Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65772 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hikmah Zikriyani
"ABSTRAK
Volvariella volvacea (Bull.) Singer 1951 merupakan salah satu jamur yang
tumbuh pada limbah pertanian mengandung lignoselulosa. Penelitian bertujuan
mengetahui karakteristik biokimia media tanam dalam memproduksi jamur
merang. Sampel dianalisis kandungan lignoselulosa, karbon dan nitrogen (rasio
C/N), gula pereduksi, pH dan total populasi mikroorganisme. Hasil penelitian
menunjukkan penurunan kadar lignoselulosa, suhu, rasio C/N and total
mikroorganisme, namun terjadi kenaikan pH dan gula pereduksi. Penurunan kadar
lignin 12,94% pada media daun pisang, 10,35% pada media jerami padi dan
9,50% pada media kapas. Kadar holoselulosa mengalami penurunan 19,96%
menggunakan jerami padi; 11,85% menggunakan kapas; dan 4,73% menggunakan
daun pisang. Jamur merang pada media kapas menghasilkan produksi tertinggi
dalam total berat basah, diameter dan jumlah tubuh buah. Efisiensi biologi
tertinggi diperoleh dari diproduksi menggunakan kapas, 17,79%; daun pisang
8,56%; dan jerami padi 7,93%. Analisis statistik menunjukkan tidak adanya
perbedaan signifikan dari budidaya menggunakan kapas, jerami padi, dan daun
pisang (p<0,05). Kadar gula pereduksi mengalami kenaikan 38,66%
menggunakan kapas; 36,57% menggunakan daun pisang; dan 20,17%
menggunakan jerami padi. Budidaya jamur merang mengakibatkan pH media
tanam menjadi basa dengan akhir pH 8,97 pada jerami padi; pH 8,55 pada kapas;
dan 7,95 pada daun pisang.

ABSTRACT
Volvariella volvacea (Bull.) Singer 1951 is one of the most cultivated mushroom
grew on lignocellulosic media. The purpose of study was analyze biochemical
characteristic growth on media for production of paddy straw mushroom. The
samples were analyzed on lignocellulosic, carbon and nitrogen (C/N ratio),
reducing sugar content, pH and total population on microorganism. The results
revealed decrease on lignocellulosic content, temperature, C/N ratio and total
microorganism, however increased in pH and reduced sugar content. Lignin
content decreased 12.94% using banana leaves; 10.35% using paddy straws; and
9.50% using cotton wastes. Holocellulose content decreased 19.96% on paddy
straws; 11.85% on cotton wastes; and 4.73% on banana leaves. Cotton waste has
the highest production based on the fresh weight, diameter and number of fruiting
bodies. The highest biological efficiency, 17.69% produced from cultivation on
cotton waste; 8,56% on banana leaves; and 7.93% on paddy straws. Reducing
sugar content increased 20.71% on paddy straws; 36.57% on banana leaves; and
38.66% on cotton wastes. Statistical analysis shows no signifficant different from
cultivation on cotton wastes, paddy straws and banana leaves (p<0,05).
Cultivation of paddy straw mushroom caused pH into alkali with final pH 8.97 on
paddy straw; 8.55 on cotton wastes; and 7.95 on banana leaves."
2018
T50821
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maulia Irawati
"ABSTRAK
Volvariella volvacea (jamur merang) merupakan cendawan pangan yang dibudidaya di negara tropis karena memiliki nilai gizi tinggi dan teknik budidaya yang mudah. Penelitian bertujuan untuk meneliti pengaruh penambahan Aspergillus flavus terhadap kualitas kompos pada substrat limbah kapas (Gossypium sp.) dan produktivitas tubuh buah V. volvacea. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama pengomposan, terjadi peningkatan suhu sebesar 27--58°C dan pH 7--8 selama tujuh hari pengamatan. Peningkatan kadar glukosa dan xilosa pada kontrol dan perlakuan terjadi selama lima hari pengomposan, yaitu 0,073--0,143 mg/mL dan 0,045--0,157 mg/mL serta menurun nilainya pada hari ketujuh 0,122--0,123 mg/mL. Kadar selulosa, hemiselulosa dan lignin substrat kapas pada awal pengomposan, 15%, 8% dan 6--7% mengalami penurunan selama penelitian. Produktivitas V. volvacea pada perlakuan dan kontrol selama pemanenan tujuh belas hari menunjukkan nilai 1766 dan 1715 tubuh buah dan berat basah 8700 g dan 8395 g. Hasil uji ANOVA menunjukkan produktivitas jamur merang pada perlakuan dan kontrol tidak memiliki perbedaan signifikan (P >0,05).

ABSTRACT
Volvariella volvacea (straw mushroom) is an edible mushroom cultivated in tropical countries due to its high nutritious and simple cultivation techniques. The research aims to investigate the effect of A. flavus addition toward the quality of cotton waste compost (Gossypium sp.) and productivity of V. volvacea. The result showed that during composting, there was an increase in compost temperature about 27--58°C and pH compost 7--8 for seven days observation. The rise of glucose and xylose concentration both in the control and treatment group occurred in five days of composting 0,073--0,143 mg/mL and 0,045--0,157 mg/mL respectively, then decreased on the seventh days about 0,122--0,123 mg/mL. The concentration of cellulose, hemicelluloses and lignin within the substrate of cotton waste in early composting, 15%, 8% dan 6--7% respectively, has been reduced during observation. The productivity of V. volvacea among treatment and control groups during seventeen days cropping yielded 1766 and 1715 fruit body of mushroom and 8700 g, 8395 g fresh weight of mushroom. The outcomes of ANOVA test affirmed that productivity of straw mushroom among treatment and control did not have significant differences (P >0.05)."
2015
S59593
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danang Aryo Nugroho
"Industri perkebunan adalah sektor industri yang sangat menguntungkan selama masa Hindia Belanda. Di tahun 1830, Pemerintah Hindia Belanda menerapkan sistem tanam paksa, yang mana penduduk lokal diwajibkan untuk menanam tanaman yang telah ditentukan oleh pemerintah, salah satunya adalah tebu. Sejak saat itu gula tebu menjadi komoditas penting di Hindia Belanda. Di tahun 1870, Pemerintah menetapkan undang- undang Agraria yang dapat memberikan peluang kepada pihak swasta untuk berbisnis di Hindia Belanda. Setelah ditetapkan, banyak pabrik gula dibuka di Jawa, dan produksi gula meningkat pesat. Di Tahun 1920-1930an industri gula di Jawa mencapai masa emasnya, dengan 179 pabrik gula yang tersebar dan jumlah produksi hampir 3 juta ton pada tahun 1931. Jumlah ini menjadikan Hindia Belanda sebagai produsen gule terbesar kedua di Dunia di bawah Kuba. Dewasa ini, tidak banyak lagi pabrik gula peninggalan Hindia Belanda yang tersisa. Banyak pabrik gula yang sudah tidak melakukan produksi, ditinggalkan, atau telah beralih fungsi. Dari sedikit pabrik gula yang tersisa, terdapat satu pabrik gula yang masih beroperasi hingga sekarang. Pabrik gula itu adalah Pabrik Gula Mojo di Sragen, Jawa Tengah. Di Pabrik Gula Mojo masih terdapat banyak bangunan dan peninggalan arkeologi industri yang dapat diamati, diantaranya adalah bangunan pabrik, gudang, jalur lori, dan rumah karyawan. Penelitian ini mencoba untuk merekonstruksi proses perjalanan komoditas gula selama masa kolonial, termasuk penanaman, proses manufaktur, dan distribusi. Rekonstruksi pada penelitian ini menggunakan pendekatan life history model. Perjalanan gula akan di klasifikasi berdasarkan prosesnya, yaitu persiapan penanaman, masa tanam, masa panen, manufaktur, dan distribusi.

The plantation industry was a profitable sector during the colonial era. In 1830 Dutch East Indies government applied the Cultivation System which forced local people to plant some plantation that has been set by the government, one of them was sugar cane. Since that time sugar had become an important commodity in Dutch East Indies. In 1870, the Dutch East Indies government passed agrarian regulations that open opportunities for those who want to develop a plantation in the Dutch East Indies. Many sugar factory opened in Java, and sugar production increased rapidly. In the 1920-1930s sugar industry reached its golden ages, with 179 sugar factories established in Java. In 1931, the amount of sugar production in the Netherlands reached almost 3 million tons which made the Dutch East Indies a second-largest sugar producer in the world at that time. However, in the present, there are not many sugar factories that still operate. Many sugar factories have been abandoned and lost. One of the factories that are still operating is Mojo Sugar Factory in Sragen, Central Java. Mojo Sugar Factory still uses a lot of heritage buildings, including the factory, warehouse, rails, and employee houses. This research aims to reconstruct the journey of sugar commodity during the colonial period, including planting, fabrication, and distribution. The reconstruction in this research uses a life history model. The journey of sugar will be classified by the processes, such as planting preparation, planting period, harvest, fabrication, and distribution."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferdinandus Sudewo
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T39617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rozalinda
"Perekonomian Siak didominasi oleh sektor pertambangan minyak dan gas bumi (migas), namun seletor tersebut tidak dapat diandalkan terus-rnenerus untuk menopang perekonomian, selain sifatnya yang tidak terbarukan juga penyerapan tenaga kerja yang relatif rendah, sehingga sektor ini tidak bisa diandalkan di masa depan. Penyerapan tenaga kerja yang rendah dan nilai tambah yang besar mencerminkan kemakmuran bagi penerirnanya, tidak demikian yang texjadi di sektor pertanian. Sebagian besar tenaga kerja di Siak bekerja pada sektor pertanian, padahal sumbangan nilai tambah sektor tersebut tcrmasuk rendah. Berarti ada indikasi ketimpangan pendapatan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran sektor agroindustri dalam perekonomian Kabupaten Siak dan dampak kebijakan pembangunan ekonomi berbasis agroindustri terhadap distribusi pendapatan dan kesempatan kerja. Agroindustri sebagai subsistem pertanian mempunyai potensi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi karena memiliki peluang pasar yang lebih Iuas dan nilai tambah yang lebih besar. Kebijakan pcmbangunan ekonomi yang dimaksud dalam pcnelitian ini adalah kebijakan peningkatan pengeluaran pemerintah, investasi dan ekspor di sektor agroindustri. Analisis menggunakan Tabel Input-Output Kabupaten Siak Tahun 2006 dan pengembangannya, yaitu Model Miyazawa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor agroindustri merupakan sektor unggulan di Kabupaten Siak dan mempunyai peran yang lebih besar dalam meningkatkan output perekonomian, kesempatan kerja dan pendapatan rumah tangga, terutama pendapatan rumah tangga golongan rendah, dibanding sektor lainnya dan memberikan dampak positif dalam memperbaiki distribusi pendapatan.
Selanjutnya kombinasi kebijakan peningkatan investasi dan ekspor agroindustri memberikan dampak yang lcbih besar dibandingkan kombinasi kebijakan peningkatan investasi dan peningkatan pengeluaran pemerintah. Kcbijakan ekonomi di sektor agroindustri makanan berdampak lebih besar memperbaiki distribusi pendapatan dibanding agroindustri non makanan. Dan kcbijakan ekonomi di sektor agroindustri berdarnpak lebih baik bagi pemerataan distribusi pendapatan dibanding kebijakan yang ditujukan pada industri kertas, dan barang dari kertas, industri kimia, karet, plastik dan barang turtmannya serta industri pengolahan lainnya.
Berdasarkan pada hasil penclitian, untuk meningkatkan perekonornian Kabupaten Siak, meningkatkan kesempatan kerja dan rnernperbaiki distribusi pendapatan, maka kebijakan ekonomi perlu Iebih difokuskan pada pengembangan agroindustri prioritas (agroindustri makanau) melalui kombinasi kebijakan peningkatan investasi dan ekspor
Siak's economical system are dominated by oil and natural gas mining sector, in spite of those roles couldn?t keep trusted to support the economical system, beside characteristic is unrenewable and low of_ labor absorbtion as well. A few labor and huge value added to reflection of wealth for labor, on the contrary in agriculture sector. Sial
The research is for analysis agroindustry roles in the regency of Siak and the impact of policy economic development in agroindustry sector toward income distribution and employment opportunity. Agroindustry as agricultural subsystem has potentials to support economic growth. The policy of economical development within these research are increase the government expenditure, investment and export in agroindustry sector. The analysis was using table data input output Siak in 2006 and the progress model is Miyazawa.
The results show that agroindustry sector is leading sector in Siak and a play greater role in increasing economic output, employment opportunity and household income, primely the lower household income and these things will give many positive impact on the improvement of income distribution. Further, combined of increase investment and export policies have greater impact than investment and the govemrnent expenditure. Policies in the food aroindustry have greater impact on the improvement of income distribution than the non food agrvoindustry. The economic policy in agroindustry get priority (oil and fat industry and pulp industry) become the most effective policy to increase economical output, employment opportunities and household income. Investment and export policy in agroindustry sector has better impact as well as on the income distribution than that on paper and paper derivated goods industry, chemical, rubber and plastic industry and other manufacturing industry.
According of research then the economic policy needs to be focused to progress agroindustry of priority (food agroindustry) through the policy of increase investment and export.
Key words: agroindustry, input output tables, Miyazawa?s models, income distribution, employment opportunities.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
S. Joni Munarso
"Agroindustri memberikan kontribusi positif dan mendominasi pangsa terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, tren kontribusi ini menurun dari 27,83% pada 2006 menjadi 25,49% pada 2011. Kelesuan agroindustri ini perlu segera diatasi untuk mencapai target pembangunan pertanian melalui peningkatan nilai tambah. Selaras dengan itu, peran teknologi pengolahan hasil pertanian sebagai komponen penting dalam pengem-bangan agroindustri perlu dikaji, mengingat teknologi yang tersedia belum digunakan secara maksimal oleh pengguna. Pengembangan teknologi pengolahan hasil pertanian memiliki empat titik kritis, yaitu tahap penyusunan komponen teknologi, perakitan paket teknologi, pengembangan model agroindustri, dan implementasi model agroindustri. Pada setiap titik kritis ini terdapat masalah yang berpotensi menghambat penerapan teknologi. Minimnya keterlibatan calon pengguna dalam perancangan penelitian memunculkan kebingungan dalam mengarahkan hasil perakitan teknologi. Filosofi quick yielding research sering mendorong terjadinya penghilangan tahap pe-rakitan paket teknologi, yang berakibat munculnya masalah teknis dalam pengembangan moral maupun implementasi model agroindustri. Tahap perakitan paket teknologi menjadi titik terlemah saat ini. Penguatan infrastruktur dan program riset serta penguatan modal sosial (social capital) pada tahap pengembangan model agroindustri merupakan kebijakan strategis untuk mendukung pengembangan teknologi menuju kemantapan penerapannya dalam pembangunan agroindustri."
[place of publication not identified]: Kementerian Kementerian RI, [date of publication not identified]
630 PIP 7:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Mahendya Lestariono
"Polyethylene terephthalate (PET) merupakan bahan poliester termoplastik yang diproduksi secara komersial melalui produk kondensasi. PET adalah bahan dasar dari botol plastik dan akan mengeras bila dipanaskan. Berdasarkan karakteristik fisik dari PET, dalam skripsi ini telah dilakukan penelitian limbah botol plastik PET sebagai bahan tambah dalam campuran beton dan menggunakannya dalam campuran beton normal (fc′=25 MPa). Bahan tambah limbah botol plastik PET tersebut berupa cacahan-cacahan yang sebelumnya telah dipotong dengan mesin yang khusus untuk memotong limbah botol plastik dengan mudah. Cacahan-cacahan botol plastik PET tersebut dalam dimensi yang beragam dan bervariasi. Kadar Polyethylene terephthalate (PET) yang ditambahkan pada beton mutu normal dalam volume fraksi adalah 0,10, 0,20, 0,30, 0,50, 0,70 dan 1,00%. Dengan persentase yang berbeda maka akan diketahui pengaruh penambahan limbah botol plastik (PET) terhadap beton tanpa penambahan limbah botol plastik (PET). Sifat fisik botol plastik PET didapat dari literatur, sedangkan yang diuji hanya berat jenisnya saja yaitu dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh nilai sebesar 1,35 gr/cm³. Percobaan pembebanan yang dilakukan meliputi kuat tarik belah dan kuat geser. Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm digunakan untuk pengujian kuat tarik belah dan benda uji double L berukuran 20×30×7.5 cm³ untuk pengujian kuat geser. Dari hasil penelitian beton normal terhadap beton segar, dapat disimpulkan bahwa dengan bertambahnya kadar cacahan botol plastik PET yang dicampur dalam campuran beton, maka akan cenderung terjadi penurunan pada nilai slump. Dari hasil pengujian terhadap beton yang telah mengeras didapatkan hasil dengan penambahan cacahan botol plastik PET optimum sebesar 0,5% terjadi peningkatan kuat tarik belah sebesar 25,44% pada umur 7 hari, sedangkan pada umur 28 hari peningkatan optimum pada 0,7% yaitu sebesar 19,39%. Pada kuat geser peningkatan optimum terjadi pada 0,5% yaitu sebesar 37,19%.

Polyethylene terephthalate (PET) is classified as thermoplastic polyester material that is commercially produced by condensation product. PET is the basic raw material from plastic bottle and will ossify when heated. Based on physical characteristic of PET, in this study has been conducted by research of plastic bottle waste PET as admixture which add in concrete mixture and use it in normal concrete mixture (fc′=25 MPa). Substance of these plastic bottle waste PET in the form of cutting that has been cut by special machine to cut plastic bottle waste easily. Cutting of these plastic bottle PET mentioned in immeasurable dimension and vary. Rate of Polyethylene terephthalate (PET) that added on normal concrete in fraction volume is 0,10; 0,20; 0,30; 0,50; 0,70 and 1,00%. With the different percentage hence will be known the influence of addition plastic bottle waste (PET) to concrete without addition plastic bottle waste. Nature of physical of plastic bottle PET got from literature, while examine only specific gravity and from attempt result conducted to be obtained value equal to 1.35 gr/cm³. The loading attempt conducted cover tensile and shear strength. Object test in the form of cylinder with 15 cm on diameter and 30 cm high is used for tensile strength test and double L samples with size 20×30×7,5 cm³ is used for shear test. From normal concrete research result to fresh concrete, inferential that by increasing rate of cutting plastic bottle PET in concrete mixture, hence will tend to occured the degradation of the slump value. From examination result to concrete ossified got by result with the addition of cutting plastic bottle PET optimum equal to 0,5% will increasing tensile strength 25,44% at 7 day, while at age 28 day optimum increasing optimum occured at 0,7% that is equal to 19,39%. For the shear strength the optimum improvement occured at 0,5% that is equal to 37,19%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
R.21.08.39 Les p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurintan Cynthia Tyasmara
"Sejak tahun 2002 hingga 2012 di Kota Batu bermunculan agroindustri apel dengan produk seperti kripik apel, sari apel, pai apel, dan lain- lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana orientasi agroindustri apel di Kota Batu dengan menggunakan variabel tenaga kerja, pasar/lokasi penjualan, asal bahan mentah dan jarak dari pusat kota Kota Batu. Penelitian ini menggunakan pendekatan spasial dan metode deskriptif dengan analisis keruangan. Penentuan jumlah sampel menggunakan Propotional Area Random Sampling sebanyak 32 agroindustri.
Hasil dari penelitian ini adalah lokasi agroindustri apel lebih berorientasi kepada bahan mentah (buah apel). Lokasi agroindustri yang berorientasi pada bahan mentah terdapat di sebelah utara Kota Batu yang berasosiasi dengan keberadaan kebun apel di wilayah tersebut. Orientasi kedua adalah jarak dari pasar/lokasi penjualan. Jarak dari pasar tidak terlalu berpengaruh karena adanya sistem pengambilan produk dan pemesanan. Kemudian jarak dari pusat kota juga bukan merupakan orientasi agroindustri karena agroindustri apel banyak diusahakan di rumah masing-masing pelaku industri. Sedangkan tenaga kerja bukan merupakan orientasi karena mayoritas agroindustri bertenaga kerja sedikit dan berasal dari keluarga sendiri maupun tetangga di desa setempat atau desa tetangga.

Since 2002 until 2012 a lot of apple agroindustry with their product such as apple chips, apple essence, apple pie, etc in Batu City. The purpose of this research is to know how orientation of this agroindustry with these variables the labor, market's location, raw materials location and the center of Batu City. This research using spatial approach and descriptive method with comparation spatial analysis. The sample of this research is 32 agroindustries based on Propotional Area Sampling.
The result of this research is that location orientation of apple agroindustry is oriented to raw materials location.The agroindustry that raw materials oriented is located in the north of Kota Batu that associated with apple farm. The next orientation is distance from market. The distance from market location is not really affected compare with raw materials because their system of marketing. They prefer to send their product to consumer than sell it. And the last is the distance from center of city is not the orientation of this industry because the location is in the house of agroindustry's owner. Labor is not the orientation of apple agrindustry because most of the labor comes from family or neighborhood in their industry's location and it doesn't need a lot of labor.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1971
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Prospek agroindustri kelapa sawit di Indonesia sangat cerah. Selama ini Malaysia menjadi eksportir terbesar minyak sawit mentah di dunia yang pangsa pasarnya mencapai 48.26%. Dengan potensi yang ada, Indonesia sebetulnya mampu mengalahkan Malaysia. Untuk mewujudkan hal tersebut ada beberapa langkah yang perlu dilakukan. Pertama memperluar areal perkebunan. Kedua pembangunan infrastruktur yang memadai dan harus terkait dengan unit pengolahannya. Ketiga pengembangan kegiatan penelitiaan dan pengembangan yang selama ini tidak dilakukan. Keempat mengurai jebakan teknolgi. Kelima deregulasi. Selama ini proses perizinan investasi sangat panjang yaitu melalui 17 lemabga di tingkat pusat dan 25 lembaga tingkat daerah."
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXII (02) Februari 2003: 53-55, 2003
MUIN-XXXII-02-Feb2003-53
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>