Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 149009 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retna Mustika Indah
"ABSTRAK
Penyakit infeksi masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Kemampuan rumah sakit dalam menegakkan diagnosis untuk penyakit menular masih terbatas sehingga seringkali memperpanjang lama hari rawat pasien di rumah sakit. Keterbatasan ini seringkali menyebabkan beberapa penyakit infeksi tidak terdiagnosis atau didiagnosis sebagai penyakit lain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan ketidaksesuaian diagnosis pada 5 penyakit infeksi terpilih dengan lama rawat inap. Menggunakan data sekunder, penelitian kuantitatif ini mengamati pasien dengan demam rawat inap di 7 RS Kelas A, dimana diagnosis etiologisnya adalah dengue, salmonella, rickettsia, leptopsira, dan chikunguya. Hasil penelitian menunjukkan adanya ketidaksesuaian diagnosis, terutama pada penyakit seperti riketsiosis, chikungunya, dan leptospirosis. Rata-rata hari rawat inap untuk masing-masing penyakit berkisar 5-8 hari. Pada dengue, ketidaksesuaian diagnosis dan lama rawat inap tidak berhubungan, sedangkan pada tifoid dan leptospirosis pasien dengan diagnosis tidak sesuai, dapat dirawat lebih singkat.

ABSTRACT
Infectious diseases are still become the main health problem in Indonesia. Capabilities of hospitals in determining diagnosis of infectious diseases are still limited, and in many cases create prolong days of hospital inpatient care. This limitation may cause several infectious diseases undetected or often misdiagnosed with other diseases. The result of this study demonstrated the correlation between discrepancies in diagnosis and hospitalization days in 5 infectious diseases dengue fever, chikungunya, typhoid, rickettsiosis, and leptospirosis. Using a secondary data, this quantitative method specifically examines hospital patients with fever in seven class A hospital. The study results found that there is inconsistency of diagnosis, especially for disease of riketsiosis, chikungunya, dan leptospirosis. The average length of stay in hospital was ranging from 5 to 8 days. In dengue, diagnosis discrepancies were found to be unrelated to the hospitalization days, while in typhoid and leptospirosis, patients who had been misdiagnosed had shorter hospitalization days. "
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sophia
"Skripsi ini membahas mengenai gambaran utilisasi pelayanan rawat inap 10 diagnosis penyakit terbanyak peserta Askes Sosial di RSAL Dr Mintohardjo tahun 2011 berdasarkan variabel umur, jenis kelamin, lama hari rawat, kelas perawatan serta menggambarkan total biaya pelayanan rawat inap. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif dan ditunjang dengan penelitian kualitatif, dengan rancangan penelitian cross sectional.
Hasil penelitian ini adalah utilisasi pelayanan rawat inap di RSAL Dr Mintohardjo bersifat fluktuatif, peserta Askes yang dirawat mayoritas berusia > 56 tahun, dengan diagnosa Diabetes Mellitus, didominasi oleh peserta Askes Sosial dengan jenis kelamin laki-laki dan di rawat di ruang perawatan I.
Penulis menyarankan sebaiknya Askes Center melakukan perbaikan jaringan komputer dan segera merealisasikan Askes Center sesuai standard dan RSAL Dr Mintohardjo sebaiknya meningkatkan sosialisasi kepada pegawai RSAL tentang kesepakatan dan kebijakan kedua belah pihak dan membentuk tim edukasi Diabetes Mellitus.

This study is about the description of inpatient care utilization to the most suffered of ten diagnosis of diseases of social Askes participants in RSAL Dr Mintohardjo 2011, based on age variable, sex , length of stay, class of treatment, and description of the total fee calculation of the inpatient service. This study use the quantitative research that has descriptive characteristic, and its supported by qualitative research which has cross sectional design experiment.
The result of this research is the inpatient care utilization has a fluctuation identifying, and majority of Askes member patients who being treated are above fifty ? six years old, they?re also dominated by social Askes participants with a kind of male sex, therefore they will be treated in a room care I.
The writer has suggestion that Askes Center should fix the computer network and immediately have to make realization of the Askes Center standarisation, and RSAL dr Mintohardjo should increase the socialization of agreement and obligation that has been made between Askes Center and RSAL dr Mintohardjo to the whole RSAL employees and should make the education team of Diabetes Mellitus.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leni Indrawati
"Latar belakang. Gagal jantung akut telah menjadi masalah kesehatan diseluruh dunia dengan penyakit jantung koroner sebagai penyebab terbanyak.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara penyakit jantung koroner dengan mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang serta menggunakan 685 data sekunder dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006.
Hasil. Penelitian ini melibatkan 957 pasien gagal jantung akut. Proporsi pasien gagal jantung akut yang mengalami penyakit jantung koroner di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 ? 2006 mencapai 74,8 %. Angka mortalitas pasien gagal jantung akut selama perawatan secara umum adalah 4,1 %. Angka mortalitas pasien yang mengalami PJK lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa PJK (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 ? 2,90). Angka mortalitas pasien gagal jantung akut yang disertai penyakit jantung koroner selama perawatan adalah 4,3 %, Sedangkan pada pasien tanpa penyakit jantung koroner adalah 3,3 %.
Kesimpulan. Tidak terdapat hubungan bermakna antara riwayat penyakit jantung koroner dengan angka mortalitas gagal jantung akut selama perawatan di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - 2006.

Background. Acute heart failure has become health problem on the world and coronary heart disease is known as common etiology.
Objective. To determine relationship between history of coronary heart disease and mortality of acute heart failure
Method. This study was conducted by using cross sectional method. Using 685 secondary data from study Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospital in Indonesia on December 2005 -2006.
Result. From 957 patient acute heart failure, about 76,2 % patient have coronary heart disease. Overall in-hospital mortality among patient with acute heart failure is 4,1 %. In-hospital mortality in patient with coronary heart disease is 4,3 % and 3,3 % in patient without coronary heart disease (P = 0,493, OR = 1,3, CI 95% 0,59 - 2,90).
Conclusion. There is no significant relationship between coronary heart disease and mortality of acute heart Failure in five hospitals in Indonesia on December 2005-2006.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09043fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Makiani
"Pada tahun 2004, Pemerintah mengesahkan sistem jaminan atau yang lebih dikenal dengan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang merupakan suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Salah satu penyakit dijamin yaitu GEAD atau Gastroentritis Acute Disease. Dari data diketahui bahwa diagnosa penyakit tertinggi diruang inap rawat kelas I dan II adalah GEAD (Gastroentritis Acute Disease), dan di ruang rawat inap kelas III pasien GEAD (Gastroentritis Acute Disease) termasuk dalam 4 penyakit terbesar. Akan tetapi terdapat perbedaan Average Length of Stay (LOS) pasien yang terkena GEAD di ruang rawat inap kelas I, II dan III. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan lama hari rawat inap pasien GEAD di ruang rawat inap kelas I, II, dan III RSUD Palembang BARI. Pengumpulan data primer dan sekunder didapat melalui wawancara mendalam dan data rekam medis. Dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori quality of care yaitu keunggulan teknis dan interpersonal. Evaluasi ini dilakukan dengan menganalisa 10 variabel yaitu pilihan antibiotik, jenis antibiotik, frekuensi visite, pemeriksaan lab, umur, gender, pekerjaan, faktor komplikasi penyakit, cara pembayaran dan kelas perawatan. Penelitian menemukan bahwa determinan yang berkorelasi dengan lama hari rawat inap adalah umur pasien, pekerjaan pasien, cara pembayaran yang dilakukan pasien dan kelas perawatan. Dokter berperilaku sama terhadap pasien yang membayar biaya pengobatannya sendiri dengan yang gratis.

In 2004, the government passed security system or better known as the National Social Security System (SJSN) which is a procedure for the implementation of social security programs by several agencies of social security. One disease that is guaranteed GEAD or gastroenteritis Acute Disease. From the data found that the highest disease diagnosis inpatient diruang class I and II is GEAD (gastroenteritis Acute Disease), and at inpatient unit GEAD class III patients (gastroenteritis Acute Disease) include the 4 largest disease. But there are differences in Average Length of Stay (LOS) at patients affected GEAD inpatient class I, II and III. This study aims to determine the determinants of long days of hospitalization patients at inpatient unit GEAD class I, II, and III District Hospital  Palembang BARI. Primary and secondary data collection obtained through in-depth interviews and medical records. The basic theory used in this study is  theory of the quality of care and interpersonal technical excellence. It does this by analyzing 10 variables: choice of antibiotics, antibiotic type, frequency visite, lab tests, age, gender, employment, disease complicating factors, mode of payment and care classes. The study found that the determinants that correlate with long days of hospitalization were patient age, patients work, how the payments made and the patients care classes. Doctor behaves similarly to patients who pay for their own treatment with the free."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indah Kusuma Dewi
"Kanker serviks merupakan kanker yang berkembang di bagian serviks wanita. Hampir 99% kasus kanker serviks disebabkan oleh Human Papilloma Virus (HPV). Kematian tertinggi akibat kanker pada perempuan di Indonesia berasal dari kanker payudara 22.692 (11,0%) kasus kematian dan kanker serviks 18.279 (8,8%) kasus kematian (WHO IARC 2018). Berdasarkan penelitian Dewi, 2017 kanker serviks paling banyak ditemukan pada usia dewasa, dengan status menikah, dan hidup di perkotaan. Jumlah penderita kanker di kota 6,6% lebih banyak dari yang di desa. Kasus kanker serviks sebanyak 543 di kota dan 384 di desa.Usia menarche merupakan salah satu faktor terjadinya lesi prakanker serviks. Usia menarche dini memiliki risiko 14 kali untuk mengalami kanker serviks (Reis, Beji, and Kilic 2011). Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017 menyatakan bahwa Rentang usia pertama kali menstruasi wanita di Indonesia dari tahun ke tahun menurun dari usia 12 – 15 tahun menjadi 12 – 14 tahun. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data sekunder riset PTM tahun 2016. Jumlah sampel 9931 orang, yaitu memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan logistic regression.Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari data riset Penyakit Tidak Menular (PTM) 2016 yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan. Pada penelitian ini tidak ada hubungan signifikan secara statistik antara usia menarche dengan kejadian lesi prakanker serviks dimana perempuan dengan usia menarche < 12 tahun terproteksi 1,025 kali (POR = 0,975; 95% CI 0,689 – 1,380, p-value 0,888) untuk mengalami lesi prakanker serviks dibandingkan perempuan yang mengalami usia menarche ≥ 12 tahun.

Cervical cancer is cancer that develops in the cervix of women. Almost 99% of cervical cancer cases are caused by the Human Papilloma Virus (HPV). The highest mortality from cancer in women in Indonesia came from breast cancer, 22,692 (11.0%) cases of death and cervical cancer, 18,279 (8.8%) cases of death (WHO IARC 2018). Based on Dewi's research, in 2017, cervical cancer was mostly found in adulthood, married, and living in urban areas. The number of cancer sufferers in cities is 6.6% more than in villages. There were 543 cervical cancer cases in cities and 384 in villages. Menarche age is a factor in the occurrence of cervical precancerous lesions. Early menarche age has 14 times the risk of developing cervical cancer (Reis, Beji, and Kilic 2011). The results of the Indonesian Demographic Health Survey in 2017 stated that the age range for the first time menstruation for women in Indonesia from year to year decreased from 12-15 years old to 12-14 years old. This type of research is quantitative, with a cross sectional study design. This study used secondary data from PTM research in 2016. The number of samples was 9931 people, which met the inclusion and exclusion criteria. The analysis used logistic regression. The data used in this study is secondary data from the 2016 Non-Communicable Diseases (PTM) research data organized by the Health Research and Development Agency of the Ministry of Health. In this study, there was no statistically significant relationship between the age of menarche and the incidence of cervical precancerous lesions where women with menarche age <12 years were protected 1.025 times (POR = 0.975; 95% CI 0.689 - 1.380, p-value 0.888) to experience cervical precancerous lesions. compared to women who experienced menarche ≥ 12 years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Mas`Ud
"Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menggunakan sistem pembayaran INACBGs bagi pelayanan rawat inap yang mulai berlaku per 1 Januari 2014. Sistem pembayaran INA CBGs memunculkan argumen bahwa pelayanan kesehatan dengan budget tertentu, akan bertendensi bagi penyedia layanan kesehatan untuk mengurangi kualitas pelayanan kesehatan dengan meniadakan pengobatan yang tidak perlu atau pun dengan cara lainnya guna memangkas biaya, dan pada akhirnya berpotensi mempengaruhi kondisi klinis pasien saat dirawat di rumah sakit.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kestabilan kondisi pasien saat keluar rawat inap antara pasien dengan pembayaran INA-CBGs dibandingkan dengan pembayaran Tunai pada pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue di RS Dr.Cipto Mangunkusumo sebagai parameter mutu klinis terhadap pelayanan kesehatan. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan cross sectional , sumber data berupa data sekunder dari rekam medis pasien dengan diagnosis Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue tahun 2010 - Mei 2014 antara pembayaran INA CBGs dan Tunai.
Analisis bivariat menunjukkan perbedaan signifikan Kondisi Pasien Saat Pulang Rawat Inap antara pasien dengan pembayaran INA-CBGs dengan Tunai berdasarkan kriteria yang harus dipenuhi untuk memulangkan pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue oleh Departemen Kesehatan maupun Integrated Clinical Pathway RSUPN Dr.Cipto mangunkusumo, namun saat dikontrol dengan variabel lain melalui analisis multivariat didapatkan nilai tidak bermakna antara kedua jenis pembayaran.
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel umur bermakna signifikan dimana pasien dewasa berisiko 22,2 (1/ 0,045) kali untuk pulang dalam kondisi tidak stabil saat pulang rawat inap dibandingkan pasien anak setelah dikontrol oleh variabel lain (R Square 0,309; 95% CI: 0,005- 0,417) Kesimpulan : Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional dengan INA CBGs sebagai sistem pembayarannya, tidak berpengaruh signifikan bagi rumah sakit dalam memberikan layanan kesehatan yang bermutu dalam penatalaksanaan pasien Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue setelah dikontrol oleh variabel lainnya.

The National Health Insurance (JKN) using INA-CBGs payment system for inpatient services implemented on January 1, 2014. the payment system led to an argument that INA CBGs health services with a particular budget, will tend to the health care providers, to reduce the quality of health care by eliminating unnecessary treatment or any other way to cut costs, and in turn potentially affect the clinical condition of the patient while hospitalized.
The purpose of this study was to analyze the stability condition of the patient when exiting hospitalization among patients with INA-CBGs payment compared with cash payments to patients Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever in the Hospital Dr. Cipto Mangunkusomo as clinical quality parameters to health care. The research design used in this study was a quantitative cross-sectional design, data sources in the form of secondary data from the medical records of patients with a diagnosis of Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever in 2010 - May 2014 between INA CBGs and cash payments.
Bivariate analysis showed significant differences in stability condition of the patient when exiting hospitalization among patients with INA-CBGs payment with cash based on the criteria that must be fulfilled in order to repatriate patients Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever by the Ministry of Health Guideline and the Integrated Clinical Pathway RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, but when controlled with other variables through multivariate analysis found no significant values between both types of payments.
Multivariate analysis showed that age is significant variable in which adult patients at risk of 22.2 (1 / 0.045) time to go home in an unstable condition at discharge than children patients after other variables are controlled (R Square 0.309, 95% CI: 0.005 -0.417) Conclusions: Implementation of the National Health Insurance with INA CBGs as a payment system, no significant values for the hospital to provide quality health services in the management of patients Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic Fever after controlled by other variables.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nuraini
"Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang prevalensinya meningkat dari tahun ke tahun, pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) merupakan program nasional yang diselenggarakan pemerintah sebagai salah satu upaya penanggulangan kanker payudara. Namun sampai tahun 2017 cakupan SADANIS hanya 5,91% hasil tersebut belum mencapai target minimal program. Tenaga kesehatan selain mempunyai tugas melakukan pemeriksaan SADANIS, juga berperan melakukan penyebaran informasi terkait kaker payudara secara luas.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan sumber informasi dari tenaga kesehatan dengan perilaku deteksi dini kanker payduara menggunakan metode pemeriksaan payudara klinis di daerah perkotaan Indonesia bedasarkan analisis data riset penyakit tidak menular tahun 2016. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penelitian sebesar 12.336, sample diambil berdasarkan total samping data yang masuk dalam kriteria inklusi dan eklusi penelitian.
Hasil penelitian ini menujukan bahwa prevalensi perilaku pemeriksaan payudara klinis pada perempuan usia 25-64 tahun yang memiliki pengetahuan baik terkait kanker payudara di daerah perkotaan Indonesia bedasarkan data riset PTM tahun 2016 sebesar 7,4% (916). Hasil multivariat hubungan sumber informasi dari tenaga kesehatan dengan perilaku deteksi dini kanker payudara memiliki P-value <0,000, Odds Ratio adjusted 2,02 (95% CI 1,757-2,337) ini berarti ada hubungan antara sumber informasi dari tenaga kesehatan dengan perilaku deteksi dini kanker payudara menggunakan metode pemeriksaan payudara klinis pada perempuan yang memiliki pengetahuan baik tentang payudara di daerah perkotaan Indoneisa. Perempuan yang memiliki pengetahuan baik tentang kanker payudara yang bersumber dari tenaga kesehatan memiliki peluang 2,02 kali lebih besar melakukan pemeriksaan payudara klinis dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan.

Cancer is one of the non-communicable diseases whose the prevalence is increasing year by year. Clinical breast examination (CBE) is a national program organized by the government as one of the efforts to overcome breast cancer. But until 2017 prevalence of CBE is only 5.91%, this results have not reached the program's minimum target. Besides having the task of doing CBE examinations, health workers also have the role of sharing information regarding breast cancer extensively.
This study aims to know the association between source of information from health workers with early detection of breast cancer used clinical breast examination in Indonesian urban areas based data analysis of non-communicable diseases research in 2016. Design of this research used cross sectional study, sample which suitable from inclusion and exclusion criteria was 12.336 respondents.
The results showed the prevalent of clinical breast examination in women aged 25-64 years with good knowledge about breast cancer was 7,4% (916). Multivariate analysis using logistic regression showed that there was a significant relationship between source of information from health workers with early detection of breast cancer used clinical breast examination in Indonesian urban areas, with p-value < 0,000 and Odds Ratio adjusted was 2,02 (CI 95% 1,757-2,337).
The conclusion was there was the significant relationship between source of information from health workers with early detection of breast cancer used clinical breast examination. Women who have knowledge of breast cancer from health workers had 2.02 more chance of doing clinical breast examinations than those who do not get information from health workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53876
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widy Krisna Dewi
"Latar belakang. Gagal jantung akut merupakan salah satu masalah kesehatan utama di seluruh dunia. Gagal jantung akut sering disertai dengan gagal ginjal kronik sebagai penyakit penyerta.
Tujuan. Mengetahui hubungan antara riwayat gagal ginjal kronik dengan mortalitas pada pasien gagal jantung akut, yang dapat digunakan sebagai masukan untuk lebih mengoptimalkan penatalaksanaan pasien gagal jantung akut dengan riwayat gagal ginjal kronik di rumah sakit di Indonesia.
Metode. Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dengan sampel berupa data sekunder pasien dengan diagnosis gagal jantung akut dari studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) di lima rumah sakit di Indonesia pada bulan Desember 2005 - Desember 2006.
Hasil. Sampel seluruhnya berjumlah 882, terdiri dari 68,5% laki-laki dan 31,5% perempuan dengan rerata usia 59 tahun. Sampel dengan riwayat gagal ginjal kronik sebanyak 154 orang (68,2% laki-laki, 31,8% perempuan, rerata usia 56 tahun). Angka mortalitas di rumah sakit seluruh sampel 4,2%. Angka mortalitas sampel dengan riwayat gagal ginjal kronik 7,1%, hampir dua kali lipat angka mortalitas sampel tanpa riwayat gagal ginjal kronik, yang sebesar 3,6%. Didapatkan p = 0,045, OR = 2,07, dan CI 95% = 1,003 - 4,299.
Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara riwayat gagal ginjal kronik dengan mortalitas di rumah sakit pada pasien gagal jantung akut. Risiko timbulnya mortalitas pada sampel dengan riwayat gagal ginjal kronik adalah dua kali lipat risiko tersebut pada sampel tanpa riwayat gagal ginjal kronik.

Background. Acute heart failure is one of the major health problem around the world. Acute heart failure and chronic renal failure are often coexist.
Objective. In order to answer the question whether there is a significant correlation between previously diagnosed chronic renal failure and in-hospital mortality on patients with acute heart failure, so the result can be used as a suggestion to improve the quality of therapy on hospitalized acute heart failure patients.
Method. This study use cross sectional method with sample taken from secondary data of patient diagnosed for acute heart failure on Study Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) in five hospitals in Indonesia on December 2005 - December 2006.
Result. Total sample is account for 882 patients, consist of 68,5% men and 31,5% women, with mean of age 59 years old. Sample with previously diagnosed chronic renal failure consist of 154 patients (68,2% men, 31,8% women, mean of age 56 years old). In-hospital mortality rate is 4,2% on total sample. In-hospital mortality rate on sample with previously diagnosed chronic renal failure is 7,1%, almost two times higher than in-hospital mortality rate on sample without previously diagnosed chronic renal failure, which is only 3,6% (p = 0,045, OR = 2,07, dan CI 95% = 1,003 - 4,299).
Conclusion. There is significant correlation between previously diagnosed chronic renal failure and in-hospital mortality on patients with acute heart failure. The risk for sample with previously diagnosed chronic renal failure to developed mortality during hospitalization is two times higher than sample without previously diagnosed chronic renal failure.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09136fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Dwi Primasari
"Skripsi ini membahas hubungan karakteristik pasien (umur dan jenis kelamin), hari masuk RS, tingkat keparahan (severity level), diagnosa penyakit lainnya, komplikasi, assesmen klinis (pemeriksaan dokter dan konsultasi), pemeriksaan penunjang, dan tindakan medis dengan lama hari rawat. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menggunakan data rekam medis sebagai data sekunder dengan desain studi cross sectional. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 261 pasien BPJS dengan kasus Demam Berdarah Dengue di Instalasi Rawat Inap RSUP Fatmawati yang berumur lebih dari 5 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 63,6 persen memiliki lama hari rawat sesuai dengan standar clinical pathway Demam Berdarah Dengue (LOS ≤5 hari). Penelitian ini menggunakan uji chi-square, variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan lama hari rawat dalam penelitian ini adalah umur, diagnosa penyakit lainnya, komplikasi, pemeriksaan dokter, dan tindakan medis.

This undergraduate thesis discussed a correlation between patients (age and sex), the day of the entry, severity level, other disease diagnosis, complications, assessment clinics (doctor’s examination and consultation), other supporting examination and medical treatment with the length of stay. The research that has been done is using medical record data as secondary data with cross sectional study design. The subject of this research is 261 BPJS’ patients with Dengue Haemoragic Fever at Inpatient Installation in RSUP Fatmawati that older than 5 years old.
The result of this research showed that 63,6 percent has a length of stay that in accordance with dengue fever’s clinical pathway standard (LOS <5 days). This research used chi-square test, the variable that has significant connection with the length of stay in this research are age, other disease diagnosis, complications, doctor examination and medical treatment.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S62238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niswatus Sholihah
"ABSTRACT
Bed Occupancy Rate BOR merupakan salah satu outputkoordinasi perawatan untuk mencapai outcome efisiensi dalam rumah sakit.Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais mengalami penurunan setelah terjadi penambahan tempat tidur di kelas 1 pada tahun 2016. Namn penurunan tersebut tidak diikuti dengan penurunan jumlah pasien rawat inap dan jumlah hari perawatan. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya variabel- variabel input kerangka kinerja rumah sakit yang menyebabkan Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais dibawah standar 60-85 . Penelitian ini dilakukan selama bulan Mei ndash; Juli 2017, menggunakan penelitian kualitatif dengan metode analisis depkriptif yang melibatkan wawancara mendalam terhadap 6 informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel- variabel input kinerja rumah sakit yang berpengaruh signifikan dalam pencapaian Bed Occupancy Rate BOR adalah varaibel kepemimpinan dan sumber daya. Variabel kepemimpinan yang menyebabkan penurunan Bed Occupancy Rate BOR karenaketidakefektifan pembagian struktur organisasi Instalasi Rawat Inap menjadi 2 bagian, kualifikasi kepala Instalasi tidak sesuai dengan Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap, dan Pemimpin kurang melakukan komunikasi efektif, Variabel input kinerja rumah sakit lainnya tidak berpengaruh signifikan terhadap penurunan Bed Occupancy Rate BOR di Instalasi Rawat Inap Kelas 3 RS Kanker Dharmais. Diharapkan dengan diketahuinya faktor- faktor tersebut, bisa menjadi evaluasi untuk mencapai efisiensi dalam rumah sakit.

ABSTRACT
Bed Occupancy Rate BOR is one of the outputs of coordination of care to achieve the outcome of hospital efficiency. Bed Occupancy Rate BOR at the Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital decreased after the addition of a first class bed in 2016. Decrease of Bed Occupancy Rate BOR number was not equally means the drop of patients number and inpatient day. So the purpose of this research is to know the variable of input of hospital performance framework causing Bed Occupancy Rate BOR at Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital under 60 85 standard. This research was conducted in May to July 2017, using qualitative method with depth interview of 6 informants. The results showed that the variable of hospital performance input which have significant effect on the achievement of Bed Occupancy Rate BOR is the leadership and resource variables Leadership variable causing the decrease of Bed Occupancy Rate BOR due to the ineffective division of organizational structure Inpatient Installation into 2 parts , The qualification of the head of the Installation is not in accordance with the Inpatient Installation Service Guideline, and the Leader lacks effective communication. Other hospital performance input variables have no significant effect on the decrease of Bed Occupancy Rate BOR in the Inpatient Installation Class 3 Dharmais Cancer Hospital. Expected by knowing these factors, it could be an evaluation to achieve hospital efficiency. "
2017
S70020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>