Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156879 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Hasna Shofiyya
"Tesis ini membahas tentang bentuk negosiasi identitas perempuan Muslim antara dirinya dan keluarga atau lingkungan sekitarnya terkait ideologinya yang menganut agnostisisme. Penelitian akan dilakukkan dengan melakukan analisis terhadap tiga artikel yang dipublikasikan di sebuah majalah-web yang bernama Magdalene.co. Analisis teks akan dilakukkan dengan menggunakan teknik analisis feminist stylistics yang dikemukakan oleh Sara Mills. Penelitian ini membuktikan bahwa merahasiakan identitas diri merupakan strategi negosiasi identitas diri sebagai seorang penganut agnostisisme yang dilakukan di dalam lingkup keluarganya yang masih konservatif. Meskipun demikian, konfrontasi juga perlu dilakukan untuk mencapai integrasi antara penulis dengan keluarganya. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan bahwa, berdasarkan artikel yang dipublikasikan, penulis belum mencapai hasil akhir dari negosiasi identitas yang dilakukan. Penulis belum mencapai hasil akhir berupa penerimaan dan pengakuan atas identitas penulis oleh keluarganya. Penelitian ini juga membuktikan bahwa Magdalene.co sebagai sebuah media yang mengusung nilai feminisme, mampu menjadi ruang aman bagi audiensnya untuk beropini. Seperti dalam kolom komentar, di mana para pembaca dapat dengan bebas mengungkapkan pandangannya mengenai artikel yang dipublikasikan. Oleh karena itu, pada kolom inilah pertarungan ideologi dapat terjadi antar-pembaca atau terkadang dengan penulis artikel itu sendiri.

This thesis will be analyzing the process of negotiating a Muslim woman's identity who is also an agnostic in front of her family or relatives. This research will analyze three articles published in a feminist web magazine called Magdalene.co. Sara Mills'theory of feminist stylistics will be used as a device to analyze the articles. According to this research, keeping their agnostic identity as a secret is the common way of negotiating their identity towards their conservative family. However, to some extent the writers need to confront their family as a way to find integration between them. This research also shows that the writers have not reach the desired results from their identity negotiation. The final outcomes of identity negotiation are approval and acknowledgement of their identiti from their family or environment in general. This research also shows Magdalene.co's role as a feminist media to provide safe space for their audience, especially women, to elicit their opinon. The comment section is where the reader can speak up their mind about the articles published in Magdalene.co. Hence the ideological contention in the comment section between readers and sometimes the writers themselves.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T51563
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Listya Ayu Saraswati
"Tesis ini menganalisis konstruksi identitas perempuan Islam dalam Hijabers Community. Tesis ini mempertanyakan konstruksi identitas perempuan Islam yang direpresentasikan dalam Hijabers Community, dan bagaimana anggota komunitas merespon konstruksi tersebut. Pemerolehan data dilakukan melalui pendekatan etnografi dengan wawancara mendalam kepada komite dan anggota Hijabers Community, dan observasi kegiatan komunitas. Tesis ini menggunakan konsep identitas dan representasi identitas oleh Stuart Hall (1990, 1996, dan 1997). Hasil analisis tesis ini menunjukkan adanya negosiasi antara nilai-nilai kesederhanaan (modesty) dan kemodernan gaya hidup urban (sophisticated) terhadap konstruksi identitas perempuan Muslim dalam Hijabers Community.

This thesis analyses the construction of Indonesian Muslim women's identity in Hijabers Community. It questions the construction of Muslim women's identity represented by Hijabers Community and how its members react towards the construction of identity. This thesis uses ethnography approach with observation and depth-interview with the committees and members of Hijabers Community. This thesis deploys the concept of identity and the representation of identity by Stuart Hall (1990, 1996, and 1997). The results show the negotiation between modesty and modern sophisticated urban living in the construction of Muslim women's identity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Annisa
"Ketidaksetaraan gender dan ambivalent sexism yang dihadapi perempuan Indonesia,
termasuk di kota besar seperti Jabodetabek, membuat mereka mengembangkan
ambivalensi sikap terhadap laki-laki, yaitu prasangka dan stereotip hostile dan benevolent
yang dimiliki perempuan terhadap laki-laki (Glick & Fiske, 1999). Dua konsep yang
seringkali dikaitkan dengan ambivalensi sikap terhadap laki-laki adalah religiusitas dan
sikap dan ideologi feminis. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran religiusitas dan
sikap dan ideologi feminis dalam memprediksi ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang
dimiliki mahasiswa Muslim perempuan di Jabodetabek. Penelitian dilakukan pada 718
mahasiswa Muslim perempuan yang tersebar di Jabodetabek menggunakan alat ukur
Ambivalence Toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999), Centrality of
Religiosity Scale (CRS) (Huber & Huber, 2012), dan Liberal Feminist Attitude and
Ideology Scale (LFAIS) Versi Pendek (Morgan, 1996). Hasil analisis menunjukkan
bahwa religiusitas dan sikap dan ideologi feminis merupakan prediktor ambivalensi sikap
terhadap laki-laki yang signifikan, dimana religiusitas yang tinggi memprediksi
ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang lebih tinggi dan sikap dan ideologi feminis
yang lebih positif memprediksi ambivalensi sikap terhadap laki-laki yang lebih rendah.
Implikasi dan saran terkait penelitian ini dijabarkan dalam bagian diskusi

Gender inequality and ambivalent sexism faced by Indonesian women, including in big
cities like Jabodetabek, made them develop ambivalence toward men, which is hostile
and benevolent prejudice and stereotypes women have toward men (Glick & Fiske, 1999).
Religiosity and feminist attitude and ideology are two concepts often linked with
ambivalence toward men. This research purpose was to see the role of religiosity and
feminist attitude and ideology in predicting ambivalence toward men on female Muslim
students in Jabodetabek. The research was done on 718 female Muslim Students spread
in Jabodetabek using Ambivalence Toward Men Inventory (AMI) (Glick & Fiske, 1999),
Centrality of Religiosity Scale (CRS) (Huber & Huber, 2012), dan Liberal Feminist
Attitude and Ideology Scale (LFAIS) Short Version (Morgan, 1996). Results of the
analysis show that religiosity and feminist attitude and ideology are significant predictors
of ambivalence toward men, where high religiosity predicts higher ambivalence toward
men and positive feminist attitude predicts lower ambivalence toward men. Implications
and suggestions regarding this research explained on discussion"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Genta Maulana Mansyur
"Meminjam kerangka analisis feminis, kajian Lingkungan Global dalam khazanah ilmu Hubungan Internasional muncul karena relung akademis yang belum membahas aspek lingkungan pada konstelasi politik global. Akan tetapi, seiring perkembangannya, kajian lingkungan global masih menggunakan pendekatan tradisional dengan hanya menitikberatkan peran aktor elit atau struktural dalam pembahasannya, yakni: sistem pasar internasional, negara, dan institusi lingkungan global. Skripsi ini akan melihat bagaimana pemikiran Feminis dalam HI menganalisis suatu potret alternatif pada peran agensi perempuan sebagai aktor dalam isu lingkungan global. Pendekatan pluralis dalam lingkungan global digunakan dalam menganalisis peran agensi perempuan karena memiliki dimensi yang luas dan bersifat inklusif terhadap peran perempuan sebagai agensi lingkungan berkaitan erat dengan pembangunan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data sekunder melalui studi litertur dan analisis sumber sekunder lainnya seperti dokumen konvensi internasional, hasil wawancara, dan berita. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa agensi-agensi perempuan sebagai aktivis lingkungan di berbagai level memengaruhi tatanan lingkungan global dengan adanya pengarusutamaan gender dan inklusi dimensi gender yang mengakui dan mendorong partisipasi peran perempuan. Skripsi ini mengisi relung akademis pendekatan pluralis pada kajian lingkungan global dalam ilmu HI dengan membahas peran aktor non-struktural yaitu agensi perempuan, juga menyediakan representasi alternatif perempuan dalam isu lingkungan sebagai aktor aktif bukan sebatas sebagai korban.

Utilizing feminist frame of analysis, Global Environment studies in International Relations emerged from the absence of environmental aspect on the discussion of global political phenomenon and dynamics. However, along the academic development, global environment studies still adopts traditional International Relations analysis through the highlight over the roles of mostly elite global actors, such as: the global market system, states, or global environmental institutions. This study will discuss how feminist in IRs analyzes an alternative portrait on the role of womens agency within the global environmet issues. Plural approach in global environment studies through Women, Environment, and Development theory (WED) is applied in analyzing the roles of women as environment agency which is heavily linked towards sustainable development.
This study uses qualitative research method through literature study and collects sources from secondary data, such as: international convention documents, literatures, interview script and news. The study finds that womens experiences as environment agency within several level of analyses affects the global environmental order with the incorporation of of gender mainstreaming approach and gender dimension inclusion which highlight the role of women on global initiatives and institutions. This study fills in the academic gap of plural approach on global environment studies by discussing the role of women agency as non-structural actor, as well as providing alternative representation of women in the issue of global environment issues as active actors not only victims.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuril Rinahayu
"Konsep diaspora telah mengalami perkembangan, terutama jika berkaitan dengan agama yang turut mempengaruhi negosiasi identitas. Karena banyaknya diaspora di dunia modern, John Hinnells (1997a, hal. 686, dalam Vertovec, 2004, hal. 279-280) mendefinisikan agama dalam konteks masyarakat diaspora sebagai traveling religion atau diaspora religion yang bermakna agama bagi setiap orang yang memiliki perasaan jauh dari tanah agama, atau jauh dari ‘negara lama’; bahkan istilah tersebut mencakup situasi untuk mewakili ‘fenomena minoritas’. Penelitian ini berfokus pada novel Homeland Elegies (2020) karya Ayad Akhtar. Novel ini adalah novel autofiction yang menunjukkan upaya kelompok Muslim Pakistan untuk membentuk identitas mereka di tengah masyarakat Amerika. Penelitian ini menggunakan metode analisis struktural dengan teori naratologi Franz K. Stanzel, serta didukung oleh konsep identitas dan belonging Stuart Hall sebagai konsep kunci. Hal ini bertujuan untuk menemukan bagaimana konstruksi identitas kelompok Muslim Pakistan Amerika menghadirkan negosiasi melalui identitas ke-Amerika-an (Americanness) dan belonging terhadap Amerika dalam novel autobiografi fiksi. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa konstruksi dualitas identitas yang dihadirkan merupakan negosiasi yang tarik-menarik antara negara lama dan negara baru. Dualitas identitas tersebut hadir sebagai kritik terhadap identitas ke- Amerika-an (Americanness). Negosiasi identitas dan belonging kelompok Muslim Pakistan juga terbentuk karena adanya perasaan terhubung dengan negara Amerika dan homogenisasi budaya diaspora ke dalam budaya mayoritas Barat.

The concept of diaspora has developed especially in the religion aspect which influences the identity negotiation of individuals or communities. Due to the large number of diasporas in the modern world, John Hinnells (1997, p. 686, in Vertovec, 2004, p. 279- 280) defines the religion in the context of a community of diaspora and religion as ‘traveling religion’ or ‘diaspora religion’ which means the religion of everyone who feels that they have been separated away from the religion of their homeland, living far from the ‘old country’; it includes a situation that represents the ‘minority phenomenon’. This research focuses on Homeland Elegies (2020) written by Ayad Akhtar. Homeland Elegies is an autofiction novel that shows the struggles of the Pakistani Muslim community to construct their identity in America. This study uses a structural analysis method with the narratological theory of Franz K. Stanzel and is supported by Stuart Hall’s theoretical formulation of identity as the key concept used in the analysis. This study aims to find how identity construction of Pakistani Muslims in America plays an important role in cultural negotiation through Americanness and belonging to America in autobiography fiction. The findings of this study show that duality of identity is presented as a tug-of- war negotiation between the old and new countries. This duality of identity presents a critique of Americanness which is a form of negotiation. The identity and belonging of Pakistani Muslims are also constructed by a sense of connection with American values and diaspora cultural homogenization."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Melfiana Puspita Sari
"Dewasa ini, film yang mempromosikan perempuan sebagai sosok yang kuat menjadi sebuah trend. Ada banyak film populer yang menawarkan cerita di mana perempuan berperang di dalam lingkungan patriarki. Genre film lainnya yang populer di masa kini adalah romansa yang dikombinasikan dengan supranatural. Beautiful Creatures adalah sebuah film yang menawarkan seorang karakter perempuan tangguh yang memiliki kekuatan supranatural. Beberapa media juga mendukung status Lena Ducchanes sebagai seorang feminis. Makalah ini berupaya untuk memperdebatkan pernyataan tersebut. Meskipun penulis Beautiful Creatures bermaksud menjadikan Lena sebagai seorang feminis, ada beberapa sifat Lena serta kondisi yang melemahkan posisi Lena sebagai seorang feminis. Melalui analisis film serta penelitian, tercapai kesimpulan bahwa beberapa factor yang seharusnya mendukung Lena sebagai feminis malah mendukung bagaimana lingkungan patriarki memposisikan perempuan.

Movies that promote woman as a strong figure seem to be a trend now. There are plenty of popular films that offer a story where women fight within patriarchal society. Other popular genres in this era are romance combined with supernatural. Beautiful Creatures is a movie that offers a strong woman character with supernatural power. Some media also support the character Lena Ducchanes as a feminist. This paper attempts to argue that notion. Although Lena is intended to be a feminist by the authors, there are some traits of her and also some conditions that weaken her position as a feminist. Through analysis of the movie and several research studies, a conclusion is reached that some factors that are intended for promoting Lena as a feminist actually reinforce how patriarchal society positions women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Radhynka Andyaputri
"Pergerakan sosial merupakan fenomena yang tidak dapat dikesampingkan dalam dinamika hubungan internasional pada saat ini. Pergerakan-pergerakan tersebut memiliki berbagai fokus, salah satu yang paling signifikan adalah pergerakan sosial yang membawa identitas dan tuntutan-tuntutan feminis. Perspektif feminis dalam Hubungan Internasional sendiri telah meletakkan bagaimana gender merupakan unit analisis yang sentral dalam dinamika politik internasional, termasuk bagaimana pergerakan sosial diusung dengan membawa identitas dan isu-isu gender, terutama yang berkisar di pengalaman perempuan. Asia merupakan satu kawasan dengan pergerakan feminis yang dinamis, sebagai kawasan yang sarat dengan isu-isu ketimpangan gender yang turut berlapis dengan aspek ketimpangan sosial lain, seperti politik, ekonomi, sosial, hingga budaya. Tulisan ini meninjau bagaimana pergerakan feminis di Asia merupakan suatu fenomena transnasional, regional, sekaligus lokal dan senantiasa mempengaruhi dinamika sosial dan politik, baik di Asia maupun di dunia internasional. Tulisan ini turut membingkai bagaimana perspektif feminis dalam Hubungan Internasional mampu dikembangkan, terutama dengan mempertimbangkan dinamika pergerakan feminis di kawasan Asia yang terbilang unik dan memiliki ciri khasnya tersendiri. Tulisan ini adalah tinjauan literatur akademik yang menggunakan metode pengorganisasian taksonomi serta mencakup 37 literatur akademik terakreditasi yang dikategorisasikan ke dalam tiga tema besar, yaitu: (1) keterkaitan pergerakan feminis di Asia dengan feminisme transnasional; (2) ragam isu pergerakan feminis di Asia, dan; (3) sifat khas pergerakan feminis di Asia. Penulis turut memetakan konsensus dan perdebatan yang muncul dari literatur-literatur yang ditinjau terkait bagaimana identitas feminis dimainkan di pergerakan-pergerakan di Asia hingga derajat inklusivitas pergerakan bagi seluruh gender. Penulis melihat bagaimana kajian akademik terkait pergerakan feminis di Asia dalam lingkup Hubungan Internasional masih terfragmentasi berdasar isu dan konteks sosial, politik, dan budaya dalam negara-negara di Asia. Di samping itu, penulis turut mengidentifikasi bagaimana pergerakan feminis di Asia masih sarat dengan berbagai tantangan dalam hal inklusivitas dan kohesi pergerakan. Dengan itu, penulis merekomendasikan agar penelitian terkait pergerakan feminis di Asia dalam kacamata Hubungan Internasional untuk diragamkan sekaligus saling dikaitkan untuk memunculkan perspektif dan perdebatan baru terkait topik tersebut.

Social movement is a phenomenon that cannot be ruled out in the current dynamics of international relations. These movements have various focuses, one of the most significant is the social movement that carries feminist identities and demands. The feminist perspective in International Relations has laid out how gender is a central unit of analysis in the dynamics of international politics, including how social movements are carried out by bringing gender identities and issues, especially those that revolve around women's experiences. Asia is an area with a dynamic feminist movement, as a region full of issues of gender inequality layered with other aspects of social inequality, such as political, economic, social, and cultural. This paper reviews how the feminist movement in Asia is a transnational, regional, as well as local phenomenon and greatly influences social and political dynamics, both in Asia and internationally. This paper also frames how a feminist perspective in International Relations can be developed, especially by considering the dynamics of the feminist movement in the Asian region which is unique and has its own characteristics. This paper is a collection of academic literature using a taxonomic organizing method and includes 37 accredited academic literature which are categorized into three major themes, namely: (1) the relationship between Asian feminist movements and transnational feminism; (2) various issues of feminist movement in Asia, and; (3) the characteristics of feminist movement in Asia. The author also provides the context and sense that emerge from the literature reviewed regarding how feminist identity is played in movements in Asia to the degree of inclusiveness of the movement for all genders. The author sees how academic studies related to feminist movements in Asia within the scope of International Relations are still fragmented based on social, political, and cultural issues and contexts in each Asian country. In addition, the author also identifies how the feminist movement in Asia is still full of challenges in terms of movement inclusiveness and cohesion. With that in mind, the author recommends that research related to feminist movement in Asia from the perspective of International Relations be diversified and mutually relate to bring up new perspectives and views on this topic."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnan Hadi Mochtar
"Perempuan ulama dapat disebut sebagai aktor non negara dalam kajian Hubungan Internasional. Secara lebih spesifik, mereka termasuk dalam kaum feminis Islam karena adanya prinsip keadilan gender yang dijunjung dalam mengadvokasi hak perempuan. Tesis ini menganalisis dua hal yakni mekanisme advokasi oleh perempuan ulama progresif dan tantangan yang dihadapi mereka untuk konteks Indonesia. Dalam menganalisis mekanisme advokasi yang dilakukannya, peneliti menggunakan kerangka konseptual jaringan feminis transnasional berupa politik informasi, simbolik politik, leverage politic, dan akuntabilitas politik. Pada konteks politik informasi, peneliti menemukan penggunaan teknologi komunikasi dan informasi seperti internet sebagai alat dalam mengedukasi nilai-nilai hak perempuan. Pada level simbolik politik, tokoh perempuan Muslim salah satunya seperti Aisyah digunakan oleh perempuan ulama Indonesia untuk mengadvokasi nilai kesetaraan perempuan dalam dunia politik. Selain politik informasi dan simbolik politik, para aktivis juga menggunakan strategi leverage dan akuntabilitas politik sebagai bentuk penggalangan dukungan dari organisasi internasional maupun forum dunia dalam upaya advokasi hak perempuan. Meskipun dukungan hadir dari berbagai pihak, tantangan tetap dihadapi oleh perempuan ulama. Peneliti menemukan tiga tantangan yakni adanya peningkatan kekuatan kelompok Muslim konservatif yang cenderung menolak prinsip keadilan gender, ketidakmampuan pemerintah dalam membuat kebijakan pro perempuan, serta adanya stereotipe buruk dari sebagian kalangan mengenai nilai kesetaraan perempuan. Sebagai aktor non negara, perempuan ulama progresif menjadi menarik untuk diteliti. Adapun beberapa alasannya adalah sebagai kritik terhadap kajian HI yang cenderung state centric dan abai terhadap perempuan dan isu moralitas, serta untuk mengisi kekosongan literatur pada isu jaringan advokasi transnasional yang cenderung sekular.

Women ulama is one of non-state actor in International Relations. For more specific, women ulama could be categorized as Islamic feminist because upholds gender equality value within Islam as a strategy to advocate womens rights. This research analyses two things. First, on how they advocate womens rights in Indonesia through transnational advocacy networks perspective. Information politics, symbolic politics, leverage politics, and accountability politics are used by them to pursue their goal. In term of information politics, the role of technology such as internet is significant to disseminate gender equality value. Symbolic politics refers to how women ulama use some women figures in politics to narrate that they have equal capability in leadership and public sphere. Meanwhile leverage and accountability politics refers to transnational networking between women ulama Indonesia some international organizations and world forum to gain more power and support. Even though they gain support, we could not negate the challenges. First, the emerging of conservative Islamic populism in any part of the world that affects Indonesia. It does not only threaten democracy but also the value of gender equality. Second, the lack of political will coming from Indonesian government to promotes womens rights. Third, the presence of bad stereotype about gender equality becomes another issues for women Ulama. As one of non-state actors, women ulama is significant to discuss. Their presence has three critical points for International Relations subject. First, the significant of women Ulama as non-state actors in global politics. Second, the matter of morality that tends to be neglected by IR. Three, the matter of religious dimension in transnational advocacy networks
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Els Tieneke Rieke Katmo
"Fokus penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana perempuan Kamoro beradaptasi terhadap perubahan lingkungan berdasarkan kajian terhadap pengalaman individu perempuan Kamoro dengan budayanya yang matriarkhal dalam interaksiya dengan kondisi ekologisnya yang rusak. Kerangka analisis yang dipakai adalah politik ekologi feminis. Metode penelitian ini adalah studi kasus feminis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamatan terlibat, dan observasi.
Hasil analisis memberikan kesimpulan tiga hal yakni: pertama, perempuan Kamoro memiliki cara beradaptasi tertentu terhadap perubahan ekosistimnya. Cara beradaptasi itu mengacu pada gendered knowledge, gendered environmental rigths and responsibilities dan gendered environmental grass roots political activism. Kedua, cara pandang tentang dan memperlakukan alam dan perempuan sebagai objek telah mengganggu relasi dan peran laki-laki, perempuan, dan alam. Akibatnya adalah kerusakan ekologi dan ketidakberdayaan perempuan. Ketiga, relasi perempuan dan alam adalah sebuah relasi yang penting.
Penelitian ini menyarankan: pertama, pemerintah perlu kaji kembali paradigma pembangunan, pemerintahan yang demokratis dan transparansi sehingga memungkinkan kontrol masyarakat, dalam era otonomi ada bagi kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan. Kedua, PTFI perlu mempertimbangkan prinsip keadilan gender yang proposional dan berperspektif gender dalam program pemberdayaan masyarakat dan mengacu pada cara perempuan Kamoro melakukan adaptasi atas perubahan ekosistimnya. Ketiga, perempuan Kamoro berhenti melakukan internalisasi nilai sebagai pencari nafkah, mengkaji kembali bentuk-bentuk penindasan bagi perempuan Kamoro dalam budaya, untuk melahirkan kembali cara pandang baru tentang relasi perempuan, alam, dan laki-laki yang lebih harmonis, serta perempuan Kamoro membangun kekuatan kolektif yang independen dan mengembangkan jaringan dengan berbagai pihak.

The focus of the research is to explain how Kamoro women adapt to the environmental changes based on a study on the individual daily life experiences of Kamoro women with their matriarchal culture in interaction with the damaged ecological condition. The research method used is a Feminist Political Ecology. The data are collected by conducting in-depth interview, involved supervision, and observation.
The result of the analysis suggests three conclusions. First, Kamoro women possess a certain method of condition to face the changes in the ecosystem. This method of adaptation refers to the gender knowledge, gendered environmental rights and responsibilities as well as gendered environmental grassroots political activism. Second, the view point on and the treatment toward nature and women as the subject have disrupted the relation and the role of men, women, and nature. It results in the damaged ecology and powerlessness in women. Third, relation between women and nature is an important relation.
The research proposes a number of suggestions: First, the government needs to review the paradigm of development, the democratic and transparent government, so that the community control can be carried out, and in the area of regional autonomy the local wisdom is considered in the management of environment. Second, PTFI needs to consider the principle of gender justice which is proportional and has gender perspective in the community development program and which refers to the method used by Kamoro women to adapt to the changes in the ecosystem. Third, Kamoro women cease to do the value internalization as a financial provider, review the kinds of oppression against Kamoro women in the area of culture, in order to relive a new viewpoint on a more harmonious relation among women, nature, and men, and Kamoro women should build an independent, collective power and develop their network with various parties.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T24305
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wara Aninditari Larascintya Habsari
"Skripsi ini menyajikan representasi tubuh perempuan dalam novel Pengakuan Eks Parasit Lajang, karya Ayu Utami, sebagai suatu analisis kriminologi feminis tentang kekerasan terhadap perempuan. Penelitian ini menggunakan metode analisis kritik sastra feminis, serta analisis naratif dan appropriasi sebagai instrumen untuk membedah muatan-muatan kriminologis dalam teks penelitian. Melalui penelitian skripsi ini, peneliti hendak menunjukkan bahwasanya perempuan yang berupaya untuk melakukan refleksi, dekonstruksi, dan rekonstruksi wacana patriarkal, serta menyadari bahwa dirinya tidak luput dari kemungkinan menjadi korban patriarki adalah seorang subjek atas tubuhnya sendiri. Pengakuan Eks Parasit Lajang memperlihatkan bahwa pendefinisian tubuh dan hasrat seksual perempuan, serta eksistensi mitos keperawanan dan perkawinan merupakan sebuah kejahatan tidak kasat mata yang menjadikan perempuan sebagai abjek dalam tatanan masyarakat di Indonesia.

This undergraduate thesis explain representation of womens body in Ayu Utamis novel, Pengakuan Eks Parasit Lajang as an analysis of feminist criminology about violence againts women. This research uses an analysis of feminist literature critique method, and narrative analysis, and appropriation as an instrument to elaborate criminological content in the text. Through this undergraduate thesis, researcher hope to show that the women who tried to gain reflection deconstruction patriarchal discourse reconstruction, and the character in this novel realized thet she does not escape from the possibility of being a patriarchy victim is a subject of her own body. Pengakuan Eks Parasit Lajang showed that the definition of body and womens sexual desire, also the myth existence of virginity and marrige is an invinsible crime that made women became an abject in the sosial structure of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56379
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>