Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195272 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manurung, Maria Gracia
"ABSTRAK
Program Keluarga Berencana yang merupakan tugas Dinas XYZ dinilai belum berhasil di DKI Jakarta karena salah satu tujuan programnya belum tercapai sejak tahun 2012. Penyebabnya antara lain adalah menurunnya kinerja Penyuluh Keluarga Berencana PKB karena jumlah PKB yang berkurang dan belum bisa ditambah. Reorganisasi di Dinas XYZ di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2017 berdampak pada pergantian pimpinan dan tugas pokok fungsi organisasi dan para pegawainya termasuk juga bagaimana organisasi kemudian memperlakukan pegawai. Penelitian ini bertujuan melihat hubungan kinerja dan persepsi dukungan organisasi pada PKB di Dinas XYZ. Pengambilan data dilakukan dengan kuesioner Survey of Perceived Organization Support versi singkat, pada 180 orang PKB dan penilaian kinerja diberikan oleh atasannya dengan In Role Performance Rating. Hasil yang diperoleh membuktikan bahwa terdapat hubungan yang signifikan. Program intervensi dibuat untuk meningkatkan kinerja PKB melalui persepsinya terhadap dukungan yang diterima dari tempat kerjanya. Pelatihan terhadap pimpinan dirancang berdasarkan strategi yang dikembangkan Eisenberger dkk 2016 untuk meningkatkan persepsi dukungan organisasi. Workshop dilaksanakan sebagai proyek uji coba pada 16 orang yang terdiri dari 9 PKB dan 7 atasannya untuk memantapkan persiapan pelatihan pada pimpinan di Dinas XYZ.

ABSTRACT
The family planning program which is one of the objectives XYZ Agency task, has yet to achieve one of its goals since 2012. Amongst the causes were the declining number of family planning fieldworkers and the inability to recruit more workers due to national policies. The reorganization of XYZ agency as part of the Provincial Government of DKI Jakarta in 2017 affect changes in leaders and the functions of the organization and how the organization eventually treated the employees. The purpose of this research was to find out the relationship between the performance and the perception of organizational support in the family planning fieldworkers in the XYZ agency. The data was gathered using the short version of Survey of Perceived Organization Support obtained from 180 family planning fieldworkers and their performance was rated by their supervisors using the In Role Performance Rating. The result proved the significant relationship between performance and perceived organization support. An intervention program was conceived to improve the performance of the fieldworkers through perceived organization support. A training program was developed based on the strategies by Eisenberger et al 2016 to improve perceived organization support. A workshop was delivered as a pilot project to a group consisting of 16 people made up of 9 fieldworkers and 7 supervisors before implementing the training program to the leaders in the XYZ agency. "
2018
T50899
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Sigit Raharjo
"Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) merupakan salah satu instansi di Indonesia yang mempunyai Aparatur Sipil Negara (ASN) dengan jabatan fungsional penyuluh. Sejak Undang Undang No. 23 tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah diterbitkan, maka Pengelolaan Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) dan Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) menjadi wewenang Pemerintah Pusat dan BKKBN diamanatkan sebagai instansi pembina dan pengelola PKB. Sebagai Instansi yang telah melakukan reformasi birokrasi, BKKBN telah menerapkan standar kinerja yang bisa diukur dan menerima tunjangan kinerja bagi pegawainya. Setelah PKB dan PLKB bergabung otomatis mereka juga mendapatkan hak yang sama menerima tunangan kinerja. Oleh karena itu diperlukan suatu alat untuk bisa memantau dan mengukur kinerja PKB dan PLKB yang bertugas di lini lapangan. BKKBN mengembangan suatu aplikasi berbasis smartphone online bernama E-Visum.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dan penerapan sebuah perubahan sistem terbaru untuk mengukur kinerja Penyuluh Keluarga Berencana. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif analitis melalui pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan berupa data primer yang berasal dari hasil wawancara mendalam terhadap informan penelitian dan data sekunder berupa arsip dan dokumentasi. Teknik pemilihan informan menggunakan purpossive sampling.
Hasil penelitian menemukan pelaksanaan dan penerapan aplikasi E-Visum telah perjalan dengan baik namun belum optimal. Dalam prakteknya aplikasi E-Visum masih dapat dimanipulasi, sistem pengawasan yang diharapkan dapat memantau kinerja dengan baik belum bisa dilaksanakan secara maksimal karena terkendala staf di BKKBN tingkat pusat dan provinsi yang terbatas serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Bidang Pengendalian Penduduk (Dalduk) dan Keluarga Berencana (KB) ditingkat Kabupaten/Kota yang masih di bawah Pemerintah Daerah. Kondisi PKB yang rata-rata sudah berusia senja juga menyebabkan kesulitan dalam pengoperasian smartphone.

The National Population and Family Planning Agency (BKKBN) is one of the agencies in Indonesia that has a State Civil Apparatus (ASN) with a functional position of extension. Since Law No. 23 of 2014 concerning Regional Government was published, the Management of Family Planning Extension (PKB) and Family Planning Field Officers (PLKB) was the authority of the Central Government and BKKBN mandated as an agency for the management and management of PKB. As an Agency that has carried out bureaucratic reform, BKKBN has implemented performance standards that can be measured and receive performance benefits for its employees. After the PKB and PLKB join automatically they also get the same right to receive the performance fiance. Therefore a tool is needed to be able to monitor and measure the performance of PKB and PLKB in charge in the field. BKKBN developed an online smartphone-based application called E-Visum.
This study aims to determine the extent of the implementation and implementation of a recent system change to measure the performance of family planning instructors. The type of research used in this study is a type of analytical descriptive research through a qualitative approach. Data sources used in the form of primary data derived from the results of in-depth interviews with research informants and secondary data in the form of archives and documentation. The informant selection technique uses purposive sampling.
The results of the study found that the implementation and application of the E-Visum application had gone well but was not optimal. In practice, the E-Visum application can still be manipulated, the monitoring system which is expected to monitor performance well has not been able to be implemented maximally because of constraints on limited staff at the central and provincial BKKBN as well as Regional Organizations (OPD) and Families Planning (KB) at the Regency / City level which is still under the Regional Government. PKB conditions which on average are already old at night also cause difficulties in the operation of smartphones.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T53802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ken Paramita
"Penelitian ini membahas tentang peranan lembaga Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional dalam memasyarakatkan program Keluarga Berencana pada masa orde baru, sehingga dapat mencapai keberhasilan secara signifikan. Tingkat keberhasilan Keluarga Berencana Nasional dalam penelitian ini dapat dilihat dari program-program yang dibuat oleh lembaga BKKBN serta bagaimana bentuk pelaksanannya di dalam masyarakat pada masa Orde Baru. Keberhasilan program Keluarga Berencana tersebut tidak luput dari adanya dukungan jaringan-jaringan yang didapat baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Fungsi dari dibentuknya jaringan itu sendiri yakni memudahkan BKKBN dalam memasyarakatkan program Keluarga Berencana. Selain itu kita juga dapat mengetahui peran serta bentuk kerja sama dari masing-masing jaringan baik dari dalam negeri maupun luar negeri yang turut membantu program Keluarga Berencana hingga mencapai tingkat keberhasilan.

This Research talks about the role of Coordinating Agency of National Family Planning in Delivering Family Planning in the New Order, until they can reaches the significant success. In this Research, National Family Planning success rate can be seen from the Programs created by The Agency of National Family Planning as well as how the implementation in the form of society in the New Order. The successful of Family Planning program wasn’t releasing from the support from domestic networks and also foreign networks. The function of formation of the network it self to help the Agency of National Family Planning to delivering the family planning program. More over, we can exactly know about the role of the contribution of each networks from domestic networks and foreign networks that helped the family planning programs to achieve the level of success.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The success of family planning (FP) program in controlling fertility level in indonesia over last three decades has been associated with role of FP field workers. A study from Rwanda indicated that activity of FP field workers to deliver counseling has increased contraceptive prevalence rate until 29% points. However, since decentralization policy has been adopted and implemented in indonesia in 2014, later in 2009 it was found that total number of FP filed workers has been decreased to remain two-thirds from previous number i.e. 35 thousands workers before desentralization took place. A reflecting impat from this dynamic situation is a stagnant level of indonesia's total fertility rate (TFR) based on IDHS 2007 data that has been similar to that in IDHS 2003-2003, accounted for 2.6 children per woman. A stagnant TFR trend may stimulate fear of increasing TFR after then, When FP program performance including that performance of FP field workers are neglected. Increasing TFR would lead to a baby booming that threathens excessive utilization of natural resources that is already limited.this also worsen BKKBN efforts to achieve a zero growth population stage or replacement fertility level by year 2015. it is recommended that an optimum working climate should be pursued to yielding a maximum performance of FP field workers within these dynamic changes since decentralization policy has been applied. The recommendation includes establishing a reward system and recording reporting system with information technology basis. "
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
KESMA 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Subyakto Atmosiswoyo
"Pelaksanaan Gerakan Keluarga Berencana telah sampai ke Pelita ke VI dan hasilnyapun secara demografis telah nampak dan diakui dunia. Parameter demografi a. l. Angka Kelahiran Kasar (CBR) menggambarkan penurunanyang cukup tajam yaitu dari 40.6 pada sensus 1970, menjadi 95.5 pada sensus 1980, menjadi 32.0 pada supas 1985 dan terakhir sensus 1990 telah turun menjadi 27.9. Sedangkan data dari Population Reference Bureau tahun 1992 menyebutkan CBR Indonesia 2.6. Namun di tingkat yang paling bawah yaitu di desa-desa terlihat adanya ketimpangan dalam pencapaian program. Di Kecamatan Serpong yang waktu itu mempunyai duapuluh desa, terlihat ada desa yang berhasil dan ada desa yang kurang berhasil dalam pencapaian akseptor KB.
Petugas di tingkat desa adalah Penyuluh Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) yang menjadi tumpuan gerakan KB. Penyuluhan adalah suatu bentuk komunikasi searah, yang dapat dilakukan secara kelompok atau secara individual. Salah satu indikator untuk menilai keberhasilan Gerakan KB adalah jumlah akseptor atau peserta KB. Kalau kita bandingkan jumlah KB di desa BHS dengan jumlah peserta KB di desa KBHS terdapat perbedaan yang amat menyolok. Di desa BHS telah mencapai 60.04% dari PUS yang ada, sedangkan di desa KBHS tercatat 24.64% saja dari jumlah PUS yang ada pada tahun 1967. Akan tetapi kesenjangan itu,pada tahun 1991, masih tetap saja di kedua desa yaitu di desa BHS 67.73% dan di desa KBHS 26.25%.
Dari masalah-masalah tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan menganalisa peranan PLKB sebagai penyuluh KB dalam upaya keberhasilan gerakan KB. Menelaah dengan mendalam peranan PLKB sebagai kasus agar dapat menemukan pola penyuluhan yang lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam upaya meningkatkan keberhasilan gerakan KB di desa-desa.
Penelitian ini merupakan penelitian perbandingan peranan PLKB sebagai petugas yang paling depan di jajaran Gerakan KB Nasional. penelitian PLKB sebagai kasus dilakukan dengan analisis jaringan sosial dan wawancara mendalam terhadap semua PLKB yang ada di Kecamatan Serpong.
Untuk dapat memperoleh gambaran yang obyektif terhadap kinerja PLKB, maka dilakukan wawancara mendalam dengan para pejabat instansi terkait di tingkat Kecamatan, para pesuka masyarakat dan juga 120 PUS yang belum maupun yang sudah menjadi akseptor keluarga berencana dari kedua desa penelitian.
Hasil penelitian dengan pendekatan analisis jaringan sosial dan wawancara mendalam berhasil mengungkap peranan PLKB tidak hanya sebagai penyuluh KB akan tetapi juga sebagai pembina akseptor K, organisasi peserta KB, pelatih kader KB, fasilitator peserta KB, penghubung KB dengan berbagai instansi terkait, notor terlaksananya posyandu, dan inisiator program-program terpadu yang mendukung keberhasilan program KB. Di sammping itu PLKB juga sebai staf Kades dalam bidang KB dan kependudukan.
Untuk mengetahui isi pesan yang disampaikan PLKB maka dalam penelitian ini juga diambil 120 PUS yang belum maupun yang sudah menjadi akseptor KB. Dari mereka diketahui bahwa sebagian besar PUS telah menyadari KB, akan tetapi untuk melaksanakan KB masih ada berbagai kendala. Sehingga secara kognitif mereka telah memahami, namun secara praktis mereka masih yang belum melaksanakan.
Penelitian membuktikan bahwa komunikasi searah kurang berhasil menarik PUS untuk melaksanakan KB, Namun, komunikasi individual yang lebih intensif lebih berhasil mengajak PUS untuk melaksanakan KB. Komunikasi individual ini berlangsung terus antara PLKB dengan akseptor KB dalam rangka pembinaan agar tidak terjadi drop out. Akhibatnya terjadilah jaringan sosial yang cukup erat antara PLKB dengan akseptor Kb dengan wujud adanya kelompok- kelompok akseptor. bagi Akseptor mantap yang mau membantu PLKB dijadikan KAder KB, sehingga jaringan sosial yang terbentuk menjadi nyata.
Jaringan sosial kekerabatan di desa-desa Kecamatam Serpong masih memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan masyarakat. Keluarga kerap kali tidak dapat mengambil keputusan sendiri sebelum seluruh atau sebagian besar kerabatnya menyetujuinya. Hampir semua penduduk desa itu masih terikat dalam jaringan kerabat, karena mereka jarang yang kawin dengan orang dari luar desa.
Jaringan sosial kekerabatan di kedua desa penelitian memegang peran yang penting dalam menentukan tingkat keberhasilan program KB. di desa KBHS jaringan kekerabatan mengkambat keberhasilan KB. Sedangkan di desa BHS jaringan kekerabatan justru mendukung keberhasilan program KB.
Jaringan sosial kedua yang cukup mendukung keberhasilan PLKB adalah jaringan pertemanan. Hasil penelitian membuktikan bahwa jaringan pertemanan ternyata lebih luas dari pada batas administrasi desa. Sebaliknya dengan adanya Bumi Serpong damai (BSD) yang menyebabkan sebagai desa penelitian tergusur sehingga beberapa PUS terpaksa pindah ke lain desa. namun jaringan pertemanan antara PLKB dengan mereka tetap berjalan terus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jaringan sosial yang merupakan juga jaringan informasi dan jaringan komunikasi yang sangat berperan sebagai penunjang dalam kehidupan masyarakat. Mereka yang ada dalam jaringan sosial dapat bertukar informasi dan berkomunikasi untuk mencapai kesepakatan. Pola komunikasi semacam ini merupakan pola komunikasi konvergensi yang amat berdaya guna dan berhasil guna dalam gerakan KB, baik untuk mengajak PUS menjadi akseptor KB maupun untuk membina mereka agar tetap melaksanakan KB. Komunikasi konvergensi merupakan pola komunikasi yang ideal untuk gerakan KB khususnya, program pembangunan umumnya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1995
D36
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ukik Kusuma Kurniawan
"Keberhasilan program KB mengendalikan tingkat kelahiran di Indonesia selama lebih dari tiga dekade tidak terlepas dari peran petugas Penyuluh Keluarga Berencana (PKB). Di Rwanda, keaktifan penyuluhan oleh PKB dapat meningkatkan prevalensi kesertaan akseptor hingga 29%. Sejak tahun 2004, pascakebijakan desentralisasi di Indonesia, jumlah PKB menurun drastis hingga menyisakan dua pertiga dari jumlah awal sekitar 3.500 petugas. Dampak perubahan tersebut tercermin pada angka fertilitas total (TFR) Indonesia berdasarkan data SDKI 2007 yang bertahan sama dengan data SDKI 2002-2003 (2,6 anak per wanita). Hal tersebut dikhawatirkan dapat semakin meningkat apabila kinerja program KB termasuk kinerja petugas PKB tidak mendapat perhatian. Peningkatan TFR mengancam ledakan penduduk yang dapat menghabiskan sumber daya alam yang terbatas dengan segala konsekuensi negatif. Hal tersebut juga dapat memperberat sasaran BKKBN mencapai pertumbuhan penduduk yang seimbang pada tahun 2015. Direkomendasikan untuk menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam lingkungan strategis yang terus berubah sejak kebijakan desentralisasi program KB, antara lain melalui sistem reward dan model pelaporan berbasis teknologi informasi."
Jakarta: Direktorat Pemaduan Kebijakan Program, Kantor BKKBN Pusat, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Melani
"Penelitian ini membahas tentang film sebagai media propaganda Orde Baru dalam menyukseskzn program Keluarga Berencana. Tujuannya adalah untuk menjelaskan secara komprehensif tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Orde Baru dalam menyukseskan program Keluarga Berencana terutama melalui media film. Penelitian ini menggunakann metode penelitian sejarah. Keberhasilan program Keluarga Berencana yang terjadi di masa Orde baru tidak terlepas dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dalam memasyarakatkan program Keluarga Berencana kepada masyarakat, yang saat itu masih asing dengan program tersebut. Masih asingnya masyarakat terhadap program, membuat masyarakat salah paham terhadap Keluarga Berencaa dan cenderung menolak terhadap pelaksaan tersebut. Oleh karena itu, untuk mengenalkan dan mengubah persepsi serta meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap program Keluarga Berencana, maka pemerintah melakukan berbagai macam pendekatan salah satunya adalah melalui film. Film dijadikan sebagai alat oleh Pemerintah dalam mempengaruhi khalayak karena sifatnya yang bisa menampilkan audio dan visual secara bersamaan. Selain itu, aspek naratif dan sinematik pada film membuat ilm memberi kesan kepada penontonnya seolah-olah turut berada dalam cerita film yang disaksikan.  Inilah yang menyebabkan film seringkali dimanfaatkan sebagai media untuk mempengaruhi pemikiran masyarakat tentang suatu wacana atau pemaaman tentang sebuah peristiwa. Berpijak pada pandangan tersebut, maka Pemerintah membuat sejumlah film yang dibuat untuk menyukseskan Keluarga Berencana. Film-Film itu ada yang diputar melalui bioskop, televisi dan film keliling.

This research discusses about film as a New Order Government propaganda media in successing Familiy Planning program. The purpose of that is to explain comprehensively about the Government efforts in successing Family Planning program, especially through film media. This research uses historical method. The success of Family Planning program that happened in the new order era wew government efforts in socializing Family Planning program to the people. The people who still unfamiliar with that program, creating a missunderstanding to Family Planning program and tend refused implementation of that program. Therefore, for introducing, changing percepciom and improving people acceptance of Family Planning  profram, then the Government does various of approaches, one of them is film. Film is used as a tool by government for giving influence to the people because it could showed audio and visual in the same time. Beside of that, narrative and cinematic aspect in film gave an impression to the audience as if they were in the story of that film. This causes film often be used to influence peoples's thinking about an understanding about an event. So that, the governmen makes several films for successing Family Planning  program. Those films are aired on the theaters, television, and roving film."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McCalister, Donald V.
Saint Louis: Mosby, 1973
613.943 MCC r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Melissa Paulina
"Skripsi ini membahas keterlibatan pria dalam program KB di Indonesia. Keterlibatan pria dalam KB tidak hanya pria menggunakan alat/cara KB, namun ia juga menjadi pasangan yang mendukung istri untuk ber-KB. Tujuan penelitian ini ialah mengindentifikasi faktor-faktor yang paling mempengaruhi keterlibatan pria dalam KB di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data SDKI 2017. Desain penelitian ini ialah cross-sectional. Sampel penelitian ini ialah 8.925 pasangan kawin. Variabel dependennya ialah keterlibatan pria dalam KB yang terdiri dari tiga kategori yaitu keterlibatan langsung (pria memakai salah satu alat/cara KB), keterlibatan tidak langsung (pria mendukung istri untuk ber-KB dan istri melakukannya), dan tidak terlibat. Variabel independennya ialah umur, tingkat pendidikan pria, jenis pekerjaan, pengetahuan tentang KB, sikap terhadap KB, jumlah anak yang hidup, tangkat pendidikan istri, pengetahuan istri tentang KB, tempat tinggal, diskusi dengan tenaga kesehatan/kader KB mengenai KB, dan mendapatkan informasi KB dari media. Hasil penelitian ini menemukan bahwa persentase pria yang terlibat langsung dalam KB, dimana mereka menggunakan salah satu alat/cara KB ialah 7,8%. Persentase pria yang terlibat secara tidak langsung, dimana mereka mendukung istri untuk ber-KB dan istri melakukannya ialah 24,5%. Sebanyak 67,7% pria tidak terlibat dalam KB. Faktor yang mempengaruhi keterlibatan pria dalam KB ialah umur pria (p-value=0,00), pengetahuan pria tentang KB (p-value=0,00; OR=1,55; 95%CI=1,37-1,76), jumlah anak yang hidup (p-value=0,00), pengetahuan pasangan tentang KB (p-value=0,00; OR =1,36; 95%CI:1,20-1,55), diskusi pria dengan tenaga kesehatan/kader KB (p-value=0,00; OR =1,57; 95%CI: 1,36-1,81), dan mendapatkan informasi KB dari media (p-value=0,00; OR =1,28; 95%CI:1,12-1,45).

This thesis discusses the male involvement in family planning programs in Indonesia. Male involvement in family planning is not only for men using family planning tools/methods, but he is also a partner who supports his wife for family planning. The purpose of this study is to identify the factors that influence the male involvement in family planning in Indonesia. This study uses the 2017 IDHS data. The design of this study is cross-sectional. The sample of this study was 8,925 married couples. The dependent variable is male involvement in family planning which consists of three categories, namely direct involvement (men use one of the methods of family planning), indirect involvement (men support their wives for family planning and their wives do it), and not involved. The independent variables are age, level of education, occupation, knowledge about family planning, attitudes towards family planning, number of living children, wife's education level, wife's knowledge of family planning, place of residence, discussions with health workers/FP cadres about family planning, and getting FP information from the media. The results of this study found that the percentage of men who were directly involved in family planning, where they used one of the methods of family planning, was 7.8%. The percentage of men who are indirectly involved, where they support their wives to take family planning and their wives do it is 24.5%. A total of 67.7% of men were not involved in family planning. Factors that influence male involvement in family planning are men's age (p-value=0.00), men's knowledge about family planning (p-value=0.00; OR=1.55; 95%CI=1.37-1.76 ), number of living children (p-value=0.00), knowledge of partners about family planning (p-value=0.00; OR = 1.36; 95%CI:1.20-1.55), male discussion with health workers / family planning cadres (p-value = 0.00; OR = 1.57; 95%CI: 1.36-1.81), and get family planning information from the media (p-value = 0.00; OR =1.28; 95%CI:1.12-1.45)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Rohmatullailah
"Unmet need KB adalah salah satu isu yang menjadi perhatian khusus di Indonesia khususnya Jawa Barat dikarenakan masih belum mencapai target dan capaiannya di tahun 2019 mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya. Unmet need merupakan persentase wanita kawin yang aktif secara seksual dan tidak ingin memiliki anak atau ingin menunda kelahiran anak berikutnya tetapi tidak menggunakan metode kontrasepsi apapun. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian unmet need KB di Jawa Barat berdasarkan data SKAP KKBPK 2019. Desain penelitian cross sectional dengan sampel penelitian adalah wanita kawin berusia 15-49 tahun di Jawa Barat sebanyak 9544 wanita yang dianalisis menggunakan uji chi square dan regresi logistik ganda. Hasil menunjukkan bahwa 14,8% unmet need KB di Jawa Barat, faktor-faktor yang berhubungan adalah usia OR=0,552, tingkat ekonomi OR=0,730, jumlah anak masih hidup OR=1,651, tempat tinggal OR=1,295, paparan media massa OR=0,856, dan paparan petugas kesehatan OR=1,162. Faktor yang paling berhubungan dengan unmet need KB di Jawa Barat adalah jumlah anak masih hidup. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian informasi dan akses layanan KB yang sensitif jender melalui petugas kesehatan dan media massa serta meningkatkan partisipasi masyarakat agar menjadi perpanjangan tangan program KB sehingga pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang metode kontrasepsi semakin meningkat.

The unmet need for family planning is one of the issues of special concern in Indonesia, especially in West Java because it still has not reached the targets and the percentage of unmet needs in 2019 has increased depends on previous years. Unmet need is defined as the percentage of currently married women who are sexually active and do not wanting any more children or wanting to delay the next child but are not using any method of contraception. This study aims to determine factors affecting the unmet need for family planning in West Java based on data analysis of SKAP KKBPK 2019. The study design is cross-sectional with the research sample being married women aged 15-49 years in West Java as many as 9544 women, this study was analyzed using the chi-square test and multiple logistic regression. The results showed that 14.8% of unmet need for family planning in West Java, factors related to unmet need for family planning were age OR = 0.552, economic level OR = 0.730, the number of children still living OR = 1.651, place of residence OR = 1.295, exposure of mass media OR=0.856, and exposure to health workers OR=1,162. The most related factor of unmet need for family planning in West Java is the number of children still living. Therefore, it is necessary to provide information and access to gender-sensitive family planning services through health workers and mass media with an emphasis on social media and increase community participation to become an extension of the family planning program so that knowledge and awareness society about contraceptive methods is increasing."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>