan tidak memiliki kuasa serta peran apapun terhadap suaminya. Oleh karena itu, masalah utama dalam penelitian ini adalah bagaimana budaya patriarki dan kedudukan perempuan Jawa yang dikemukakan dalam teks PSNNK? Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui budaya patriarki yang digambarkan dengan cara sebuah kebahagiaan dan kesengsaraan seorang istri ditentukan oleh sang suami dalam teks PSNNK. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode dan langkah kerja filologi. Kandungan isi teks PSNNK dianalisis dengan teori feminisme. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Budaya patriarki melekat dalam citra perempuan Jawa, (2) Perempuan Jawa memiliki peranan penting dalam berumah tangga, dan (3) Kedudukan perempuan Jawa setara dengan laki-laki dalam lingkup keluarga. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa budaya patriarki juga diterapkan pada abad ke-20 dan kedudukan perempuan dalam lingkup keluarga setara dengan laki-laki yang diperjelas dengan kutipan pada teks yang berbunyi “manusia untuk naik ke surga itu berdasarkan amalnya sendiri-sendiri”.

Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut is a Javanese script found in the Inventory Catalog of Ancient Manuscripts in the National Library Collection. The Paribasan Suwarga Nunut Naraka Katut Manuscript (hereinafter abbreviated as PSNNK) is a Javanese manuscript which contains a proverb that reads "suwarga nunut naraka Katut". The proverb is aimed at married women and shows that women do not have any power and role over their husbands. Therefore, the main problem in this research is how is the patriarchal culture and position of Javanese women expressed in the PSNNK text? The purpose of this study is to find out the patriarchal culture which is described by the way a wife's happiness and misery are determined by her husband in the PSNNK text. This research is a qualitative research using methods and steps of philology work. The content of the PSNNK text was analyzed using feminism theory. The results of this study indicate that: (1) patriarchal culture is inherent in the image of Javanese women, (2) Javanese women have an important role in marriage, and (3) Javanese women's position is equal to men in the family sphere. Based on the results of this study, it can be concluded that patriarchal culture was also applied in the 19th century and the position of women in the family sphere is equal to that of men which is clarified by a quote in the text which reads "humans ascend to heaven based on their own deeds"."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>