Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 187835 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Murti Tri Harini
"Penelitian ini membahas tentang bentuk-bentuk keterlibatan ayah pada remaja dalam pembentukan ḍabṭ al-nafs (self-control) dan self-esteem. Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang keterlibatan ayah dalam pembentukan ḍabṭ al- nafs dan self-esteem pada anak remajanya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Subjek pada penelitian ini berjumlah 6 orang remaja yang berusia 16-19 tahun. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa remaja yang mendapatkan keteladanan dari ayahnya dan menerima internalisasi nilai keagamaan pada keterlibatan ayahnya memiliki pengendalian diri yang lebih baik dibandingkan remaja yang tidak mendapatkannya. Pada pembentukan self-esteem, keterlibatan ayah yang dilakukan pada dimensi self-competence sesuai dengan kebutuhan dalam pengembangan kompetensi anak remajanya, sedangkan pada dimensi self-liking, remaja yang mendapatkan keteladanan dari ayahnya memiliki citra diri yang baik dibandingkan yang tidak mendapatkan keteladanan.

This study examines appearance father involvement towards adolescent in establishing dabt al-nafs (self-control) and self-esteem. The aim of this study is to describe father involvement in establishing ḍabṭ al-nafs and self-esteem towards their adolescent. This study used qualitative methods dan case study approach. In-depth interview and observation is used as data collection techniques. Subjects in this study are 6 adolescents which aged between 16 - 19 years old. Result of this study indicated that adolescents who had examplanary from their father dan take religious value internalization on father involvement have better self control than who don’t have it. On the forming of self-esteem, self-competence dimension which is conducted by father involvement match with needs in competency development adolescents, while on self-liking dimension, adolescents who have examplanary from their father seize good self image compared who not have exemplanary.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T51344
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Diori Melisa
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah keterlibatan ayah yang dilihat dari persepsi anak perceived father involvement memiliki kontribusi terhadap relational self-esteem pada remaja awal. Keterlibatan ayah diukur menggunakan Nurturant Fathering Scale dan Father Involvement Scale Reported, sedangkan relational self-esteem diukur menggunakan Relational Self-Esteem Scale. Partisipan pada penelitian ini adalah remaja berusia 12-15 tahun n=162. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah multiple regression. Hasil penelitian menunjukkan bahwa father nurturance, yang diukur dengan Nurturant Fathering Scale, memiliki kontibusi terhadap relational self-esteem sebesar 6.4 p0.05.

This study examined the contribution of perceived father involvement towards relational self esteem in early adolescence. Father involvement was measured using Nurturant Fathering Scale and Father Involvement Scale Reported, while relational self esteem was measured using Relational Self Esteem Scale. The participant of this study were adolescents in the designated age range of 12 15 years old n 162. This study used multiple regression to analyse the data. The result indicates that father nurturance, measured by Nurturant Fathering Scale has 6.4 contribution towards relational self esteem p0.05.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S69002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatima Zahra
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan self-esteem remaja, dilihat dari persepsi ayah dan anak. Responden pada penelitian ini adalah 133 siswa kelas X SMA dan ayah mereka. Keterlibatan ayah diukur dengan alat ukur Seven-Item Father Involvement Scale yang disusun oleh Carlson (2006), sedangkan self-esteem diukur dengan alat ukur Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised (SLCS-R) yang disusun oleh Tafarodi dan Swann (2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh remaja dengan kedua dimensi self-esteem remaja, yaitu self-liking (r = .295; n = 133; p < 0,01 twotailed) dan self-competence (r = .262; n = 133; p < 0,01 two-tailed). Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh ayah dengan kedua dimensi self-esteem remaja, yaitu self-liking (r = .143; n= 133; p > 0,01 two-tailed) dan self-competence (r = .151; n = 133; p > 0,01 twotailed). Hasil tersebut mengimplikasikan bahwa keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh remaja berhubungan dengan self-esteem remaja. Maka, semakin tinggi keterlibatan ayah berdasarkan persepsi remaja, tingkat self-esteem remaja pun semakin tinggi.

The goal of this study was to examine the relationship between father involvement and adolescent self-esteem, with regards to father and adolescent perception. Respondents were 133 10th grade students and their father. Father involvement was measured by Seven-Item Father Involvement Scale (Carlson, 2006), whereas self-esteem was measured by Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised (SLCSR) (Tafarodi & Swann, 2001). The result of this study shows that father involvement perceived by adolescent related with both dimensions of adolescent self-esteem, there are self-liking (r = .295; n = 133; p < 0,01 two-tailed) and selfcompetence (r = .262; n = 133; p < 0,01 two-tailed). But, father involvement perceived by father did not related with both dimensions of adolescent selfesteem, there are self-liking (r = .143; n = 133; p > 0,01 two-tailed) and selfcompetence (r = .151; n = 133; p > 0,01 two-tailed). The result implied that father involvement perceived by adolescent related with adolescent self-esteem. Therefore, the higher father involvement perceived by adolescent, the higher adolescent self-esteem will be.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grin Rayi Prihandini
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peran dari self-esteem sebagai moderator dalam hubungan antara keterlibatan ayah dan psychological well-being remaja. Keterlibatan ayah yang dipersepsikan remaja berkontribusi terhadap psychological well-being dirinya. Pada masa remaja, self-esteem menjadi hal yang penting sehingga dianggap dapat memperkuat atau memperlemah pengaruh dari keterlibatan ayah terhadap psychological well-being. Partisipan penelitian ini berjumlah 600 orang yang terdiri dari 300 remaja awal (12-15 tahun) dan 300 remaja akhir (18-21 tahun).
Pemilihan kedua kelompok usia ini berdasarkan pada perbedaan tantangan yang dialami ketika seseorang mulai memasuki masa remaja dan ketika seseorang mulai bersiap untuk memasuki masa dewasa. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan instrumen Nurturant Fathering Scale (NFS) dan Reported Fathering Scale (RFIS) yang dibuat oleh Finley dan Schwartz (2004) untuk mengukur keterlibatan ayah, Ryff's Scales of Psychological Well-Being (RPWB) oleh Ryff (1989) untuk mengukur psychological well-being, dan Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES) oleh Rosenberg (1965) untuk mengukur self-esteem. Analisis moderasi dilakuan melalui program PROCESS dari Hayes pada SPSS 21.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-esteem menjadi memoderasi pengaruh dari keterlibatan ayah terhadap psychological well-being pada remaja awal (p<0,05), namun tidak pada remaja akhir (p>0,05). Pada remaja awal, self-esteem berperan dalam memperlemah pengaruh keterlibatan ayah terhadap psychological well-being. Selain itu, terdapat perbedaan skor keterlibatan ayah dalam domain perkembangan anak pada remaja awal dan remaja akhir. Remaja akhir lebih melihat ayahnya terlibat dalam berbagai aspek perkembangan dirinya dibandingkan dengan remaja awal (t=12,487; p <0,05).
The purpose of this study was to examine the role of self-esteem as a moderator in the relationship between father involvement and the psychological well-being of adolescents. Adolescents' perception of their father involvement contribute to their psychological well-being. In adolescence, self-esteem is an important issue, thus, it can strengthen or weaken the effect of perceived father involvement on adolescents' psychological well-being. Participants of this study were 600 adolescents that consist of 300 adolescents between the ages of 12-15 years (early adolescents) and 300 adolescents between the ages of 18-21 years (late adolescents).
This age group were based on the differences in challenges when someone entering the adolescence and someone who was prepared to entering adulthood. The instruments were used in this study were Nurturant Fathering Scale (NFS) and Reported Fathering Scale (RFIS) by Finley and Schwartz (2004) to measure father involvement, Ryff's Scales of Psychological Well-Being (RPWB) by Ryff (1989) to measure psychological well-being, and Rosenberg Self-Esteem Scale (RSES) by Rosenberg (1965) to measure self-esteem. Analysis of moderation was analyzed using the Hayes's PROCESS program on SPSS 21.
The results showed that self-esteem moderate the relationship of father's research to psychological well-being in early adolescents (p <0.05), but not in late adolescents (p> 0, 05). In early adolescence, self-esteem weaken the effect of father involvement on psychological well-being. This study also shows that there are differences of reported father involvement score between early adolescents and late adolescents. The late adolescents perceived their father to be involved in their various developmental aspect compared to the early adolescents (t = 12,487; p <0,05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T52891
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karin Carolina
"Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk melihat bagaimana kontribusi dari father attachment
dan self esteem terhadap peer victimization pada remaja. Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan analisis multiple regression pada program microsoft excel dan program SPSS
25. Sampel pada penelitian total berjumlah 129 remaja laki-laki dan perempuan yang berusia
antara 12 sampai 14 tahun di kota Depok dan Jakarta. Sampel penelitian ini diperoleh dengan
cara menyebarkan tautan kuesioner secara daring. Data diperoleh melalui kuesioner
Multidimensional Peer Victimization Scale (MPVS) untuk mengukur variabel peer
victimization, Inventory Parent and Peer Attachment (IPPA) untuk mengukur variabel father
attachment dan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES) untuk mengukur self esteem. Hasil
penelitian menunjukkan adanya kontribusi dari variabel father attachment dan variabel self
esteem secara bersama-sama sebesar 22.4% terhadap variasi variabel peer victimization pada
remaja yang menjadi partisipan dalam penelitian ini. Evaluasi teknik pengumpulan data dan
uji variabel lain dipertimbangkan untuk penelitian selanjutnya.

The aim of this study is to examine the contribution of variables father attachment and self
esteem on peer victimization. Data were collected online using Multidimensional Peer
Victimization Scale (MPVS) to measure peer victimization on adolescent, Inventory of Parent
and Peer Attachment (IPPA) to measure father attachment, and Rosenberg Self Esteem Scale
(RSES) to measure self esteem. The sample of this research consisted of 129 participants, age
ranged from 12 to 14 years old in Depok and Jakarta. Data were analyzed using multiple
regression with Microsoft Excel and SPSS 25 program by IBM. The result of this study
indicate that there was moderate contribution of father attachment and self esteem on peer
victimization with the degree of determination at 0.224, whih are means that 22.4% of
variation in peer victimization were contribute by father attachment and self esteem. Data
collection technique, and additionally variables to examine are considered for future research
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Keterlibatan orang tua diketahui memiliki peranan penting dalam perkembangan konsep
diri anak dan remaja. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara keterlibatan ayah dengan konsep diri pada remaja. Responden yang berpartisipasi
dalam penelitian ini merupakan remaja akhir dengan rentang usia 18-21 tahun sebanyak
415 orang mahasiswa. Keterlibatan ayah didefinisikan sebagai partisipasi ayah dalam
berbagai aspek kehidupan anaknya. Konsep diri didefinisikan sebagai persepsi individu
mengenai dirinya sendiri yang dibentuk oleh interaksi individu dengan lingkungan.
Keterlibatan ayah terdiri dari dua domain yang diukur menggunakan skala dari Finley
dan Schwartz (2004), yaitu Nurturant Fathering Scale (NFS) untuk mengukur
keterlibatan ayah dalam domain afektif, dan Reported Father Involvement Scale (RFIS)
untuk mengukur keterlibatan ayah dalam domain perilaku. Konsep diri diukur
menggunakan Adolescents Self-Concept Short Scale (ASCSS) dari Veiga dan Leite
(2016). Hasil pengukuran menggunakan teknik statistik Pearson Correlation
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah, baik
dalam domain afektif maupun domain perilaku, dengan konsep diri pada remaja.
Parental involvement is known to play an important role in the development of
childrens and adolescents self-concepts. This research is specifically aimed to
examine the relationship between father involvement and self-concept in adolescents.
Respondents who participated in this study were late adolescents with age range of
18-21 years, as many as 415 college students. Father involvement is defined as
fathers participation in various aspects of his child's life. Self-concept is defined as
an individuals perception of itself formed by individual interactions with the
environment. Father involvement consisted of two domains measured by the scale of
Finley and Schwartz (2004), is Nurturant Fathering Scale (NFS) to measure the
involvement of fathers in affective domain, and Reported Father Involvement Scale
(RFIS) to measure father's involvement in behavioural domain. Self-concept is
measured using the Adolescents Self-Concept Short Scale (ASCSS) of Veiga and
Leite (2016). The measurement results using the Pearson Correlation statistical
technique shows that there is a significant link between father involvement, both in
the affective domain and the behavioural domain, and the self-concept in adolescents"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaskia Toyyibatun Zulkaisy
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara attachment ibu-anak, attachment ayah-anak, dan self-esteem remaja akhir Kota Depok. Penelitian ini dilakukan terhadap 104 remaja akhir di Kota Depok berusia 18-21. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) yang dibuat oleh Armsden dan Greenberg pada tahun 2009. Alat ukur ini mengukur attachment ibu-anak dan attachment ayah-anak. Sementara self-esteem diukur menggunakan kuesioner yang dibuat oleh Rosenberg (1965), yaitu Rosenberg?s Self-Esteem Scale yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan mengukur satu dimensi, yaitu global self-esteem. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa attachment ibu-anak memiliki hubungan positif yang signifikan dengan self-esteem remaja akhir Kota Depok (r=0,204: l.o.s. 0,05) dan attachment ayah-anak tidak memiliki hubungan positif yang signifikan dengan self-esteem remaja akhir Kota Depok (r=0,068; l.o.s. 0,05).

The purpose of this study is to understand the correlation between mother- child attachment, father-child attachment, and self-esteem in late adolesence in Depok. The sample of this study consist of 104 late adolescence (18 ? 21 years old) in Depok. Mother-child attachment and father-child attachment measured by Inventory of Parent and Peer Attachment-Revised (IPPA-R) which is created by Armsden and Greenberg on 2009. Whereas, self-esteem is measured by Rosenberg?s Self-Esteem Scale and measuring one dimension of self-esteem (global self-esteem). Result of this study showed that mother-child attachment correlates significantly with self-esteem in late adolescence in Depok (r=0,204: l.o.s. 0,05) and father-child attachment has no correlation with self esteem in late adolescence in Depok (r=0,068; l.o.s. 0,05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55814
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Meidya Ova
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan perilaku kekerasan pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek.
Jenis perilaku kekerasan yang diukur antara lain perkelahian fisik, tawuran,tindakan melukai orang dengan senjata, tindakan melukai seseorang hingga membutuhkan perawatan dokter, vandalisme, perilaku mengancam dengan senjata, perilaku mengancam tanpa senjata, dan bullying (menjahili orang lain, mempermalukan orang lain di depan umum, memanggil nama orang dengan sebutan lain, dan mengancam akan melukai orang lain). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan alat ukur Rosenberg Self-Esteem Scale untuk mengukur self-esteem. Daftar perilaku kekerasan yang digunakan adalah alat ukur yang telah diadaptasi dari penelitian-penelitian sebelumnya. Data penelitian diolah dengan menggunakan teknik statistik Pearson Product-Moment Correlation. Partisipan berjumlah 311 remaja laki-laki yang berada di komunitas dan lembaga pemasyarakatan. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan perkelahian fisik pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.24; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, terdapat hubungan positif yang signifikan antara selfesteem
dan perilaku mengancam tanpa senjata pada remaja laki-laki di wilayah Jabodetabek (r = 0.231; p = 0.000, signifikan pada L.o.S 0.01). Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara self-esteem dan jenis perilaku kekerasan lainnya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and violence behavior among male adolescents in Jabodetabek Area. Type of violent behavior being measured include physical fights, group fights, used a weapon in a fıght, hurt someone badly enough to need bandages or care from doctor or nurse, vandalism, threatening behavior with a weapon, threatening behavior with and without weapons, and bullying (teased others, humiliate someone, call the person's name with another name, and threatened to hurt someone else). This research used a quantitative approach and using the Rosenberg Self-Esteem Scale to measuring self-esteem. List of violent behavior that is used is a measure that has been adapted from previous studies. Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 311 male adolescents in community and correctional-institution. The results showed that there is a significant correlation between self-esteem and physical fights among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.24; p = 0.000, significant at the L.o.S 0.01). In addition, there is a significant positive correlation between self-esteem and threatening behavior without weapon among male adolescents in Jabodetabek area (r = 0.231, p = 0.000, significant at the LoS 0.01). Did not reveal any significant relationship between self-esteem and other types of violent behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Dian Citra Ramadhanty
"Self-esteem dan dukungan sosial dipercaya dapat memberikan efek penyangga ketika remaja dihadapkan dengan pengalaman negatif yang menimbulkan stres, salah satunya perceraian orang tua, efek ini kemudian berdampak pada kualitas hidup remaja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana peran self-esteem dan dukungan sosial pada kualitas hidup remaja madya dengan orang tua yang bercerai. Partisipan merupakan 107 remaja madya berusia 14-18 (M=16.93, SD=1.058) tahun yang masih bersekolah dan memiliki orang tua yang sudah bercerai setidaknya dua tahun yang lalu. Pengukuran dilakukan menggunakan KIDSCREEN-27, Rosenberg Self-Esteem Scale dan Child and Adolescent Social Support Scale.Hasil uji regresi menunjukkan terdapat peran positif dari self-esteem (R2=0,198, t=5,094, p<0,001) dan dukungan sosial (R2=0,576, t=11,974p<0,001) terhadap kualitas hidup remaja madya dengan orang tua bercerai dan dukungan sosial memiliki peran yang lebih besar dalam memprediksi kualitas hidup remaja (β=0.680). Hasil penelitian menunjukkan bahwa self-esteem dan dukungan sosial dapat menjadi faktor protektif pada kualitas hidup anak dengan orang tua bercerai.

Self-esteem and social support provide buffering effects when adolescents are faced with stressful negative experiences, one of which is parental divorce. This role impacted the quality of life of adolescents with divorced parents. This study examines how self-esteem and social support influence the quality of life of middle adolescents with divorced parents. The study involved 107 middle adolescents aged 14-18 (M=16.93, SD=1.058)who are still attending school and have parents who had been divorced for at least two years. Measurements are conducted using KIDSCREEN-27, Rosenberg Self-Esteem Scale, and Child and Adolescent Social Support Scale. The results of multiple regression analysis revealed a positive role between self-esteem (R2=0.198, t=5.094, p<0.001) and social support (R2=0,576, t=11,974 p<0,001) in the quality of life of middle adolescents with divorced parents. Among those, social support has a greater role in predicting adolescent quality of life (β=0.680). The research results show the protective role of self-esteem and social support in enhancing the quality of life of children with divorced parents."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Qudsiyah
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara self-esteem dan motivasi berprestasi dalam hope of success dan fear of failure pada remaja jalanan. Self-esteem ialah komponen evaluasi diri, penilaian afektif yang berpengaruh pada konsep diri. Motivasi berprestasi adalah kebutuhan untuk menampilkan sesuatu dengan baik atau berjuang untuk sukses dan dibuktikan dengan ketekunan dan usaha dalam menghadapi kesulitan. Motivasi berprestasi dapat dikatakan sebagai kombinasi dari dua variabel kepribadian yaitu kecenderungan untuk mencapai kesuksesan dan kecenderungan menghindari kegagalan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengukuran self-esteem menggunakan Rosenberg’s Self-Esteem Scale (RSES) dan pengukuran motivasi berprestasi menggunakan alat ukur Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). Partisipan berjumlah 58 remaja jalanan.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan hope of success pada remaja jalanan (r=0,286; p=0,029) dan hubungan negatif yang signifikan antara self-esteem dan fear of failure pada remaja jalanan (r=-0,437; p=0,01). Remaja jalanan yang memiliki self-esteem tinggi akan lebih termotivasi untuk meraih kesuksesan dalam kehidupannya.

This research was conducted to find the relationship between self-esteem and achievement motivation in hope of success and fear of failure among street youth. Self-Esteem is self-evaluation components, affective appraisal which affects the self-concept. Achievement motivation is the need to perform well or the striving for success, evidenced by persistence and effort in the face of difficulties.
This study used quantitative method. Self-esteem was measured by Rosenberg’s Self-esteem Scale (RSES) and achievement motivation was measured by Achievement Motives Scale-Revised (AMS-R). Data was analyzed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The participants were 58 street youth.
The result of this study showed that there is a positive significant correlation between self-esteem and hope of success (r=0,286; p=0,029) and a negative significant correlation between self-esteem and fear of failure (r=-0,437; p=0,01). Street youth with high self-esteem will be more motivated to achieve success in life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61989
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>