Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86070 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Rakhmanto
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai tulisan-tulisan dari warga yang mengulas isu landreformdalam wadah kolom Asmu Menjawab, yang terdapat di dalam Harian Rakjat yang merupakankoran milik PKI ini dengan rentang waktu pada tahun 1961 sampai tahun 1965. Mengapalandreform menjadi isu penting yang diberitakan media cetak saat itu salah satunya HarianRakjat? Bagaimana peranan rubrik Asmu Menjawab dalam menggambarkan kasus-kasuslandreform? Apa dampak yang muncul dari kritik dan berita warga yang dikirim ke kolomAsmu Menjawab ? Penelitian ini bertujuan menjelaskan upaya PKI dalam memperolehpendukung dengan memanfaatkan Harian Rakajat. Dalam perjalanan kebijakan pengaturankepemilikan tanah atau landreform yang diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria atauUUPA banyak menuai pro kontra di kalangan masyarakat. Metode yang digunakan untukmemahami peristiwa ini,selain menggunakan metode sejarah, penulis juga menggunakan teorianalisis wacana untuk memahami tulisan-tulisan warga yang dikirim ke kolom Asmu Menjawab.Melalui penelitian ini dapat terlihat bagaimana perkembangan landreform dan Undang-UndangBagi Hasil yang dimuat di rubrik Asmu Menjawab. Bagaimana warga melapor mengenaipermasalahan yang ada di sekitar mereka. Serta dampak apa yang terjadi dari tulisan-tulisanorang-orang yang memiliki latar belakang beragam ini.

ABSTRACT
This thesis discusses the writings of citizens reviewing the issue of landreform in thecolumn of Asmu Answering, which is contained in Harian Rakjat which is the PKI 39 snewspaper with the time span from 1961 to 1965. Why landreform is an important issue inprint media then one of them is Harian Rakjat How does the role of the Asmu rubric answerin describing landreform cases What impacts arise from criticism and news of citizens sentto the Responding Asmu column This study aims to explain the PKI 39 s efforts in obtainingsupport by utilizing Harian Rakajat. In the course of regulation policy of land ownership orlandreform which regulated in Basic Agrarian Law many reap pros cons in society. Themethod used to understand this event, in addition to using historical method and the authoralso uses the theory of other sciences to assist authors in reviewing this research such asdiscourse analysis to understand the writings of citizens sent to the column Asmu Answering.In addition other methods used are client patrons. This method explains the relationship oflandlords and farmers in dispute in the case of landreform. Through this research can be seenhow the development of landreform and the Law of Revenue published in the rubric AsmuAnswering. How citizens report on the issues around them. As well as the impact of whathappens from the writings of people who have this diverse background."
2018
T51393
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahfouz, Naguib
Surabaya: Ecosystem Publishing, 2017
892.73 MAH v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Putri Noviani Pratiwi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai salah satu corong propaganda PKI, yaitu Harian Rakjat
dan bagaimana Harian Rakjat memberitakan perselisihan di dalam tubuh gerakan komunis
internasional antara Tiongkok dan Uni Soviet. Perselisihan di dalam gerakan komunis
internasional mulai mencuat pada tahun 1960, dan PKI sedari awal menyatakan bahwa ia berada
pada posisi netral. Seiring berjalannya waktu dan banyaknya perbedaan pendapat dengan Uni
Soviet, akhirnya kecondongan PKI pun mulai berubah. Namun PKI tidak mau mengubah
pernyataannya bahwa ia berada di posisi netral. Dua peran dijalankan oleh Harian Rakjat dalam
memuat perselisihan ini. Di satu sisi sebagai alat propaganda Harian Rakjat sangat terlihat
kecondongannya terhadap Tiongkok. Namun di sisi lain sebagai alat propaganda partai Harian
Rakjat tetap berusaha untuk memberikan kesan kenetralan posisi PKI.

ABSTRACT
This thesis discusses about one of PKI?s propaganda instrument, Harian Rakjat and about
how Harian Rakjat reporting the dispute between two major communist parties in the world,
Communist Party of Chinese and Communist Party of Uni Soviet. This quarrel began to surface in
1960, and from the beginning, PKI stressed that it would always be the neutral agent in this case.
As time went by, and as the different opinion between PKI and Communist Party of Uni Soviet
became greater, PKI slow but sure began closer to Chinese side. But PKI still tried to show its
neutrality. Two functions done by Harian Rakjat on stressing this case. In one side, as the
propaganda instrument, it shown the unneutrality. But in the other side, HR still tried to show
PKI?s neutrality."
2016
S64447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gibran, Kahlil, 1883-1931
Jakarta: Pustaka Jaya, 1991
892.73 GIB v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suwirta
"ABSTRAK
Tesis ini berusaha untuk menjelaskan adanya perbedaan dan persamaan pandangan antara surat kabar Merdeka di Jakarta dengan Kedaulatan Rakjat di Yogyakarta, dalam menanggapi kejadian dan persoalan yang dinilai penting pada masa revolusi di Indonesia. Dengan mengkaji dan menginterpretasi terhadap kolom tajuk rencana, catatan pojok, dan karikatur yang disajikan oleh kedua surat kabar itu -- dimana ketiga variable itu biasanya dianggap sebagai visi dan jatidiri sebuah pers --studi ini menunjukkan bahwa dalam menanggapi masalah strategi perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan RI dan masalah Persetujuan Linggarjati, surat kabar Merdeka dan Kedaulatan Rakjat ternyata memiliki ""suara"" yang berbeda. Sedangkan dalam menanggapi masalah berdirinya Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundan, kedua surat kabar itu, tentu saja, memiliki pandangan yang sama yaitu menentang dan mengecamnya sebagai tindakan akan mengganggu keutuhan kemerdekaan RI.
Apa yang disuarakan oleh surat kabar Merdeka di Jakarta dan Kedaulatan Rakjat di Yogyakarta itu, bagaimanapun, tidak bisa dilepaskan dari pandangan, sikap, dan pendirian para redaktur peri. sebagai pengelola surat kabar yang bersangkutan. Dalam hal ini maka pandangan dan sikap Pemimpin Umum dan P'mimpin Redaksi surat kabar Merdeka, yaitu B.M. Diah dan R.M. Winarno; serta pandangan dan sikap Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi surat kabar Kedaulatan Rakjat, yaitu Bramono dan Soemantoro pada masa awal revolusi perlu diperhatikan. Pandangan dan sikap mereka selama revolusi indonesia, sesungguhnya sangat diwarnai oleh latar belakang pendidikan, usia, agama, sosial, orientasi ideologi, kepentingan politik, dan pengalaman mereka masing-masing.
Ketika para redaktur pers dihadapkan pada masalah politik penting pada masa awal revolusi, yaitu apakah usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu akan dilakukan dengan cara ""bertempoer"" atau ""beroending"", pro-kontra terhadap masalah itu melanda kalangan pers juga. Tidak terkecuali dengan surat kabar Merdeka di Jakarta dan Kedaulatan Rakjat di Yogyakarta. Adalah menarik bahwa kedua surat kabar itu memiliki ""suara"" yang berbeda dalam menanggapi masalah menentukan strategi untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu. Dalam hal ini faktor keadaan dan tempat di mana kedua surat kabar itu diterbitkan, selain faktor orientasi ideologi-politik tentunya, merupakan salah satu penyebab dari adanya perbedaan pandangan, sikap, dan pendirian para redaktur persnya. Sebagai redaktur pers yang tinggal di Jakarta dan menyaksikan secara langsung kekuatan tentara Sekutu (Inggris) dan Belanda) yang menduduki daerah itu di satu sisi, serta melihat masih lemahnya pemerintah dan tentara Indonesia di sisi lain, maka surat kabar Merdeka (dalam hal ini B.M. Diah dan R.M. Hinarno) berpandangan bahwa politik diplomasi itu sangat penting untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebaliknya dengan para redaktur pers yang tinggal di kota pedalaman, seperti surat kabar Kedaulatan Rakjat di Yogyakarta, yang tidak merasakan kehadiran tentara Sekutu dan menyaksikan gelora semangat dari badan-badan perjuangan yang ada, maka jalan pertempuran dalam mempertahankan kemerdekaan RI itu merupakan keharusan. Pandangan dan sikap Soemantoro, sebagai Pemimpin Redaksi surat kabar Kedaulatan Rakjat, yang dekat dengan tokoh-tokoh politik oposisi yang bergabung dalam organisasi Persatuan
Perjuangan (PP), menyebabkan surat kabar itu berpandangan
sangat kritis dan bersikap menentang politik diplomasinya pemerintah.
Dalam menanggapi masalah Perundingan Linggarjati, surat
kabar Merdeka dan Kedaulatan Rakjat juga memiliki ?suara? yang
berbeda. Dalam hal ini faktor kepentingan politik, merupakan
salah satu penyebab dari adanya perbedaan pandangan dan sikap
kedua surat kabar itu. Keterlibatan B.H. Diah (Pemimpin Umum
surat Rabar Merdeka) dalam pergumulan politik di Parlemen KNIP
dan kedekatannya dengan tokoh-tokoh politik oposisi yang
bergabung dalam kubu Benteng Republik (BR), menyebabkan surat
kabar Merdeka yang dikelolanya itu bersikap sangat kritis dan
menentang kebijaksanaan politik pemerintah yang mau menerima
hasil-hasil Perundingan Linggarjati. Sebaliknya dengan surat
kabar Kedaulatan Rakjat di Yogyakarta. Akibat tekanan yang
dilakukan pemerintah terhadap Pemimpin Redaksinya, Soemantoro,
yang selalu menentang politik diplomasi; dan masuknya Hadikin
Wonohito yang moderat menggantikan kedudukan Bramono sebagai
Pemimpin Umum. menyebabkan surat kabar Kedaulatan Rakjat
bersikap mendukung kebijaksanaan politik pemerintah dan
menerima hasil-hasil Perundingan Linggarjati.
Secara umum, kehidupan pers pada masa revolusi Indonesia,
bagaimanapun, memiliki dinamikanya yang khas. Sebagai
institusi sosial yang lahir di tengah-tengah perubahan sosial
yang cepat, pers mampu menyajikan berita (news) dan memberikan
pandangan-pandangan (views) yang sangat bebas. Dengan demikian
sikap pro-kontra, simpati-antipati, dan moderat-radikal yang
ditunjukkan pers pada masa revolusi itu merupakan sesuatu yang
wajar, sebagai manifestasi dari nilai-nilai dan semangat
kemerdekaan. Kebebasan pers pada masa revolusi Indonesia juga
nampak dari bentuk bahasa dan gayawacana (mode of discourse)
yang digunakan. Pers acapkali menggunakan bahasa yang bersifat
tegas, terus terang, emosional, dan bahkan kasar kepada pihak-
pihak yang dipandang sebagai lawan. Dalam hal ini kepada pihak
Belanda dan kepada orang-orang Indonesia yang mau bekerjasana
dengan Belanda -- seperti nampak dalam menanggapi masalah
berdirinya Negara Indonesia Timur dan Negara Pasundan -- pers
Indonesia nengecam dan menyerangnya dengan bahasa yang kasar
dan emosional. Kepada pihak pemerintah RI sendiri, pers
Indonesia juga sering bersikap kritis apabila pihak yang
pertama itu, dalam pandangan pers, kebijaksanaan politiknya
dinilai tidak sejalan dengan nilai-nilai dan semangat kemerdekaan,
Pertumbuhan pers pada masa revolusi selain didorong oleh
pemerintah RI juga didukung oleh masyarakat. Pemerintah RI
sangat berkepentingan dengan keberadaan dan pertumbuhan pers
itu untuk menunjukkan kepada masyarakat dunia, terutama tentara
Sekutu yang menjadi pemenang dalam Perang Dunia II, bahwa dalam
revolusi Indonesia juga terdapat unsur-unsur kehidupan yang
demokratis. Adanya parlemen, partai-partai politik, dan pers
yang bebas dan mandiri, bagaimanapun, dipandang sebagai ciri
dari sebuah negara nasional yang demokratis. Karena itu
penerintah RI selain mendorong pertumbuhan pers, membiarkan
juga kebebasan pers di Indonesia. Menghadapi suara-suara pers
yang kritis dan oposisional kepada pemerintah, misalnya, pihak
terakhir itu bersikap cukup demokratis, yaitu membiarkannya
sepanjang tidak mengganggu keamanan dan ketertiban. Namun
dalam perkembangan selanjutnya, kekebasan pers pada masa
revolusi itu bukannya tanpa restriksi. Terhadap pers yang
bersikap kritis dan oposisional itu, dengan dalih membahayakan
keselamatan negara dan menggangu ketertiban masyarakat,
pemerintah RI akhirnya melakukan tekanan-tekanan juga kepada
pers. Tekanan yang dilakukan pemerintah RI terhadap pers itu
tidak dalam bentuk penbredeilan -- karena tindakan seperti itu
dianggap tidak demokratis -- melainkan dengan penahanan atau
penangkapan terhadap Pemimpin Umun atau Pemimpin Redaksi
sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam memberikan
warna pada suara dan visi Surat kabar yang bersangkutan.
Sesungguhnya, dengan tindakan pemerintah yang seperti itu sudah
cukup bagi pers yang semula bersikap kritis dan oposisional
kepada pemerintah, berubah menjadi pers yang bersikap moderat
dan akomodatif, sebagaimana ditunjukkan pada kasus surat kabar
Kedaulatan Rakjat di Yogyakarta pada masa revolusi Indonesia."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Obor, 1997
270.092 VOI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Parlindungan, Adi Putera
Bandung: Mandar Maju, 1992
346.04 PAR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Budiman
"Disaster Recovery Plan (DRP) adalah rancangan rencana yang fokus kepada sistem informasi untuk melakukan pemulihan target sistem, aplikasi, atau infrastruktur di lokasi alternatif setelah kondisi darurat. Bank XYZ yang merupakan salah satu bank terbesar di Indonesia, dibantu oleh konsultan independen melakukan Current Assessment Recoverability & Resiliency (CARR) tahun pada 2019. Berdasarkan hasil CARR, masih terdapat kesenjangan implementasi DRP Bank XYZ dengan standar leading practice, yaitu belum memiliki Disaster Recovery Plan (DRP) untuk komunikasi suara. Pentingya komunikasi suara dibutuhkan untuk membantu hubungan penting antara lokasi pemulihan dan lokasi lain, dimana informasi perlu disampaikan secara tepat waktu, efisien, dan efektif, dengan semua saluran komunikasi yang ada. Oleh karena itu, disusunlah rancangan DRP komunikasi suara menggunakan framework BCI GPG 2018 dan penentuan strategi pemulihan berdasarkan NIST SP 800-34 Rev.1 yang disesuaikan dengan kebutuhan organisasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang termasuk dalam case studies dan action research. Pengumpulan data berdasarkan studi literatur, dokumen internal hasil CARR, dan wawancara stakeholder terkait dengan proses komunikasi suara di Bank XYZ. Dari penelitian ini diperoleh dokumen DRP komunikasi suara yang sesuai dengan kebutuhan Bank XYZ. Tujuan adanya dokumen DRP tersebut, kesenjangan penilaian CARR dapat dipenuhi dan proses pemulihan bencana terkait proses operasional komunikasi suara Bank XYZ dapat berjalan dengan cepat, terarah, dan tepat sehingga dampak bencana dapat diminimalkan.

Disaster Recovery Plan (DRP) is a design plan that focuses on information systems to perform recovery of system targets, applications, or infrastructure in alternative locations after an emergency. Bank XYZ, which is one of the largest banks in Indonesia, assisted by independent consultants conducted a Current Assessment Recoverability &Resiliency (CARR) in 2019. Based on CARR's results, there is still a gap in the implementation of DRP Bank XYZ with leading practice standards, namely not having a Disaster Recovery Plan (DRP) for voice communication. The importance of voice communication is needed to help communicate between recovery sites and other locations, where information needs to be delivered in a timely, efficient, and effective manner, with all existing communication channels. Therefore, voice communication DRP was designed by using BCI GPG 2018 framework and recovery strategy based on NIST SP 800-34 Rev.1 tailored to the needs of the organization. This research is a qualitative study which is included in case studies and action research. Data collection is based on literature studies, internal documents from CARR results, and stakeholder interviews related to the voice communication process at Bank XYZ. From this study, a voice communication DRP document was obtained that was suitable with the needs of Bank XYZ. Benefit of DRP document, CARR's assessment gap can be fulfilled and the disaster recovery process related to the operational process of Bank XYZ's voice communication can run quickly, directed, and precisely so that the impact of the disaster can be minimized."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Safira
"Skripsi ini membahas mengenai Singapura dalam Federasi Malaysia, sejak proses pembentukannya pada tahun 1961 sampai pemisahan Singapura dari Federasi Malaysia pada tahun 1965. Posisi Singapura dalam Federasi Malaysia terlihat tidak begitu baik sejak dari proses pembentukan Federasi Malaysia, berbagai permasalahan politik, ekonomi maupun rasial mewarnai hubungan Singapura dan Malaysia di dalam Federasi Malaysia. Banyaknya perbedaan di antara kedua negara, seperti perbedaan mayoritas etnis, ideologi publik maupun persaingan dalam bidang ekonomi membuat situasi semakin lama semakin memanas, sehingga puncaknya adalah Tunku membuat suatu keputusan untuk melepaskan Singapura dari Federasi Malaysia pada tahun 1965.

This thesis discusses about Singapore in the Federation of Malaysia, since the formation in 1961 until the separation of Singapore from Federation of Malaysia in 1965. The position of Singapore in the Federation of Malaysia not as well since the formation of the Federation of Malaysia, various aspects of politics, economic and race coloring the relation of Singapore and Malaysia in the Federation of Malaysia. Many of the differences between the two countries, like the majority of ethnic differences, political ideologies, economic competition make the situation even more heated. So that the peak Tunku make a decision to separate Singapore from the Federation of Malaysia."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S12582
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yustinus Ade Stirman
"Kasus kerusakan atau pencemaran lingkungan terjadi hampir merata di setiap daerah dan mengakibatkan degradasi lingkungan baik lingkungan alam, sosial dan ekonomi akhir-akhir ini.
Kasus lingkungan itu, seperti penebangan liar (illegal logging) mengakibatkan total hutan yang rusak setiap tahunnya mendekati angka 57 juta hektar, dan membutuhkan dana rehabilitasi hingga Rp 285 triliun. dan negara menanggung kerugian hingga Rp. 31 triliun karena penebang liar (Majalah Harmoni No. 031Tahun 112004). Sampah juga menjadi masalah kota-kota besar di Indonesia seperti, Jakarta, Surabaya dan Makasar. Selain itu, pencemaran air tanah dan air permukaan juga terjadi beberapa kota besar di Indonesia.
Berdasarkan penelitian Puslit Kelautan ITB (1995), diprediksikan pada tahun 2010 akan terjadi "dead water" pada air permukaan akibat pencemaran. Bank dunia. pada tahun 1990 meneliti kualitas air tanah yang mengalami defisit 181 juta m3/tahun.
Sementara itu, menurut Bank Dunia jumlah kematian akibat pencemaran udara mencapai 12,6 persen (1996). Biaya kesehatan mencapai Rp. 2 triliun per tahun (Swis Contact:2002) dan biaya kesehatan karena debu Rp. 725.4 miliar setiap tahun (Bank Dunia : 1996).
Berdasarkan catatan WHO pada tahun 2001. Indonesia menempati peringkat lima dunia dalam hal pencemaran udara. Akibat pencemaran udara ini, diperkirakan setiap tahun angka IQ anak menurun secara drastis
Semakin parahnya kerusakan lingkungan Indonesia saat ini menuntut perhatian pers (surat kabar) dalam pemberitaan masalah lingkungan. Studi ini mengkaji penyajian surat kabar dalam memberitakan berita lingkungan
kepada pembacanya menurut frekuensi munculnya berita lingkungan berdasarkan tanggal berita, letak berita, rubrik, jenis berita, teknik penulisan, pentingnya berita, lokasi peristiwa, narasumber, kekritisan, kelengkapan dan sikap media terhadap lingkungan.
Berdasarkan hasil kajian dari pemberitaan itu dapat diketahui mana surat kabar yang ramah lingkungan dalam pemberitaannya. Untuk itu perlu dikembangkan tolok ukur surat kabar ramah lingkungan itu yang menjadi tujuan penelitian untuk diterapkan pada Kompas, Suara Pembaruan dan Media Indonesia.
Penelitian ini adalah expo facto dengan metode penelitian deskriptif dan teknik pengambilan sample secara purposive sampling. Penelitian ini menganalisis isi berita lingkungan Kompas, Suara Pembaruan dan Media Indonesia, tanggai 19 Mei - 20 Juni 2003. Validasi data untuk penelitian uji reabilitas dengan menggunakan rumus Halsti. Pengolahan datanya menggunakan metode SPSS.
Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa lima parameter dapat digunakan sebagai tolok ukur surat kabar ramah lingkungan yaitu, frekuensi berita, berita utama, depth news, kekritisan berita dan kelengkapan berita

Environmental damage or pollution occurs recently in almost every region and degraded natural, social and economic environment.
In environment, illegal logging has damaged close to 57 million hectares of forests, which requires Rp 285 trillions to rehabilitate The state an annual lost of Rp 31 trillions because of illegal logging (see magazine of Harmoni No 03/Year 1/2004).
Garbage and pollution of ground and surface water problems become increasingly complicate in suffers like Jakarta, Surabaya and Makasar.
Based on the research of Marine Development and Research Center of the Institute of Technology Bandung (1995), it is predicted that in 2020 ?dead water? will be in surface water due to pollution. The World Bank in 1990 researched the quality of ground water that undergoes deficit 181 million m3/year.
Meanwhile according to the world Bank total death caused by due to air pollution has reached 12.6 percent (1996). The health cost has reached to Rp. 2 trillion annually (Swiss contact: 2002) and health cost caused by dust has reached Rp. 725.4 billion annually (the World Bank : 1996).
According to WHO in 2001, Indonesia is the fifth largest air polluting country of the world. Due to Air pollution, every year IQ score of children will reduce significantly (KLH).
This serious deterioration Indonesian environment today requires the press more serious attention. The press has given more space news of politics, economy or entertainment compared with a news environment.
The low concern of media is caused by the internal interest of the owner, editor, and journalists and external interests of market that influence editorial policies an environmental news.
According to McQuail (2000), in general mass media has two kinds of accountability; they are internal and external. The Internal accountability refers to the system of monitoring within in the environment of the media itself. The journalists' freedom of searching and writing news is bound with rules stipulated by the chairman and owner of the media which raises conflicts of intern. The external accountability of mass media is related to external parties like social institutions, communities and pressure groups.
Conflicts arise between the press's idealism and media's business when the media increasing is depending on advertisement and media?s circulation. Business considerations often influence the editorial policies of a newspaper in selecting news that meets market tastes, particularly than media that has yet to be established financially.
The editorial policies of a newspaper in environment is revealed by of frequency and quality of news presented to readers. And this will indicate the newspaper's commitment to the environment.
On the basis question arise, "what are the standards of environmental committed newspaper," and (2) which newspaper (Kompas, Suara Pembaruan and Media Indonesia) has met these standard? The answers to these questions are the focus of this study.
This study is done expo facto on the basis of descriptive method. The technique of purposive sampling is used and conducted to analyze environmental contents of news of Kompas, Suara Pembaruan and Media Indonesia, from May 19 to June 20, 2003.
Data validation is based on reliability tests and Halsti formulation. To process the data, is used SPSS method.
The Conclusions of study are five parameters can be used as standards of environmental committed newspaper. These are news frequency, headline news, dept news, news criticism, and news completeness.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T15252
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>