Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 147729 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Listya
"Tesis ini meneliti faktor-faktor yang berpengaruh dalam perilaku penggunaan obat bebas (OTC) dengan melihat juga perceived benefit dan perceived barrier responden terhadap obat bebas (OTC) dan obat herbal. Variabel yang digunakan pada riset ini berdasarkan Health Belief Model dan modifikasinya terutama melalui model dari penelitian yang dilakukan oleh Jones et al pada 2016 yang memperlihatkan pengaruh exposure selain variabel yang sudah ada seperti barriers, benefit, efficacy, dan threat terhadap perilaku terhadap kampanye vaksin H1N1. Hasil Focus Group Discussion terhadap 4 grup pengguna obat bebas (OTC) dan pengguna Non-OTC dengan pembeda kelas ekonomi memperlihatkan adanya pengaruh variabel exposure, benefit, dan barrier dalam perilaku pemilihan obat bebas (OTC) dan Non-OTC. Hasil ini kemudian direkonfirmasi melalui uji kuantitatif terhadap 404 responden diambil dengan metode convenience sampling di media digital. Hasil kuantitatif kemudian diuji statistik melalui Structural Equation Model (SEM) untuk menentukan besarnya pengaruh variabel benefit, barrier, dan perceived trust towards exposure terhadap pemilihan obat bebas (OTC).

This thesis examines factors that involved in consumer behaviour towards OTC medicine by also study respondent's perceived benefit and perceived barrier towards OTC and herbal medicines. Variables that uses in this research based on existing The Health Belief Model and its derivatives, particularly the result from Jones et all on 2016 that also include exposure besides existing variables, barrier, benefit, efficacy, and threat influence on behaviour at H1N1 vaccine campaign. Focus Group Discussion to 4 OTC and Non-OTC users groups showed that exposure, benefit, and barriers have influences in consumer behaviour towards OTC and Non-OTC drug medicines. The FGD result then reconfirmed to 404 respondents that select using convenience sampling in digital media. Quantitative result then statistically test by Structural Equation Model (SEM) to determined influence and relation between benefit, barrier, and perceived trust towards exposure variable to behaviour towards OTC medicine."
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonya Priyadharsini
"Undang undang Nomor 7 Tahun 1963 merupakan induk dani peraturan-peraturan mengenai kefarmasian. Undang-Undang tersebut sudah melembaga seiring dengan perkembangan industri farmasi.
Karakteristik pokok permasalahan yang membedakan industri farmasi dengan industri manufaktur lain adalah tercermin pada tiga aspek :
1. Industri farmasi adalah sebagai research, intensive, innovativeness karena sangat menentukan kelangsungan industri ini.
2. Industri. farmasi adalah sebagai marketing intensive, persaingan industri farmasi tidak hanya memacu research, namun juga pemasaran, artinya meskipun obat diperlukan untuk mengobati penyakit, namun pengguna obat kadang dipengaruhi oleh bias merk dagang.
3. Industri farmasi adalah Highly regulated, tidak bisa terlepas dan peraturan kebijaksanaan yang telah ditetapkan pemerintah karena menyangkut etik dan keamanan masyarakat.
Didalam tujuan penelitian ini diperlukan suatu analisis dari level sektoral yang menganalisis kondisi farmasi di Indonesia ; firm level untuk mengetahui strategi pemasaran perusahaan farmasi di Indonesia ; manajemen level untuk mengetahui pengelolaan dan struktur organisasinya.
Berangkat dari konteks permasalahan yang ada maka diperlukan analisis dengan cara menggunakan metode pengumpulan data dan informasi, guna memperoleh pembanding, serta mengkaji lingkungan internal juga lingkungan eksternalnya. Selanjutnya dapat diperoleh pemilihan strategi dan hasil analisis pada industri farmasi yang lebih unggul dibanding dengan industri farmasi lainnya.
Di dalam hasil penelitian tersebut sebuah perusahaan farmasi yang unggul dibanding lainnya, memiliki strategi pemasaran dalam memfokuskan promosi dan distribusinya. Meskipun demikian penting peranan seseorang yang merupakan tuntutan utama agar dapat memperoleh ide yang inovativ dalam merencanakan promosi. Disamping itu peranan lainnya dalam unit distribusi diperlukan juga peranan seseorang untuk dapat berproaktif.
Dan kedua pokok keberhasilan dalam strategi promosi dan distribusi tidak kalah penting juga memiliki tugas sebagai market intelijen dan harus mengetahui perilaku konsumen dalam memenuhi keinginannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Prawira Winata
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dimana konsumen Indonesia membeli obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas dan mengapa mereka membeli di tempat tersebut. Untuk memiliki bisnis yang berkelanjutan, maka sangat penting untuk memahami dimana konsumen Indonesia membeli obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas. Kombinasi dari metode kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap masalah. Kualitatif menggunakan wawancara dengan responden diatas 18 tahun dan sudah pernah membeli dan menggunakan obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas. Metode kuantitatif menggunakan survei kros seksional.
Dari penelitian ditemukan bahwa konsumen Indonesia masih memilih membeli di tempat khusus menjual obat dibandingkan dengan tempat yang secara umum menjual semua produk untuk obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas. Tempat khusus menjual obat meliputi apotik, rumah sakit dan toko obat sedangkan tempat yang secara umum menjual semua obat termasuk obat meliputi warung dan mini/supermarket. Konsumen melihat tempat membeli tidak hanya sebagai tempat membeli namun juga berkontribusi pada pemberian informasi dan pengetahuan kepada masyarakat. Ada beberapa aspek terkait tempat yang menjadi alasan konsumen memilih tempat tertentu. Enam aspek meliputi jaminan keaslian obat, bantuan untuk memilih obat yang benar, bantuan untuk informasi yang terpercaya, kebebasan untuk melihat dan memegang obat sebelum membeli, kebebasan untuk memilih obat sendiri dan harga obat yang murah.
Urutan untuk preferensi tempat membeli obat anti nyeri dan anti demam yang dijual bebas meliputi apotik, rumah sakit, toko obat, warung dan mini/supermarket. Pemilihan tempat ini didorong oleh enam aspek terkait tempat tersebut. Tempat khusus menjual obat memiliki kekuatan pada aspek jaminan keaslian obat, bantuan membeli obat yang benar dan informasi yang terpercaya. Sedangkan tempat yang menjual semua produk memiliki kekuatan pada aspek kebebasan untuk melihat dan memegang obat sebelum membeli, kebebasan untuk memilih obat sendiri dan harga obat yang murah. Ada faktor-faktor yang tidak diteliti pada penelitian ini seperti lokasi tempat, kemudahan akses ke tempat dan batasan waktu yang dimiliki konsumen. Penelitian disarankan untuk diperluas hingga ke luar Jakarta agar dapat menjangkau ke tempat menjual yang lebih tradisional dibandingkan tempat menjual yang modern di Jakarta.

The purpose of this research is to examine where do Indonesia consumers buy their analgesic antipyretics OTC drug and why do they choose that place. To have a sustainable business in Indonesia, it is important to understand the channel preferred by the consumer to buy analgesic antipyretics OTC. Combination of both qualitative and quantitative method is used to have holistic understanding of the problem. Qualitative is using multiple interviews with respondent above 18 years old and has experience with buying and using analgesic antipyretics OTC drug. The quantitative method uses cross sectional survey.
The research discovered that Indonesia consumers still prefer to buy in specialized channel compare to mass channels for analgesic antipyretics OTC drug. Specialized channel consists of pharmacy, hospital and drug store while mass channels consist of retails and mini/supermarket. Consumers see the channel not only as a place to buy but also contribute to support on the information and knowledge. There are attributes relate to place that is search by the consumers. The six attributes are assurance of authentic drug, assisting for getting the right drug, assisting for giving trusted information, freedom to see and touch the drug before buying, freedom to choose own drug and cheap drug price.
The channel preference for analgesic antipyretics OTC drug is as follow : pharmacy, hospital, drug store, retail and super/mini market. The preference of the channel is driven by six attributes relate to channel that is search by the consumer. Specialized channel has strength for attributes such as assurance of authentic drug, assisting for getting the right drug and for giving trusted information while mass channels has strength for attributes such as freedom to see and touch the drug before buying, freedom to choose own drug and cheap drug price. Some limitations are, more extrinsic, factors such as channel location, the ease with which a channel that can be accessed, and time constraints are not included in the study. Another limitation due to scope in Jakarta. It is encourage to expand the research outside Jakarta to reach more traditional outlet compare to modern outlet in Jakarta.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simarmata, Metanoia
"Stock out obat merupakan kondisi dimana suatu persediaan mengalami kekosongan, untuk mengatasi kekosongan obat yang ada maka perlu dilakukan sistem persediaan obat. Persediaan obat dikenal dengan sebutan safety stock Standar pelayanan kefarmasian di apotek bahwa proses pengelolaan obat sangat berperan penting dalam terciptanya ketersediaan obat. Proses ketersediaan obat diawali dengan pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan,penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian dan administrasi. Jenis dari pengelolaan sediaan farmasi terdiri atas sediaan farmasi, alat kesehatan (ALKES), serta bahan medis habis pakai (BMHP). Apotek Roxy Poltangan mengartikan stockout obat dengan sebutan out of stock. Pada kondisi out of stock dapat memicu terjadinya hilangnya pendapatan apotek, pengelolaan persediaan yang kurang baik. Hal ini disebabkan oleh tidak terlayaninya permintaan yang diinginkan oleh pembeli atau pasien. Pada pengelolaan farmasi dibutuhkan beberapa aspek perencanaan yang harus dipenuhi, adapun aspek tersebut berupa jenis dan kuantitas kebutuhan, ketersediaan anggaran, pengadaan obat yang efektif dan efisien, tersedia penyimpanan sesuai dengan ketentuan, ketersediaan obat melalui pendistribusian yang terencana dengan memperhatikan waktu tunggu, pemenuhan obat sesuai dengan permintaan dan penggunaan obat secara rasional.

Stock out is a condition where an inventory is empty, to overcome the drug shortage, it is necessary to carry out a drug supply system. Drug supply is known as safety stock. Pharmaceutical service standards in pharmacies state that the drug management process plays an important role in creating drug availability. The process of drug availability begins with selection, needs planning, procurement, receipt, storage, distribution, destruction and withdrawal, control and administration. The types of management of pharmaceutical preparations consist of pharmaceutical preparations, medical devices, and consumable medical materials Roxy Poltangan Pharmacy interprets drug stockout as out of stock. Out of stock conditions can lead to loss of pharmacy income, poor inventory management. This is caused by unserved requests desired by buyers or patients. Pharmaceutical management requires several aspects of planning that must be fulfilled, while these aspects are in the form of type and quantity of needs, budget availability, effective and efficient drug procurement, available storage according to provisions, drug availability through planned distribution taking into account waiting time, drug fulfillment according to with rational drug demand and use."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Muhammad Riefky Hasan
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari implementasi atau penerapan sistem kliring tersentralisi melalui Central Counterparty Clearing House CCP pada produk Over-the-Counter OTC Derivatif terhadap risiko sistemik di negara-negara yang telah menerapkan sistem CCP pada produk OTC Derivatifnya. Negara-negara tersebut termasuk Brazil, Amerika Serikat, Meksiko, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Australia, Korea Selatan, China dan Hong Kong. Penelitian ini menggunakan metode regresi dengan data panel selama kurang lebih tujuh tahun yaitu dari Juli 2009 hingga November 2016 menggunakan data harian. Penelitian ini menemukan bahwa penerapan proses kliring melalui CCP pada produk OTC Derivatif secara signifikan mempengaruhi risiko sistemik di suatu negara dimana setelah adanya penerapan CCP pada produk OTC Derivatif risiko sistemik di negara tersebut menurun secara signifikan. Penelitian ini juga menemukan bahwa faktor dinamika pasar modal di suatu negara berpengaruh signifikan terhadap risiko sistemik di suatu negara.

ABSTRACT
This study aims to examine the impact of implementation of centralize clering system by Central Counterparty Clearing House CCP on Over the Counter OTC Derivatives product towards systemic risk in countries which implemented the system. These countries are Brazil, United States, Mexio, United Kingdom, France, Germany, Italy, Japan, Australia, South Korea, China and Hong Kong. This study uses panel data methodology, using annual data for a more than 7 years from July 2009 until November 2016 using daily basis data. The results of the study show that the implementation of CCP on OTC Derivatifs product significantly affects country rsquo s systemic risk which after the implementation of CCP on OTC Derivatifs product, country rsquo s systemick risk decrase significantly. This study also finds that dynamics of stock market factor significantly affect country rsquo s systemic risk."
2017
S66535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Departemen Kesehatan, 2007
615.1 IND p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fawaz Syaefullah
"Tesis ini dilatarbelakangi perkembangan teknologi informasi membuat perilaku memilih menjadi terpengaruh muatan informasi yang disebar oleh teknologi. Terutama
perkembangan media sosial yang membuat pemilih memiliki akses informasi sekaligus berpotensi terpapar beberapa konten yang memang sengaja dicari berupa konten yang
benar berisikan informasi politik maupun tidak sengaja yakni konten yang tidak benar berisikan hoaks karena algoritma media sosial. Belum lagi, hoaks yang hadir juga
membawa isu primordial. Sehingga hal ini perlu dilihat dampaknya terhadap generasi yang paling sering menggunakan media sosial dan berpotensi terpapar informasi politik dan hoaks bertema primordial lebih masif, yakni generasi milenial. Selanjutnya, penulis
memilih melihatnya di Pilkada DKI 2017 putaran kedua karena merupakan kasus yang paling lengkap untuk menjelaskan seluruh isu yang ingin ditulis dalam penelitian ini, yakni mengenai internet dan media sosial, informasi politik dan hoaks, isu primordial, dan generasi milenial. Penelitian ini akan menguji tingkat keterpaparan informasi politik dan tingkat keterpaparan hoaks bertema primordial dalam mempengaruhi perilaku
memilih generasi milenial pada pilkada DKI 2017 putaran kedua. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori model partisipasi politik media sosial (SMPPM) sebagai variabel independen dan perilaku memilih sebagai variabel dependennya. Metode yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan jumlah sampel sebanyak 400 responden,
tingkat kepercayaan 95% dan Margin of Error (MoE) 5%. Hipotesis dalam penelitian ini terpatahkan karena justru yang terjadi sebaliknya, Semakin tinggi keterpaparan informasipolitik, yang mengaktifkan tujuan rasional milenial, maka milenial akan cenderung semakin memilih pasangan Anies-Sandi dan semakin tinggi keterpaparan hoak bertema primordial, yang mengaktifkan tujuan primordial milenial, maka milenial akan cenderung semakin memilih pasangan Ahok-Djarot. Implikasi teoritis menunjukkan bahwa teori model partisipasi politik media sosial (SMPPM) dapat menjelaskan perilaku memilih milenial di Pilkada DKI 2017 putaran kedua.

This thesis is inspired by the development of information technology to make voting behavior to affect by the information content from technology. Especially the
development of social media that makes voters have access to information and potentially exposed some content that intentionally sought is the correct content that contained political or accidental information. The content did not correctly contain hoax because of social media algorithms. Moreover, the hoax also present primordial issues. So it needs to know the impact on the generation who use the most social media and potentially
exposure to political information and more massive primordial-themed hoaxes, i.e. millennials. Furthermore, the author chose to saw it in the second round of DKI 2017 because it is the most complete case to explain all the issues that want to be written in this research, namely about the Internet and social media, political and hoax information, primordial issues, and millennials. The study will test the exposure level of political
information and the primordial themed hoaxes exposure level in influencing the behavior of choosing millennials in the second round DKI 2017 elections. The theory used in this study was the theory of social media political participation model (SMPPM) as an independent variable and the voting behavior as its dependent variable. Method used is a quantitative method with a number of samples are 400 respondents, confidence level is 95% and Margin of Error (MoE) is 5%. Hypothesis in this study is not proven because precisely the opposite is the higher exposure of political information, which activates the
rational goal of millennials, then millennials will be increasingly to choose Anies-Sandi pairs and the higher The exposure of the primordial-themed hoax, which activates the millenniums primordial objective, it will be the millennial energy to choose the Ahok-Djarot pair. Theoretical implications suggest that the theory of social media political participation model (SMPPM) can be used to describe the behavior of selecting a millennial in the second round of DKI elections 2017."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T55374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>