Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191861 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risna Sagitasari
"Latar belakang: Awak kapal tunda rentan mengalami kelelahan karena selama 24 jam berada pada lingkungan kerja baik dalam kondisi kerja maupun istirahat. Terdapat tingkat insiden perairan yang tinggi yang melibatkan kapal tunda di perairan Sungai Mahakam. Belum ada penelitian yang menilai kelelahan di kalangan awak kapal tunda. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian untuk melihat hubungan jumlah jam kerja terhadap tingkat kelelahan pada awak kapal tunda serta faktor-faktor lain yang berhubungan.Metode: Dengan menggunakan desain potong lintang komparasi, 127 awak kapal tunda diukur tingkat kelelahan dengan alat pengukur waktu reaksi dan kuesioner alat ukur perasaan kelelahan kerja KAUPK2 . Faktor risiko kelelahan yang diukur: usia, status perkawinan, jabatan, durasi berlayar, masa kerja, pola kerja sistem dinas jaga , kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi, konsumsi alkohol, jumlah jam tidur, jumlah jam kerja, kualitas tidur dengan Pittsburg Sleep Quality Index PSQI , tingkat stress yang berhubungan dengan konflik kerja-keluarga dengan Work Family Conflict Scale WFCS .Hasil: Kelelahan kerja didapatkan pada 40,2 dari responden. Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kelelahan dengan jumlah jam kerja terutama jika pekerja bekerja lebih dari 72 jam/minggu OR: 13,64, 95 CI 4,54-40,93 , dengan kualitas tidur yang buruk OR:4,11, 95 CI 1,21-14,01 serta jabatan OR: 0,30, 95 CI 0,09-0,98 .Kesimpulan: Jumlah jam kerja, kualitas tidur dan jabatan berhubungan secara independen dengan tingkat kelelahan kerja awak kapal tunda. Kata kunci: Kelelahan, awak kapal tunda, jumlah jam kerja, kualitas tidur, jabatan

Background Tugboat crews are subjected to fatigue because of their 24 hours stayed in working environment even in resting time. There were high marine incidences in Mahakam River related to tug boats. Research on fatigue on tugboat never been done. This study aims to analyze association between working hours and fatigue in tug boat crews and other possible related factor.Method In comparative cross sectional study, 127 tug boat crews were measured fatigue level using reaction timer and instrument questionnaire for subjective feelings of fatigue at work KAUPK2 . Other factors determined are age, marital status, rank position, duration on board, years of service, watch system, smoking habit, coffee and alcohol consumption, hours of sleep, working hours, sleep quality using Pittsburg Sleep Quality Index PSQI and level of stress related to work family conflict using Work Family Conflict Scale WCFS .Results There are 40.2 subject experienced fatigue which were associated with long working hours particularly that exceeded 72 hours week OR 13.64, 95 CI 4.54 40.93 , sleep quality OR 4.11, 95 CI 1.21 14.01 , and rating OR 0.30, 95 CI 0.09 0.98 .Conclusion Working hours, sleep quality and rating were associated with fatigue on tug boat crews."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosaline Darwis
"ABSTRAK
Awak kapal feri mempunyai karakteristik kerja yang unik, jadwal kerja 24 jam
terus menerus di kapal dengan libur hanya 3 hari sebulan, terpajan risiko kondisi
lingkungan kerja yang dapat menjadi penyebab timbulnya stres kerja. Stres kerja
awak kapal jika tidak ditanggulangi akan berpengaruh terhadap kesehatannya serta
keselamatan kapal dan penumpang. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh
gambaran faktor pekerjaan (job content-job context), yang berhubungan dengan
stres kerja pada awak kapal feri non perwira di pelabuhan Telaga Punggur.
Metode yang digunakan adalah Cross Sectional Descriptive Research, pengukuran
data menggunakan kuesioner, analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat.
Dari hasil penelitian didapatkan 35 % responden mengalami stres kerja dan 65 %
tidak mengalami stres kerja. Hasil uji statistik menunjukkan faktor yang
mempunyai hubungan bermakna dengan stres kerja adalah kondisi lingkungan
kerja, dimana awak kapal yang mempunyai persepsi bahwa kondisi lingkungan
kerja di kapal berbahaya mempunyai peluang lebih besar mengalami stres kerja
dibanding awak kapal yang menganggap lingkungan kerja di kapal tidak
berbahaya.
ABSTRACT
The ferry's crew has a unique job characteristics, 24 hours work schedule
continuously on the ship with only three days off a month, being exposed to the risk
of working environment conditions that can cause an incidence of work stress.
Work stress of the crew will have an effect on their health and also to the safety of
the ship and its passengers. The purpose of the research was to gain an overview of
work factors (job content-job context) related to work stress on the ferry crew in
The Telaga Punggur Port 2013. The method used is Cross Sectional Descriptive
Research, measurement data using questionnaires, analysis of the data done by
univariate and bivariat. Research results obtained 35% of ferry crew experienced a
stressful job and 65% are not subjected to the stress of work. Results of statistical
tests indicate factor that have a meaningful relationship with work stress is a
condition of the work environment, where the crew had the perception that the
environmental conditions of work on board is harmfull has a chance of greater
stress than crew who consider the work environment on board is not harmfull."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sukamto
"Penelitian ini berjudul "Analisis Beban Kerja dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Disiplin Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Samarinda dengan menggunakan desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk menganalisis beban kerja dan faktor-faktor yang berhubungan dengan disiplin kerja perawat pelaksana di ruang rawat amp Rumah Sakit Islam Samarinda (RSIS). Populasi penelitian FIdalih 129 orang perawat pelaksana dengan latar belakang pendidikan D-3 Keperawatan dan SPK/SPR/Bidan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 97 orang, yang diperoleh melalui kombinasi random sampling dan proporsional yang terdistribusi di 9 ruang rawat inap RSIS. Untuk menguji hubungan beban kerja, teladan pimpinan, balas jasa, sanksi hukuman dan tujuan (variabel independen) dengan disiplin kerja (variabel dependen), digunakan analisis univariat, yang salah satunya distribusi frekuensi, bivariat yaitu chi square dan uji T Berta uji multivariat regresi logistik, dengan menggunakan kombinasi antara model prediksi dan model faktor risiko. Dengan tingkat kepercayaan a = 0,05, hasil uji bivariat diperoleh hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan disiplin kerja (p 0,033), teladan pimpinan dengan disiplin kerja (p=0,020), tujuan dengan disiplin kerja (p),002) dan status menikah (variable confounding) dengan disiplin kerja (0,005). Semua variable Confounding (Usia, jenis kelamin, Pendidikan, lama kerja dan Status Pernikahan), tidak ada yang masuk sebagai confounder ke dalam pemodelan regresi logistik karena memiliki nilai delta (perubahan) Odd Ratio kurang dari 10 persen. Dari analisis multivariat diketahui bahwa variabel tujuan (p=0,001) merupakan variabel yang paling berhubungan dengan disiplin kerja. Implikasi dari temuan ini adalah dengan memahami dan memiliki komitmen tinggi untuk mencapai tujuan dalam bekerja menyebabkan perawat pelaksana akan berdisiplin kerja yang tinggi. Untuk itu perlu diciptakan program yang dapat menumbuhkan kesadaran perawat pelaksana dalam memahami dan berkomitmen tinggi, untuk mencapai tujuan dari pekerjaannya, seperti pengembangan pedoman standar kinerja atau uraian tugas, standar disiplin kerja dan sistem penghargaan bagi yang berprestasi dan hukuman bagi yang melanggar disiplin kerja. Dengan dilaksanakannya program ini, pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja, sebagai tujuan akhir dari persoalan manajemen, terrnasuk di dalamnya manajemen keperawatan.

This research tittle is Workload Analysis and Factors Correlated to Work Discipline on Staff Nurse at Samarinda Islamic Hospital. Descriptive of correlation design was used, with objective to analysis of workload and factors correlated to work discipline on staff nurse at Samarinda Islamic Hospital. The number of sample size were 97 of 129 total population, obtained by through combination of random and proportional sampling. Univariate, bivariate and multivariate analysis were utilized to identify the correlation between variable of independent and variable of dependent Using the significant level (a = 0,05), bivariate analysis obtained a relationship between work load and work discipline (p),033), Leadership model and work discipline (p =[},020), Purpose and work discipline (Pli,002) and marital status (variable of confounding) and work discipline (0,005). Multivariate analysis was found that variable of purpose (p:1,001) represent most related to work discipline. Implication of the results the staff nurse who highest work purpose will has highest work disciplin. In order to sustain this condition, program design to improve self awareness and commitment on staff nurse, to establish the highest performing and work product."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda
"Latar belakang: Bekerja saat dalam kondisi sakit atau yang disebut juga dengan presenteeism merupakan faktor risiko yang dapat bedampak negatif pada kesehatan pekerja dan produktivitas kerja. Presenteeism pada tenaga kesehatan juga akan meningkatkan risiko keselamatan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi presenteeism dan faktor-faktor yang berhubungan dengan presenteeism pada tenaga kesehatan di Samarinda.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian potong lintang. Data primer yang digunakan dikumpulkan secara daring selama periode Oktober-November 2022. Sampel yang digunakan adalah convenience sampling dengan minimal 130 sampel. Analisis bivariat menggunakan uji perbandingan proporsi dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik biner.
Hasil: Diperoleh total 136 responden, dengan proporsi presenteeism 31,6%. Faktor yang dominan berhubungan dengan presenteeism pada tenaga kesehatan di Samarinda adalah faktor stres (p=0,001; aOR=17,998; CI 95%=3,247-99,762) dan kelompok masa kerja < 2 tahun (p=0,048; aOR= 2,760; CI 95%=1,011-7,534). Nilai pseudo-R square yang diperoleh adalah 33,2%.
Kesimpulan: Proporsi presenteeism pada penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan prevalensi presenteeism pada penelitian lain. Fakor yang dominan berhubungan dengan presenteeism pada tenaga kesehatan adalah faktor stres dan masa kerja < 2 tahun. Disarankan bagi manajemen fasilitas kesehatan agar mengimplementasikan upaya untuk mengurangi stresor di tempat kerja, screening rutin untuk mendeteksi stres, dan meningkatkan sumber daya kerja. Demikian pula bagi tenaga kesehatan, disarankan untuk dapat meningkatkan kapasitas diri, memelihara hubungan baik dengan rekan kerja dan bersikap positif, serta melakukan upaya manajemen stres. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengeksplorasi faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan presenteeism.

Background: Working while sick or also known as presenteeism is a risk factor than can have negative impact on workers health and productivity. Presenteeism among healthcare workers will also increase the risk of patient safety. This study aims to determine the proportion of presenteeism, and factors related to presenteeism among healthcare workers in Samarinda.
Methods: This study used a cross-sectional study design, using primary data collected online during period October-November 2022. The sample used was convenience sampling with minimum of 130 samples. Bivariate analysis used the proportion comparison test and multivariate analysis used binary logistic regression.
Result: A total of 136 respondents were obtained, with prevalence of presenteeism 31.6%. The dominant factor related to presenteeism among healthcare workers in Samarindawere stress factor (p=0.001; aOR=17.998; CI 95%=3.247-99.762) and work experience < 2 years (p=0.048; aOR= 2.760; CI 95%=1.011-7.534).Pseudo-R square value was 0.332.
Conclusion: The proportion of presenteeism obtained in this study was lower compared to other studies. The dominant factor related to presenteeism among healthcare workers is stress factor and work experience < 2 years. It is advisable for healthcare managers to implement strategies to reduces stressors at workplace, routine screening to detect stress and increasing job resources. For healthcare workers, it is advisable to increasing self resources, nurture relations with co-workers and positive attitude, and manage stress. Further study needed to explore other factors related to presenteeism.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudiono
"ABSTRAK Kelelahan kerja merupakan melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan atau penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja. Kelelahan kerja menyebabkan kinerja guru terganggu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada guru sekolah dasar. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif berbentuk dekriptif analitik dengan desain penelitian cross-sectional. Sampel penelitian sebanyak 190 orang guru, diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel status kepegawaian dan lingkungan kerja merupakan faktor yang paling dominan terhadap terjadinya kelelahan kerja pada guru sekolah dasar. Temuan penelitian ini menyarankan perlu dilakukannya upaya promotif dan preventif serta modifikasi lingkungan kerja di sekolah sehingga guru sekolah dasar dapat bekerja secara optimal dan terhindar dari masalah kelelahan kerja.
ABSTRACT
Work fatigue is a weakening of energy to carry out an activity or a decrease in work power and a decrease in the body's resistance to work. Work fatigue causes teacher performance to be disrupted. The purpose of this study was to identify factors related to work fatigue in elementary school teachers. The research method used is quantitative analytic descriptive with cross-sectional research design. The research sample was 190 teachers, taken using consecutive sampling technique. Multivariate analysis using logistic regression tests showed that the employment status and work environment variables were the most dominant factors in the occurrence of work fatigue in elementary school teachers. The findings of this study suggest the need for promotive and preventive services and modification of the work environment in schools so that elementary school teachers can work optimally and avoid work fatigue problems.

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T52430
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Adytra
"Pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini sedang banyak berkembang, khususnya pembangunan gedung yang dapat memfasilitasi kebutuhan berbagai sektor industri maupun pemerintahan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan tersebut, aspek keselamatan dan kesehatan kerja juga naik sebagai isu utama yang menjadi perhatian dan memicu penelitian ini dilakukan. Hal ini juga didasari bahwa dalam dekade terakhir terjadi sederetan insiden dan kecelakaan kerja dengan berkaitan dengan kelelahan yang terjadi di sektor konstruksi gedung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja subyektif di proyek gedung PT X di DKI Jakarta dan wilayah satelitnya. Penelitian ini didesain secara potong lintang dan dilakukan terhadap 124 orang responden melalui pengisian kuesioner yang dikelola sendiri untuk menilai karakteristik individu dan status gizi. Kelelahan subyektif diukur dengan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang berisi 30 butir pertanyaan. Kondisi tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur dan kuesioner Sleep Hygiene Index (SHI) untuk sleep hygiene. Faktor psikososial diukur menggunakan kuesioner Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok, jenis pekerjaan, Indeks Massa Tubuh, kualitas tidur, sleep hygiene, dan faktor psikososial terhadap kelelahan kerja subyektif. Akan tetapi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja subyektif dengan usia, status pernikahan, riwayat penyakit, perilaku olahraga, masa kerja, perilaku konsumsi air putih, perilaku konsumsi kopi, perilaku konsumsi gorengan, dan perilaku konsumsi minuman energi.

The construction of infrastructure in Indonesia has been developing lately, especially building construction which support the needs of various industrial and governmental sectors. Furthermore, alingside that development, occupational safety and health rise up to be one of the main issues of concern which prompts this research to be done. This is also based on the fact that in the last decade there has been a lot of work incidents and accidents related to worker fatigue that happened in building construction. This research aims on finding the factors associated with subjective work fatigue of PT X in DKI Jakarta and its satellite areas. The design of this research was cross sectional on 124 individuals through self-administered baseline questionnaire to measure individual characteristics and nutritional status. Subjective work fatigue was measured by Japanese Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) 30-item questionnaire. Sleep condition was measured using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire to measure sleep quality and Sleep Hygiene Index (SHI) questionnaire to measure sleep hygiene. Psychosocial factors were measured using the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III. Results showed that there was a significant relationship between subjective work fatigue and each of smoking behavior, type of work, Body Mass Index, sleep quality, sleep hygiene, and psychosocial factors. However, there was no significant relationship between subjective work fatigue and age, marital status, disease history, exercise habit, length of work, water consumption habit, coffee drinking habit, fried food consumption habit, and energy drink consumption habit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghina Rafifa
"Ground handling service merupakan bagian penting dalam operasional bandar udara. Airport taxiways, ramps, dan aprons merupakan lingkungan yang kompleks yang berpotensi membahayakan karyawan ground handling. Karyawan ground handling yang bekerja untuk memastikan ketepatan waktu dan operasional penerbangan berisiko mengalami kelelahan kerja.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi keluhan subjektif kelelahan kerja dan faktor risikonya pada karyawan ground handling, sekaligus mengidentifikasi faktor risiko yang paling relevan dalam memprediksi kelelahan kerja pada responden. Kuesioner yang telah divalidasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai keluhan subjektif kelelahan, faktor individu (jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, riwayat penyakit), faktor gaya hidup (durasi tidur, kualitas tidur, aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan konsumsi kafein), faktor terkait kerja (masa kerja, shift kerja, jam kerja, waktu istirahat), dan faktor psikososial (tuntutan di tempat kerja, kontrol terhadap pekerjaan, dukungan sosial di tempat kerja, kepuasan kerja, stress kerja, dukungan keluarga) dari 130 responden.
Penelitian ini mendapatkan skor rata-rata kelelahan kerja responden, yang diukur dengan kuesioner Checklist Individual Strength, sebesar 73,69 (standard deviasi 15,146; nilai min. 28 maks. 124). Analisis multivariat menggunakan regresi linier berganda menunjukkan kualitas tidur yang buruk (8,785; 95% CI 1,958 - 15,613), shift malam (5,576; 95% CI 0,987 - 10,165), shift siang/sore (6,177; 95% CI 1,617 - 10,738), tuntutan di tempat kerja (1,128; 95% CI 0,612 - 1,644), dan overcommitment (1,602; 95% CI 0,829 - 2,376) sebagai faktor risiko yang paling bisa memprediksi kenaikan keluhan subjektif kelelahan kerja pada karyawan ground handling. Sementara itu, durasi tidur (-3,171; 95% CI -5,375 - -0,967) dan kebiasaan merokok (-3,454; 95% CI -6,843 - -0,065) menjadi faktor protektif karena memiliki asosiasi negatif dengan keluhan subjektif kelelahan kerja.

Ground handling services are an essential part of airport operations. Airport taxiways, ramps, and aprons are complex environments potentially hazardous to ground handling crews or workers. Ground handling crews working at airports to ensure flight operation punctuality and arrangement are at risk of experiencing work-related fatigue.
This study was performed to evaluate subjective fatigue severity among ground handling crews and its risk factors, as well as to identify the most relevant risk factors in predicting fatigue. A validated questionnaire was used to obtain information on subjective fatigue, individual factors (sex, age, body mass index, fatigue-inducing illness history), lifestyle factors (sleep duration, sleep quality, physical activity, smoking habit, caffeine consumption), work-related factors (work tenure, shift work, work hours, resting time), and psychosocial factors (demand at work, control of work, social support at work, work satisfaction, work stress, family support) from 130 participants.
Average subjective fatigue score, measured using Checklist Individual Strength, was 73.69 (with standard deviation of 15.146, min. value of 28 and max. value of 124). Multivariate analysis using multiple linear regression showed that bad sleep quality (8.785, 95% CI 1.958 - 15.613), night shift (5.576, 95% CI 0.987 - 10.165), afternoon shift (6.177, 95% CI 1.617 - 10.738), demands at work (1.128, 95% CI 0.612 - 1.644), and overcommitment (1.602, 95% CI 0.829 - 2.376) as the risk factors that best predict the increase of subjective fatigue in ground handling crews. Meanwhile, sleep duration (-3.171, 95% CI -5.375 - -0.967) and smoking habit (-3.454, 95% CI -6.843 - -0.065) were found to be a protective factor from subjective fatigue since it is negatively associated with subjective fatigue.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54520
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audinia Nada Kamilah
"Pengemudi Awak Mobil Tangki (AMT) merupakan kelompok pekerja berisiko tinggi untuk mengalami kelelahan yang disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu faktor terkait tidur, faktor terkait pekerjaan, faktor psikososial, dan faktor individu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut dengan kelelahan pada pengemudi AMT. Desain penelitian cross-sectional dalam peneltian ini menggunakan instrumen subjektif berupa kuesioner (IFRC, PSQI, SHI, KSS, dan kuesioner lainnya) kepada 220 pengemudi AMT serta instrumen objektif berupa smart watch fitbit untuk mengukur kualitas dan kuantitas tidur pada 10 pengemudi AMT. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara kualitas tidur (p=0,005, OR=3,376), lingkungan tempat tidur (p=0,008, OR=2,137) dan kebiasaan sebelum tidur (p=0,005, OR=2,246) dengan status kelelahan. Tidak didapatkan hubungan signifikan antara kuantitas tidur dengan status kelelahan. Meskipun demikian, berdasarkan pengukuran smart watch fitbit, kuantitas tidur pengemudi AMT pada hari kerja lebih singkat dibandingkan pada hari libur, serta didapatkan kualitas tidur yang buruk pada tahapan REM sleep (<20%). Faktor risiko lain seperti lingkungan kerja (p=0,000, OR=4,209) dan status kesehatan (p=0,013, OR=2,052) juga berhubungan dengan status kelelahan.

Tank truck drivers are a group of high-risk workers to experience fatigue because it involves various factors, namely sleep-related factors, work-related factors, psychosocial factors, and individual factors. The purpose of this study is to analyze the relationship between these factors with fatigue on tank truck drivers. The cross-sectional study designed in this study uses subjective instruments consisting of questionnaires (IFRC, PSQI, SHI, KSS, and other questionnaires) for 220 drivers and objective instruments in the form of Fitbit smart watches to measure the quality and quantity of sleep for 10 drivers. The results shows a significant relationship between sleep quality (p = 0.005, OR = 3.376), bed environment (p = 0.008, OR = 2.137) and habit before going to bed (p = 0.005, OR = 2,246) with fatigue status. There is no significant relationship between the quantity of sleep and the fatigue status. However, based on Fitbit smart watch measurements, the quantity of sleep on workdays is shorter than off-days, and poor sleep quality is obtained in REM sleep (<20%). Other risk factors such as work environment (p = 0,000, OR = 4,209) and health status (p = 0,013, OR = 2,052) were also related to the fatigue status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Ari Wibowo
"Latar belakang Pelayaran singkat, pertukaran proses bersandar dan berlayar yang cepat, serta kepadatan lalu-lintas di jalur pelayaran Bakauheni menjadi tantangan bagi awak kapal feri roro dalam mempertahankan pola kerja dan menyebabkan tekanan psiko-emosional, yang dapat mengganggu kualitas tidur. Penelitian ini bertujuan menilai hubungan pola rotasi kerja terhadap kualitas tidur pada awak kapal feri roro, serta faktor lain yang berhubungan.
Metode Dengan desain potong lintang, awak kapal feri roro di Pelabuhan Bakauheni yang dipilih dilakukan penilaian kualitas tidur dengan menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Karakteristik pekerjaan yang dinilai: jabatan, durasi berlayar, masa kerja, jumlah shift kerja, jam kerja/shift, jam kerja/minggu. Getaran dan kebisingan diukur pada setiap kamar tidur awak kapal yang dipilih.
Hasil Sebanyak 107 responden dari 4 kapal berbeda dilibatkan dalam penelitian ini dengan karakteristik sebagian besar berusia >35 tahun (54,2%), masa kerja >10 tahun (59,8%), bekerja dalam pola shift (81,4%) dengan jam kerja ≤10 jam/shift (82,2%), serta waktu kerja total ≤72 jam/minggu (51,4%). Kualitas tidur buruk didapatkan pada 72,9% responden. Pola kerja 2- shift (OR: 34.67, 95% CI: 3.21–375.07) dan 3-shift (OR: 14.19, 95% CI: 1.26–159.35) merupakan faktor determinan kualitas tidur buruk pada awak kapal feri roro. Faktor lain yang berhubungan adalah jabatan (OR: 8,20, 95% CI: 1,90–35,39) dan getaran (OR: 3,83, 95% CI: 1,09–13,49).
Kesimpulan Dengan prevalensi kualitas tidur buruk yang cukup tinggi, pengawasan dan pengaturan pola rotasi kerja awak kapal feri roro perlu ditingkatkan. Perusahaan pelayaran harus melakukan pemeliharaan, modifikasi, atau pembaharuan akomodasi kapal untuk meningkatkan kualitas tidur awak kapal.

Introduction
Crew members on roll-on roll-off (roro) ferries at the crossing port face many work challenges, including more port calls due to shorter voyages and challenging sailing conditions. These factors can lead to an irregular work schedule and psychological and emotional stress, that can induce sleep disruption. This study aims to analyse the association of work schedule and sleep quality, as well as other related factors.
Method
This cross-sectional study was conducted at Bakauheni port Lampung, Indonesia, which is renowned as one of the busiest ports in Indonesia, The Indonesian version of the Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) was used to assess the quality of sleep. An interview was conducted to gather information regarding the job rank, duration on board, seafaring experience, shifts schedule, and working hours. Vibrations and noise levels were measured in the bedrooms of selected crews. The determining factor was analyzed using logistic regression.
Result
We conducted an analysis on a sample of 107 participants from four randomly selected ships that shared comparable characteristics. The majority of participants were over the age of 35 (54,2%), had more than 10 years of sailing experience (59,8%), worked in shifts (81,4%), and had total working hours of 72 hours or less per week (51,4%). Approximately 72.9% of the participants experience poor sleep quality. The 2-shift (OR: 34.67, 95% CI: 3.21–375.07) and 3-shift (OR: 14.19, 95% CI: 1.26–159.35) schedule are determining factors that associated with poor sleep quality. Additionally, job rank (OR: 8.20, 95% CI: 1.90–35.39) and exposure to vibration (OR: 3.83, 95% CI: 1.09–13.49) are other contributing factors.
Conclusion
There is a high of prevalence of poor sleep quality among roro ferry crews in Indonesia. The regulation of the work rotation schedule needs to be improved and supervised. Shipping companies are required to provide appropriate accommodation for the crews.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwik Selviana
"Latar belakang: Dokter umum harus memberikan pelayanan yang bermutu dan profesional, dimana dokter memiliki kewajiban memberikan konseling, anamnesis, pemeriksaan, pengobatan, dan menentukan tindakan medis terhadap pasiennya, hal ini berbeda dengan tenaga perawat atau nakes lainnya sehingga dokter secara tidak langsung memiliki beban kerja dengan tekanan yang lebih tinggi karena dokter memiliki wewenang dan hak untuk melakukan pelayanan kesehatan, selain itu dokter secara rutin dan berkelanjutan melakukan shif kerja lama lebih dari 12 jam tiap shiftnya beresiko tinggi mengalami kelelahan dan berhubungan dalam meningkatkan resiko kecelakaan kerja yang dampaknya bisa merugikan lingkungan kerja, dokter umum sendiri, dan keselamatan pasien jika dibandingkan dengan lama shift kerja sebanyak 8 jam perhari.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara shift kerja dan faktor-faktor risiko lain terhadap derajat kelelahan pada dokter umum yang bekerja di Rumah Sakit di Kota bekasi tahun 2022.
Metode: Metode penelitian cross-sectional dengan sifat penelitian observational berupa pengisian kuesioner yang disebarkan secara online dengan menggunakan google form  kepada dokter umum yang bekerja secara shift dan non-shift di rumah sakit dengan menggunakan kuesioner IFRC (Industrial Fatigue Research Committee) yang telah dimodifikasi ke dalam bahasa Indonesia, dengan teknik pengambilan sampel penelitian menggunakan quota sampling. Kemudian data di analisa dengan menggunakan  IBM SPSS versi 20, dimana data dikumpulkan dari bulan maret sampai mei 2022.
Hasil: Analisis multivariat membuktikan bahwa Pekerja yang mendapatkan jaga shift, cenderung lebih beresiko 38 kali (OR: 38,1; IK 95% :3,897-373,285, p <0,0500.
Kesimpulan: Penelitian ini membuktikan bahwa shift kerja memiliki hubungan paling signifikan terhadap risiko kelelahan pada dokter umum dibandingkan dengan faktor risiko lain.

Background: General Practitioners must provide quality and professional services, which includes the obligation to provide counseling, history taking, examination, providing treatment, and determining medical actions for their patients, This is different from other health workers, in which doctors directly have a workload with high pressure. Besides that doctors regularly and continuously perform long work shifts for more than 12 hours. Each shift has high risk to induce fatigue and this is also associated with an increasing the risk of work accidents whose impacts can be detrimental to the work environment, doctors themselves, and especially to the patient safety when compared to the 8 hour work shift per day.
Method: This study was an observational study with a cross-sectional design by using of Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) 30-Item fatigue symptoms. Participants were general practitioners who work at hospital, both shift work and non-shift. They were selected by quota sampling technique. Data were collected from March to May 2022, data were analyzed by IBM SPSS Statistic ver.20.
Results: We collected data primarily through online questionnaire using Google Form Platform, multivariate analysis showed that doctors who work with shift had a risk of 38 times more to experience moderate to severe fatigue compared to doctors who worked with non-shifts. (OR:38,1 CI 95%: 3,897-373,285, p <0,05).
Conclusion: This study proves that shift workers have the most significant correlation to induce fatigue among general practitioner compared to other risk factors.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>